3.8 Skema Alur Penelitian
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
3.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dan tabulasi dilakukan secara komputerisasi.
3.9.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan uji One way Anova untuk membandingan mean lebih dari dua kelompok dengan derajat kepercayaan
95. Signifikasi statistik diperoleh jika nilai p0,05. Uji normalitas dengan sampel kecil menggunakan uji Shapiro Wilk. Apabila tidak terdistribusi normal, maka akan digunakan uji
Kruskal-Wallis.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Pembuatan Ekstrak kunyit
Pengenceran Bahan Coba
Pembuatan Media Bakteri
Pembiakan Spesimen
Penentuan KHM Bahan Coba
Penentuan KBM Bahan Coba
Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
4.1 Ekstrak Kunyit Curcoma longa
Kunyit yang digunakan diidentifikasi terlebih dahulu di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Lampiran 3. Kunyit dikeringkan dan dihaluskan 350 gram lalu
ditambahkan etanol 96 sebanyak 3 liter untuk perendaman sehingga dihasilkan maserat cair sebanyak 2 liter diuapkan dengan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak
kental kunyit yang berwarna kuning sebanyak 45 gram Gambar 1 Ekstrak disimpan di dalam botol kaca tertutup dan diletakkan dalam lemari pendingin.
Gambar 15. Ekstrak kunyit
4.2 Uji Efektifitas Antibakteri
Pengujian daya antibakteri dilakukan dengan mengamati perubahan kekeruhan pada tiap konsentrasi bahan coba 100, 50, 25, 12,5 , 6,25. Observasi terhadap KHM
adalah dengan melihat tabung yang mulai berubah setelah diberi perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Penentuan nilai KHM dengan menggunakan metode dilusi cair tidak dapat
dilakukan pada penelitian ini karena kelima konsentrasi ekstrak kunyit memiliki kekeruhan dan tidak ada tabung yang terlihat jernih walaupun ekstrak kunyit efektif terhadap bakteri
P.gingivalis yang telah dibuktikan dengan perhitungan visual pada media agar Gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 16. Hasil pengamatan metode dilusi cair
Penelitian dilanjutkan dengan menentukan nilai KBM dan KHM yang dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri mengguna metode spread pada media Nutrient
Agar steril yang bertujuan untuk membuktikan adanya kemampuan ekstrak kunyit menghambat dan membunuh bakteri sebesar 99 - 100 pada konsentrasi terkecil. Bahan
coba dengan konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25 masing-masing divorteks dan diambil 50 µl lalu diteteskan ke dalam media padat Nutrient Agar direplikasi 6 petri dan
diinkubasi dalam inkubator CO
2
dengan suhu 37
o
C selama 24 jam.
Universitas Sumatera Utara
c d
Gambar 17. Pertumbuhan P.gingivalis pada media yang diberi ekstrak kunyit a
100; b 50; c 25; d 12,5 Hasil uji bakteri pada Gambar 4.3 dengan konsentrasi 100, 50, 25, 12,5
memperlihatkan zona bening yang berarti tidak dijumpai pertumbuhan koloni bakteri atau 0 CFUml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kunyit pada konsentrasi tersebut sudah mampu
memberikan efek antibakteri, namun pada penelitian ini yang dicari adalah konsentrasi minimum.
Gambar 18. Pertumbuhan P.gingivalis pada media yang diberi ekstrak kunyit pada konsentrasi 6,25 dan diperbesar
Pada konsentrasi 6.25 dijumpai adanya pertumbuhan koloni bakteri. P.gingivalis.
a b
c d
Universitas Sumatera Utara
Gambar 19. Menunjukan kontrol positif pada replikasi pertama
.
Kontrol positif yang digunakan adalah suspensi bakteri yang telah dimasukkan ke dalam tabung yang berisi Brain Heart Infusion Broth BHIB. Hasil uji efektivitas antibakteri
terhadap P.gingivalis dari 5 replikasi pada masing masing konsentrasi 100, 50, 25, 12,5, dan 6,25 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 1. Hasil uji efektivitas antibakteri P.gingivalis dari 5 replikasi pada masing-masing konsentrasi 100, 50, 25, 12,5, dan 6,25.
KONSENTRASI
JUMLAH BAKTERI CFUml Replikasi
1 Replikasi
2 Replikasi
3 Replikasi
4 Replikasi
5
100 50
25 12,5
6,25 10
9 7
11 9
Kontrol positif 132
135 137
129 130
Keterangan: 0 = steril, tidak ada pertumbuhan bakteri CFUml = Colony Forming Unit per milliliter
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 tidak terdapat pertumbuhan bakteri P.gingivalis pada kelima replikasi. Sedangkan pada konsentrasi
6,25 terdapat pertumbuhan koloni bakteri P.gingivalis dengan pertumbuhan koloni paling besar pada replikasi keempat. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditetapkan bahwa nilai KHM
dan KBM ekstrak kunyit terhadap P.gingivalis pada penelitian ini adalah 6,25 dan 12,5. Shapiro wilk adalah uji normalitas yang dianjurkan apabila jumlah sampel kecil.
Berdasarkan uji normalitasi secara statistik Shapiro wilk, ditemukan bahwa distribusi data
Universitas Sumatera Utara
dikategorikan tidak normal. Hasil perhitungan koloni bakteri dengan konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 dan kontrol negatif adalah 0 sehingga datanya tidak terdistribusi normal. Oleh
karena itu analisis data yang digunakan yaitu Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil statistik dari pengujian Kruskal-Wallis dilakukan untuk mengetahui perbedaan keefektifan
konsentrasi ekstrak kunyit yang terhadap P.gingivalis dengan nilai p=0,000. Seterusnya uji Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri pada masing-
masing konsentrasi.
Tabel 2. Perbedaan jumlah koloni bakteri dengan ekstrak kunyit pada konsentrasi 6,25 dan kontrol positif.
Konsentrasi Jumlah Koloni Bakteri
Mean ± SD p
6,25 9,00 ± 2 0,000
Kontrol + 112,60 ± 20 Nilai P signifikan apabila p0,05
Tabel 2 menunjukkan terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri yang signifikan antara konsentrasi 6,25 dan kontrol positif p=0,000. Hal ini menunjukkan ekstrak kunyit 6,25
efektif dalam menghambat bakteri P.gingivalis
Tabel 3. Perbedaan antara koloni bakteri dan setiap konsentrasi ekstrak kunyit, kontrol positif dan kontrol negatif
P
100 50
25 12,5
6,25 Kontrol
+ Kontrol
- 100
1,000 1,000
1,000 0,005
0,005 1,000
50 1,000
0,005 0,005
0,005 1,000
25 0,005
0,005 0,005
1,000 12,5
0,009 0,009
0,005 6,25
0,009 0,005
Kontrol +
0,005
Nilai P 0,05; memiliki perbedaan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri antara konsentrasi ekstrak kunyit 100 dengan 6.25 dan kontrol positif p=0,005 dan hasilnya
yang signifikan secara statistik. Hasil yang sama juga didapati pada ekstrak kunyit dengan konsentrasi 50 dengan 12,5,6,25 dan kontrol positif p=0,005. Perbedaan yang
signifikan juga ditemukan pada konsentrasi 12,5 dengan 6,25 , 12,5 dengan kontrol positif dan 6,25 dengan kontrol positif p=0,009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian mengenai efektivitas ekstrak kunyit Curcoma longa terhadap bakteri P. gingivalis ini membuktikan bahwa ekstrak kunyit Curcoma longa memiliki efek antibakteri
terhadap pertumbuhan P.gingivalis. Pada pengujian antibakteri setiap konsentrasi bahan coba dilakukan replikasi sebanyak 5 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan diketahui rata-
rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak kunyit dalam berbagai konsentrasi. Konsentrasi Hambatan Minimum KHM merupakan konsentrasi ekstrak terendah
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara visual pada tabung uji.
34
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua konsentrasi bahan coba yang diuji yaitu 100,
50, 25, 12,5 dan 6,25 ternyata tidak dapat dilihat larutan jernih setelah diinkubasi selama 24 jam dengan menggunakan metode dilusi cair karena kelima konsentrasi ekstrak
kunyit memiliki kekeruhan dan warna yang sama dengan kontrol positif sehingga pada tabung tidak ada yang terlihat jernih walaupun ekstrak kunyit efektif terhadap bakteri
P.gingivalis yang dapat dibuktikan dengan perhitungan visual pada media agar. Dari hasil perhitungan media agar terdapat KHM 6,25.
