Aplikasi Perhitungan Pembagian Harta Warisan Berdasarkan Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata Pada Platform Android

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Afif, Said Lufthan. 2012. Perancang Sistem Pakar Berbasis Web Untuk Pembagian Warisan (Faraidh) dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Program Studi Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

Arief, Saifuddin. 2008. Praktik Pembagian Harta Peninggalan Berdasarkan Hukum Waris Islam. Jakarta: Darunnajah Publishing

Asri, Benyamin dan Thabrani Asri. 1988. Dasar-Dasar Hukum Waris Barat. Bandung: Tarsito

Ali, H. Zainuddin. 2008. Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Darmabrata, Wahyono. 2003. Hukum Perdata Asas-Asas Hukum Waris. Jakarta : CV Gitama Jaya.

Perangin, Effendi. 2014. Hukum Waris. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Prodjodikoro, Wirjono, R. 1991. Hukum Warisan di Indonesia. Cetakan kesepuluh. Bandung: Sumur Bandung.

Irawan, Santun dan Eko Kurniadi. 2012. Rancang Bangun Aplikasi Perhitungan Pembagian Harta Waris Secara Islam Berbasis Java Me.Jurnal Program Studi Teknik Informatika STMIK Multi Data Palembang.

Kementerian Agama Republik Indonesia. 2015. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan. Jakarta: dharma art

Safaat, Nazaruddin. Pemograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Penerbit Informatika, Bandung. 2012.


(2)

Satria, Ilham. 2014. Aplikasi Pembagian Harta Waris berbasis Android. Jurnal Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Informasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Suhrawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak.2001. Hukum Waris Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Suparman, Eman. 2005. Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat dan BW. Bandung: Refika Aditama

Suparman, Maman. 2015. Hukum Waris Perdata. Jakarta: Sinar Grafika Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri. 2012. Ringkasan Fiqih Islam Syarifuddin, Amir. 2004. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta : Prenada Media


(3)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1.Analisis Sistem

Analisis sistem diperlukan untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang perlukan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam perhitungan harta warisan.

Tahapan pertama adalah memperinci harta peninggalan yang bernilai dan memperhitungkannya dalam bentuk uang dan angka-angka sehingga dapat dibagi-bagi. Tahapan kedua adalah mendata jumlah hutang dari pewaris, biaya pemakamannya wasiat yang dikeluarkan jika ada sehingga diperoleh harta terakhir yang akan dibagi-bagi kepada ahli waris.

Tahapan ketiga adalah mendata siapa saja yang menjadi ahli waris yang berhak menerima harta warisan.

Data harta peninggalan, utang, biaya pengurusan jenazah, dan ahli-ahli waris di input kan kedalam form-form yang terdapat pada halaman perhitungan harta waris.

Persiapan sistem yang akan digunakan dalam membangun aplikasi ini adalah sebagai berikut :

1. Aplikasi akan dibangun menggunakan bahasa pemograman HTML, CSS, dan Javascript.

2. Aplikasi akan dijalankan pada perangkat android dengan sistem operasi minimal android 4.4 dengan nama kode Android Kitkat,

3. Aplikasi menggunakan framework Apache Cordova agar dapat dibangun ke platform android.


(4)

proses input

output

3.2.Arsitektur Umum

Pada desain ini ditunjukkan bagaimana setiap proses berlangsung dan membentuk sebuah aplikasi yang terbentuk dengan sistematis. Rancangan arsitektur dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Arsitektur Umum

Berikut ini penjelasan tentang tahapan yang dilakukan pada arsitektur umum : 1. Pilih Hukum

Pengguna akan memilih hukum apa yang akan digunakan dalam menghitung pembagian harta warisan. Pilihan hukum yang ada adalah hukum waris islam dan hukum waris perdata.

2. Input Data Harta dan Ahli Waris

Inputan data yang akan dimasukkan pada tahap ini adalah harta peninggalan, utang, biaya pengurusan jenazah, wasiat, dan ahli waris. Data akan dimasukkan kedalam form. Nilai dari harta peninggalan, utang, biaya pengurusan jenazah, Pilih Hukum

Input Harta Peninggalan, Utang, Biaya pengurusan

jenazah dan wasiat

Input Ahli Waris

Menghitung jumlah harta warisan

Menghitung pembagian harta warisan sesuai

dengan ahli waris Menampilkan jatah

warisan tiap ahli waris


(5)

38

dan wasiat berupa angka. Input ahli waris yang diisi adalah anggota keluarga pewaris yang masih hidup ketika harta waris akan dibagikan.

Berikut ini adalah tabel ahli-ahli waris pada hukum waris islam dan hukum waris perdata

Tabel 3.1 Ahli Waris Hukum Waris Islam

No Ahli Waris Bagian Syarat

1 Suami 1/2 Tidak ada anak/cucu 1/4 Ada anak/cucu

2 Istri

1/4 Tidak ada anak/cucu 1/8 Ada anak/cucu

Dibagi rata Jika lebih dari seorang

3 Anak Laki-laki

Sisa Harta (ashabah)

o Jika sendirian atau bersama dzawil furudh

o Jika bersama anak perempuan dan

mendapat 2x bagian anak perempuan

4 Anak Perempuan

1/2 Jika sendirian

2/3 Jika lebih dari seorang

Sisa harta Jika bersama anak laki-laki dan mendapat 1/2 dari bagian anak laki-laki

5 Cucu laki-laki

0 Jika ada anak laki-laki

Sisa harta o Jika sendirian atau bersama dzawil furudh o Jika bersama cucu perempuan mendapat

2x bagian cucu perempuan

6 Cucu Perempuan (dari anak laki-laki)

0 Jika ada anak laki-laki; dua orang / lebih anak perempuan

1/2 Jika sendirian

2/3 Jika lebih dari seorang

1/6 Jika bersama anak perempuan

Sisa harta Jika bersama cucu laki-laki dan mendapat 1/2 dari bagian anak laki-laki

7 Ayah 1/6 Jika ada anak/cucu laki-laki 1/6 dan sisa Jika ada anak/cucu perempuan


(6)

No Ahli Waris Bagian Syarat 2/3 Jika hanya berdua bersama ibu

8 Ibu

1/6 Jika ada anak/cucu; dua orang lebih saudara 1/3 Jika hanya bersama ayah saja

1/3 dari sisa Jika ada suami/istri dan ayah

9 Kakek

0 Jika ada ayah

1/6 Jika ada anak/cucu laki-laki 1/6 dan sisa Jika ada anak/cucu perempuan

Sisa harta Jika bersama ahli waris lain dan tidak ada anak/cucu

10 Nenek (dari ayah) 0 Jika ada ayah/ibu

1/6 Jika tidak ada ayah dan ibu 11 Nenek (dari ibu) 0 Jika ada ibu

1/6 Jika tidak ada ayah/ibu

12 Saudara lk kandung

0 Jika ada ayah/ anak laki/ cucu laki

Sisa harta Jika sendirian dan jika bersama saudara perempuan mendapat 2x bagian perempuan

13 Saudara pr kandung

0 Jika ada ayah/ anak laki/ cucu laki 1/2 Jika hanya seorang

2/3 Jika lebih dari seorang

Sisa harta Jika bersama saudara laki-laki mendapat 1/2 dari bagian saudara laki-laki; Ada anak/cucu perempuan

14 Saudara lk sebapak

0 Jika ada ayah/ anak laki/ cucu laki/ saudara laki kandung/ saudara perempuan kandung bersama anak/cucu perempuan

Sisa harta Jika sendirian atau bersama dzawil furudh

15 Saudara perempuan sebapak

0 Jika ada ayah/ anak laki/ cucu laki/ saudara laki kandung/ saudara perempuan kandung bersama anak/cucu perempuan/ dua atau lebih saudara pr kandung


(7)

40

No Ahli Waris Bagian Syarat

2/3 Jika lebih dari seorang

1/6 Jika ada seorang saudara perempuan kandung Sisa harta Jika bersama saudara lk sebapak mendapat 1/2 dari bagian saudara lk sebapak; Ada anak/cucu perempuan

16 Saudara laki/ perempuan seibu

0 Jika ada ayah/ anak/ cucu/ kakek 1/6 Jika sendirian

1/3 Jika lebih seorang

Tabel 3.2 Ahli Waris Hukum Waris Perdata

Golongan Ahli Waris Bagian Syarat

I

Istri/suami Bagi rata dengan anak

Istri kedua dan selanjutnya

Tidak lebih dari 1/4 harta warisan Anak laki dan

perempuan

Bagi rata dengan istri

Cucu laki dan perempuan

Sama dengan bagian anak yang meninggal

Orang tua dari cucu (anak) sudah meninggal sehingga digantikan oleh cucu

II Ayah dan ibu

1/2 Jika hanya ada ayah/ibu dan satu saudara;

Tidak ada ahli waris golongan I 1/3 Jika bersama seorang saudara;

Jika hanya ada ayah/ibu dan 2 orang saudara;

Tidak ada ahli waris golongan I 1/4 Jika bersama 2 atau lebih saudara;

Jika hanya ayah/ibu dan 3 orang atau lebih saudara;


(8)

Golongan Ahli Waris Bagian Syarat

Saudara Kandung

Sisa harta Jika bersama orang tua;

Tidak ada ahli waris golongan I Bagian dari garis

ayah dan garis ibu

Jika bersama saudara tiri; Tidak ada ahli waris golongan I Saudara Tiri (dari

Ayah/Ibu)

Bagian dari garis ayah atau ibu saja

Tidak ada ahli waris golongan I

III Kakek dan nenek Dari ayah dan ibu

Bagi rata antara garis ayah dan garis ibu

Tidak ada ahli waris golongan I dan II

IV Paman dan Bibi Dari ayah dan ibu

Bagi rata antara garis ayah dan garis ibu

Tidak ada ahli waris golongan I dan II;

Dapat mewaris bersama golongan III jika salah satu dari garis ayah atau ibu tidak ada.

3. Proses Perhitungan

Pada proses perhitungan ini sistem akan membaca input data pada proses sebelumnya dengan menghitung jumlah harta warisan yang akan dibagikan setelah dikurangi oleh utang, biaya pengurusan jenazah, wasiat jika ada. Selanjutnya harta warisan yang tersisa akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian ahli waris yang sudah dimasukkan. Bagian bagian dari ahli waris sesuai dengan tabel ahli waris pada tabel diatas.

