1. Blind : pada proses ekstraksi data sistem blind watermarking tidak
membutuhkan citra atau media aslinya, yang dibutuhkan hanyalah suatu kunci atau parameter-parameter untuk melakukan ekstraksi.
2. Semi-blind : proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan suatu kunci dan
juga data watermarking. 3.
Non-blind : proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan citra asli dan parameter-parameter yang telah ditentukan key.
2.6. Serangan terhadap Citra Ber -Watermark
Serangan terhadap citra ber –watermark umumnya bertujuan untuk menghilangkan watermark yang disisipkan di dalam citra digital tersebut. Serangan
ini disebut sebagai serangan yang disengaja. Serangan yang tidak disengaja biasanya berhubungan dengan pengubahan citra digital, pengubahan ini dapat berupa cropping,
rotation , kompresi, dll.
Secara umum jenis serangan terhadap citra ber-watermark dibagi menjadi dua, yaitu serangan standar standard attack dan malicious attack. Malicious attack
merupakan serangan yang memilki tujuan untuk menghilangkan watermark. Pengujian terhadap citra ber-watermark menggunakan serangan hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan standard attack saja. Hal ini disebabkan karena dalam malicious attack umumnya pihak penyerang mencari algoritma penyisipan dan
kunci yang digunakan saat penyisipan watermark. Serangan jenis malicious attack ini tetntunya tidak dapat diujikan karena algoritma dan kunci yang digunakan tentunya
sudah diketahui oleh penyisip watermark.
2.6.1. Serangan Standar Standard Attack
Serangan standar biasanya merupakan serangan yang tidak disengaja untuk merusak atau mendapatkan watermark di dalam citra berwatermark. Contoh dari jenis
serangan standar standard attack adalah sbb:
Universitas Sumatera Utara
1. Cropping
Cropping merupakan serangan yang umum karena banyak orang sering
menginginkan bagian tertentu dari sebuah citra saja. Cropping dapat merusak citra karena pada proses cropping matriks dari sebuah citra akan di ubah dengan memotong
matriks citra tersebut, sehingga ukuran panjang dan lebar citra awal tidak sama dengan ukuran panjang dan lebar citra setelah dilakukan cropping.
2. Serangan geometris geometrical attack
Serangan geometris sering tidak secara sengaja bertujuan untuk menghilangkan watermark pada citra yang sudah ber-watermark. Serangan geometris
ini menyebabkan pendeteksi watermark kehilangan sinkronisasinya dengan citra ber - watermark
. Beberapa yang termasuk dalam serangan geometris adalah rotasi citra, penskalaan ulang citra, pengubahan aspect ratio, translasi, dsb.
3. Kompresi
Serangan ini juga merupakan serangan yang sering dilakukan secara tidak sengaja. Kompresi sering dilakukan pada file multimedia seperti audio, video, dan
citra. Watermark yang disisipkan biasanya lebih tahan terhadap kompresi yang memliki domain sama dengan domain yang dipakai pada saat watermarking. Misalnya
citra yang disisipi watermark menggunakan DCT Discrete Cosine Transform lebih tahan terhadap kompresi JPEG daripada citra yang disisipi watermark dalam domain
spasial. Atau citra yang disispi watermark menggunakan DWT Discrete Wavelet Transform
lebih kuat terhadap kompresi JPEG2000. 4.
Penambahan noise Citra digital sangat rentan mendapatkan serangan berbagai macam jenis noise.
Ada beberapa cara yang menyebabkan suatu noise dapat berada didalam sebuah citra, bergantung bagaimana citra tersebut diciptakan. Sebagai contoh, jika citra merupakan
hasil scan foto yang berasal dari negatif film, maka negatif film ini merupakan sumber noise
. Noise juga bisa merupakan akibat dari kerusakan film atau juga bisa berasal dari scanner itu sendiri. Jika citra diperoleh secara langsung dalam format digitalnya,
Universitas Sumatera Utara
mekanisme dalam mendapatkan data digital tersebut juga dapat menyebabkan adanya noise
. Penyebaran data citra secara elektronik bisa juga menghasilkan noise. 5.
Filterisasi Filterisasi umum digunakan pada citra. Beberapa filter yang sering digunakan
yaitu gaussian filter, sharpening filter, dsb. Untuk menanggani jenis serangan ini watermark
dapat disisipkan pada frekuensi yang paling sedikit berubah jika terjadi kompresi, dengan memperkirakan filterisasi apa saja yang umum digunakan.
6. Pelembut an Citra Image Smoothing
Pelembutan citra image smoothing bertujuan untuk menekan gangguan noise pada citra. Gangguan tersebut biasanya muncul sebagai akibat dari hasil
penerokan yang tidak bagus sensor noise, photographic grain noise atau akibat saluran transmisi pada pengiriman data.
7. Perataan Histogram Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam proses pengingkatan kualitas
citra image enhancement adalah teknik perataan histogram histogram equalization. Histogram dari suatu citra sebenarnya menyediakan deskripsi umum akan
penampakannya. Untuk histogram sebuah citra berwarna, ketiga histogram komponen warnanya dapat diperlakukan secara terpisah sebagaimana histogram sebuah citra
gray-level. Lestari, Desi Alex. 20 April 2008.. Tujuan dari perataan histogram adalah
untuk memperoleh penyebaran histogram yang merata, sedemikian sehingga setiap derajat keabuan memiliki jumlah pixel yang relatif sama.
2.6.2. Malicious Attack