Konsentrasi Bunuh minimum KBM merupakan konsentrasi terendah dimana tidak terjadi pertumbuhan bakteri setelah disubkultur pada media agar dan dinkubasi 37
o
C selama 24 jam. Tingkat konsentrasi yang menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri merupakan
nilai KBM.
34
Konsentrasi 100 sangat kental akan secara langsung membunuh bakteri P.gingivalis karena tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Begitu
juga yang terjadi pada kosentrasi 50, 25 dan 12,5 tidak dijumpai pertumbuhan bakteri steril atau 0 CFUml dan pada konsentrasi 6,25 terlihat pertumbuhan bakteri .
Penelitian yang dilakukan oleh Najah A. Mohammad dkk, mengenai ekstrak kunyit Curcoma longa terhadap bakteri oral S.mutans dan S.pyogens menunjukkan nilai KHM
sebesar 9.7 mm dan 10.2 mm. Nilai yang diperoleh berbeda dengan penelitian ini, hal tersebut mungkin disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang diteliti. Penelitian ini
melihat efektivitas ekstrak kunyit terhadap bakteri P. gingivalis yang merupakan bakteri Gram negatif sedangkan pada penelitian Najah A. Mohammad dkk melihat pengaruh
ekstrak kunyit terhadap S.mutans dan S.pyogen yang merupakan Gram positif. Perbedaan bakteri Gram positif dan negatif pada struktur dinding sel bakterinya dimana bakteri Gram
Universitas Sumatera Utara
negatif lebih kompleks bila dibandingkan dengan bakteri Gram positif sehingga kemungkinan senyawa kurkumin lebih sulit untuk menghambat bakteri Gram negatif.
16
Penelitian yang dilakukan oleh Sana Mukhtar dkk pada konsentrasi kunyit 100 menunjukan zone hambatan maksimal 14mm terhadap bakteri B.subtilitis dan 11mm
terhadap E.coli.
15
Dengan zona hambat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kunyit memiliki efek antibakteri yang kuat terhadap kedua bakteri tersebut. Selanjutnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Praveenkumar dkk tentang efektivitas antibakteri Curcoma longa terhadap bakteri endodontik seperti
Streptococcus mutans ATCC 35668, Actinomyces viscosus ATCC10048, Lactobacillus casei ATCC 334, Porphyromonas gingivalis ATCC 33277,
Prevotella intermediaATCC 25611, Enterococcus faecalis ATCC 29212 menunjukkan nilai KHM
125 μg ml terhadap bakteri P.gingivalis dan KHM yang diperolehi pada penelitian ini sebesar 6,25. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan
penelitian Sana muktar dkk dan Pravenkumar dkk dalam metode ekstraksi kunyit. Penelitian Sana muktar dkk dan Praveenkumar dkk mengunakkan bahan pelarut aquades untuk
membuat ekstraksi kunyit sedangkan pada penelitian ini digunakan bahan pelarut etanol. Praveenkumar dkk mengunakan pelarut aquades untuk mengetahui sifat kunyit yang
murni dalam perawatan saluran akar dan pada penelitian Sana muktar dkk membandingkan pelarut aquades dan etanol untuk mengetahui efek penghambatan yang maksimal kunyit
terhadap bakteri. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan ekstraksi kunyit dengan etanol menunjukan efektivitas yang lebih baik terhadap bakteri dibanding aquades.
16
Hal ini karena etanol merupakan pelarut organik yang dapat melepaskan komponen antimikroba kunyit
dalam jumlah besar. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan etanol dan dapat memberikan efek yang baik terhadap bakteri P.gingivalis kerana dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi kecil yiaitu 12,5. Shagufta Naz dkk melakukan penelitian dengan mengunakkan berbagai jenis kunyit
yaitu Kasur, Faisalabad dan Bannu terhadap empat jenis bakteri yaitu B.subtilitis, B.macerans, B.licheniformis dan Azotobacter.
