BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian mengenai efektivitas ekstrak kunyit Curcoma longa terhadap bakteri P. gingivalis ini membuktikan bahwa ekstrak kunyit Curcoma longa memiliki efek antibakteri
terhadap pertumbuhan P.gingivalis. Pada pengujian antibakteri setiap konsentrasi bahan coba dilakukan replikasi sebanyak 5 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan diketahui rata-
rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak kunyit dalam berbagai konsentrasi. Konsentrasi Hambatan Minimum KHM merupakan konsentrasi ekstrak terendah
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara visual pada tabung uji.
34
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua konsentrasi bahan coba yang diuji yaitu 100,
50, 25, 12,5 dan 6,25 ternyata tidak dapat dilihat larutan jernih setelah diinkubasi selama 24 jam dengan menggunakan metode dilusi cair karena kelima konsentrasi ekstrak
kunyit memiliki kekeruhan dan warna yang sama dengan kontrol positif sehingga pada tabung tidak ada yang terlihat jernih walaupun ekstrak kunyit efektif terhadap bakteri
P.gingivalis yang dapat dibuktikan dengan perhitungan visual pada media agar. Dari hasil perhitungan media agar terdapat KHM 6,25.
Konsentrasi Bunuh minimum KBM merupakan konsentrasi terendah dimana tidak terjadi pertumbuhan bakteri setelah disubkultur pada media agar dan dinkubasi 37
o
C selama 24 jam. Tingkat konsentrasi yang menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri merupakan
nilai KBM.
34
Konsentrasi 100 sangat kental akan secara langsung membunuh bakteri P.gingivalis karena tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Begitu
juga yang terjadi pada kosentrasi 50, 25 dan 12,5 tidak dijumpai pertumbuhan bakteri steril atau 0 CFUml dan pada konsentrasi 6,25 terlihat pertumbuhan bakteri .
Penelitian yang dilakukan oleh Najah A. Mohammad dkk, mengenai ekstrak kunyit Curcoma longa terhadap bakteri oral S.mutans dan S.pyogens menunjukkan nilai KHM
sebesar 9.7 mm dan 10.2 mm. Nilai yang diperoleh berbeda dengan penelitian ini, hal tersebut mungkin disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang diteliti. Penelitian ini
melihat efektivitas ekstrak kunyit terhadap bakteri P. gingivalis yang merupakan bakteri Gram negatif sedangkan pada penelitian Najah A. Mohammad dkk melihat pengaruh
ekstrak kunyit terhadap S.mutans dan S.pyogen yang merupakan Gram positif. Perbedaan bakteri Gram positif dan negatif pada struktur dinding sel bakterinya dimana bakteri Gram
Universitas Sumatera Utara
negatif lebih kompleks bila dibandingkan dengan bakteri Gram positif sehingga kemungkinan senyawa kurkumin lebih sulit untuk menghambat bakteri Gram negatif.
16
Penelitian yang dilakukan oleh Sana Mukhtar dkk pada konsentrasi kunyit 100 menunjukan zone hambatan maksimal 14mm terhadap bakteri B.subtilitis dan 11mm
terhadap E.coli.
15
Dengan zona hambat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kunyit memiliki efek antibakteri yang kuat terhadap kedua bakteri tersebut. Selanjutnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Praveenkumar dkk tentang efektivitas antibakteri Curcoma longa terhadap bakteri endodontik seperti
Streptococcus mutans ATCC 35668, Actinomyces viscosus ATCC10048, Lactobacillus casei ATCC 334, Porphyromonas gingivalis ATCC 33277,
Prevotella intermediaATCC 25611, Enterococcus faecalis ATCC 29212 menunjukkan nilai KHM
125 μg ml terhadap bakteri P.gingivalis dan KHM yang diperolehi pada penelitian ini sebesar 6,25. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan
penelitian Sana muktar dkk dan Pravenkumar dkk dalam metode ekstraksi kunyit. Penelitian Sana muktar dkk dan Praveenkumar dkk mengunakkan bahan pelarut aquades untuk
membuat ekstraksi kunyit sedangkan pada penelitian ini digunakan bahan pelarut etanol. Praveenkumar dkk mengunakan pelarut aquades untuk mengetahui sifat kunyit yang
murni dalam perawatan saluran akar dan pada penelitian Sana muktar dkk membandingkan pelarut aquades dan etanol untuk mengetahui efek penghambatan yang maksimal kunyit
terhadap bakteri. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan ekstraksi kunyit dengan etanol menunjukan efektivitas yang lebih baik terhadap bakteri dibanding aquades.
16
Hal ini karena etanol merupakan pelarut organik yang dapat melepaskan komponen antimikroba kunyit
dalam jumlah besar. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan etanol dan dapat memberikan efek yang baik terhadap bakteri P.gingivalis kerana dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi kecil yiaitu 12,5. Shagufta Naz dkk melakukan penelitian dengan mengunakkan berbagai jenis kunyit
yaitu Kasur, Faisalabad dan Bannu terhadap empat jenis bakteri yaitu B.subtilitis, B.macerans, B.licheniformis dan Azotobacter.
35
Penelitian tersebut menunjukkan KHM sebesar 3,0 mm dan 20.6 mm yang dapat memperlihatkan walaupun jenisnya berbeda kunyit
tetap memiliki efek antibakteri Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil yang diperoleh Suvarna dkk yang meneliti
sifat antibakteri kunyit terhadap bakteri Entercoccus faecalis pada saluran akar.
36
Pada penelitian tersebut ekstrak kunyit tidak menunjukkan sifat antibakteri dibandingkan dengan
kalsium hidroksida 0.2 dan 0.5 serta klorheksidin 2. Hal ini dibuktikan dengan tidak terlihatnya zona bening disekitar lingkaran dari seleruh konsentrasi yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu bakteri yang diteliti oleh Survarna dkk mengunakkan bakteri Gram negatif yaitu Entercoccus faecalis dan Shagufta Naz dkk melakukan penelitian dengan bakteri Gram
positif B.subtilitis, B.macerans,B.licheniformis dan Azotobacter. Metode ekstraksi kunyit yang berbeda antara dua penelitian yaitu pada penelitian Shagufta dkk mengunakkan
ekstraksi pelarut minyak dan pada penelitian Reshman dkk digunakan pelarut etanol sehingga memperoleh hasil yang berbeda.
Kunyit menunjukkan sifat antibakteri dengan kehadiran senyawa fenolik, minyak atsiri, kurkumin dan asid velerik. Odhav dkk melakukan penelitian bahwa mekanisma
antibakteri kunyit dengan ikatan hidrophobik dan hidrogen pada komponen fenolik sehingga terjadi destruksi membran protein dan transportasi elektron ke dinding sel. Penelitian ini
membuktikan bahwa ekstrak kunyit memiliki efek antibakteri terhadap bakteri P. gingivalis secara in vitro. Hal ini kemungkinan akan berbeda hasilnya di dalam jaringan periodontal,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kunyit dapat digunakan sebagai bahan perawatan penyakit periodontal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN