Pengendalian Hama dan Penyakit
Jika terjadi serangan maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida organik pestona dengan dosis 2 ccl air dan interval penyemprotan 2 minggu sekali. Ini
diberikan setelah perlakuan ekstrak pinang telah selesai masa pemberiannya yaitu 4 MST.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat 95 bulir sudah menguning 33-36 hari setelah pembungaan, dengan bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.
Parameter yang diamati 1. Persentase Tanaman terserang
Persentase tanaman yang terserang yang dihitung adalah jumlah rumpun tanaman yang terserang dibagi jumlah populasi tanaman perplot x 100 , dan
pengamatannya dilakukan dari mulai satu hari setelah tanam sampai dengan umur 21 hari setelah tanam.
2. Mortalitas Hama Keong Emas
Jumlah keong mas yang mati di hitung sebelum penyemprotan berikutnya
atau 3 hari sekali. 3. Jumlah Anakan Rumpun
Jumlah anakan dihitung mulai tanaman berumur 2, 4, 6 dan 8 MST. Dihitung pada setiap rumpun tanaman sampel.
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah Anakan Produktif
Jumlah anakan produktif dihitung pada setiap anakan yang mempunyai malai untuk tanaman sampel dalam setiap plot dihitung setelah panen.
5 . Luas Daun cm
2
Luas daun dihitung dengan menggunakan leaf area meter pada 5 sampel destruktif umur 2, 4, 6 dan 8 MST.
6. Bobot Kering Jerami g
Sebanyak 5 tanaman sampel destruktif dicabut sampai akarnya pada umur 2, 4, 6 dan, 8 MST Minggu Setelah Tanam, kemudian dibersihkan,
dikeringovenkan pada suhu 65 º C hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman ditimbang.
7. Laju Tumbuh Relative LTR
Relative Growth Rate RGR atau Laju Tumbuh Relative LTR ditentukan dengan rumus :
W
1
= Bobot kering tanaman pada waktu t
1
. W
2
= Bobot kering tanaman pada waktu t
2
. T = Waktu minggu.
Pengukuran LTR dilakukan pada 5 tanaman sampel destruktif umur 2, 4, 6, dan 8 MST.
Universitas Sumatera Utara
8. Laju Assimilasi Bersih g.cm
-2
. minggu
-1
Net Assimilation Rate NAR atau Laju Assimilasi Bersih LAB dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas
daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus :
Dimana : W
1
= Bobot kering pada waktu t
1
. W
2
= Bobot kering pada waktu t
2
. A
1
= Luas daun pada waktu t
1
. A
2
= Luas daun pada waktu t
2
. Pengukuran LAB dilakukan pada 5 tanaman sampel destruktif pada umur 2, 4,
6, dan 8 MST.
9. Produksiplot kg
Produksi per plot dihitung pada saat panen dengan menimbang produksi per rumpun tanaman sampel x populasi tanaman per plot.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Kematian Keong Mas di Laboratorium
Penelitian di laboratorium bertujuan untuk mengamati persentase kematian keong mas akibat pemberian dari ekstrak pinang. Hasil penelitian dari persentase
kematian keong yang diamati di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Kematian Keong Mas pada Penelitian di Laboratorium
Pengamatan I sampai dengan III
Pengamatan I Ukuran Keong
cm Ekstrak Pinang ccl air
Rataan E
E
1
E 10
2
E 20
3
30 M
1
0.00 1,0
20.00 35.67
48.67 26.08
M
2
0.00 1,5
22.67 35.00
46.67 26.08
M
3
0.00 2,0
20.33 31.33
46.67 24.58
Rataan 0.00 dD
21.00 cC 34.00 bB
47.33 aA 25.58
Pengamatan II M
1
0.00 1,0
53.00 74.33
81.00 52.08
M
2
0.00 1,5
51.67 61.33
77.00 47.50
M
3
0.00 2,0
44.00 59.00
80.00 45.75
Rataan 0.00 dD 49.56 cC
64.89 bB 79.33 aA 48.44
Pengamatan III M
1
0.00 1,0
82.67 89.00
98.67 67.58
M
2
0.00 1,5
81.00 86.67
100.00 66.92
M
3
0.00 2,0
79.67 89.67
100.00 67.33
Rataan 0.00 bB 81.11 aA 88.44 aA 99.56 aA
67.28 Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak
berbeda nyata menutut uji jarak berganda duncan DMRT pada taraf 5 dan 1 huruf kapital
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pinang berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian hama keong mas pada setiap pengamatan.
