Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak biji pinang yang efektif pada populasi

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui daya rusak keong mas pada populasi tertentu, dengan pemberian ekstrak biji pinang.

2. Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak biji pinang yang efektif pada populasi

keong mas tertentu. Hipotesis Penelitian 1. Semakin banyak populasi keong mas, semakin tinggi tingkat kerusakan pada tanaman padi. 2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji pinang semakin tertekan populasi keong mas. 3. Interaksi ekstrak biji pinang dengan populasi keong mas berpengaruh terhadap kerusakan tanaman padi. Kegunaan Penelitian Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan tentang cara mengendalikan hama keong mas dengan menggunakan ekstrak biji pinang. Sebagai bahan untuk tesis yang menjadi syarat mengikuti ujian Magister Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Penyebaran Keong Emas Keong mas Pomacea canaliculata Lamarck diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Sayangnya, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Proses perkembangan keong mas di beberapa Negara juga sama dengan di Indonesia. Di Jepang pada tahun 1982, hama keong mas merusak 17.000 ha tanaman di lahan sawah dan meningkat menjadi 151.000 ha pada tahun 1986 Mochida, 1991 dalam Joshi, 2006. Filipina mendatangkan keong dari Taiwan untuk dipelihara sebagai sumber protein, ternyata kecepatan perkembangan hama ini melebihi permintaan. Karena tidak menguntungkan, banyak kolam yang ditelantarkan dan keong mas kemudian berkembang di sawah. Filipina merupakan negara yang tanaman padinya terluas diserang keong mas dan terus meningkat dari 300 ha pada tahun 1986 menjadi 326.000 ha pada tahun1998 kemudian meningkat lagi menjadi 800.000 ha pada tahun 1995 Cagauan dan Joshi, 2004. Negara lain yang tanaman padinya terserang keong mas adalah Vietnam, Thailand, Sabah, Laos PDR, dan Kamboja. Di Hawai keong mas menyerang perkebunan tanaman talas Joshi, 2006. Keong mas semula didatangkan di Indonesia sebagai hewan hias, pembersih akuarium, penghasil protein hewani dan sebagai komoditas eksport karena harganya tinggi pada waktu itu. Namun karena kurangnya pengawasan maka banyak keong Universitas Sumatera Utara mas yang lolos dari kolam tertutup melalui saluran pembuangan dan dapat menyesuaikan diri sehingga berhasil mengembangkan keturunannya di kolam-kolam terbuka atau tempat-tempat genangan air dan akhirnya sampai ke sawah BPTPH-I, 1997. Perkembangan dan penyebaran ini akan terus meningkat karena ditunjang oleh mobilitas keong mas yang tinggi, baik secara pasif dengan mengikuti aliran air irigasi dan sarana transportasi air maupun pergerakan aktif dari keong itu sendiri, sehingga menyebabkan semakin sulit pengendalian kepadatan populasi dan penyebaran keong mas. Kini keong mas termasuk spesies asing yang berkembang dan paling merugikan. Kerugian yang disebabkan oleh keong mas bukan hanya turunnya hasil panen padi, tetapi juga bertambahnya biaya pengendalian. Tambahan biaya untuk menanam ulang atau menyulam akan mengurangi keuntungan petani. Biologi dan Morfologi Keong Mas Keong mas satu famili dengan keong lokal, yaitu keong gondang Pila ampullaceae Marwoto, 1997, famili Ampullariidae yang merupakan siput air tawar. Siput ini berbentuk bundar atau setengah bundar. Rumah siput berujung pada menara pendek dengan 4-5 putaran kanal yang dangkal. Pada mulut rumah siput terdapat penutup mulut yang disebut operculum yang kaku. Keluarga siput Ampullaridae berukuran besar, rumah siput bias mencapai 100 mm. Keong mas sebagai fauna pendatang mudah dibedakan dari keong gondang, baik dari bentuk maupun ukuran rumah siput dan warna kelompok telur. Persamaan Universitas Sumatera Utara antara keong gondang dengan keong mas adalah pada bentuk rumah siput dan kelompok telur. Kelompok telur keong mas berwarna merah muda yang diletakkan diatas permukaan air, sedangkan kelompok telur keong gondang berwarna putih yang diletakkan di bibir permukaan air. Telur keong gondang lebih besar dari keong mas, tetapi jumlah telur untuk tiap kelompok sedikit. Satu kelompok telur keong gondang hanya terdiri atas 15-35 butir Djayasasmita, 1987. Marwoto 1997 melaporkan tiga spesies Pomaceae di Indonesia, yaitu Pomaceae canaliculata, P. insularum, dan P. paludosa. Menurut Cowie et al 2007. Pomacae canaliculata Lamarck sama dengan P. insularum. Penamaan yang berbeda dari spesies yang sama terebut karena P. canaliculata banyak ditemukan pada lahan yang tergenang, sedangkan P. insularum banyak ditemukan pada air dengan arus yang mengalir. Berdasarkan contoh keong mas yang diambil dari beberapa negara di Asia Tenggara, keong mas termasuk P. canaliculata Lamarck berasal dari beberapa daerah di Amerika Selatan, termasuk Argentina Cowie et al., 2006. P. paludosa di Amerika Serikat diperdagangkan sebagai hiasan aquarium. Di Indonesia, P. paludosa yang ada saat ini bisa saja didatangkan untuk keperluan hiasan aquarium. Determinasi untuk menentukan spesies dari famili Ampullariidae berdasarkan pada mulut keong aperture, bentuk rumah siput, umbilicus, kerutan dari menara rumah siput dan tutup keong operculum. Ukuran rumah siput, dan kelenturan operculum Anonim, 2006. Universitas Sumatera Utara Keong mas termasuk Filum : Molluska Kelas : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda Famili : Ampullaridae Genus : Pomacea Spesies : Pomacea canaliculata Lamarck P. canaliculata Lamarck secara morfologi ditandai oleh karakteristik sebagai berikut: rumah siput bundar dan menara pendek; rumah siput besar, tebal, lima sampai enam putaran didekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan bentuk bulat sampai oval, operculum tebal rapat menutup mulut, berwarna cokelat sampai kuning muda, bergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan atau kuning orange. Operculum betina cekung dan tepi mulut rumah siput melengkung kedalam, sebaliknya operculum jantan cembung dan tepi mulut rumah siput melengkung keluar. Siklus Hidup Siklus hidup keong mas bergantung pada temperatur, hujan, atau ketersediaan air dan makanan. Pada lingkungan dengan temperatur yang tinggi dan makanan yang cukup, siklus hidup pendek, sekitar tiga bulan, dan bereproduksi sepanjang tahun. Jika makanan kurang, siklus hidupnya panjang dan hanya bereproduksi pada musim semi atau awal musim panas Estebenet dan Cazzaniga, 1992. Di daerah subtropis Buenos Aires, keong aktif dan bereproduksi dari awal musim semi Oktober Universitas Sumatera Utara sampai akhir musim panas Maret atau April. Selanjutnya keong mengubur diri dalam tanah yang lembab, dan aktif lagi pada saat temperatur air naik pada musim semi Estebenet dan Cazzaniga, 1992. Di daerah tropis, keong aktif dan bertelur sepanjang tahun Hylton Scott, 1958 dalam Cazzaniga, 2006. Keong yang berukuran 2,5 cm sudah mulai bertelur. Kalau makanan cukup dan lingkungan mendukung, setelah satu sampai dua kali bertelur, ukuran keong bertambah besar. Keong mas dan juga famili Ampullaridae yang lain bersifat amfibi, karena mempunyai insang dan paru-paru. Paru-paru tertutup jika sedang tenggelam dan terbuka setelah keluar dari air. Keong mas juga mempunyai sifon pernafasan untuk bergerak sambil mengambang. Semua kelebihan tersebut berguna untuk mekanisme survival. Pada musim kemarau keong berdiapause pada lapisan tanah yang masih lembab, dan muncul kembali jika lahan digenangi air. Jika hidup pada tanah kering, keong mas akan ganti bernafas dari aerobik menjadi anaerobik. Indera yang paling aktif adalah penciuman yang bisa mendeteksi makanan dari lawan jenis. Keong mas sanggup hidup 2-6 tahun dengan keperidian yang tinggi. Telur diletakkan dalam kelompok pada tumbuhan, pematang, ranting, dan lain-lain, beberapa cm di atas permukaan air. Pada umumnya telur berwarna merah muda, dengan diameter telur berkisar antara 2,2-3,5 mm, tergantung pada lingkungan. Telur diletakkan berkelompok sehingga menyerupai buah murbei. Warna kelompok telur berubah menjadi agak muda menjelang menetas. Pada temperatur 32-36ºC dengan kelembaban 80-90 pada pk. 8.00 dan pada temperatur 42-44ºC dengan kelembaban 76-80 pada pk. 14.00 di rumah kasa BB Padi Sukamandi, tiap kelompok telur keong mas berisi 235 hingga 860 butir dengan rata-rata 485±180 butir. Daya tetas Universitas Sumatera Utara berkisar antara 61-75. Telur menetas setelah 8-14 hari . Pada temperatur 23-32ºC, dalam sebulan seekor keong mas dapat bertelur 15 kelompok yang terdiri atas 300 sampai 1.000 butir tiap kelompok Hatimah dan Ismail, 1989. Ukuran keong yang baru menetas 2,2-3,5 mm dan menjadi dewasa dalam 60 hari atau lebih, bergantung pada lingkungan. Mortalitas keong sangat rendah, dalam stadia juvenile selama 30 hari survival dari juvenile yang berdiameter 0,5 cm antara 95 sampai 100 Kurniawati dkk, 2007. Habitat, penyebaran dan daya rusak Keong mas pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10 ˚C Anonim, 2006. Hewan ini mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah, sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen. Introduksi keong mas dari habitat aslinya di Amerika Selatan ke beberapa negara untuk berbagai keperluan menyebar dengan cepat. Habitat yang kondusif bagi keong mas di daerah yang baru mmenyebabkan populasi meningkat dan menjadi Universitas Sumatera Utara hama baru bagi tanaman padi. Keong mas salah satu dari 100 spesies biota di tempat hidup yang baru dan paling merugikan Joshi, 2005. Invasi keong mas berkaitan dengan daya reproduksi yang tinggi, kemampuan beradaptasi yang cepat dengan lingkungan, dan rakus makan pada kondisi tanaman inang yang beragam, sehingga dapat mengalahkan perkembangan siput atau keong lokal. Keong mas yang ada di Indonesia berasal dari Argentina . Pada tahun 1980-an keong mas menyebar dengan cepat beberapa negara di Asia, atas campur tangan manusia. Secara biologi mustahil keong mas dapat menyeberang dari Amerika selatan ke Asia . Awal introkduksi ke negara-negara di Asia, keong mas digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Di Filipina, misalnya, Keong mas digunakan sebagai bahan makanan, sementara di Indonesia dijadikan sebagai hewan hias pada aquarium. Sampai tahun 1987, di Indonesia masih ada keinginan untuk mengembangbiakkan keong mas sebagai komoditas ekspor. Semula hewan ini dianggap tidak merugikan. Kemudian muncul polemik tentang kemungkinan keong mas berkembang menjadi hama tanaman. Kenyataannya keong mas telah menyebar luas di Sumatera bengkulu, Jambi, Lampung, Pariaman, Riau, Papua Biak dan Wamena, Sulawesi Bone, Makasar Manado, Maros, Palu dan Pangkep, Kalimantan Balikpapan dan Samarinda, Buton, Jawa, Bali, dan Lombok Hendarsih et al., 2006. Di Jawa Barat sampai tahun 1992 tidak ditemukan keong mas di sawah dan hanya dipelihara di kolam. Sejak tahun 1996, hama ini ditemukan menyerang tanaman padi pada lahan di 12 kabupten dan pada tahun 1999 berkembang menjadi 16 kabupaten Hendarsih, 2002. Luas areal pertanaman padi sawah yang terserang keong mas baru tercatat secara resmi pada tahun 1997, yaitu 3.630 ha. Pada tahun Universitas Sumatera Utara 2003 luas serangan keong mas mencapai lebih dari 13.000 ha dan meningkat menjadi 22.000 ha pada tahun 2007 Tabel 1. Tabel 1. Data Luas Serangan Keong Mas di Indonesia Tahun 2003-2007 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008 Tahun Luas serangan keong mas ha Terkena Puso Total 2003 13.227 19 13.246 2004 16.737 46 16.783 2005 14.711 68 14.779 2006 15.840 52 15.892 2007 22.110 77 22.187 Rata-rata 1997 – 2006 11.361 69 11.380 Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008. Penyebaran invasi keong mas tidak merata antar lokasi, serangan yang selalu luas lebih dari 500 ha terjadi di Nangroe Acah Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, sedangkan di Kalimantan Tengah dan Maluku tidak ada laporan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008. Mulut keong mas berada diantara tentakel bibir dan memiliki radula, yaitu lidah yang dilengkapi dengan beberapa baris duri yang tiap baris terdiri atas tujuh duri. Radula memarut jaringan tanaman pada perbatasan permukaan air, sehingga tanaman patah dan kemudian dimakan. Keong mas merupakan hewan nokturnal yang sangat rakus, terutama pada malam hari dan makan hampir semua tumbuhan dalam air yang masih lunak. Keong mas makan berbagai tumbuhan seperti ganggang, azola, eceng gondok, padi, dan tumbuhan sukulen lainnya. Jika makanan dalam air tidak ada atau tidak cukup, keong mas naik kedaratan untuk mencari makanan. Universitas Sumatera Utara Tanaman padi rentan terhadap serangan keong mas sampai 15 hari setelah tanam untuk padi tanam pindah dan 30 hari setelah tebar untuk padi sebar langsung. Tingkat kerusakan tanaman padi sangat bergantung pada populasi ukuran keong, dan umur tanaman. Tiga ekor keong mas per m 2 Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55 jenis hama dan 72 agen pengendali hayati. Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida hayati tumbuhan. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai ditanah biodegradable dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga non sasaran Dishut, 2009. tanaman padi sudah mengurangi hasil secara nyata. Pada padi varietas Ciherang yang berumur 15 hari setelah tebar, keberadaan keong mas dengan tutup cangkang berdiameter 0,5 cm selama selama 13 hari hampir tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman. Keong mas dengan diameter 1,0 cm menyebabkan sedikit kerusakan, sedangkan yang berdiameter 1,5 ; 2,0 dan 2,5 cm sudah menyebabkan kerusakan berat pada tanaman sejak hari pertama dan pada hari ketiga kerusakan tanman sudah mencapai lebih dari 97 Hendarsih dan Kurniawati, 2005. Keong mas berukuran panjang 4 cm lebih ganas, dapat merusak tanaman padi yang ditanam pindah maupun tebar langsung. Pestisida nabati merupakan salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang layak dikembangkan, karena senyawa pestisida dari tumbuhan tersebut mudah Universitas Sumatera Utara terurai dilingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran Martono, dkk, 2004. Pestisida botani adalah produk alam berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi berpengaruh terhadap system saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penolak, penarik, “anti makan” dan system pernafasan OPT. Senyawa bioaktif ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya sintetik, perbedaannya bahan aktif pestisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam campuran Hidayat, 2001. Beberapa jenis tanaman dapat bertindak sebagai moluskisida nabati untuk mengendalikan keong mas Nizmah, 1999. Pinang, tembakau dan daun sembung juga efektif mengendalikan keong mas anonym, 2006. Tanaman Pinang Tanaman Pinang Areca catechu L. umumnya ditanam di pekarangan, sebagai tanaman pembatas tanah pagar dan dibudidayakan sebagai tanaman sela, bahkan kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain. Tanaman pinang dapat ditemukan dari 1 - 1.400 m dpl Anonimus, 2009. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10 - 30 m, diameter 15 - 20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh Universitas Sumatera Utara berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1 - 1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi. Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu. Komposisi Buah Pinang Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti Arekolin C8 H13 NO2, arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Selain itu juga mengandung red tanin 15, lemak 14 palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid, kanji dan resin. Biji segar mengandung kira-kira 50 lebih banyak alkaloid, dibandingkan biji yang telah diproses. Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam Wang and Lee, 1996. Spesifikasi simplisia tepung etanol biji pinang adalah; dalam bentuk pewarnaan Tepung etanol biji pinang dominan berwarna coklat kemerahan, rasa pahit, kental, mengandung kaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, kadar abu kadar air, dan antrakinon Anonimus, 2009. Saponin yang terdapat pada tanaman Universitas Sumatera Utara pinang tersebar di semua bagian tanaman dari akar batang daun bunga dan buah, tapi bagian tanaman pinang yang terbanyak mengandung zat saponin terdapat pada buah pinang Wikipedia, 2009. Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian- bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan Wikipedia, 2009. Sifat-sifat Saponin adalah: 1. Mempunyai rasa pahit, 2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil, 3. Menghemolisa eritrosit pembekuan sel darah merah, 4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi, 5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid lainnya, 6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi, 7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati. Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan surface tension. Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin aglikon dan karbohidrat hexose, pentose dan saccharic acid. Universitas Sumatera Utara METODE PENELITIAN Uji Pendahuluan Tempat dan Waktu Penelitian Uji Pendahuluan dilaksanakan di Rumah Kasa yang terdapat pada Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Dan Agens Hayati Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yang dilaksanakan pada bulan Desember 2010. Sebelum melakukan penelitian di lapangan lahan sawah terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan, sehingga akan didapat konsentrasi ekstrak pinang yang akan digunakan sebagai dasar penelitian di tanah sawah. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keong mas, tanah sawah, ekstrak pinang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, ember plastik, meteran, jangka sorong, kain kasa gelas ukur, blender,dan timbangan analitik. Rancangan Penelitian Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 2 dua faktor dan 3 tiga ulangan. Faktor pertama berupa Ekstrak Pinang yang terdiri dari 4 taraf yaitu: P P = 0 ccl 1 P = 10 ccl 2 P = 20 ccl 3 = 30 ccl Universitas Sumatera Utara Faktor kedua adalah Ukuran Keong Mas yang terdiri dari 3 taraf yaitu; M 1 M = 1,0 cm 2 M = 1.5 cm 3 = 2,0 cm Sehingga didapat kombinasi perlakuan: P M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M P 1 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3 M P 2 M 3 P 1 M 3 P 2 M 3 P 3 M 3 - Jumlah ulangan : 3 - Jumlah plotember : 36 - Diameter ember : 50 cm - Jarak antar blok : 60 cm - Jarak antar plot : 15 cm - Jumlah keong masplot : 100 ekor - Jumlah keong mas seluruhnya : 3600 ekor Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan RAL Faktorial yaitu: Yijk = μ + pi + αj + βk + αβjk + εijk Yijk = Nilai pengamatan pada blok ke-i, perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j dan perlakuan keong mas pada taraf ke-k μ = Nilai tengah pi = Pengaruh pengamatan pada ulangan ke-i Universitas Sumatera Utara αj = Pengaruh perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j βk = Pengaruh perlakuan keong mas pada taraf ke-k αβjk = Pengaruh interaksi perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j dan keong mas pada taraf ke-k εijk = Galat percobaan pada blok ke-i, perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j dan perlakuan keong mas pada taraf ke-k. Bila data yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan pada taraf 5 Gomez and Gomez, 1995. Pelaksanaan Penelitian Pembuatan E kstrak Biji Pinang Biji pinang yang digunakan adalah biji pinang yang masih segar berwarna hijau tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda. Biji pinang yang terkumpul kemudian dibelah lalu dikeluarkan daging buahnya dan ditimbang sebanyak 1 kg. Setelah itu dihaluskan dengan cara di belender dan ditambahkan air sebanyak 1 liter. Kemudian disaring dengan kain kasa dan diperas, setelah itu didiamkan selama 24 jam. Cara Aplikasi Aplikasi ekstrak pinang dilakukan sesuai perlakuan, yaitu dengan menyemprotkan secara merata pada permukaan air dalam ember ember diisi tanah sawah sitinggi 5 cm dan air setinggi 2,5 cm. Kemudian masukkan keong mas sesuai perlakuan. Kemudian ember ditutup dengan kain kasa dan ditutup tali karet supaya keong mas tidak bisa keluar. Universitas Sumatera Utara Parameter Yang Diamati Persentase Mortalitas Hama Keong Emas Pengamatan persentase kematian hama dilakukan setiap hari setelah aplikasi, dan dihentikan apabila kematian hama telah ada yang mencapai 95 . Untuk menghitung persentase mortalitas hama keong emas dihitung dengan menggunakan rumus persentase: a M = x 100 b Keterangan : M = Persentase mortalitas a = Jumlah hama yang mati akibat pestisida b = Jumlah hama yang diuji Penelitian di Lapangan Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di UPT. Balai Benih Induk Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 20 m dpl, selama 4 bulan dari bulan Januari 2011 – April 2011. Universitas Sumatera Utara Bahan dan Alat Bahan Varietas yang digunakan varietas Cigeulis sumber dari BBI Murni, keong mas dewasa dengan ukuran 1,5 cm, ekstrak pinang, dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini. Alat Alat yang digunakan antara lain: meteran, timbangan, leaf area meter, hand sprayer, cangkul, tali plastik, seng, kayu