Berikut adalah contoh perhitungan pembagian harta warisan : a. Hukum Waris Islam

Harta Peninggalan : Rp. 500.000.000 Utang : -

Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000


(9)

42

Perhitungan :

Istri mendapatkan bagian 1/8 (karena memiliki keturunan) = 3/24 Ayah mendapatkan 1/6 (karena ada keturunan) = 4/24 Ibu mendapatkan 1/6 (karena ada keturunan) = 4/24

TOTAL = 11/24

SISA = 13/24

Anak laki-laki termasuk dalam golongan ashabah yang menerima sisa harta begitu juga dengan anak perempuan dikarenakan adanya anak laki-laki. Anak laki mendapat bagian 2x bagian anak perempuan. Maka bagian anak laki-laki 2/4 x 13/24 = 13/48 bagian masing-masing anak perempuan 1/4 x 13/24 = 13/96

Jadi pembagian harta warisan sebagai berikut :

Istri : 1/8 x 499.000.000 = 62.375.000 Ayah : 1/6 x 499.000.000 = 83.166.666,66 Ibu : 1/6 x 499.000.000 = 83.166.666,66 Anak Laki-laki : 13/48 x 499.000.000 = 135.145.833,33 Anak Perempuan : 13/96 x 499.000.000 = 67.572.916,66

b. Hukum Waris Perdata

Harta Peniggalan : Rp. 500.000.000

Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000 Sisa Harta : Rp. 499.000.000

Ahli Waris : 1 Istri, 1 Anak, 3 cucu dari 1 anak yang meninggal Perhitungan :

Pertama pembagian dilakukan secara kepala per kepala antara istri dengan anak, maka A, B dan C mendapat 1/3 bagian. Dikarenakan adanya anak yang meninggal terlebih dahulu dan dia meninggalkan keturunan maka bagian C yang 1/3 diberikan kepada keturunannya yaitu D, E, F


(10)

Maka :

Istri = 1/3 x Rp. 499.000.000 = Rp. 166.333.333,33 Anak = 1/3 x Rp. 499.000.000 = Rp. 166.333.333,33 Cucu 1 = 1/3 x 1/3 = 1/9 x Rp. 499.000.000 = Rp. 55.444.444.44 Cucu 2 = 1/3 x 1/3 = 1/9 x Rp. 499.000.000 = Rp. 55.444.444.44 Cucu 3 = 1/3 x 1/3 = 1/9 x Rp. 499.000.000 = Rp. 55.444.444.44 4. Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan ditampilkan setelah menekan tombol hitung. Hasil perhitungan berupa angka dari nominal harta yang telah dibagi bagi sesuai ahli waris yang dimasukkan.

3.3.Perancangan Sistem

Berdasarkan analisis sistem yang telah dijelaskan diatas, maka selanjutnya dilakukan perancangan sistem untuk membangun aplikasi perhitungan harta warisan berdasarkan hukum islam dan hukum perdata. Perancangan sistem aplikasi menggunakan use case diagram, activity diagram, sequence diagram dan class diagram.

3.3.1. Use Case Diagram

Use case diagram adalah gambaran proses kerja yang dapat dilakukan pengguna terhadap sistem dari aplikasi ini. Use case diagram dari aplikasi ini adalah sebagai berikut:


(11)

44

Pilih Hukum Buka Aplikasi

Tutup Aplikasi

Masukkan Data <<extend>> Hitung Pembagian

Gambar 3.2 Use case diagram

3.3.2. Use case specification dan activity diagram

Use case specification adalah penggambaran masing-masing skenario use case dari sistem yang akan dibangun. Acticity diagram adalah penggambaran proses proses yang terjadi pada saat aktivitas mulai hingga aktivitas berhenti Berikut adalah use case specification dan activity diagram dari sistem aplikasi yang akan dibangun :

1. Skenario Membuka Aplikasi

Tabel 3.3 Use case specification membuka aplikasi Nama use case Membuka Aplikasi

Aktor Pengguna

Deskripsi Use case ini berfungsi untuk membuka aplikasi perhitungan harta warisan

Pre Condition -


(12)

Pengguna membuka aplikasi

Sistem menampilkan halaman utama dan menu utama

Alternative Course

Post Condition

Sistem menampilkan menu utama yaitu

perhitungan hukum islam dan perhitungan hukum perdata

Membuka Aplikasi

Menampilkan halaman menu

utama

Gambar 3.3 Activity Diagam Membuka Aplikasi

Aktivitas ini menjelaskan tentang alur pada saat pengguna membuka aplikasi. Setelah aplikasi aktif maka akan muncul halaman menu utama dari aplikasi. 2. Skenario Pilih Hukum

Tabel 3.4 Use case specification pilih hukum Nama use case Pilih Hukum

Aktor Pengguna

Deskripsi

Use case ini berfungsi untuk memilih hukum yang akan digunakan untuk menghitung pembagian harta warisan

Pre Condition Menu Utama sudah ditampilkan


(13)

46

Pengguna memilih Hukum Islam

Sistem menampilkan form perhitungan harta warisan menurut hukum islam

Alternative Course Pengguna memilih Hukum Perdata

Sistem menampilkan form perhitungan harta warisan menurut hukum perdata

Post Condition

Pengguna dapat memasukkan data harta warisan, kewajiban yang harus dipenuhi dan ahli waris sesuai dengan hukum yang dipilih

Menu Halaman Utama

Pilih Hukum Islam?

Perhitungan Menurut Hukum

Islam

Perhitungan Menurut Hukum

Perdata

Ya

Tidak

Gambar 3.4 Activity Diagram Pilih Hukum

Aktivitas ini menjelaskan alur kerja dari pilih hukum. Pengguna akan diberi pilihan antar hukum waris islam dan hukum waris perdata


(14)

3. Skenario Masukkan Data

Tabel 3.5 Use case specification Masukkan Data Nama use case Masukkan Data

Aktor Pengguna

Deskripsi

Use case ini berfungsi untuk mengisi data harta warisan, hutang, biaya pengurusan jenazah, wasiat dan ahli-ahli waris yang ada

Pre Condition Pengguna telah memilih hukum yang akan digunakan untuk menghitung harta warisan

Normal Course Kegiatan Respon

Pengguna mengisi jumlah harta warisan, hutang, biaya

pengurusan jenazah, dan ahli-ahli waris yang ada

Sistem memeriksa data yang dimasukkan apakah sesuai dengan ketentuan dan batasan

Alternative Course -

Post Condition Sistem akan membaca data yang diinput dan melakukan proses perhitungan

Aktivitas ini menjelaskan alur kerja dari input data / memasukkan data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan pembagian harta warisan.


(15)

48

Mengisi Jumlah Harta Warisan

Ada Hutang?

Mengisi Jumlah Hutang

Ya

Mengisi Biaya Pengurusan Jenazah

Ya

Ada Wasiat?

Mengisi Jumlah Wasiat

Tidak

Tidak

Mengisi Ahli-ahli Waris yang ada

Wasiat

Melakukan proses perhitungan

Gambar 3.5 Activity Diagram Masukkan Data 4. Skenario Tutup Aplikasi

Tabel 3.6 Use case specification Tutup Aplikasi Nama use case Keluar Aplikasi

Aktor Pengguna

Deskripsi Use case ini berfungsi untuk menutup apikasi Pre Condition Pengguna memilih kembali ke menu utama


(16)

Pengguna menekan tombol back

Sistem menutup aplikasi

Alternative Course -

Post Condition Aplikasi tertutup

Halaman Menu Utama

Menekan Tombol Back

Aplikasi Tertutup

Gambar 3.6 Activity Diagram Tutup Aplikasi Aktivitas ini menjelaskan alur kerja dari proses keluar aplikasi. 3.4.Perancangan Desain Antarmuka

3.4.1. Halaman Menu Utama

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Hukum Waris Islam

Hukum Waris Perdata


(17)

50

Pada halaman menu utama aplikasi akan terdapat dua tombol pilihan hukum. Pengguna akan memilih pilihan hukum antara hukum islam atau hukum perdata pada halaman ini

3.4.2. Halaman Menu Hukum Waris Islam

Hukum Waris Islam

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Perhitungan

Tentang Hukum Waris Islam

Gambar 3.8 Halaman Menu Hukum Waris Islam

Halaman menu hukum waris islam diatas akan muncul setelah pengguna menekan tombol hukum islam. Pada halaman ini terdapat dua tombol pilihan yaitu tombol perhitungan yang akan digunakan untuk melakukan perhitungan pembagian harta warisan dan tombol tentang hukum waris islam yang berisi teori teori dari hukum waris islam.

3.4.3. Halaman Menu Hukum Waris Perdata

Hukum Waris Perdata

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Perhitungan

Tentang Hukum Waris Perdata


(18)

Halaman menu hukum waris perdata diatas akan muncul setelah pengguna menekan tombol hukum perdata. Pada halaman ini terdapat dua tombol pilihan yaitu tombol perhitungan yang akan digunakan untuk melakukan perhitungan pembagian harta warisan dan tombol tentang hukum waris perdata yang berisi teori teori dari hukum waris perdata.

3.4.4. Halaman Perhitungan Hukum Waris Islam

Pembagian Harta Waris Menurut Syariat Islam

Harta Peninggalan

Hutang

Biaya Pengurusan jenazah

Jumlah Harta Warisan

Wasiat Istri/Suami Anak Laki-laki Anak Perempuan Cucu Laki-laki Cucu Perempuan Ayah Ibu

Kakek (dari Ayah) Nenek (dari Ayah) Nenek (dari Ibu)

Saudara laki-laki kandung Saudara perempuan Kandung Saudara laki-laki seayah Saudara perempuan Seayah Saudara laki-laki/perempuan Seibu

Anak laki-laki dari saudara Laki-laki kandung Anak laki-laki dari saudara Laki-laki seayah

Paman Kandung Paman Seayah

Anak Laki-laki Paman kandung Anak laki-laki Paman seayah

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Hitung Hapus


(19)

52

Pada halaman ini pengguna akan memasukkan data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan pembagian harta warisan. Data yang diperlukan yaitu jumlah harta peninggalan, hutang, biaya pengurusan jenazah, wasiat dan ahli ahli waris. Data diisi pada form yang telah disediakan.

Untuk melakukan perhitungan pengguna menggunakan tombol hitung yang selanjutnya akan ditampilkan hasil dari perhitungan pembagian harta warisan sperti dibawah ini :

Ahli waris A mendapat.__________ Ahli waris B mendapat __________

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Gambar 3.11 Hasil Perhitungan Hukum Waris Islam

Hasil perhitungan akan ditampilkan sesuai nominal yang diterima oleh masing masing ahli waris seperti pada gambar 3.11 diatas.

3.4.5. Halaman Perhitungan Hukum Waris Perdata

Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Perdata Jumlah Harta

Jumlah Hutang Biaya Pemakaman Harta Bersih

Jenis Golongan

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Pilih golongan reset


(20)

Pada halaman ini pengguna akan memasukkan data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan pembagian harta warisan. Data yang diperlukan yaitu jumlah harta peninggalan, hutang, biaya pengurusan jenazah, dan ahli ahli waris. Data diisi pada form yang telah disediakan.

Pada halaman ini juga terdapat pilihan golongan golongan berapa yang akan dihitung. Pada hukum waris perdata terdapat empat golongan ahli waris. Tampilan form ahli waris golongan I seperti dibawah ini :

Jenis Golongan

Jenis Kelamin

Masukkan Input Ahli Waris yang Ditinggalkan

Istri Istri Lainnya Anak Hidup Anak meninggal

Golongan I reset

hitung Laki-laki

Gambar 3.13 Ahli Waris Golongan I Tampilan form ahli waris golongan II seperti dibawah ini :

Jenis Golongan

Masukkan Input Ahli Waris yang Ditinggalkan

Ayah

Ibu

Saudara Kandung

Saudara Kandung Meninggal

Saudara Tiri (dari Ayah)

Saudara Tiri (dari Ayah) meninggal

Saudara Tiri (dari Ibu)

Saudara Tiri (dari Ibu) Meninggal Golongan II reset

hitung


(21)

54

Tampilan form ahli waris golongan III dan IV

Jenis Golongan

Masukkan Input Ahli Waris yang Ditinggalkan

Kakek (dari Ayah)

Nenek (dari Ayah)

Kakek (dari Ibu)

Nenek (dari Ibu)

Paman (dari Ayah)

Paman (dari Ayah) Meninggal

Bibi (dari Ayah)

Bibi (dari Ayah) meninggal

Paman (dari Ibu)

Paman (dari Ibu) Meninggal

Bibi (dari Ibu)

Bibi (dari Ibu) Meninggal Golongan III & IV reset

hitung

Gambar 3.15 Ahli Waris Golongan III dan IV 3.4.6 Halaman Tentang Hukum Waris Islam

Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Islam APLIKASI PEMBAGIAN

HARTA WARISAN

Teori Hukum Waris Islam

Hukum Waris Islam


(22)

Halaman tentang hukum waris islam akan menampilkan informasi informasi dari hukum waris islam. Gambar rancangan halaman ini dapat dilihat pada gambar 3.16.

