Pemeriksaan Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Pidana

merupakan tindak pidana, siapa pelakunya, bagaimana melakukan penangkapan terhadap tersangkanya. Setelah itu polisi harus mampu menentukan peraturan ataupun Undang-undang apa yang dilanggar oleh tersangka untuk dituntut pertanggungjawaban dari tersangka tersebut. 9

2. Pemeriksaan Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Pidana

Dalam sistem peradilan pidana, Polisi memiliki fungsi sebagai penyelidik dan sebagai penyidik tindak pidana. Istilah penyelidikan dan penyidikan dipisahkan artinya oleh KUHAP, walaupun menurut bahasa Indonesia kedua kata tersebut berasal dari kata dasar sidik, yang artinya memeriksa, meneliti. Kata sidik diberi sapaan el menjadi selidik yang artinya banyak menyidik. Jadi, menyelidik dan menyidik sebenarnya memiliki arti yang sama. Sisipan el hanya memperkeras banyak menyidik. 10 Perbedaan lain yakni dari segi penekanannya. Penyelidikan pada tindakan mencari dan menemukan peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindak pidana, sedangkan penyidikan titik berat penekanannya diletakkan pada tindakan Penyelidikan sepertinya identik dengan penyidikan, namun jika ditelaah kedua istilah tersebut sungguh berbeda. Perbedaannya dapat dilihat dari sudut pejabat yang melaksanakannya. Penyelidik pejabat yang melaksanakannya adalah penyelidik yang terdiri atas pejabat Polri saja tanpa ada pejabat lainnya. Sedangkan penyidikan dilakukan oleh penyidik yang terdiri atas pejabat Polri dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu Pasal 6 KUHAP dan Pasal 2 ayat 2 PP Nomor 27 Tahun 1983. 9 Ibid., hal.15 10 Andi Hamzah. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika, hal.119 Universitas Sumatera Utara mencari serta mengumpulkan bukti, supaya tindak pidana yang ditemukan menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan menentukan pelakunya. a Penyelidikan Dalam Undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Indonesia KUHAP Pasal 1 angka 5 dinyatakan bahwa; “Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.” Hal ini berarti bahwa tindakan Penyelidikan ini merupakan tindakan untuk mendahului penyidikan dan merupakan tahap pertama dari tujuh tahap hukum acara pidana, yang berarti mencari kebenaran. Penyelidikan bukanlah fungsi tersendiri yang terpisah dari penyidikan, tetapi hanya merupakan salah satu cara atau metode dari fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, penyelesaian, dan penyerahan berkas perkara kepada Penuntut Umum.Latar belakang dibuatnya fungsi penyelidikan antara lain adanya perlindungan dan jaminan terhadap hak asasi manusia, adanya persyaratan dan pembatasan yang ketat dalam penggunaan upaya paksa, ketatnya pengawasan dan adanya lembaga ganti kerugian dan rehabilitasi. Tidak semua peristiwa yang terjadi dapat diduga adalah tindak pidana, maka sebelum melangkah lebih lanjut dengan melakukan penyidikan dengan konsekuensi digunakannya upaya paksa, dengan berdasarkan data atau keterangan yang didapat dari hasil penyelidikan Universitas Sumatera Utara ditentukan lebih dahulu bahwa peristiwa yang terjadi dan diduga sebagai tindak pidana itu benar-benar merupakan tindak pidana sehingga dapat dilanjutkan dengan penyidikan. 11 Tindakan penyelidikan mengarah kepada pengungkapan bukti-bukti tentang telah dilakukannya suatu tindak pidana oleh seorang yang dicurigai sebagai pelaku. Oleh karena itu pada tahap penyelidikan, penyelidik harus mendapatkan gambaran tentang tindak pidana apa yang terjadi, kapan dan dimana terjadinya tindak pidana itu, bagaimana pelaku melakukan tindak pidana, apa akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana, apa akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana, siapa yang melakukan tindak pidana itu, dan benda-benda apa saja yang digunakan untuk melakukan tindak pidana sebagai barang bukti. 12 Tugas penyelidikan yang harus dilaksanakan oleh penyelidik meliputi kegiatan : Hal penyelidikan, maka tugas polri ditegaskan dalam Pasal 14 ayat 1 huruf g Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang- undangan lainnya. Rumusan dari pasal ini memuat rincian tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang penyelidikan dan penyidikan tindak pidana sesuai dengan hukumm acara pidana. 13 1. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana; 2. menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan; 11 Mahmud Mulyadi, 2009. Kepolisian Dalam Sistem Peradilan Pidana. Medan: USU Press, hal.10 12 Ibid., hal.13 13 Ibid., hal.11 Universitas Sumatera Utara 3. mencari serta mengumpulkan barang bukti; 4. membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi; 5. menemukan tersangka pelaku tindak pidana. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1961 KUHAP memberikan peran utama kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana secara umum tanpa batasan lingkungan kuasa soal-soal sepanjang masih termasuk dalam lingkup hukum publik, sehingga pada dasarnya Polri oleh KUHAP diberikan kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana. 14 a. karena kewajiban mempunyai wewenang: Pasal 4 Undang-undang No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana KUHAP menyatakan bahwa; “Penyelidik adalah setiap pejabat polisi Republik Indonesia.” Berdasarkan hal tersebut, Pasal 5 Undang-undang No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana KUHAP menyatakan Penyelidik yang dimaksud ialah : 1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang adanya tindak pidana 2. mencari keterangan dan barang bukti 3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri 4. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa : 1 Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan; 2 Pemeriksaan dan penyitaan surat; 3 Mengambil sidik jari dan memotret seorang; 4 Membawa dan menghadapkan seorang kepada penyidik. 14 Ibid., hal.12 Universitas Sumatera Utara Ruang lingkup penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Berdasarkan ketentuan pada Pasal 16 ayat 1 KUHAP dinyatakan bahwa; “untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik dapat melakukan penangkapan. Namun untuk menjamin hak-hak asasi tersangka, perintah penangkapan tersebut harus didasarkan pada bukti permulaan yang cukup.” Adapun bukti permulaan yang cukup adalah keterangan dan data yang terkandung dalam dua diantara : 15 1. Laporan polisi; 2. Berita acara pemeriksaan polisi; 3. Laporan hasil penyelidikan; 4. Keterangan saksi saksi ahli; 5. Barang bukti. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pada tahap penyelidikan segala data dan fakta yang diperlukan bagi penyidikan tindak pidana tersebut harus dapat dikumpulkan. Sehingga dari hasil penyidikan itu didapatkan kepastian tentang bahwa suatu peristiwa yang semula diduga sebagai tindak pidana, adalah benar- benar merupakan suatu tindak pidana dan terhadap tindak pidana tersebut dapat dilakukan penyidikan, karena segala data dan fakta yang dibutuhkan bagi penyidikan tindak pidana tersebut telah terkumpul melalui usaha penyelidikan. Penyelidikan yang dilakukan penyelidik dalam hal ini tetap harus menghormati asas praduga tidak bersalah presumption of innocence 15 Surat Keputusan Kapolri No.Pol.SKEP04I1982 tanggal 18 Februari 1982 Universitas Sumatera Utara sebagaimana disebutkan dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP. Penerapan asas ini tidak lain adalah untuk melindungi kepentingan hukum dan hak-hak tersangka dari kesewenang-wenangann kekuasaan para aparat penegak hukum. Kekeliruan pejabat penyelidik dalam menentukan suatu peristiwa sebagai suatu tindak pidana dan atas tindak pidana itu dapat dilakukan penyidikan, akan membawa konsekuensi berupa kegagalan pada tahap penyidikan. Kekeliruan tersebut juga dapat menyebabkan Kepolisian sebagai aparat penyidik dihadapkan pada suatu sanksi hukum yang dapat dituntut melalui lembaga praperadilan seperti diatur dalam KUHAP, yaitu terdapat dalam Pasal 77 KUHAP : “Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang: a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; b. Ganti kerugian atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.” Setelah berakhirnya tingkat penyelidikan, maka dilanjutkan dengan penyidikan. Sebelum suatu penyidikan dimulai dengan penggunaan upaya paksa, terlebih dahulu perlu ditentukan secara cermat berdasarkan segala fakta dan data yang diperoleh dari hasil penyelidikan. Dengan telah ditentukannya bahwa sudah terjadi suatu peristiwa pidana, maka penyidikan tindak lanjut dari penyelidikan. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa penyelidikan memiliki peran yang penting, karena penyelidikan merupakan tindakan awal dari keseluruhan tindakan- tindakan dalam proses penyelesaian perkara. Untuk menentukan suatu peristiwa adalah suatu tindak pidana atau bukan memerlukan pengetahan dan pengalaman yang memadai. Meskipun dalam KUHAP dinyatakan bahwa setiap anggota Universitas Sumatera Utara Kepolisian adalah penyelidik , namun penyelidikan ditangani oleh petugas-petgas kepolisian yang memenuhi syarat ditinjau dari pengalaman dan pengetahuannya. b Penyidikan Pasal 1 angka 2 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP memberikan pengertian penyidikan sebagai berikut: “Penyidikan ialah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya” Penyidikan adalah suatu istilah yang dimaksudkan sejajar dengan pengertian opsporing Belanda yang berarti “pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum. 16 Fungsi Polri sebagai Penyidik suatu tindak pidana dalam sebuah penyidikan merupakan suatu proses yang terdiri dari rangkaian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penyidik dalam rangka membuat terang suatu perkara dan Penyidikan merupakan tindak lanjut dari penyelidikan, sehingga pengertian penyidikan erat kaitannya dengan penyelidikan. Pada saat penyidik akan memulai suatu penyidikan, sebagai penyidik ia telah dapat memastikan bahwa peristiwa yang akan disidik itu benar-benar merupakan suatu tindak pidana dan terdapat cukup bukti-bukti guna membuat terang suatu tindak pidana dan menemukan tersangka pelakunya. 16 Andi Hamzah, Op.Cit., hal.120 Universitas Sumatera Utara menemukan pelakunya. Pada saat melakukan penyidikan Polri diberi wewenang seperti tercantum pada Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Namun wewenang Polri dalam hal Penyidikan lebih jelas terlihat dalam Pasal 7 ayat 1 KUHAP yaitu: a. Menerima laporan pengaduandari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindkan pertama pada saat ditempat kejadian; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka; h. Mengadakan penghentian penyidikan; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. Kewenangan yang dimiliki oleh Polri ini semata-mata digunakan hanya untuk kepentingan mencari kebenaran dari suatu peristiwa pidana. Dengan keluarnya hasil dari penyelidikan yang menyatakan suatu peristiwa pidana dan harus diadakan penyidikan maka tindakan pertama yang dimbil adalah pengumpulan bukti-bukti untuk membuat terang suatu tindak pidana dan mencari serta menemukan pelaku tindak pidana tersebut. 17 Penyidikan dimulai sejak penyidik menggunakan kewenangan penyidikan yang berkaitan langsung dengan hak tersangka, seperti menggunakan upaya paksa penangkapan. Hal ini dijelaskan dalam Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP diberikan penjelasan sebagai berikut : “Pengertian mulai dilakukan penyidikan adalah jika dalam kegiatan penyidikan tersebut sudah dilakukan tindakan upaya paksa dari penyidik , seperti pemanggilan proyustisi penangkapan, penahanan, 17 Mahmud Mulyadi, Op.Cit., hal.17 Universitas Sumatera Utara pemeriksaan, penyitaan, dan sebagainya”. 18 Dalam hal ini apabila surat perintah penghentian penyidikan tersebut telah diterbitkan maka penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya. Sesuai dengan Pasal 77 butir a KUHAP, apabila penuntut umum atau korban ataupun keluarganya tidak dapat menerima penghentian penyidikan tersebut, maka korban atau keluarganya sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga, dapat mengajukan praperadilan kepada ketua Pengadilan Negeri sesuai dengan daerah hukumnya dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pengadilan Negeri akan memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian Saat penggunaan upaya paksa tersebut maka timbullah kewajiban penyidik untuk memberitahukan telah dimulainya penyidikan atas suatu tindak pidana kepada penuntut umum. Secara formal pemberitahuan tersebut disampaikan melalui mekannisme Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan SPDP. Hal ini diatur dalam Pasal 109 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Setelah bukti-bukti dikumpulkan dan yang diduga tersangka telah ditemukan, maka penyidik menilai dengan cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan kepada Penuntut Umum Kejaksaan atau ternyata bukan merupakan tindak pidana. Pasal 109 ayat 2 menyatakan : “Jika penyidik berpendapat bahwa peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana maka penyidikan diberhentikan demi hukum, dan penyidik mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan”. 18 Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M. 14-PW.07.03 Tahun 1983 pada butir 3 Universitas Sumatera Utara penyidikan. Jika Pengadilan Negeri sependapat dengan Penyidik, maka penghentian penyidikan sah adanya tetapi jika Pengadilan Negeri tidak sependapat, maka penyidikan wajib dilanjutkan. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib menyerahkan berkas perkara tersebut kepada penuntut umum. Penyerahan ini dilakukan dalam 2 tahap, yakni : a. Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; b. Dalam hal penyidik dianggap sudah selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum. Jika pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum berpendapat bahwa berkas kurang lengkap maka ia dapat : a. Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi disertai petunjuk. Penuntut Umum menerbitkan P-18 dan P-19 b. Melengkapi sendiri, dengan melakukan pemeriksaan tambahan Pasal 30 ayat 1 huruf e UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI Berdasarkan Pasal 110 ayat 4 KUHAP, apabila dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas hasil penyidikan maka penyidikan dianggap telah selesai.

3. Pengertian Tindakan Tembak Ditempat