plat, pisau dan alat tulis. Rancangan Penelitian Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok RAK dengan 2 dua faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama berupa Ekstrak pinang E yang terdiri dari 4 taraf yaitu: E E = 0 ccl air 1 E = 20 ccl air 2 E = 30 ccl air 3 = 40 ccl air Faktor kedua adalah Keong mas K dengan ukuran 1,5 cm yang terdiri dari 4 taraf yaitu: K = 0 ekor16m K 2 1 = 8 ekor16m K 2 2 = 16 ekor16m K 2 3 = 24 ekor16m 2 Universitas Sumatera Utara Sehingga didapat kombinasi perlakuan: E K E 1 K E 2 K E 3 K E K 1 E 1 K 1 E 2 K 1 E 3 K E 1 K 2 E 1 K 2 E 2 K 2 E 3 K E 2 K 3 E 1 K 3 E 2 K 3 E 3 K - Jumlah ulangan : 3 3 - Jumlah plot : 48 - Luas plot : 400 cm x 400 cm - Jarak tanam : 20 x 20 - Jarak antar blok : 100 cm - Jarak antar plot : 50 cm - Jumlah tanamanplot : 400 tanamanplot - Jumlah tanaman sample : 15 tanaman - Jumlah tanaman seluruhnya : 19.200 tanaman Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan RAK Faktorial yaitu: Yijk = μ + pi + αj + βk + αβjk + εijk Bila data yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan pada taraf 5 Gomez and Gomez, 1995. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan Penelitian Pemilihan Benih Benih padi yang akan dipilih direndam dengan air yang bertujuan untuk memisahkan benih yang ringan dengan yang bernas. Benih bernas akan tenggelam sedang benih yang ringan akan terapung. Perendaman benih dilakukan selama 24 jam. Persiapan Areal Persemaian Areal yang akan dijadikan persemaian dibersihkan dari rumput dan sisa jerami. Tanah dicangkul sehingga mendapatkan struktur tanah yang gembur dan baik untuk pertumbuhan benih. Penyemaian Benih Persemaian dilakukan dilahan untuk membantu tanaman beradaptasi pada masa perkecambahan dan pertumbuhan awal. Pemindahan bibit ke areal penelitian pada umur 12 hari di persemaian. Persiapan Areal Penanaman Seminggu sebelum mengolah tanah, dilakukan penggenangan air secukupnya untuk dapat melunakkan tanah. Areal digemburkan dengan cara membajak dan mencangkul masing-masing satu kali sampai terbentuk struktur lumpur, selanjutnya disisir untuk mendapatkan permukaan tanah yang baik. Areal juga dibersihkan dari keong mas, dengan cara manual yaitu mengambil dengan tangan satu persatu. Universitas Sumatera Utara Pembuatan Plot Per cobaan Plot dibuat dengan ukuran 400 x 400 cm dengan jarak antar plot dibuat dengan ukuran 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. Setiap plot dikelilingi plastik putih dengan ketinggian 25 cm agar keong tidak dapat keluar. Jarak tanam yang digunakan 20 x 20 cm. Untuk pengaturan pengairan dibuat pintu air agar ketinggian atau kondisi air tetap terjaga ketinggian air 5 cm. Pemberian Pupuk Pupuk anorganik diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis anjuran Urea : 200kgha, SP36 : 200 kgha dan KCL : 150 kgha. Penanaman Bibit Penanaman bibit dilakukan pada saat umur persemaian benih telah mencapai 15 hari. Pencabutan dilakukan dengan sangat hati-hati sehingga tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dari persemaian langsung di tanam ke petak percobaan sebanyak 2 tanaman. Kemudian petak-petak percobaan disemprot dengan ekstrak biji pinang sesuai perlakuan, dengan interval waktu 3 hari sekali selama 21 hari 7 kali. Investasi Keong Mas Investasi keong mas dengan ukuran 1,5 cm dilakukan pada saat tanam, jumlah keong mas sesuai dengan taraf perlakuan kontrol, 8 ekor16m 2 , 16 ekor16m 2 , 24 ekor16m 2 . Universitas Sumatera Utara Pengendalian Hama dan Penyakit Jika terjadi serangan maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida organik pestona dengan dosis 2 ccl air dan interval penyemprotan 2 minggu sekali. Ini diberikan setelah perlakuan ekstrak pinang telah selesai masa pemberiannya yaitu 4 MST. Pemanenan Pemanenan dilakukan pada saat 95 bulir sudah menguning 33-36 hari setelah pembungaan, dengan bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau. Parameter yang diamati 1. Persentase Tanaman terserang Persentase tanaman yang terserang yang dihitung adalah jumlah rumpun tanaman yang terserang dibagi jumlah populasi tanaman perplot x 100 , dan pengamatannya dilakukan dari mulai satu hari setelah tanam sampai dengan umur 21 hari setelah tanam.

2. Mortalitas Hama Keong Emas