3.4.7 Halaman Tentang Hukum Waris Perdata

Halaman tentang hukum waris perdata akan menampilkan informasi informasi dari hukum waris perdata. Gambar rancangan halaman ini dapat dilihat pada gambar 3.17

Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Perdata APLIKASI PEMBAGIAN

HARTA WARISAN

Teori Hukum Waris Perdata

Hukum Waris Perdata


(23)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1.Implementasi Sistem

Dalam bab ini adalah implementasi pada aplikasi perhitungan pembagian harta warisan menggunakan hukum islam dan hukum perdata dibangun menggunakan bahasa pemrograman web yaitu HTML, CSS serta Javascript berbasis Apache Cordova

4.1.1. Spesifikasi hardware dan software yang digunakan

Untuk melakukan pengujian penulis menggunakan perangkat komputer dan perangkat yang menjalankan sistem operasi android berupa smartphone. Spesifikasi perangkat komputer dan perangkat android yang digunakan untuk membangun sistem adalah sebagai berikut:

1. Perangkat Komputer :

a. HP Pavilion 10 Notebook b. Prosesor AMD A4-1200 APU c. RAM 2 GB

d. HDD 320 GB

e. VGA Radeon HD Graphics 2. Perangkat Android :

a. Xiaomi Redmi 1s

b. Prosesor Quad-core 1.6 GHz Cortex-A7 c. RAM 1 GB

d. Internal Storage 8 GB 3. Perangkat lunak yang digunakan :

a. Apache Cordova b. JDK 8


(24)

c. Android SDK

d. Adobe Dreamweaver CC e. Android OS versi 4.4.4 4.2.Implementasi perancangan antarmuka

4.2.1. Tampilan Menu Utama

Gambar 4.1 Menu Utama Aplikasi

Pada tampilan menu utama terdapat pilihan metode perhitungan apa yang ingin digunakan apakah hukum islam atau hukum undang-undang perdata.

4.2.2. Tampilan Menu Utama Hukum Islam


(25)

58

Halaman menu utama hukum islam menampilkan pilihan perhitungan pembagian warisan menurut hukum islam dan teori mengenai hukum waris islam tersebut.

4.2.3. Tampilan Halaman Perhitungan Warisan Hukum Islam

Halaman Perhitungan warisan hukum islam menampilkan form pengisian harta peninggalan, Utang, biaya pengurusan jenazah, ahli waris, dan hasil perhitungan pembagian harta warisannya.

Gambar 4.3 Pengisian Data Perhitungan

Gambar 4.4 Hasil Perhitungan Pembagian Harta Waris Islam Hasil dari perhitungan pembagian harta warisan berupa nominal angka sesuai dengan bagian masing masing ahli waris yang ada seperti pada gambar 4.4


(26)

4.2.4. Tampilan Halaman Tentang Hukum Islam

Gambar 4.5 Halaman Tentang Hukum Waris Islam

Halaman tentang hukum waris islam akan menampilkan teori teori dari hukum waris islam seperti dasar hukum waris, ahli waris dan bagian-bagiannya.

4.2.5. Tampilan Menu Hukum Waris Perdata

Gambar 4.6 Halaman Utama Hukum Waris Perdata

Gambar diatas adalah tampilan dari menu utama dari hukum waris perdata. Di halaman ini terdapat menu perhitungan harta waris perdata untuk melakukan perhitungan pembagian hukum waris perdata dan menu tentang harta waris perdata yang berisi teori teori hukum waris perdata.


(27)

60

4.2.6. Tampilan Halaman Perhitungan Warisan Hukum Perdata

Gambar 4.7 Ahli Waris Golongan I

Halaman ini menampilkan ahli ahli waris dari golongan I. Ahli waris pada golongan 1 adalah istri atau suami, anak yang masih hidup, dan juga cucu dari anak yang sudah meninggal lebih dahulu dari pewaris


(28)

Gambar 4.8 diatas menjelaskan tampilan dari ahli ahli waris dari golongan II yang terdiri dari ayah, ibu, saudara kandung beserta keturunannya, saudara tiri dari ayah beserta keturunannya, dan saudara tiri dari ibu beserta keturunannya.

Gambar 4.9 Ahli Waris Golongan III dan IV

Gambar 4.9 menjelaskan ahli ahli waris dari golongan III yang terdiri dari kakek dan nenek dari ayah dan ibu dan juga golongan IV yang terdiri dari paman dan bibi dari ayah dan ibu beserta keturunannya.

Hasil dari perhitungan pembagian harta warisan berupa nominal angka sesuai dengan jatah masing masing ahli waris yang telah dimasukkan. Tampilam dari hasil perhitungan dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut :


(29)

62

Gambar 4.10 Hasil Perhitungan Hukum Waris Perdata 4.2.7. Tampilan Halaman Tentang Hukum Perdata

Gambar 4.11 Halaman tentang Hukum Waris Perdata

Halaman tentang hukum waris perdata berisi teori teori dari hukum waris perdata seperti dasar hukum waris, ahli waris dan bagian-bagiannya.


(30)

4.3.Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan dengan memasukkan data harta dan ahli-ahli waris yang masih hidup yang ditinggalkan pada masing – masing hukum.

4.3.1. Pengujian Hukum Waris Islam i. Pengujian pertama

Harta Peninggalan : Rp. 500.000.000 Utang : 0

Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000 Ahli Waris :

1 orang anak laki-laki 2 orang anak perempuan 1 orang istri

1 orang ayah 1 orang ibu

Perhitungan Manual :

Istri mendapatkan bagian 1/8 (karena memiliki keturunan) = 3/24 Ayah mendapatkan 1/6 (karena ada keturunan) = 4/24 Ibu mendapatkan 1/6 (karena ada keturunan) = 4/24

TOTAL = 11/24

SISA = 13/24

Anak laki-laki termasuk dalam golongan ashabah yang menerima sisa harta begitu juga dengan anak perempuan dikarenakan adanya anak laki-laki. Anak laki-laki mendapat bagian 2:1 bagian anak perempuan. Maka bagian anak laki-laki 2/4 x 13/24 = 13/48

bagian masing-masing anak perempuan 1/4 x 13/24 = 13/96 Jadi pembagian harta warisan sebagai berikut :


(31)

64

Ayah : 1/6 x 499.000.000 = 83.166.667 Ibu : 1/6 x 499.000.000 = 83.166.667 Anak Laki-laki : 13/48 x 499.000.000 = 135.145.833 Anak Perempuan : 13/96 x 499.000.000 = 67.572.917 Perhitungan menggunakan aplikasi

Gambar 4.12 Hasil Percobaan 1 Perhitungan Hukum Waris Islam Hasil perhitungan menggunakan aplikasi seperti tampak pada gambar diatas terlihat tepat 100% dengan hasil perhitungan secara manual.


(32)

ii. Pengujian kedua

Harta Peninggalan : Rp. 500.000.000 Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000 Ahli Waris :

1 orang Ibu

2 orang saudara perempuan 1 orang saudara laki-laki

Perhitungan Manual :

Ibu mendapatkan bagian 1/6 TOTAL = 1/6

SISA = 5/6

Saudara laki-laki termasuk dalam golongan ashabah yang menerima sisa harta begitu juga dengan saudara perempuan dikarenakan adanya saudara laki-laki.

Saudara laki-laki mendapat bagian 2:1 bagian saudara perempuan. Maka bagian saudara laki-laki 2/4 x 5/6 = 10/24 = 5/12

bagian masing-masing saudara perempuan 1/4 x 5/6 = 5/24

Jadi pembagian harta warisan sebagai berikut :

Ibu : 1/6 x 499.000.000 = 83.166.667 Saudara Laki-laki : 5/12 x 499.000.000 = 207.916.667 Saudara Perempuan : 5/24 x 499.000.000 = 103.958.333


(33)

66

Perhitungan dengan aplikasi

Gambar 4.13 Hasil Percobaan 2 Perhitungan Hukum Waris Islam Hasil perhitungan menggunakan aplikasi seperti tampak pada gambar diatas terlihat sesuai 100 % dengan hasil perhitungan secara manual


(34)

4.3.2. Pengujian Hukum Waris Perdata 4.3.2.1. Golongan I

Harta Peniggalan : Rp. 500.000.000 Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000 Sisa Harta : Rp. 499.000.000

Ahli Waris : 1. 1 Orang Istri 2. 1 Orang Anak

3. 3 Orang Cucu dari 1 anak yang meninggal Perhitungan secara manual :

Gambar 4.14 Percobaan 1 Hukum Waris Perdata

Pertama pembagian dilakukan secara kepala per kepala antara istri dengan anak, maka A, B dan C mendapat 1/3 bagian. Dikarenakan adanya anak yang meninggal terlebih dahulu dan dia meninggalkan keturunan maka bagian C yang 1/3 diberikan kepada keturunannya yaitu D, E, F

Maka :

A = 1/3 x Rp. 499.000.000 = Rp. 166.333.333 B = 1/3 x Rp. 499.000.000 = Rp. 166.333.333 D = 1/3 x 1/3 = 1/9 x Rp. 499.000.000 = Rp. 55.444.444 E = 1/3 x 1/3 = 1/9 x Rp. 499.000.000 = Rp. 55.444.444 F = 1/3 x 1/3 = 1/9 x Rp. 499.000.000 = Rp. 55.444.444


(35)

68

Perhitungan menggunakan aplikasi

Gambar 4.15 Hasil Percobaan 1 Hukum Waris Perdata Hasil perhitungan menggunakan aplikasi seperti tampak pada gambar diatas terlihat sesuai 100 % dengan hasil perhitungan secara manual.

4.3.2.2. Golongan II

Harta Peninggalan : Rp. 500.000.000 Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000 Sisa Harta : Rp. 499.000.000

Ahli Waris : 1. 1 Orang Ayah 2. 1 Orang Ibu 3. 3 orang saudara


(36)

Perhitungan manual

Pewaris memiliki 2 orang tua dan 2 orang lebih saudara sehingga ayah dan ibu masing-masing mendapat bagian 1/4.

Ayah : 1/4 Ibu : 1/4 Total : 1/2 Sisa : 1/2

3 orang saudara mendapat sisa harta dan dibagi rata diantara mereka Masing-masing saudara mendapat 1/2 x 1/3 = 1/6

Ayah : 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Ibu : 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Saudara : 1/6 x Rp. 499.000.000 = Rp. 83.166.667 Perhitungan menggunakan aplikasi


(37)

70

Hasil perhitungan menggunakan aplikasi seperti tampak pada gambar diatas terlihat sesuai 100 % dengan hasil perhitungan secara manual.

4.3.2.3. Golongan III

Harta Peninggalan : Rp. 500.000.000 Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000 Sisa Harta : Rp. 499.000.000

Ahli Waris :

1. 1 Orang Kakek dari Ayah 2. 1 Orang Nenek dari Ayah 3. 1 Orang Kakek dari Ibu 4. 1 orang Nenek dari Ibu

Gambar 4.18 Percobaan 3 Hukum Waris Perdata Perhitungan manual

Harta waris dibagi rata terlebih dahulu untuk bagian garis ayah dan garis ibu sehingga masing-masing garis mendapat 1/2 bagian dan kemudian dibagi rata kembali untuk kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu sehingga:

Garis Ayah (1/2) :

Kakek : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Nenek : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Garis Ibu (1/2) :

Kakek : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Nenek : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000


(38)

Perhitungan menggunakan aplikasi

Gambar 4.19 Hasil Percobaan 3 Hukum Waris Perdata Hasil perhitungan menggunakan aplikasi seperti tampak pada gambar diatas terlihat sesuai 100 % dengan hasil perhitungan secara manual.

4.3.2.4. Golongan III bersama Golongan IV Harta Peninggalan : Rp. 500.000.000 Biaya Pengurusan Jenazah : Rp. 1.000.000 Sisa Harta : Rp. 499.000.000

Ahli Waris :

1. 1 Orang Kakek dari Ayah 2. 1 Orang Nenek dari Ayah 3. Paman dan Bibi dari garis Ibu


(39)

72

Perhitungan manual

Dalam golongan III, sangat dimungkinan terdapat Golongan IV dalam waktu yang bersamaan, yaitu dimana dalam satu garis semuanya telah meninggal, maka bagian dalam satu garis tersebut akan diberikan kepada golongan berikutnya yaitu golongan IV dengan bagian sama besar.

Garis Ayah (1/2) :

Kakek : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Nenek : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Garis Ibu (1/2) :

Paman : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Bibi : 1/2 x 1/2 = 1/4 x Rp. 499.000.000 = Rp. 124.750.000 Perhitungan menggunakan aplikasi


(40)

Hasil perhitungan menggunakan aplikasi seperti tampak pada gambar diatas terlihat sesuai 100 % dengan hasil perhitungan secara manual.

4.4 Hasil Pengujian

Hasil dari beberapa pengujian sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Hasil Percobaan Perhitungan Hukum Waris Islam

Percobaan Ahli Waris Bagian Akurasi

Manual Aplikasi

1

1 Istri 62.375.000 62.375.000

100 % 1 Anak laki-laki 135.145.833 135.145.833

2 Anak perempuan 67.572.917/orang 67.572.917/orang

Ayah 83.166.667 83.166.667

Ibu 83.166.667 83.166.667

2

Ibu 83.166.667 83.166.667

100 % Saudara laki-laki 207.916.667 207.916.667

Saudara perempuan

103.958.333/orang 103.958.333/orang

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Perhitungan Hukum Waris Perdata

Percobaan Ahli Waris

Bagian

Akurasi

Manual Aplikasi

1

1 Istri 166.333.333 166.333.333

100 % 1 Anak 166.333.333 166.333.333

3 Cucu dari 1 anak meninggal

55.444.444/orang 55.444.444/orang

2

Ayah 124.750.000 124.750.000

100 %

Ibu 124.750.000 124.750.000

3 Saudara Kandung


(41)

74

Percobaan Ahli Waris

Bagian

Akurasi

Manual Aplikasi

3

Kakek (dari ayah) 124.750.000 124.750.000

100 % Nenek (dari ayah) 124.750.000 124.750.000

Kakek (dari ibu) 124.750.000 124.750.000 Nenek (dari ibu) 124.750.000 124.750.000

4

Kakek (dari ayah) 124.750.000 124.750.000

100 % Nenek (dari ayah) 124.750.000 124.750.000

Paman (dari ibu) 124.750.000 124.750.000 Bibi (dari ibu) 124.750.000 124.750.000


(42)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan pengujian data yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

1. Aplikasi perhitungan pembagian harta warisan menurut hukum islam dan hukum perdata berhasil dibangun.

2. Berdasarkan perbandingan hasil pengujian perhitungan secara manual dan perhitungan menggunakan aplikasi dapat dihasilkan hasil perhitungan yang sama.

5.2Saran

Adapun saran-saran yang untuk penelitian maupun pengembangan berikutnya adalah: 1. Dapat menghitung pembagian warisan berdasarkan wasiat dan hibah pada

perhitungan hukum waris perdata.

2. Menambahkan pembagian harta warisan anak luar kawin pada perhitungan hukum waris perdata.


(43)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Hukum Warisan Islam

Hukum waris islam adalah seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Nabi tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud harta dari yang telah mati kepada yang masih hidup, yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua yang beragama Islam. (Syarifuddin, 1990).

2.2.Dasar dan Sumber Hukum Waris Islam

Dasar dan sumber utama dari hukum islam, sebagai hukum agama adalah teks yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Ayat ayat yang mengatur kewarisan itu sebagai berikut :

a. An-Nisa : 7

ْق ْْا ا لاوْلا ت م بيصن ء س لل وب ْق ْْا ا لاوْلا ت م بيصن ج لل ۚ ثك ْ أ هْ م لق م وب

ض ْ م يصن “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.”

b. An-Nisa : 8

ْلا ٰىم يْلا ٰىب ْ ْلا ول أ ة ْس ْلا ضح ا إ ف ْعم ً ْوق ْم ل اولوق هْ م ْمهوق ْ ف نيك س


(44)

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

c. An-Nisa : 11

لف نْي ْثا ْوف ء سن نك ْ إف ۚ نْييثْن ْْا ظح لْثم ك لل ْمكدً ْ أ يف َ م يصوي حا ْتن ك ْ إ ت م ثلث ن

س سلا ْ م حا ل ل هْيوبْ ۚ فْص لا لف ه مِف اوبأ هث ل هل ْن ي ْمل ْ إف ۚ ل هل ك ْ إ ت م

ْمكؤ بآ نْيد ْ أ ب يصوي ةيص ْعب ْنم ۚ س سلا ه مِف وْخإ هل ك ْ إف ۚ ثلثلا ْ ت ً ْمكؤ ْبأ

ْقأ ْم يأ

ي ح يلع ك َ إ َ نم ةضي ف ۚ عْ ن ْم ل

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.

Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

d. An-Nisa : 12

م عب لا م لف ل ن ل ك ْ إف ۚ ل ن ل ْن ي ْمل ْ إ ْم جا ْ أ ت م فْصن ْم ل ص ْعب ْنم ۚ نْك ت

ةي

ل ْم ل ك ْ إف ۚ ل ْم ل ْن ي ْمل ْ إ ْم ْك ت م عب لا ن ل ۚ نْيد ْ أ ب نيصوي ْعب ْنم ۚ ْم ْك ت م ن ثلا ن لف

لك وي لج ك ْ إ نْيد ْ أ ب وصوت ةيص ۚ س سلا ْ م حا ل لف تْخأ ْ أ خأ هل أ ْما أ ةل

ْيغ نْيد ْ أ ب ٰىصوي ةيص ْعب ْنم ۚ ثلثلا يف ء ك ش ْم ف كلٰ ْنم ثْكأ اون ك ْ إف َ نم ةيص ۚ ضم

َ ميلح ميلع


(45)

7

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh

isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar utangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”

e. An-Nisa : 176

سْيل كله ؤ ْما إ ۚ ةلل ْلا يف ْم ي ْ ي َ لق كنو ْ ْسي ْمل ْ إ ث ي وه ۚ ت م فْصن لف تْخأ هل ل هل

ن ً ج وْخإ اون ك ْ إ ۚ ت م ثلثلا لف نْي ْثا ن ك ْ إف ۚ ل ل ْن ي نْييثْن ْْا ظح لْثم ك للف ء س

ميلع ءْيش ل ب َ اولضت ْ أ ْم ل َ ن ي ي “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara


(46)

perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

2.3.Asas-asas Pewarisan dalam Hukum Islam

Arief (2008) menjelaskan bahwa asas pewarisan hukum islam dalah sebagai berikut: 1. Bagian warisan laki-laki dengan perempuan adalah 2 berbanding 1 (QS.

An-Nisa : 11).

2. Pembagian harta peninggalan bersifat individual, yaitu mengakui adanya hak milik perseorangan dan setiap ahli waris berhak atas bagian harta yang telah ditentukan.

3. Pembagian harta peninggalan bersifat bilateral artinya pembagian ini berlaku kepada dua pihak (laki-laki dan perempuan).

4. Bagian harta dari masing-masing ahli waris selalu berubah sesuai dengan keberadaan ahli waris lainnya

2.4.Unsur-unsur Hukum Waris Islam

2.4.1. Syarat terjadinya warisan :

(a) Pewaris benar-benar meninggal

(b) Ahli waris masih hidup pada waktu pewaris meninggal.

2.4.2. Sebab-sebab terjadinya warisan : (a) Nikah

(b) Keturunan

(c) Wala’ atau memerdekakan hamba

2.4.3. Rukun terjadinya warisan : 2.4.3.1Pewaris

Pewaris dalam literatur fikih disebut al-muwarrits, adalah seseorang yang telah meninggal dunia dan meninggalkan sesuatu yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup (Syarifuddin, 2004).


(47)

9

2.4.3.2Harta Warisan

Harta warisan menurut hukum Islam adalah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh pewaris yang secara hukum dapat beralih kepada ahli warisnya. Terdapat perbedaan antara harta warisan dengan harta peninggalan. Harta peninggalan adalah semua harta yang ditinggalkan oleh pewaris sedangkan harta warisan adalah harta peninggalan yang secara hukum Islam berhak diterima ahli warisnya (Syarifuddin, 2004).

Harta peninggalan pewaris tidak dapat dibagikan seluruhnya kepada ahli waris disebabkan oleh beberapa hal antara lain pembayaran wasiat yang dikeluarkan dan juga utang-utang pewaris. Setelah bagian-bagian tersebut sudah dikeluarkan dari harta peninggalan maka harta tersebut sudah menjadi harta warisan yang dapat dibagikan kepada ahli waris.

2.4.3.3Ahli Waris

Ahli waris adalah orang yang berhak atas harta warisan yang ditinggalkan oleh orang yang sudah meninggal (pewaris). Disamping adanya hubungan kekerabatan dan perkawinan, terdapat syarat lain seperti berikut (Arief, 2008):

a) Ahli waris masih hidup ketika pewaris meninggal

b) Tidak ada hal yang menghalangi secara hukum untuk menerima warisan c) Tidak terhijab atau tertutup secara penuh oleh ahli waris yang lebih

dekat

Ahli waris berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut (Syarifuddin, 2004):

a) Ahli waris golongan laki-laki: 1. Anak laki-laki

2. Cucu laki-laki 3. Ayah

4. Kakek


(48)

6. Saudara Seayah 7. Saudara Seibu

8. Anak laki-laki saudara kandung 9. Anak laki-laki saudara seayah 10.Paman kandung

11.Paman seayah

12.Anak paman kandung 13.Anak paman seayah 14.Suami

15.Orang yang memerdekakan budak b) Ahli waris golongan perempuan

1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan 3. Ibu

4. Nenek (ibu dari ibu) 5. Nenek (ibu dari ayah) 6. Saudara kandung 7. Saudara seayah 8. Saudara seibu 9. Istri

10.Orang yang memerdekakan budak

Secara garis besar Hukum Kewarisan Islam menetapkan dua macam ahli waris, yaitu ahli waris yang bagiannya sudah ditetapkan secara pasti didalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi (Dzaul Furudh) dan ahli waris yang bagiannya masih terbuka karena tidak ditentukan secara pasti.

2.4.3.4Dzaul Furudh

Didalam Al-Quran dan hadits Nabi disebutkan bagian bagian tertentu dan ahli-ahli waris dengan bagian tertentu. Bagian tertentu itu disebut Furudh dalam bentuk angka pecahan 1/2, 1/4, 1/8, 1/6, 1/3, dan 2/3. Ahli waris dzaul furudh itu adalah :


(49)

11

1. Suami

a) Jika pewaris tidak meniggalkan anak, maka suami mendapat bagian 1/2 dari warisan.

b) Jika pewaris mempunyai anak atau cucu dari anak laki laki dan seterusnya kebawah, maka suami mendapat bagian 1/4 dari harta warisan. (QS.An-Nisa:12).

2. Istri

a) Jika pewaris tidak meniggalkan anak, maka istri mendapat bagian 1/4 dari warisan.

b) Jika pewaris mempunyai anak atau cucu dari anak laki laki dan seterusnya kebawah, maka istri mendapat bagian 1/8 dari harta warisan. (QS.An-Nisa:12).

c) Istri berjumlah maksimal 4 orang. dasar hukum surah An-nisa:3 3. Anak Perempuan

a) Mendapatkan 1/2 harta warisan jika ia seorang saja tanpa adanya saudara (tidak bersama anak laki-laki).

b) Mendapatkan 2/3 harta warisan jika berjumlah dua orang atau lebih dan tidak bersama anak laki-laki. (QS.An-Nisa:11).

4. Cucu perempuan

a) Mendapat 1/2 bagian dari harta warisan jika ia seorang saja serta tidak ada anak yang menjadikannya ahli waris asabah.

b) Mendapat 2/3 bagian dari harta warisan jika apabila terdiri atas dua orang atau lebih, tidak ada anak dan ahli waris lain yang menjadikannya ahli waris ashabah. Dasar hak kewarisan cucu diatas adalah analog atau qiyas kepada anak perempuan.

c) Mendapat 1/6 harta warisan jika bersama dengan seorang anak perempuan.(Hadits dari surahbil menurut riwayat kelompok perawi hadits selain Muslim (al-Bukhariy hlm 188)


(50)

5. Ayah

a) Mendapatkan 1/6 harta warisan jika bersama seorang anak atau cucu laki-laki.

b) Mendapatkan 1/6 harta warisan dan kemudian sisa harta warisan jika bersama anak atau cucu perempuan. (QS.An-Nisa:11).

6. Ibu

a) Mendapatkan 1/6 harta warisan jika bersama anak atau cucu atau saudara yang lebih dari dua orang.

b) Mendapatkan bagian 1/3 jika bersama seorang saudara atau hanya bersama ayah saja. An nisa 11

c) Mendapatkan 1/3 dari sisa harta jika bersama suami atau istri dan ayah. (ulama)

7. Kakek

a) Kakek mendapat bagian 1/6 jika bersama anak atau cucu laki-laki. b) Mendapatkan 1/6 harta warisan dan kemudian sisa harta warisan jika

bersama anak atau cucu perempuan. (analog dengan ayah) 8. Nenek (Ibu dari Ayah atau Ibu dari Ibu)

a) 1/6 jika tidak ada ibu dan bapak dalam susunan ahli waris baik sendirian atau lebih.

9. Saudara perempuan sekandung

a) Mendapat 1/2 bagian jika ia hanya seorang dan pewaris tidak memiliki anak laki2, cucu, atau ayah yang bisa mengahalangi (hijab) dan ahli waris asabah lain.

b) Berhak mewarisi 2/3 bagian jika berjumlah dua orang atau lebih dan pewaris tidak adanya pengahalang (hajib) dan asabah. (QS.An-Nisa:176)


(51)

13

10.Saudara perempuan seayah

a) Mendapat 1/2 bagian harta jika hanya seorang diri dan tidak ada saudara seayah laki-laki.

b) Mendapat 2/3 bagian harta jika ada dua orang atau lebih dan tidak ada saudara laki-laki seayah. (QS.An-Nisa: 176)

c) Mendapatkan 1/6 bagian harta warisan jika bersama saudara perempuan sekandung. (ulama)

11.Saudara laki-laki dan perempuan seibu.

a) Mendapat bagian 1/6 bila hanya seorang diri.

b) Mendapat bagian 1/3 jika lebih dari seorang dan diantaranya berbagi sama banyak. (QS.An-Nisa:12).

2.4.3.5Ashabah

Ahli waris ashabah adalah para ahli waris yang menerima bagian sisa dari harta peninggalan yang telah dikurangi dengan bagian bagian yang diterima dzaul furudh. Ahli waris ashabah berhak mendapat seluruh harta jika hanya sendirian dan jika harta habis terbagi kepada golongan dzaul furudh maka tidak mendapat bagian apapun dari harta warisan (Arief, 2008).

Hadits Nabi dari Ibnu Abbas menurut riwayat al-bukhari dalam al-bukhariy, shahih al-bukhariy IV dan Muslim dalam al-nawawiy,syarhu shahih muslim : “berikanlah Faraid ( bagian bagian yang ditentukan) itu kepada yang berhak dan selebihnya berikanlah untuk anak laki-laki dari ketrunan laki-laki yang terdekat”.

Ahli waris ashabah terbagi menjadi 3 macam, yaitu : a) Ashabah binafsihi

Ashabah binafsihi adalah ahli waris yang berhak mendapat seluruh harta atau sisa harta dengan sendirinya. Yang menjadi ahli waris ashabah binafsihi adalah seluruh ahli waris golongan laki-laki berurutan.


(52)

1. Anak laki-laki

Anak laki-laki jika sendirian berhak atas seluruh harta dan jika bersama ahli waris lain maka berhak atas sisa harta.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari dua orang anak laki-laki, ayah, ibu, dan istri maka pembagiannya sebagai berikut :

Ayah mendapat 1/6 = 4/24 (karena bersama anak) Ibu mendapat 1/6 = 4/24 (karena bersama anak)

Istri mendapat 1/8 = 3/24 (karena bersama anak) TOTAL = 11/24

Dua anak laki-laki mendapat sisa harta sebanyak 13/24. Maka, masing-masing anak laki-laki mendapat bagian 13/48.

2. Cucu laki-laki

Cucu laki-laki mewarisi sebagai ashabah bila anak laki-laki sudah meninggal, baik anak itu adalah ayahnya sendiri atau saudara dari ayahnya. kewarisan cucu laki-laki sama dengan kewarisan anak laki-laki.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari ibu, istri, dan cucu laki-laki maka pembagiannya sebagai berikut :

Ibu mendapat 1/6 = 4/24 (karena bersama cucu)

Istri mendapat 1/8 = 3/24 (karena bersama cucu) TOTAL = 7/24

Cucu laki-laki mendapat sisa harta sebanyak 17/24 3. Ayah

Ayah berkedudukan sebagai ashabah bila pewaris tidak meninggalkan anak atau cucu laki-laki. Jika ada anak atau cucu maka ayah hanya akan


(53)

15

menerima bagian sebagai dzaul furudh sebesar 1/6. Ayah juga secara bersamaan dapat menerima bagian sebagai dzaul furudh dan ashabah jika tidak ada anak atau cucu.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari dua orang anak perempuan, ayah, dan suami maka pembagiannya sebagai berikut :

Ayah mendapat 1/6 = 2/12 (bagian dzaul furudh) Anak perempuan mendapat 2/3 = 8/12

TOTAL = 10/12

Karena pembagian harta warisan memiliki sisa maka ayah sebagai ashabah mendapatkan sisa harta sebanyak 2/12 bagian sehingga ayah jika dijumlahkan ayah mendapat 4/12 bagian.

4. Kakek

Kakek berkedudukan sebagai ashabah jika dalam susunan ahli waris tidak terdapat anak atau cucu, dan tidak ada pula ayah. Kewarisan kakek sama dengan kewarisan ayah.

5. Saudara kandung laki-laki

Saudara kandung menjadi ahli waris ashabah jika tidak bersama anak atau cucu laki-laki dan tidak juga ayah. Dapat mewaris bersama anak atau cucu perempuan, saudara perempuan kandung atau seayah, ibu atau nenek, suami atau istri, saudara seibu laki-laki dan perempuan.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari ibu, istri, anak perempuan, dan saudara laki-laki maka pembagiannya sebagai berikut :

Ibu mendapat 1/6 = 4/24 (karena bersama anak)

Istri mendapat 1/8 = 3/24 (karena bersama anak) Anak perempuan mendapat 1/2 = 12/24


(54)

TOTAL = 19/24

Saudara kandung mendapat sisa harta sebanyak 5/24. 6. Saudara laki-laki seayah

Saudara laki-laki seayah menjadi ahli waris ashabah tidak bersama anak, cucu, ayah, dan saudara kandung laki-laki. Hak kewarisan saudara seayah sama dengan saudara kandung, kecuali dalam hal berikut :

o Saudara kandung laki-laki dapat mengajak saudara kandung

perempuan menjadi ahli waris ashabah bi ghairihi, sedangkan saudara seayah tidak bisa.

o Saudara kandung dapat berserikat dengan saudara seibu dalam kasus

musyakarah sedangkan saudara seayah laki-laki tidak bisa. Contoh:

Ahli waris terdiri dari ibu, istri dan saudara seayah maka pembagiannya sebagai berikut :

Ibu mendapat 1/3 = 4/12 (karena ada saudara) Istri mendapat 1/4 = 3/12 (karena tidak anak) TOTAL = 7/12

Saudara seayah mendapat sisa harta sebanyak 5/12. 7. Anak saudara kandung laki-laki

Anak saudara kandung laki-laki menjadi ahli waris ashabah bila tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara kandung laki-laki dan saudara seayah. Kewarisan anak saudara kandung sama dengan kewarisan saudara kandung laki-laki.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari anak perempuan, istri dan anak saudara kandung laki-laki maka pembagiannya sebagai berikut :


(55)

17

Istri mendapat 1/8 = 1/8 (karena bersama anak)

TOTAL = 5/8

Anak saudara kandung mendapat sisa harta sebanyak 3/8. 8. Anak saudara seayah laki-laki

Anak saudara seayah laki-laki dapat menjadi ahli waris ashabah bila tidak bersama anak atau cucu laki-laki, ayah atau kakek, saudara kandung atau seayah dan anak saudara laki-laki kandung.

9. Paman kandung

Paman kandung dapat menjadi ahli waris ashabah jika tidak bersama anak atau cucu, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau seayah, anak dari saudara kandung atau seayah.

10.Paman seayah

Paman seayah dapat menjadi ahli waris ashabah jika tidak bersama anak atau cucu, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau seayah, anak dari saudara kandung atau seayah dan paman kandung.

11.Anak paman kandung

Anak paman kandung dapat menjadi ahli waris ashabah jika tidak bersama anak atau cucu, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau seayah, anak dari saudara kandung atau seayah, dan pamn kandung atau seayah. 12.Anak paman seayah

Anak paman seayah dapat menjadi ahli waris ashabah jika tidak bersama anak atau cucu, ayah atau kakek, saudara laki-laki kandung atau seayah, anak dari saudara kandung atau seayah, paman kandung atau seayah, dan anak paman kandung.

b) Ashabah bi Ghairihi

Ashabah bi ghairihi adalah seseorang yang bukan ashabah karena ia perempuan, namun karena ada bersama saudara laki-lakinya mak ia menjadi ashabah. Yang berhak menjadi ahli waris ashabah bi ghairihi adalah :


(56)

1. Anak perempuan bila bersama dengan anak laki-laki atau cucu laki-laki. Bila ahli waris hanya mereka berdua, maka keduanya mengambil semua harta dengan ketentuan jumlah bagian laki-laki dua kali bagian perempuan. Dan jika ada ahli waris yang lain maka mereka mendapat sisa harta.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari ibu, ayah, suami, dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan maka pembagiannya sebagai berikut :

Ibu mendapat 1/6 = 2/12 Ayah mendapat 1/6 = 2/12

suami mendapat 1/4 = 3/12 (karena bersama cucu)

TOTAL = 7/12

Dua anak laki-laki dan perempuan mendapat sisa harta sebanyak 5/12. Dengan perbandingan 2:2:1 maka bagian anak laki-laki masing masing 2/5 x 5/12 = 10/60 dan anak perempuan 1/5 x 5/12 = 5/60.

2. Cucu Perempuan bersama dengan cucu laki-laki atau anak laki-laki dari cucu laki-laki. Bila ahli waris hanya mereka berdua, maka keduanya mengambil semua harta dengan ketentuan jumlah bagian laki-laki dua kali bagian perempuan. Dan jika ada ahli waris yang lain maka mereka mendapat sisa harta.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari suami, cucu laki-laki dan cucu perempuan maka pembagiannya sebagai berikut :

Suami mendapat 1/4 = 3/12 (karena bersama cucu)

Cucu laki-laki dan cucu perempuan mendapat sisa harta sebanyak 3/4 Cucu laki-laki 2/3 x 3/4 = 6/12 = 1/2


(57)

19

3. Saudara perempuan kandung bila bersama dengan saudara laki-laki kandung. Bila ahli waris hanya mereka berdua, maka keduanya mengambil semua harta dengan ketentuan jumlah bagian laki-laki dua kali bagian perempuan. Dan jika ada ahli waris yang lain maka mereka mendapat sisa harta.

Contoh:

Ahli waris terdiri dari anak perempuan, suami, ibu, saudara laki-laki kandung dan saudara perempuan kandung maka pembagiannya sebagai berikut :

Suami mendapat 1/4 = 6/24 Anak perempuan mendapat 1/2 = 12/24 Ibu mendapat 1/6 = 4/24

TOTAL = 22/24

Saudara laki-laki dan saudara perempuan kandung mendapat sisa harta sebanyak 2/24 atau 1/12

Saudara laki-laki 2/3 x 1/12 = 2/36 Saudara perempuan 1/3 x 1/12 = 1/36

4. Saudara perempuan seayah bila bersama dengan saudaranya yang laki-laki. Bila ahli waris hanya mereka berdua, maka keduanya mengambil semua harta dengan ketentuan jumlah bagian laki-laki dua kali bagian perempuan. Dan jika ada ahli waris yang lain maka mereka mendapat sisa harta.

c) Ashabah ma’a Ghairihi

Ashabah ma’a Ghairihi adalah ashabah karena bersama dengan orang lain.

Ashabah ma’a ghairihi sebenarnya bukan ashabah namun karena kebetulan

bersamanya ada ahli waris yang bukan ashabah juga maka ia dinyatakan sebagai ashabah sedangkan orang yang menyebabkannya menjadi ashabah tetap bukan ashabah (Syarifuddin, 2004).


(58)

Ashabah ma’a ghairihi khusus berlaku untuk saudara perempuan kandung atau seayah pada saat bersamanya ada anak perempuan. Anak perempuan tersebut menjadi ahli waris furudh sedangkan saudara perempuan menjadi ashabah.

Contoh :

Ahli waris terdiri dari anak perempuan, cucu perempuan dan saudara perempuan Pembagiannya :

Anak perempuan mendapat 1/2 Cucu perempuan mendapat 1/6

Saudara Perempuan mendapat sisa harta 1/3. 2.4.3.6Dzaul Arham

Ahli waris dzaul arham adalah ahli waris yang memiliki hubungan kerabat dengan pewaris namun tidak terdapat dalam golongan dzaul furudh maupun ashabah. Jika setelah harta dibagikan kepada golongan dzaul furudh dan ashabah masih terdapat sisa maka golongan dzaul arham berhak atas harta tersebut.

Secara berkelompok ahli waris dzaul arham dapat diuraikan menjadi seperti berikut:

a. Garis kebawah yaitu: anak dari anak perempuan baik laki-laki atau perempuan seterusnya kebawah.

b. Garis keatas yaitu : ayahnya ibu, ayah dari ayahnya ibu dan ibu dari ayah ibu dan seterusnya keatas yg dihubungkan melaui perempuan c. Garis ke samping pertama yaitu: anak perempuan saudara kandung,

saudara seayah, saudara seibu beserta keturunannya kebawah.

d. Garis kesamping kedua yaitu : saudara perempuan dari ayah, kandung atau seayah serta keturunannya; anak-anak perempuan dari paman kandung atau seayah serta anak-anaknya; saudara seibu dari ayah baik laki-laki maupun perempuan beserta anak-anaknya.


(59)

21

2.4.3.7‘Aul

‘Aul adalah keadaan dimana angka pembilang lebih besar dari angka penyebut misalnya 9/6. Keadaan seperti ini berarti jumlah harta warisan yang akan dibagikan kurang atau tidak mencukupi untuk dibagikan merata kepada semua ahli waris yang ada. Jumhur ulama berpendapat bahwa kekurangan kadar harta itu dibebankan kepada semua yang berhak berdasarkan kadar perbandingan furudh mereka sehingga hak mereka menjadi berkurang secara adil. Kekurangan bagian masing-masing terjadi dikarenakan penyebut pecahan yang dinaikkan (Syarifuddin, 2008).

Contoh 1:

Ahli Waris terdiri dari suami, saudara perempuan, dan ibu. Suami mendapat 1/2 = 3/6

Saudara perempuan mendapat 1/2 = 3/6 Ibu mendapat 1/3 = 2/6

TOTAL = 8/6

Maka jika diselesaikan dengan cara ‘aul penyebut akan dinaikkan menjadi 8 sehingga menjadi 8/8. Maka bagian masing masing pun berubah menjadi : Suami mendapat 3/8

Saudara Perempuan 3/8 Ibu mendapat 2/8 TOTAL = 8/8 Contoh 2 :

Ahli Waris terdiri dari istri, 2 anak perempuan, ayah dan ibu Istri mendapat 1/8 = 3/24

2 anak perempuan mendapat 2/3 = 16/24 Ayah mendapat 1/6 = 4/24


(60)

Ibu mendapat 1/6 = 4/24 TOTAL 27/24

Maka diselesaikan dengan cara menaikkan penyebut dari 24 menjadi 27 sehingga bagian masing masing menjadi :

Istri mendapat 3/27 2 anak perempuan mendapat 16/27

Ayah mendapat 4/27

Ibu mendapat 4/27 TOTAL = 27/27

2.4.3.8Radd

Menurut istilah radd adalah berkurangnya pokok masalah dan bertambahnya jumlah bagian ashhabul furudh. Terjadinya masalah radd apabila pembilang lebih kecil daripada penyebut dan merupakan kebalikan dari masalah aul. Aul pada dasarnya kurangnya yang akan dibagi, sedangkan pada radd ada kelebihan setelah diadakan pembagian (Syaikh Muhammad, 2012).

Keadaan ini bisa terjadi jika tidak adanya ahli waris yang akan mengambil seluruh sisa harta. Jumhur ulama berpendapat bahwa sisa harta yang ada diserahkan kepada ahli waris yang ada disebabkan oleh hubungan rahim. Dengan demikian suami atau istri tidak dapat mengambil seluruh sisa harta.(Syarifuddin, 2008)

Contoh:

Ahli waris terdiri dari 3 saudara perempuan dan ibu 3 saudara kandung mendapat 2/3 = 4/6

ibu mendapat 1/6 = 1/6 TOTAL = 5/6

Maka dapat diselesaikan dengan mengurangi penyebut dari 6 menjadi 5 sehingga bagian masing-masing menjadi:


(61)

23

3 saudara kandung mendapat 4/5; masing masing mendapat 4/15 Ibu mendapat 1/5.

2.4.3.9Hijab

Menurut Syaikh Muhammad (2012) sebagian ahli waris terhalang haknya untuk mendapat warisan karena keberadaan ahli waris yang lain yang lebih tinggi kedudukannya. Mereka adalah sbb:

AHLI WARIS LAKI-LAKI

1. Cucu dari anak laki tidak mendapat warisan apabila ada anak laki-laki. 2. Kakek tidak mendapat warisan apabila ada bapak.

3. Saudara sekandung tidak mendapat warisan apabila ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek.

4. Saudara laki seayah tidak mendapat warisan apabila ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki-laki, bapak, kakek (menurut beberapa pendapat), saudara laki-laki kandung, saudara perempuan kandung jika menjadi ashabah dengan anak perempuan.

5. Saudara laki-laki seibu tidak mendapat warisan apabila ada anak laki atau perempuan, cucu laki atau perempuan dari anak laki-laki, bapak, kakek.

6. Anak saudara laki-laki kandung tidak mendapat warisan apabila ada Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki kandung, saudara laki seayah, dan saudara perempuan kandung atau seayah jika menjadi ashabah.

7. Anak saudara laki seayah tidak mendapat warisan apabila ada penghalang dalam poin 6, ditambah anak saudara sekandung.

8. Paman kandung tidak mendapat warisan apabila ada penghalang dalam poin 7, ditambah anak saudara seayah.

9. Paman seayah tidak mendapat warisan apabila ada penghalang dalam poin 8, ditambah paman kandung.

10.Anak paman kandung tidak mendapat warisan apabila ada penghalang dalam poin 9, ditambah paman seayah.


(62)

11.Anak paman seayah tidak mendapat warisan apabila ada penghalang dalam poin 9, ditambah anak paman kandung.

12.Pemilik yang membebaskan budak tidak mendapat warisan apabila ada Semua ashabah nasabiyah.

AHLI WARIS PEREMPUAN

1. Cucu perempuan dari anak laki-laki tidak mendapat warisan apabila ada anak laki-laki, dua anak perempuan.

2. Nenek tidak mendapat warisan apabila ada ibu.

3. Saudara perempuan kandung tidak mendapat warisan apabila ada Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek.

4. Saudara perempuan seayah tidak mendapat warisan apabila ada anak laki-laki, cucu laki-laki dan anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki kandung, saudara perempuan kandung jika menjadi ashabah dengan anak perempuan, dua saudara perempuan kandung, apabila saudara perempuan seayah tidak memiliki saudara laki.

5. Saudara perempuan seibu tidak mendapat warisan apabila ada anak laki-laki atau perempuan, cucu laki-laki-laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki-laki-laki, bapak, kakek.

6. Mu’tiqah (perempuan pembebas budak) tidak mendapat warisan apabila

ada semua ashabah nasabiyah.

