segera dapat dipenuhi yang berarti mengancam likuiditas bank yang bersangkutan.
2.4 Bank Ratio
Bank Ratio adalah rasio kredit atau pinjaman terhadap total dana pihak ketiga. Indikator ini mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan kurang likuid. Sigit Triandamu,
2006:112. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.
Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya loan-up atau relatif tidak likuid, sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank
yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih
dapat mengalami ekspansisebaliknya harus dibatasi. Tujuan perhitungan Bank Ratio adalah untuk mengetahui serta menilai
sampai beberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain Bank Ratio digunakan sebagai
suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Menurut Dendawijaya 2001:116-124 Bank Ratio adalah rasio yang
memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya Likuiditas bank.
Pada umumnya rasio sampai dengan 100 memberikan gambaran yang cukup baik atas keadaan likuiditas bank, namun berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, rasio
likuiditas yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah rasio kredit terhadap dana yang diterima bank dalam rupiah dan Valas. Semakin tinggi rasio ini
semakin buruk kondisi likuiditas bank. Bank Indonesia memberi nilai kredit nol 0 bagi bank yang memiliki rasio sebesar 115 atau lebih berdasarkan ketentuan
penilaian tingkat kesehatan bank untuk faktor likuiditas. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
�� �� =
� � � � �
� � � � � � ℎ�
�� � Rasio ini mengukur kemampuan melempar dana berdasarkan sumber dana
yang tertentu. Pinjaman kredit biasanya merupakan asset yang penting dan terbesar untuk bank, sedangkan deposito merupakan sumber dana penting dan terbesar
untuk bank. Semakin tinggi angka ini semakin tidak likuid bank tersebut, karena sebagian besar dana tertanam pada pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh deposan,
bank bisa mengalami kesulitan. Di lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut, karena bank tersebut mampu melempar dana
lebih efektif. Hanafi dan Halim, 2005:349-350
2.5 Faktor-faktor yang memengaruhi Bank Ratio