menggunakan pisau. Selain itu, apabila tujuan penggunaan kekerasan dan senjata api sudah terpenuhi, maka penggunaan kekerasan harus dihentikan.
Proporsionalitas adalah penggunaan kekerasan yang sesuai berdasarkan tujuan yang dicapai dan tidak melebihi batas.
C. Berlakunya Asas Praduga Tidak Bersalah Terhadap Tersangka
Asas praduga tidak bersalah yang diberlakukan terhadap tersangka dalam suatu tindak pidana tidak terlepas dari Hak Asasi Manusia HAM. Asas praduga
tidak bersalah erat kaitannya terhadap HAM dikarenakan asas ini merupakan salah satu asas yang memberikan perlindungan HAM atas seseorang
tersangkaterdakwa tindak pidana. Mien Rukmini menyatakan bahwa antara negara hukum, HAM dan Sistem
Peradilan pidana memiliki hubungan yang relevan dan erat sekali dalam melaksanakan perlindungan HAM.
37
37
O.C Kaligis. 2006. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana. Bandung: Alumni, hal.29
Negara Indonesia merupakan Negara hukum dimana Negara Indonesia selalu mengedepankan HAM dalam setiap peraturan
perundang-undangan. Pelanggaran HAM terhadap tersangkaterdakwa tindak pidana dapat terjadi pada tataran norma undang-undang, namun lebih terlihat
jelas pada tataran penegakannya, yakni pemeriksaan dalam semua tahapan sistem peradilan pidana. Dalam tahapan pemeriksaan, aparat penegak hukum berpotensi
menggunakan kekuasaannya baik dalam bentuk ancaman fisik maupun psikis terhadap pelaku tindak pidana pada saat mulai pemanggilan, penentuan sebagai
tersangkaterdakwa, pemeriksaan yang berlarut-larut, penahanan yang tidak sah bahkan sampai pada rekayasa perkara. Rekayasa perkara merupakan pelanggaran
Universitas Sumatera Utara
HAM yang sangat kejam dalam proses penegakan hukum, yaitu dengan sengaja menciptakan seseorang sebagai pelaku tindak pidana.
38
Asas pokok yang menjadi pelindung terhadap tersangka terdakwa adalah asas praduga tidak bersalah. Asas praduga tidak bersalah merupakan asas yang
menghendaki agar setiap orang yang terlibat dalam perkara pidana harus dianggap belum bersalah sebelum adanya keputusan pengadilan yang menyatakan
kesalahan itu. Asas ini harus dipatuhi oleh penegak hukum baik dalam proses penyidikan, penuntutan maupun pemeriksaan di pengadilan. Jaminan atas hak ini
terdapat dalam Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP, dan Pasal 8 ayat 1
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
39
Asas praduga tidak bersalah mengandung konsekuensi bahwa untuk dianggap bersalah oleh pengadilan, maka seseorang harus dipenuhi hak-haknya
sebagai berikut:
40
a. Hak atas peradilan yang bebas, jujur, dan tidak memihak;
b. Hak atas bantuan dari profesi hukum yang bebas.
Untuk menjamin agar proses peradilan tidak dilaksanakan secara sewenang-wenang, maka jalannya pemeriksaan harus terbuka untuk umum. Asas
publisitas atau keterbukaan merupakan asas yang sangat pokok untuk menjamin berjalannya proses peradilan yang independen, jujur dan tidak memihak.
41
38
Ari Wibowo. 2012. Kebijakan Formulatif Hukum Pidana dalam Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu, hal. 44
39
Ibid, hal. 45
40
Ibid., hal.46
41
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
Sebelum masuk ke dalam tahap pemeriksaan pengadilan, apabila seseorang ditangkap, maka ia berhak untuk segera diberitahukan mengenai
tuduhan yang dikenakan kepadanya. Hak selanjutnya adalah orang yang ditangkap atau ditahan berdasarkan tuduhan pidana wajib segera dihadapkan ke depan
pengadilan atau pejabat lain yang diberi kewenangan oleh hukum untuk menjalankan kekuasaan peradilan, dan berhak untuk diadili dalam jangka waktu
yang wajar, atau dibebaskan. Segera disini menunjukkan bahwa harus diberikan batas waktu penahanan yang jelas. Orang tersebut juga berhak untuk diadili dalam
jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan. Dalam jangka waktu yang wajar maksudnya ialah bahwa setiap orang berhak untuk diadili tanpa adanya
penundaan yang tidak semestinya.
42
Dilihat pada filosofi dan substansi ketentuan Pasal 28 J UUD 1945, justru konsep HAM Indonesia, tidak murni menganut paham individualistik melainkan
paham individualistik plus, dalam arti hak dan kebebasan setiap orang dalam bingkai UUD 1945 harus diwujudkan untuk menciptakan harmonisasi kehidupan
sosial, selain semata-mata demi dan hanya untuk kepentingan melindungi hak-hak Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak
proses penyidikan hingga putusan pengadilan yang berkekuatan tetap. Pemerintah menyediakan bantuan hukum kepada mereka yang tidak mampu untuk
membiayainya. Untuk keadaan tertentu, tersangkaterdakwa berhak mendapatkan bantuan lain terkait perlindungan haknya selama proses peradilan, misalnya untuk
mendapatkan bimbingan rohani dan psikologi apabila hal tersebut diperlukan.
42
Ibid., hal.47
Universitas Sumatera Utara
indvidu. Hal tersebut mendesak agar diperlukan re-konseptualisasi terhadap landasan pemikiran, asas praduga tak bersalah, dan prinsip ”due process of law”
di dalam bingkai Negara Hukum Kesatuan RI. Berangkat dari analisis hukum atas konsep pemikiran tentang prinsip ”praduga tak bersalah” tersebut, maka asas
”praduga tak bersalah”, dalam konteks kehidupan hukum masyarakat Indonesia, ditafsirkan secara proporsional dan selaras dengan perubahan paradigma
mengenai karakter sistem hukum pidana modern, yang telah bergeser dari paradigma lama, kepada paradigma baru.
Tafsir terhadap prinsip praduga tak bersalah, yang sejalan dengan perubahan paradigma tersebut di atas, adalah negara wajib memberikan dan
memfasilitasi hak-hak seseorang yang di duga telah melakukan suatu tindak pidana sejak ditangkap, ditahan dan selama menjalani proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan baik pada tingkat pertama dan pada tingkat banding. Praduga tersebut selanjutnya berhenti seketika pengadilan
memutuskan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dan dihukum pidana sementara waktu dan atau pidana denda.
D. Kaitan Antara Asas Praduga Tidak Bersalah Dengan Tembak Ditempat