b. Epilepsi
Epilepsi merupakan kelainan neurologik. Ibu hamil yang menderita epilepsy membutuhkan penanganan yang tepat, agar tidak berisiko terhadap
ibu dan bayi. Menurut statistik Amerika Serikat, 0,5 kehamian dijumpai pada wanita epilepsi. Risiko pada wanita penderita epilepsy yang hamil, lebih
besar dari pada wanita normal yang hamil. Angka kematian neonates pada pasien epilepsy yang hamil adalah tiga kali dibandingkan wanita normal.
Dampak epilepsi pada kehamilan: 1.
Melahirkan bayi premature, didapat 4-11 2.
Berat badan lahir rendah, kurang dari 2700 gr, ditemukan pada 7-19 3.
Mikrosefal 4.
Skor apgar rendah Alam, 2012.
C. Kualitas Pelayanan Antenatal 1. Defenisi Antenatal Care
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya dilaksanakan
sesuai standar pelayanan Antenatal yang telah ditetapkan oleh standar pelayanan kebidanan Depkes RI, 2004.
2. Kualiatas Pelayanan Antenatal
Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan
untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan
melahirkan bayi sehat. Pelayanan antenatal yang berkualitas dimulai dari pelayanan di tempat pendaftaran, pelayanan kesehatan, meliputi anamnese,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pelayanan fisik maupun laboratorium, penyuluhan perorangan atau konseling sampai dengan pelayanan obat dan rujukan. Proses pelayanan tersebut
dipengaruhi tenaga professional, dana, sarana dan prosedur kerja yang tersedia agar mendapatkan kualitas yang baik.
Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh Depertemen Kesehatan RI 2003 meliputi:
a. Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga dapat
dideteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat.
b. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar
lengan atas secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan
dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20 dari berat badan ibu hamil sebelum hamil, jika berat badan tidak
bertambah dan lingkar lengan atas 23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.
c. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan
secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya preeklamsi, tekanan darah, protein urine positif, pandangan
kabur atau oedema pada ekstrimitas atas. d.
Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
e. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia
kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan janin tunggal atau kembar dan mendengarkan denyut jantung janin,
menentukan asuhan selanjutnya. f.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid TT kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari
terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas. g.
Pemeriksaan hemoglobin Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu.
h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan dan diminum setiap
hari. i.
Pemeriksaan urine jika ada indikasi tes protein dan glukosa, pemeriksaan penyakit- penyakit infeksi HIV AIDS dan PMS.
j. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan
payudara, gizi ibu selama hamil, tanda- tanda bahaya pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambi keputusan
dalam perawatan selanjutnya. k.
Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami dan keuarga pada trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan
suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya untuk merujuk.
l. Tersedianya alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat
digunakan, obat- obatan yang diperlukan waktu pencatan kehamilandan mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menentukan tindakan
selanjutnya Mufdlilah, 2009.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan menurut Engeenderhealth, 2003 ialah:
1. Adanya komitmen petugas kesehatan Bidan.
2. Terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasi.
3. Managemen, informasi, pelatihan dan pengembangan polindes.
4. Terpenuhinya kebutuhan akan bahan, peralatan dan insfrastruktur.
5. Terpenuhinya hak ibu hamil untuk memperoleh informasi agar ibu hamil
mendapatkan pelayanan yang diharapkan, diantaranya: a.
Pelayanan yang aman dan nyaman. b.
Pelayanan yang mengutamakan privasi dan menjaga kerahasiaan. c.
Pelayanan yang sopan, ramah, dan nyaman. d.
Dapat mengemukakan pendapat atau masalah secara bebas. e.
Hak untuk kelangsungan pelayanan. Rendahnya kualitas pelayanan Antental menurut Engeenderhealth, 2003
dipengaruhi oleh: 1.
Bidan yang belum memiliki komitmen yang tinggi terhadap kualitas pelayanan antenatal.
2. Belum terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervise yang memfasilitasi
kunjungan rumah. 3.
Lama waktu pemerikasaan antenatal. 4.
Belum terpenuhinya hak-hak ibu hamil untuk memperoleh informasi dan mendapatkan pelayanan yang diharapkan
3. Tujuan Asuhan Antenatal