35
Penelitian tersebut menunjukkan KHM sebesar 3,0 mm dan 20.6 mm yang dapat memperlihatkan walaupun jenisnya berbeda kunyit
tetap memiliki efek antibakteri Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil yang diperoleh Suvarna dkk yang meneliti
sifat antibakteri kunyit terhadap bakteri Entercoccus faecalis pada saluran akar.
36
Pada penelitian tersebut ekstrak kunyit tidak menunjukkan sifat antibakteri dibandingkan dengan
kalsium hidroksida 0.2 dan 0.5 serta klorheksidin 2. Hal ini dibuktikan dengan tidak terlihatnya zona bening disekitar lingkaran dari seleruh konsentrasi yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu bakteri yang diteliti oleh Survarna dkk mengunakkan bakteri Gram negatif yaitu Entercoccus faecalis dan Shagufta Naz dkk melakukan penelitian dengan bakteri Gram
positif B.subtilitis, B.macerans,B.licheniformis dan Azotobacter. Metode ekstraksi kunyit yang berbeda antara dua penelitian yaitu pada penelitian Shagufta dkk mengunakkan
ekstraksi pelarut minyak dan pada penelitian Reshman dkk digunakan pelarut etanol sehingga memperoleh hasil yang berbeda.
Kunyit menunjukkan sifat antibakteri dengan kehadiran senyawa fenolik, minyak atsiri, kurkumin dan asid velerik. Odhav dkk melakukan penelitian bahwa mekanisma
antibakteri kunyit dengan ikatan hidrophobik dan hidrogen pada komponen fenolik sehingga terjadi destruksi membran protein dan transportasi elektron ke dinding sel. Penelitian ini
membuktikan bahwa ekstrak kunyit memiliki efek antibakteri terhadap bakteri P. gingivalis secara in vitro. Hal ini kemungkinan akan berbeda hasilnya di dalam jaringan periodontal,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kunyit dapat digunakan sebagai bahan perawatan penyakit periodontal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan : 1. Ekstrak kunyit efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri P.gingivalis.
2. Nilai Konsentrasi Hambat Minimum KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimum KBM ekstrak kunyit terhadap bakteri P.gingivalis sebesar 6,25 dan 12,5
.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui: 1.
Efektivitas bahan ini terhadap bakteri pathogen periodontal lain. 2.
Mengetahui zat aktif mana yang memiliki efek antibakteri terhadap bakteri P.ginigivalis.
3. Berdasarkan KHM dan KBM yang diperoleh maka dapat dilakukan penelitian
lanjutan untuk membuat ekstrak kunyit sebagai bahan gel, bahan irigasi, pasta gigi, obat kumur, dll.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Porphyromonas gingivalis
Bakteri Porphyromonas gingivalis P.gingivalis merupakan bakteri anaerob Gramm negatif, non motil, assacharolytic dan terlihat berbentuk kokus sampai berbentuk batang
pendek. Pembentukan fimbriae pada P.gingivalis dimediasi terutama melalui struktur filamen pada permukaan sel. Fimbrriae juga memiliki perlekatan yang sangat kuat pada sel epitel dan
memiliki potensi besar menjadi virulensi.
2,16,17
Secara taksonomi, bakteri ini diklasifikasi sebagai berikut:
18
Kingdom : Bacteria Filum : Bacterioedetes
Kelas :Bacterioedes Ordo : Bacteriodales
Familia: Porphyromonadaceae Genus : Porphyromonas
Spesies : Porphyromonas gingivalis
Gambar 1. Bakteri Porphyromonas gingivalis.
19
Habitat utama bakteri P.gingivalis adalah pada plak subgingiva di dalam sulkus gingiva atau poket periodontal. P.gingivalis adalah anggota bacteroides pigmen hitam.
Organisme dari kelompok ini bervariasi warnaya dari coklat hingga hitam, dikembangkan dalam agar darah dan awalnya dikelompokkan dalam spesies tunggal.
17,18
Kolonisasi P.gingivalis pada sulkus gingiva merupakan langkah pertama dalam perkembangan
periodontitis kronis.
3
Universitas Sumatera Utara
2.2 Patogenesis terjadinya penyakit periodontal akibat bakteri Porphyromonas gingivalis