Sedangkan ukuran keong mas yang diamati tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kemampuannya untuk bertahan hidup akibat pemberian ekstrak pinang.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat perbedaan yang nyata antara setiap perlakuan ekstrak pinang pada pengamatan I dan II. Sedangkan pada pengamatan III, E
1
, E
2
dan E
3
Grafik akibat dari pemberian ekstrak pinang terhadap kematian hama keong mas dapat dilihat pada Gambar 1 a, 1 b dan 1 c di bawah ini.
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Ini menunjukkan bahwa waktu juga mempengaruhi
kematian hama keong akibat aplikasi ekstrak pinang. Dan kematian 100 baru dijumpai pada pengamatan III.
Gambar 1a. Hubungan antara Pemberian Ekstrak Pinang dengan Persentase Kematian Hama Keong Mas pada Pengamatan I
Dari Gambar 1a di atas dapat dilihat bahwa bentuk kurva respon hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian keong mas adalah
kuadratik, dengan persamaan Ŷ= 0,0192x
2
+ 2,125x – 0,4267. Besarnya koefisien korelasi R
2
= 0,9972 berarti bahwa 99 kematian keong mas dipengaruhi oleh pemberian ekstrak pinang.
Grafik Persentase Kematian Keong Pengamatan I y = -0.0192x
2
+ 2.125x + 0.4167 R
2
= 0.9972
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
10 20
30 40
Ekstrak Pinang cc
P er
sen tas
e K em
at ian
Ŷ
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1b. Hubungan antara Pemberian Ekstrak Pinang dengan Persentase Kematian Hama Keong Mas pada Pengamatan II
Dari Gambar 1b di atas dapat dilihat bahwa bentuk kurva respon hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian keong mas adalah
kuadratik, dengan persamaan Ŷ = 0,0878x
2
+ 5,1667x + 1,6667. Besarnya koefisien korelasi R
2
Persentase Kematian Keong Pengamatan III
y = -0.175x
2
+ 8.31x + 3.8778 R
2
= 0.9516 0.00
20.00 40.00
60.00 80.00
100.00 120.00
5 10
15 20
25 30
35 Ekstrak Pinang cc
P e
rs e
nt a
s e
K e
m a
ti a
n K e
ong
= 0,9844 berarti bahwa 98 kematian keong mas dipengaruhi oleh pemberian ekstrak pinang.
Gambar 1c. Hubungan antara Pemberian Ekstrak Pinang dengan Persentase Kematian Hama Keong Mas pada Pengamatan III
Persentase kematian Keong Pengamatan II
y = -0.0878x
2
+ 5.1667x + 1.6667 R
2
= 0.9844
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
5 10
15 20
25 30
35
Ekstrak Pinang cc
P e
r s
e nt
a s
e K
e m
a ti
a n
Ŷ
Ŷ
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 1c di atas dapat dilihat bahwa bentuk kurva respon hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian keong mas adalah
kuadratik, dengan persamaan Ŷ= 0,175x
2
+ 8,31x + 3,8778. Besarnya koefisien korelasi R
2
Pengamatan I, II dan III menunjukkan bahwa persentase kematian keong mas rata-rata lebih dari 90 disebabkan oleh ekstrak pinang.
= 0,9516 berarti bahwa 95 kematian keong mas dipengaruhi oleh pemberian ekstrak pinang.
Hasil Penelitian di Lapangan 1. Persentase Tanaman Terserang
Data pengamatan persentase tanaman terserang mulai dari pengamatan I sampai dengan pengamatan VI dan sidik ragam pengamatan I sampai dengan VI
dapat dilihat pada lampiran 10-21. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter
tamanan terserang pada pengamatan II-VI dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan I. Perlakuan pemberian keong berpengaruh nyata terhadap tanaman
terserang pada pengamatan I-VI. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh nyata pada pengamatan II-VI dan tidak
berpengaruh nyata pada pengamatan I. Persentase tanaman terserang pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan
pemberian keong mas serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Persentase Tanaman Terserang pada Perlakuan Aplikasi Ekstrak Pinang dan Pemberian Keong Mas
Perlakuan Pengamatan
I 3 HST
II 6 HST
III 9 HST
IV 12 HST
V 15 HST
VI 18 HST
VII 21 HST
Ekstrak Pinang ccl air
……........... E
0.85 4.42 a
15.17 a 27.69 a
29.19 a 28.79 a
E
1
0.54 20
3.46 b 8.90 b
12.54 b 10.67 b
E
2
0.65 30
1.79 c 2.71 c
3.83 c 0.52 c
E
3
0.77 40
1.79 c 2.35 c
Keong Mas ekor16 m
2
……........... K
0.00 c 0.00 d
0.00 d 0.00 d
0.00 d 0.00 d
0.00 K
1
0.63 b 8
2.54 c 5.65 c
8.31 c 7.79 c
4.54 c K
2
1.02 a 16
4.10 b 10.31 b
14.65 b 13.48 b 10.44 b
K
3
1.17 a 24
4.81 a 13.17 a
21.10 a 19.10 a 13.81 a
Interaksi ……...........
E K
0.00 0.00 f
0.00 h 0.00 g
0.00 f 0.00 d 0.00
E K
0.58
1
3.33 cd 13.33 d 22.33 c
23.33 c 18.17 c E
K 1.17
2
6.25 b 19.33 b
37.83 b 40.08 b 41.75 b
E K
1.67
3
8.08 a 28.00 a
50.58 a 53.33 a 55.25 a
E
1
K 0.00
0.00 f 0.00 h
0.00 g 0.00 f 0.00 d
0.00 E
1
K 0.58
1
2.92 d 7.58 e
10.92 e 7.83 de E
1
K 0.83
2
4.58 c 12.33 d 17.00 cd 11.75 d
E
1
K 0.75
3
6.33 b 15.67 c
22.25 c 23.08 c
E
2
K 0.00
0.00 f 0.00 h
0.00 g 0.00 f 0.00 d
0.00 E
2
K 0.67
1
1.42 e 1.67 g
0.00 g 0.00 f
E
2
K 1.00
2
3.08 d 4.33 f
3.75 f 2.08 e
E
2
K 0.92
3
2.67 d 4.83 f 11.58 de
E
3
K 0.00
0.00 f 0.00 h
0.00 g 0.00 f 0.00 d
0.00 E
3
K 0.67
1
2.50 de E
3
K 1.08
2
2.50 de 5.25 f E
3
K 1.33
3
2.17 de 4.17 f Ket: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan DMRT pada taraf 5. = mortalitas hama keong mas telah mencapai 100 sehingga tidak ada lagi
serangan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan ekstrak pinang dapat menurunkan persentase tanaman terserang sejalan dengan meningkatnya konsentrasi.
Pada pengamatan II dan III menunjukkan bahwa perlakuan E
2
dan E
3
tidak berbeda nyata sedangkan pada pengamatan V terjadi perbedaan yang nyata antara perlakuan
E
2
dan E
3
. Pada perlakuan pemberian keong mas menunjukkan bahwa semakin banyak keong mas yang diaplikasikan maka serangan semakin meningkat. Tabel 3.
Menunjukkan bahwa serangan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K
3
mulai dari mengamatan I-IV. Pada perlakuan interaksi serangan tertinggi terjadi pada
perlakuan K
3
dan tanpa adanya pengaplikasian ekstrak pinang E K
3
2. Mortalitas Hama Keong Mas