2.5.Hilangnya Hak Kewarisan 2.5.1. Pembunuhan

Pembunuhan mengahalangi seseorang untuk mendapatkan hak warisan dari orang yang dibunuhnya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi “Pembunuh tidak boleh mewarisi”.

2.5.2. Berbeda Agama

Orang yang berbeda agama tidak saling mewarisi. Seseorang muslim tidak mewarisi pewaris yang non-muslim, begitu juga sebaliknya non-muslim tidak mewarisi harta pewaris yang muslim.


(63)

25

Dasar dari halangan ini adalah hadits Nabi dari Usamah bin Zaid menurut riwayat al-Bukhari dan Muslim yang maksudnya:”seseorang yang non-muslim tidak mewarisi seseorang muslim dan muslim tidak mewarisi non-muslim”.

2.6.Penyelesaian Harta Warisan

Sebelum melaksanakan pembagian harta warisan terdapat hal-hal yang harus dilakukan terlebih dahulu. Didalam surah An-Nisa ayat 11 dan 12 disebutkan dua kewajiban sebagai prasyarat pembagian warisan yaitu pemberian wasiat dan pembayaran utang.

Urutan tindakan sebelum pembagian harta warisan adalah sebagai berikut (Syarifuddin, 2008) :

1) Biaya Pengurusan Jenazah

Didalam Al-Qur’an tidak dijelaskan sama sekali tentang biaya pengurusan jenazah, namun hasil ijthad dari ulama jumhur menetapakan bahwa biaya pengurusan jenazah merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan. Tentang berapa jumlah biaya yang harus dibebankan pada harta peninggalan tidak ada petunjuk pasti dari

Al-Qur’an ataupun hadits Nabi. Namun, firman Allah dalam surah Al-An’am : 14 yang

menjelaskan tentang hidup sederhana dan tidak berlebihan dapat menjadi rujukan untuk tidak melakukan pemborosan dalam urusan jenazah agar tidak banyak mengurangi harta yang akan dibagikan kepada ahli waris.

2) Pembayaran Utang Pewaris

Utang dari seseorang yang telah meninggal tidak menjadi beban ahi waris karena utang itu dalam pandangan islam tidak diwarisi. Utang menjadi beban terhadap harta yg ditinggalkan oleh pewaris. Tidak dibebankannya utang kepada ahli warisnya dipahami dari firman Allah SWT dalam surah Al-An’am : 164; Al-Isra’ : 15; Al-Fathir : 18; Al-Zumar : 7 dan An-Najm : 38 yang menjelaskan bahwa beban seseorang tidaklah dibebankan kepada orang lain.

Bila utang itu cukup besar sehingga menghabiskan semua harta peninggalan, maka semua harta dikeluarkan untuk melunansinya dan jika tidak cukup maka apa yang ada dibagikan kepada para pemberi utang sesuai kadar piutang tanpa memberatkan kekurangan itu kepada ahli waris.


(64)

Hadits Nabi dari Abu Hurairah menurut riwayat Bukhari dan muslim mengatakan bahwa beliau akan membayarkan utang orang yang tidak sanggup membayarnya maka dapat dipahami bahwa kekurangan harta pewawris itu dapat dibebankan ke baitul mal.

Namun jika ada kerelaan dari pihak ahli waris untuk melunasi pembayaran utang adalah tindakan yg lebih bijak ataupun ada kerelaan dari pihak pemberi utang untuk melepaskan kekurangan dari pembayaran utang tersebut.

3) Penyerahan Wasiat

Dalam surah Al-Baqarah : 180 Allah SWT menyatakan bahwa diwajibkan jika memiliki harta yang banyak untuk berwasiat kepada orang tua dan karib kerabat secara makruf. Kemudian pelaksanaan ayat tersebut dibatasi oleh hadits Nabi dari Abu Umamah menurut riwayat ahmad yang berbunyi “tidak boleh wasiat untuk ahli waris”. Maka dari surah dan hadits tersebut dapat dipahami bahwa orang tua dan karib kerabat dapat menerima harta warisan apabila mereka tidak dapat menerima dikarenakan terhalang oleh ahli waris yang lebih berhak. Jadi yang dapat diterima adalah wasiat bukan harta warisan.

Batas maksimal wasiat ditentukan dalam hadits Nabi dari Sa’ad bin Waqqash menurut riwayat al-Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa wasiat tidak boleh lebih dari sepertiga.

2.7.Hukum Waris Perdata

2.7.1. Landasan Hukum Waris Perdata

Pewarisan dalam KUH perdata terdapat dalam Buku II mengenai kebendaan pada Bab Kedua Belas tentang pewarisan karena kematian. Ketentuan ini dimulai dari pasal 830 KUH perdata sampai dengan pasal 1130.

Bab Kedua Belas tentang Pewarisan karena kematian : 1. Pasal 830-851 KUHP tentang Ketentuan Umum.

2. Pasal 852-861 KUHP tentang Pewarisan Para Keluarga Sedarah yang Sah dan si Suami atau Istri yang Hidup Terlama.

3. Pasal 862-873 KUHP tentang Pewarisan dalam Hal Adanya Anak Luar Kawin.


(65)

27

Bab Ketiga Belas tentang Surat Wasiat:

1. Pasal 874-894 KUHP tentang Ketentuan Lain.

2. Pasal 895-912 KUHP tentang Kecakapan Seorang untuk Membuat Surat Wasiat.

3. Pasal 913-929 KUHP tentang Legieteme Portie. 4. Pasal 930-953 KUHP tentang Bentuk Sesuatu Wasiat. 5. Pasal 954-956 KUHP tentang Wasiat Pengangkatan Waris. 6. Pasal 957-972 KUHP tentang Hibah Wasiat.

7. Pasal 973-988 KUHP tentang Pengangkatan Wasiat dengan Lompat Tangan yang di Izinkan.

8. Pasal 989-991 KUHP tentang Pengangkatan Wasiat dengan Lompat Tangan. 9. Pasal 992-1004 KUHP tentang Pencabutan dan Gugurnya Wasiat.

10.Pasal 1005-1022 KUHP tentang Pelaksana Wasiat dan Pengaruh Harta Peninggalan.

11.Pasal 1023-1043 KUHP tentang Hak Memilih dan Hak Istimewa untuk Pendapatan Harta Peninggalan

Bab Keenam Belas tentang Hak menerima dan Memilih Suatu Warisan: 1. Pasal 1044-1056 KUHP tentang Hak Menerima Suatu Warisan. 2. Pasal 1057-1065 KUHP tentang Hak Menolak Suatu Warisan. Bab Ketujuh Belas tentang Pewarisan Harta Peninggalan:

1. Pasal 1066-1087 KUHP tentang Pemisahan Harta Peninggalan dan Akibatnya.

2. Pasal 1088-1099 KUHP tentang Pemasukan.

3. Pasal 1100-1111 KUHP tentang Hal Pembayaran Utang-Utang.

4. Pasal 1112-1120 KUHP tentang Pembatalan Suatu Pemisahan Harta Peninggalan yng telah Disetujui.

5. Pasal 1121-1125 KUHP tentang Pembagian Warisan. Bab Kedelapan Belas :


(66)

2.7.2. Unsur-Unsur Terjadinya Pewarisan

Ada tiga syarat terjadinya pewarisan (Ali, 2008), yaitu :

1. Ada orang yang meninggal dunia (pewaris). Pewaris adalah seseorang yang meninggal dunia, baik laki-laki maupun perempuan yang meninggalkan sejumlah harta kekayaan baik berupa hak maupun kewajiban yang harus dilaksanakan selama hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat (Suparman, 2005). 2. Ada orang yang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh warisan

pada saat pewaris meninggal dunia (ahli waris). Menurut Eman Suparman (2005) ahli waris adalah orang yang berhak menerima pusaka. Ahli waris, yaitu sekalian orang yang menjadi waris, berarti orang orang yang berhak menerima harta peninggalan.

3. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris (harta warisan). Dalam undang undang terdapat dua cara untuk mendapatkan suatu warisan, yaitu sebagai berikut:

1. Secara ab instento (ahli waris menurut undang undang) dalam pasal 832.

Menurut ketentuan undang undang ini, yang berhak menerima bagian warisan adalah para keluarga sedarah, baik sah maupun diluar kawin dan suami istri yang hidup terlama. Keluarga sedarah yang menjadi ahli waris ini dibagi menjadi 4 golongan yang masing-masing merupakan ahli waris golongan pertama, kedua, ketiga dan golongan keempat.

2. Secara testamentair (ahli waris karena ditunjuk dalam surat wasiat (testamen)) dalam pasal 899. Pemilik kekayaan membuat wasiat utuk para ahli warisnya yang ditunjuk dalam surat wasiat.

Dalam mewaris menurut undang-undang dibedakan : 1) Mewaris langsung

Mewaris langsung adalah orang yang berkedudukan sebagai ahli waris langsung karena diri sendiri.

2) Mewaris tidak langsung (dengan cara mengganti)

Mewaris tidak langsung adalah mewaris untuk orang yang sudah meninggal terlebih dahulu daripada sipewaris. Ia menggantikan ahli waris yang telah meniggal lebih dulu dari si pewaris.


(67)

29

2.8.Golongan Ahli Waris

Menurut KUH Perdata, ahli waris menurut undang-undang atau ahli waris ab intestato berdasarkan hubungan darah dibagi menjadi 4 golongan, yaitu sebagai berikut 2.8.1. Golongan I

Yang termasuk dalam golongan pertama adalah :

a. Anak-anak beserta keturunannya, tanpa membedakan jenis kelamin, dari perkawinan pertama atau selanjutnya dimana bagian mereka sama besar dan mewaris kepala demi kepala dan mengenal sistem pergantian. (Asri, Benyamin (1988))

b. Suami atau istri yang ditinggalkan pewaris yang hidup paling lama. Pembagian suami atau istri dari perkawinan pertama adalah sama besar dengan bagian anak, kecuali istri atau suami dari perkawinan kedua, yang mendapat bagian maksimal 1/4 bagian dari harta warisan atau tidak boleh melebihi bagian anak yang terkecil apabila perkawinan pertama memiliki anak (Pasal 852(a) KUHP).

Perhitungan Golongan I

 Kepala Demi Kepala (pasal 852 BW)

Yaitu pembagian harta waris kepada ahli waris secara merata kepada seluruh ahli warisnya. Contoh : Jika pewaris meninggalkan satu orang istri dan empat orang anak maka masing-masing ahli waris mendapatkan bagian 1/5 bagian karena ada total 5 ahli waris

 Pancang Demi Pancang

Yaitu pembagian kepada keturunan yang menggantikan posisi ahli waris yang seharusnya mendapatkan bagian tersebut dan dibagi per pancang. Contoh :


(68)

Pertama pembagian dilakukan secara kepala per kepala antara istri dengan anak, maka A, B dan C mendapat 1/3 bagian. Dikarenakan adanya anak yang meninggal terlebih dahulu dan dia meninggalkan keturunan maka bagian C yang 1/3 diberikan kepada keturunannya yaitu D, E, F.

A = 1/3 bagian B = 1/3 bagian D = 1/9 bagian E = 1/9 bagian F = 1/9 bagian

Dalam pasal 852 (a) menentukan bahwa apabila perkawinan suami atau istri itu adalah untuk kedua kalinya atau selanjutnya, maka suami / istri yang baru tidak akan mendapat bagian warisan yang jumlahnya lebih besar daripada bagian warisan terkecil yang akan diterima oleh salah seorang anak tadi atau tidak boleh menerima lebih dari 1/4 harta peninggalan pewaris.

2.8.2. Golongan II

Ahli waris golongan kedua yaitu keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tua (ayah dan ibu), saudara-saudara laki-laki dan perempuan dan keturunannya, serta saudara seayah dan seibu. Ahli waris golongan kedua mendapatkan bagiannya jika tidak ada golongan pertama pada saat pembagian harta warisan

Aturan pembagian golongan II:  Saudara Kandung:

o Jika Pewaris meninggalkan 1 orang saudara dan kedua orang tuanya (Ayah

& Ibu), maka masing-masing ahli waris tersebut, yaitu ayah, ibu dan seorang saudara akan mendapat 1/3 bagian.(Pasal 854 (a))

o Jika Pewaris meninggalkan 2 orang saudara atau lebih dan kedua orang

tuanya (Ayah & Ibu), maka ayah dan ibunya masing-masing akan mendapat 1/4 bagian. Dan saudara-saudaranya akan mendapatkan bagian sisa dari harta yang telah diambil untuk ayah dan ibu pewaris.(Pasal 854(b))


(69)

31

o Jika Pewaris meninggalkan 2 orang saudara dan salah satu orang tuanya

(Ayah atau Ibu), maka ayah atau ibunya dan kedua saudaranya masing-masing akan mendapat 1/3 bagian.(Pasal 855)

o Jika Pewaris meninggalkan 3 orang saudara atau lebih dan salah satu orang

tuanya (Ayah atau Ibu), maka ayah atau ibunya akan mendapatkan dulu ¼ bagian. Dan saudara-saudaranya akan mendapatkan bagian sisa dari harta yang telah diambil untuk ayah atau ibu Pewaris tersebut.(Pasal 855)

o Jika pewaris hanya meninggalkan saudara-saudaranya makan seluruh harta

dibagi rata diantara saudara. (Pasal 856)  Saudara Seayah atau Seibu

Jika dalam susunan ahli waris terdapat saudara kandung, saudara seibu, dan saudara seayah maka pembagiannya harus dicloving dulu yaitu dibagi dua antara bagian garis ayah dan garis ibu. Saudara kandung mendapatkan bagian dari garis ayah dan juga ibu, sedangkan saudara seayah atau seibu mendapat bagian dari garis ayah atau ibu.

2.8.3. Golongan III

Ahli waris golongan ketiga yaitu keluarga sedarah dalam garis lurus keatas yaitu para kakek dan nenek dari garis ayah dan ibu. Golongan III mendapat bagian jika si pewaris tidak meninggalkan suami atau istri dan keturunan (golongan I), orang tua dan saudara saudara serta keturunannya (golongan II).

Menurut Pasal 850 dan 853 KUH perdata harta warisan harus dibagi atau dibelah menjadi dua bagian sama besar dahulu yaitu satu bagian untuk ahli waris dari keluarga ayah (kakek dan nenek ayah) dan satu bagian lainnya untuk ahli waris keluarga ibu (kakek dan nenek ibu). Pembagian dilakukan secara kepala per kepala.

Contoh Perhitungan Golongan III :


(70)

Harta waris dibagi rata terlebih dahulu untuk bagian garis ayah dan garis ibu sehingga masing-masing garis mendapat 1/2 bagian dan kemudian dibagi rata kembali untuk kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu sehingga:

Garis Ayah (1/2) :

Kakek : 1/2 x 1/2 = 1/4 Nenek : 1/2 x 1/2 = 1/4 Garis Ibu (1/2) :

Kakek : 1/2 x 1/2 = 1/4 Nenek : 1/2 x 1/2 = 1/4 2.8.4. Golongan IV

Ahli waris golongan keempat yaitu keluarga sedarah dalam garis menyamping yaitu saudara-saudara dari garis ayah dan saudara-saudara dari garis ibu yaitu paman dan bibi dari keluarga ayah beserta keturunannya dan paman dan bibi dari keluarga ibu beserta keturunannya.

Golongan III dan IV dimungkinkan mendapat harta warisan bersama-sama jika dalam satu garis golongan III (kakek dan nenek dari ayah atau kakek dan nenek dari ibu) tidak ada maka golongan IV dan menggantikan garis golongan III yang tidak ada.(Pasal 853 jo 858 BW). Pembagian juga dilakukan dengan cara membagi dua lebih dulu untuk garis ayah dan ibu.

Contoh :


(1)

vi

DAFTAR ISI

Hal.

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Batasan Masalah 2

1.4. Tujuan Penelitian 2

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Metodologi Penelitian 3

1.7. Sistematika Penulisan 4

BAB 2 LANDASAN TEORI 5

2.1. Hukum Kewarisan Islam 5

2.2. Dasar dan Sumber Hukum Waris Islam 5

2.3. Asas-asas Pewarisan dalam Hukum Islam 8

2.4. Unsur-unsur Hukum Waris Islam 8

2.4.1. Syarat Terjadinya Warisan 8

2.4.2. Sebab-sebab Terjadinya Warisan 8

2.4.3. Rukun Terjadinya Warisan 8

2.4.3.1. Pewaris 8


(2)

vii

2.4.3.3. Ahli Waris 9

2.4.3.4. Dzaul Furudh 10

2.4.3.5. Ashabah 13

2.4.3.6. Dzaul Arham 20

2.4.3.7. ‘Aul 21

2.4.3.8. Radd 22

2.4.3.9. Hijab 23

2.5. Hilangnya Hak Kewarisan 24

2.5.1. Pembunuhan 24

2.5.2. Berbeda Agama 24

2.6. Penyelesaian Harta Warisan 25

2.7. Hukum Waris Perdata 26

2.7.1. Landasan Hukum Waris Perdata 26

2.7.2 Unsur-unsur Pewarisan 28

2.8. Golongan Ahli Waris 29

2.8.1. Golongan I 29

2.8.2. Golongan II 30

2.8.3. Golongan III 31

2.8.4. Golongan IV 32

2.8.5. Ahli Waris yang Tidak Patut Mewaris 33

2.8.6. Penolakan Harta Warisan 34

2.8.7. Masalah Utang Pewaris 34

2.9. Penelitian Terdahulu 35

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 36

3.1. Analisis Sistem 36

3.2. Arsitektur Umum 37

3.3. Perancangan Sistem 43

3.3.1. Use Case Diagram 43

3.3.2. Use Case Specification Dan Activity Diagram 44

3.4. Perancangan Desain Antarmuka 49

3.4.1. Halaman Menu Utama 49


(3)

viii

3.4.3. Halaman Menu Hukum Waris Perdata 50 3.4.4. Halaman Perhitungan Hukum Waris Islam 51 3.4.5. Halaman Perhitungan Hukum Waris Perdata 52 3.4.6. Halaman Tentang Hukum Waris Islam 54 3.4.7. Halaman Tentang Hukum Waris Perdata 55

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 56

4.1. Implementasi Sistem 56

4.1.1. Spesifikasi Perangkat Keras dan Lunak 56

4.2. Implementasi Perancangan Antarmuka 57

4.2.1. Tampilan Menu Utama 57

4.2.2. Tampilan Menu Utama Hukum Islam 57

4.2.3. Tampilan Halaman Perhitungan Warisan Hukum Islam 58 4.2.4. Tampilan Halaman Tentang Hukum Waris Islam 59 4.2.5. Tampilan Menu Hukum Waris Perdata 59 4.2.6. Tampilan Halaman Perhitungan Warisan Hukum Perdata 60 4.2.7. Tampilan Halaman Tentang Hukum Waris Perdata 62

4.3. Pengujian Sistem 63

4.3.1. Pengujian Hukum Waris Islam 63

4.3.2. Pengujian Hukum Waris Perdata 67

4.3.2.1. Golongan I 67

4.3.2.2. Golongan II 68

4.3.2.3. Golongan III 70

4.3.2.4. Golongan III bersama Golongan IV 71

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 75

5.1. Kesimpulan 75

5.2. Saran 75


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu 35

Tabel 3.1. Ahli Waris Hukum Waris Islam 38

Tabel 3.2. Ahli Waris Hukum Waris Perdata 40

Tabel 3.3. Use case specification Membuka Aplikasi 44

Tabel 3.4. Use case specification Pilih Hukum 45

Tabel 3.5. Use case specification Masukkan Data 47

Tabel 3.6. Use case specification Tutup Aplikasi 48 Tabel 4.1. Hasil Percobaan Perhitungan Hukum Waris Islam 73 Tabel 4.2 Hasil Percobaan Perhitungan Hukum Waris Islam 73


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1. Pembagian Pancang demi Pancang 29

Gambar 2.2. Ahli Waris Golongan III 31

Gambar 2.3. Kombinasi Ahli Waris Golongan III dan IV 32

Gambar 3.1. Arsitektur Umum 37

Gambar 3.2. Use Case Diagram 44

Gambar 3.3. Activity Diagram Membuka Aplikasi 45

Gambar 3.4. Activity Diagram Pilih Hukum 46

Gambar 3.5. Activity Diagram Masukkan Data 48

Gambar 3.6. Activity Diagram Tutup Aplikasi 49

Gambar 3.7. Halaman Menu Utama Aplikasi 49

Gambar 3.8. Halaman Menu Hukum Waris Islam 50

Gambar 3.9. Halaman Menu Hukum Waris Perdata 50

Gambar 3.10. Halaman Perhitungan Hukum Waris Islam 51 Gambar 3.11. Hasil Perhitungan Hukum Waris Islam 52 Gambar 3.12. Halaman Perhitungan Hukum Waris Perdata 52

Gambar 3.13. Ahli Waris Golongan I 53

Gambar 3.14. Ahli Waris Golongan II 53

Gambar 3.15. Ahli Waris Golongan III dan IV 54

Gambar 3.16. Halaman tentang Hukum Waris Islam 54

Gambar 3.17. Halaman tentang Hukum Waris Perdata 55

Gambar 4.1. Menu Utama Aplikasi 57

Gambar 4.2. Menu Utama Hukum Islam 57

Gambar 4.3. Pengisian Data Perhitungan 58

Gambar 4.4. Hasil Perhitungan Pembagian Harta Waris Islam 58

Gambar 4.5. Halaman Tentang Hukum Waris Islam 59

Gambar 4.6. Halaman Utama Hukum Waris Perdata 59

Gambar 4.7. Ahli Waris Golongan I 60

Gambar 4.8. Ahli Waris Golongan II 60


(6)

xi

Gambar 4.10. Hasil Perhitungan Hukum Waris Perdata 62 Gambar 4.11. Halaman tentang Hukum Waris Perdata 62 Gambar 4.12. Hasil Percobaan 1 Perhitungan Hukum Waris Islam 64 Gambar 4.13. Hasil Percobaan 2 Perhitungan Hukum Waris Islam 66

Gambar 4.14. Percobaan 1 Hukum Waris Perdata 67

Gambar 4.15. Hasil Percobaan 1 Hukum Waris Perdata 68

Gambar 4.16. Percobaan 2 Hukum Waris Perdata 68

Gambar 4.17. Hasil Percobaan 2 Hukum Waris Perdata 69

Gambar 4.18. Percobaan 3 Hukum Waris Perdata 70

Gambar 4.19. Hasil Percobaan 3 Hukum Waris Perdata 71

Gambar 4.20. Percobaan 4 Hukum Waris Perdata 71