Pengertian Citra Binerisasi Pengolahan Citra Digital

“Р” ЩКНК BКСКЬК ЊЮЬТК, ЭОЭКЩТ ЩКНК BКСКЬК UФЫКТЧК, СЮЫЮП ЭОЫЬОЛЮЭ ЬОЭКЫК НОЧРКЧ СЮЫЮП “С”. Perbedaan-perbedaan dalam penggunaan huruf Cyrillic dan perbedaan bahasa yang menggunakannya memnunjukkan bahwa tidak semua kata yang menggunakan huruf Cyrillic merupakan kata dari Bahasa Rusia. Oleh karena itu, tidak semua kata yang menggunakan huruf Cyrillic dapat diterjemahkan menggunakan kamus bahasa Rusia.

2.2. Pengolahan Citra Digital

Pengolahan citra adalah memanipulasi citra untuk meningkatkan kualitas citra sehingga lebih mudah diinterpretasi oleh mesin atau manusia Munir, 2004. Pengolahan citra disebut juga pemrosesan citra atau image processing . Proses pengolahan citra yang dilakukan untuk menyiapkan citra adalah seperti binerisasi, penghilangan derau, deteksi kemiringan, segmentasi karakter, normalisasi ukuran citra, thinning dan skeletonisation Alginahi, 2010

2.2.1. Pengertian Citra

Citra adalah gambar pada bidang dwimatra atau dua dimensi Munir, 2004. Citra yang dapat diproses secara digital adalah citra digital. Citra digital dapat diperoleh dari alat penangkap citra digital serperti kamera digital atau scanner . Gambar 2.1. Piksel pada citra Munir, 2004 Universitas Sumatera Utara Citra digital disusun oleh banyak kotak kecil yang disebut piksel, seperti pada ditunjukkan pada persamaan 2.1. Piksel-piksel tersebut masing masing menyimpan informasi warna seperti merah, hijau dan biru. Nilai yang disimpan berjarak antara 0 sampai 255 dengan 0 artinya hitam dan 255 berarti putih. Citra digital dapat dinyatakan dalam bentuk matriks xy, dengan panjang matriks M dan tinggi matriks N dengan anggota matriks adalah piksel-piksel dari citra digital tersebut. Matriksnya adalah sebagai berikut:

2.2.2. Binerisasi

Proses binerisasi adalah proses untuk menghasilkan citra biner atau citra hitam putih. Metode yang digunakan adalah metode pengambangan atau thresholding, yaitu mengganti nilai piksel menjadi 0 atau 255 sesuai dengan nilai ambang batas atau threshold yang sudah ditentukan. Citra harus dibinerkan terlebih dahulu karena citra tersebut akan diambil atau diekstrak fiturnya. Fitur yang diinginkan hanyalah bagian huruf yang ingin dikenali saja, tanpa memuat informasi lain yang tidak penting seperti warna. Oleh karena itu, citra harus dibinerkan terlebih dahulu. Ada beberapa cara untuk menentukan nilai ambang batas pada proses pengambangan. Salah satu metode yang cukup terkenal untuk menentukan nilai ambang batas tersebut adalah metode Otsu Singh et al, 2011. Metode Otsu adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan citra biner atau citra hitam putih dari sebuah citra yang masih memiliki tingkat keabuan atau grayscale Bhargava et al, 2014. Oleh karena itu, sebuah citra harus diubah menjadi citra grayscale terlebih dahulu. Tahapan dalam memperoleh citra grayscale adalah sebagai berikut. 1. Mengambil piksel dari citra yang akan diproses 2. Nilai dari warna hijau, biru dan merah dari piksel tersebut kemudian diambil Universitas Sumatera Utara 3. Mengalikan setiap nilai warna tersebut dengan koefisien warna masing masing. Kemudian nilai tersebut ditotalkan. 4. Mengganti nilai warna dari piksel yang sedang diproses dengan nilai warna yang didapat pada proses sebelumnya. 5. Proses kemudian diulangi ke piksel berikutnya sampai seluruh piksel pada citra diproses. Koefisien warna untuk setiap nilai warna digunakan karena adanya perbedaan cara mata manusia membedakan warna. Citra yang sudah menjadi abu-abu sudah boleh diproses menjadi citra hitam putih dengan menggunakan algoritma Otsu. Langkah-langkah binerisasi citra grayscale menggunakan algoritma Otsu untuk mencari ambang batas adalah sebagai berikut Otsu, 1979. 1. Membuat histogram dari tingkat kemunculan semua tingkat keabuan pada citra grayscale . 2. Menghitung kemungkinan probabilitas kelas dan rata-rata mean kelas pada kemungkinan ambang batas threshold pada 0. 3. Untuk setiap kemungkinan ambang batas yang mungkin ada sesuai histogram, piksel dipisahkan menjadi 2 bagian, mewakili piksel later belakang dan piksel karakter. Kemudian dicarilah akar dari kuadrat perbedaan antara rata-rata dari kedua bagian tersebut. 4. Nilai dari ambang batas diperbaharui untuk setiap iterasi, dan nilainya sesuai pada hasil langkah sebelumnya 5. Nilai yang terbesar setelah iterasi berakhir adalah nilai ambang batas yang diinginkan 6. Setiap piksel kemudian diperbaharui pada citra grayscale dengan menggantinya menjadi putih jika lebih besar dari ambang batas, dan hitam jika lebih kecil atau sama dengan ambang batas. Hasil dari binerisasi dengan algoritma Otsu dapat dilihat pada gambar 2.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Hasil binerisasi dengan algoritma Otsu. Gambar asli kiri dan hasil binerisasi kanan.

2.2.3.. Penapisan Derau