seseorang egoism mungkin juga memberikan pertolongan tetapi hanya untuk mengurangi personal distress yang dirasakannya atau dimotivasi oleh adanya
self-benefit.
4. Usia dan Perilaku Menolong
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara usia dan perilaku menolong Peterson, 1983 dalam Dayakisni Hudaniah,
2003. Dengan bertambahnya usia individu akan makin dapat memahami atau menerima norma-norma sosial Staub, 1978, dalam Dayakisni Hudaniah,
2003. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock 1999 yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka ia akan semakin
bertanggungjawab secara sosial dan taat terhadap aturan serta berkembangnya norma etik.
Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, usia dimana seseorang mulai memiliki kesadaran dalam mematuhi peraturan dan norma sosial adalah
sejak usia 18 tahun level Post-conventional NewmanNewman, 2001. Penelitian tentang moral reasoning dan perilaku menolong menemukan bahwa
individu yang memiliki level moral yang tinggi lebih cenderung dalam berperilaku menolong Rushton, Chrisjohn, Fekken, 1981.
5. Tingkat Pendidikan
Reddy dalam Schroeder Penner, 1995 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin besar pula kecenderungan
Universitas Sumatera Utara
seseorang untuk menjadi relawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka semakin rendah
sumbangannya pada kotak amal. Hal ini terkait dengan sosial ekonomi dan akan semakin berkurang kemungkinan untuk menyumbangmenderma.
6. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap perilaku menolong yang aktual, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria
dan wanita Piliavin Unger dalam Oscar, 2006. Sekalipun ditemukan perbedaan, maka kecenderungan yang lebih besar akan mengarah pada pria,
bukan wanita Basow,1992. Hal ini didukung oleh hasil yang diperoleh Eagley dan Crowley Basow, 1992; Taylor, dkk, 2000 melalui sebuah review meta-
analisis yang dilakukan terhadap 172 penelitian mengenai perilaku menolong. Simpulan yang diperoleh dari review meta-analisis menunjukkan bahwa
pria lebih menolong daripada wanita. Pria lebih cenderung utuk menawarkan pertolongan daripada wanita, walaupun wanita dinilai lebih menolong daripada
pria dan kelihatannya lebih peduli untuk memberikan pertolongan. Riset behavioral menyatakan bahwa pria lebih menolong daripada wanita, paling
tidak dalam situasi publik yang melibatkan orang yang tidak dikenal Basow, 1992.
Universitas Sumatera Utara
II.A.4. Tipe-Tipe Perilaku Menolong
Menurut Rushton, Chrisjohn, Fekken dalam Bekkers Wilhelm, 2007, ada sepuluh tipe-tipe perilaku menolong, yaitu :
1. Mengembalikan uang yang berlebih kepada kasir
2. Mendahulukan orang lain dalam antrian
3. Menawarkan tempat duduk kepada orang lain yang sedang berdiri dalam
sebuah bus, atau di sebuah tempat umum 4.
Membawakan barangmilik orang lain, seperti tas belanja. 5.
Memberikan makanan atau uang kepada pengemis 6.
Menjaga milik orang lain ketika orang tersebut sedang pergi 7.
Meminjamkan sesuatu yang bernilai kepada orang lain 8.
Memberikan uang untuk amal charity 9.
Melakukan pekerjaan sukarela untuk amal charity 10.
Mendonorkan darah
II.B. Tayangan Berita Kriminal
Kriminalitas atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.
Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan immoril, merugikan masyarakat, sifatnya asosial dan
melanggar hukum serta undang-undang pidana dalam Kartono, 2005. Tayangan berita kriminal merupakan salah satu program tayangan televisi
yang menyajikan kejadian-kejadian kriminal yang terjadi di dalam masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Aprilia, 2004. Format acara ini dikemas dalam bentuk tayangan yang memberikan kesan seram dan menakutkan karena isi beritanya khusus untuk
menayangkan tentang kriminalitas. Hampir semua stasiun televisi di tanah air menayangkan berita kriminal dalam format seperti ini, kecuali TVRI dan Metro-
TV. Jenis acara berita-berita kriminal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 Irmanyusron, 2007.
Dilihat dari jam tayangnya, sebagian besar acara tersebut menempati jam prime time, yaitu rentang waktu dimana jumlah penonton televisi mencapai
puncaknya. Berita-berita semacam itu ditayangkan tiap hari selama ± 30 menit di televisi tanpa mempertimbangkan kepada siapa ditujukan dan efek apa yang akan
ditimbulkan Irmanyusron, 2007. Program ini merupakan salah satu bentuk tayangan kekerasan karena
dalam acara itu penonton menerima ekspos ke berbagai jenis visualisasi kekekerasan oleh pelaku maupun polisi yang menangkapnya. Program ini
disajikan secara dramatis dengan memerlihatkan secara vulgar unsur-unsur kekerasan, seperti darah yang mengalir dari korban pembunuhan, mayat yang
tergeletak, adegan pukul, bahkan tembak yang dilakukan polisi terhadap tersangka Aprilia, 2004.
Universitas Sumatera Utara
II.C. Pengaruh Tayangan Berita Kriminal terhadap Kecenderungan Perilaku menolong
Tayangan berita kriminal merupakan salah satu bentuk tayangan kekerasan Aprilia, 2004. The National Institute of Mental Health dalam Kompas, 2005,
menyimpulkan efek kekerasan dalam televisi dapat menyebabkan seseorang belajar menjadi korban dan mengidentifikasikan diri dengan korban. Laporan
tahun 1982 tersebut juga menyebutkan bahwa sebagian pemirsa televisi menjadi merasa takut dan cemas akan menjadi korban kekerasan.
Sejalan dengan itu, Aprilia 2004 mengatakan bahwa terpaan tayangan berita kriminal di televisi dapat memunculkan perasaan takut terhadap kejahatan
bagi masyarakat yang mengkomsumsinya. Termasuk misalnya, pecandu berat televisi mengatakan bahwa kemungkinan seeorang menjadi korban kejahatan
adalah 1 berbanding 10 dalam kenyataannya adalah 1 berbanding 50 Nurudin, 2004.
Aprilia 2004 menyatakan bahwa rasa takut terhadap kejahatan tersebut dapat menimbulkan gangguan pada kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu
munculnya rasa tidak aman serta menurunkan rasa percaya kepada orang lain interpersonal trust dan lingkungannya. Interpesonal trust merupakan salah satu
aspek dari perilaku menolong. Individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap orang lain cenderung kurang dalam berperilaku menolong Baron Byrne, 2000.
Universitas Sumatera Utara
II.D. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : H
o :
Tidak ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku menolong
H
i
: Ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku menolong.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN