Pengaruh Tayangan Berita Kriminal Terhadap Kecenderungan Perilaku Menolong.

(1)

PENGARUH TAYANGAN BERITA KRIMINAL TERHADAP

KECENDERUNGAN PERILAKU MENOLONG

Skripsi

Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi

Oleh:

DORIS EVA LINA PURBA 041301054

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala pertolongan, kekuatan dan keajaiban yang telah dianugerahkanNya. Di tengah kondisi fisik dan kemampuan yang terbatas Engkau tetap memampukan penulis untuk tetap semangat. hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Terimakasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Ibu Dra. Rika Eliana, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar, telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan berkat pada ibu dan semua keluarga.

3. Ibu Dr. Irmawati, M.Si dan Ibu Lili Garliah, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji skripsi ini, terimakasih atas kesempatan dan waktu yang diberikan. Bapak Ari Widiyanta, S.Psi. Psi. sebagai penguji seminar, terima kasih untuk masukan, saran, kesempatan dan waktunya. Semoga semua yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat berkahNya, amin. 4. Ibu Wiwiek S, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih

atas arahan dan perhatiannya selama ini. Semoga Tuhan memberkati Ibu dan keluarga.

5. Orang tua dan saudara-saudara (K’ Desy, adikku Hery dan Vera) yang sangat saya sayangi, terimakasih buat doa dan dukungannya, baik moril


(3)

6. Hotpascaman Simbolon. Terimakasih buat semua bantuan dan dukungan yang sudah kamu beri. Terimakasih ketika kamu mau memberi waktu mencari video berita kriminal dan khususnya pada saat mengadakan penelitian yang sebenarnya, kamu yang selalu mendampingiku. Kamu benar-benar sahabat yang bisa di andalkan dalam suka dan duka. Semoga Tuhan selalu memberkati mu, dan semoga seminarnya bisa sukses dan segala impian mu tercapai.

7. Boy Nainggolan dan Rudy.S. Terimakasih buat bantuan kalian berdua dalam mencarikan video berita kriminal. Sekalipun berada di Bandung, kalian tetap mau membantu. Terimakasih Tuhan buat sahabat-sahabat yang sudah Engkau berikan pada ku. Semoga kalian bisa segera menamatkan kuliah kalian di ITB dan tercapai segala impian kalian. 8. Keluargaku di Medan (Bou Lis, kela, JJ, Bou Elvi, Rinda). Terimakasih

atas pengertian, dukungan dan bantuannya. Semoga Tuhan selalu memberkati kita.

9. Keluarga besar Psikologi USU. Pak Iskandar, Pak Aswan, Kak Ari, Kak Devi, Bang Ronal, Kak Ridhoi, bang Sono dan k’Ade. Terima kasih untuk bantuan, waktu dan jawaban-jawaban yang diberikan saat saya bertanya.

10.Bu Etty dan Bu Ecil. Terimakasih buat waktu dan saran yang sudah diberikan kepada saya. Semoga Ibu berdua diberkati Oleh Tuhan dan cepat dapat jodoh.


(4)

11.May dan Imme. Terimakasih buat persahabatan, bantuan, dukungan dan doa kalian, terimakasih ketika kalian selalu mendukung, memberiku semangat, dan terimakasih ketika pintu kost kalian selalu terbuka untuk ku. Semoga perjuangan kita berhasil. Buat May, semangat terus...kamu pasti bisa.

12.K’ Arfah. Terimakasih banyak buat masukan dan bantuannya. Semoga cepat menyelesaikan S2 nya dengan baik dan tepat waktu.

13.Sahabat-sahabatku yang lain (Nova, Wiwik, Yustisi, Tasya, Feny, Tantri, Bontor, Agnes, Nesa, Julfirman, Christin, Lani, Vitria, serta teman-teman seperjuangan di 2004) terimakasih buat dukungan dan semangat yang kalian berikan. Semoga kita semua bisa berhasil.

14.Kakak-kakakku (K’Surty, K’Nike, K’Rizky, B. Edo, B.Frans, K’Ika) terimakasih buat saran, bantuan dan dukungan yang sudah diberikan pada saya.

15.Teman-teman, senior dan adik-adik angkatan 05, 06 dan 07 yang sudah bersedia memberi waktu untuk berpartisipasi menjadi partisipan penelitian ini. Terimakasih juga kepada semua teman-teman yang berpartisipasi ketika try out dan pengisian angket ketika menjalankan penelitian saya ini.

16.Terima kasih juga penulis ucapkan pada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan


(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga, skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, amin.

Medan, Mei 2008 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN I.A. Latar belakang masalah ... 1

I.B. Rumusan masalah ... 7

I.B. Tujuan Penelitian ... 7

I.C. Manfaat Penelitian ... 8

I.D. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI II.A Perilaku Menolong ... 11

II.A.1. Definisi Perilaku Menolong ... 11

II.A.2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menolong... 12

II.A.3. Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Perilaku Menolong ... 13

II.A.4. Tipe-Tipe Perilaku Menolong ... 21

II.B. Tayangan Berita Kriminal ... 21

II.C. Pengaruh Tayangan Berita Kriminal ... 23

II.D. Hipotesis... 24

BAB III METODE PENELITIAN III.A. Identifikasi Variabel Penelitian... 25


(7)

III.B. Definisi Operasional... 26

III.C. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ... 27

III.D. Teknik Kontrol... 29

III.E. Rancangan Penelitian ... 30

III.F. Alat Ukur/Instrumen Yang Digunakan... 31

III.G. Uji Coba Alat Ukur ... 35

III.H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 39

III.I. Metode Analisa Data ... 44

BAB IV. ANALISA DAN INTERPRETASI DATA IV.A. Gambaran Subjek Penelitian... 45

IV.A.1. Gambaran subjek berdasarkan kelompok eksperimen ... 45

IV.A.2. Gambaran subjek berdasarkan usia ... 46

IV.A.3. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin ... 46

IV.B. Uji Asumsi Penelitian ... 47

IV.B.1. Uji Normalitas... 47

IV.B.2. Uji Homogenitas ... 48

IV.C. Hasil Utama Penelitian ... 48

IV.D. Hasil Tambahan Penelitian ... 50

IV.D.1. Gambaran Kecenderungan Perilaku Menolong Berdasarkan Jenis Kelamin... 50

IV.D.2. Gambaran Kecenderungan Perilaku Menolong Berdasarkan Usia 51 BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN V.A. Kesimpulan ... 53


(8)

V.C. Saran... 56

V.C.1. Saran Praktis... 56

V.C.2. Saran Metodologis... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Program-program televisi dari waktu ke waktu telah mengalami

perkembangan, baik dari segi bentuk, isi, format, dan intensitas siaran. Hal ini

disebabkan karena semakin mudahnya pengelolaan penyiaran televisi sejak era

reformasi (era kebebasan pers). Salah satunya adalah siaran berita televisi. Setiap

stasiun televisi berusaha menyuguhkan sesuatu yang khas melalui pengelolaan

siaran berita (Irmanyusron, 2007).

Pada saat ini, acara siaran berita sudah menjadi program unggulan di

televisi. Tidak ada satu pun stasiun televisi yang tidak menayangkan acara warta

berita. Format acara warta berita yang lama dinilai monoton sehingga dua atau

tiga tahun terakhir ini mulai muncul format siaran berita yang mengupas khusus

tentang berita kriminal. Acara ini umumnya berbentuk potongan berita atau

liputan mendalam mengenai suatu kasus dengan durasi penayangan rata-rata tiga

puluh menit (Aprilia, 2004). Format acara ini dikemas dalam bentuk tayangan

yang memberi kesan seram dan menakutkan karena isi beritanya khusus untuk

menayangkan tentang kriminalitas. Hampir semua stasiun televisi di tanah air

menayangkan berita kriminal dalam format seperti ini, kecuali TVRI dan Metro

TV. Jenis acara berita-berita kriminal tersebut dapat dilihat pada tabel 1


(10)

Tabel 1

Jenis acara berita-berita kriminal

NO. Stasiun Televisi Nama Berita Kriminal Jam Tayang

1. RCTI - Sergap pagi

- Sergap siang

06.30-07.00 12.30-13.00

2. SCTV - Buser

- Sidik

- Sidik Kasus

11.30-12.00 11.00-11.30 22.30-23.00

3. ANTV - Sidik jari

- Fakta

17.30-18.00 22.00-22.30

4. Trans TV - Tangkap

- Lacak

14.30-15.00 23.00-23.30

5. Indosiar - Patroli

- Jejak kasus

11.30-12.00 00.30-01.00

6. Lativi - Brutal

- Tikam

17.00-17.30 00.00-00.30

7. Trans7 - TKP

- TKP malam

11.00-11.30 23.30-24.00

Dilihat dari jam tayangnya, sebagian besar acara tersebut menempati jam

prime time, yaitu rentang waktu dimana jumlah penonton televisi mencapai

puncaknya. Berita-berita semacam itu ditayangkan tiap hari selama ± 30 menit di

televisi tanpa mempertimbangkan kepada siapa ditujukan dan efek apa yang akan

ditimbulkan. Berita-berita kriminal tersebut belum termasuk berita-berita

kriminalitas dalam program liputan umum (Republika, 2007).

Dwyer (dalam Jahja & Irvan, 2006) menyatakan bahwa sebagai media

audiovisual, televisi mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau

informasi ke dalam jiwa manusia lewat mata dan telinga. Televisi juga

berkemampuan membuat seseorang pada umumnya, mengingat 50% dari apa

yang mereka lihat dan dengar dari layar televisi walaupun hanya sekali


(11)

mereka lihat di televisi setelah 3 (tiga) jam kemudian, dan 65% setelah 3 (tiga)

hari kemudian.

Tayangan berita kriminal di televisi dapat memberikan dua dampak, yaitu

positif dan negatif. Dampak positifnya, yaitu bila kekerasan dan kriminal dalam

berita tersebut disikapi sebagai pembelajaran dari kehidupan sosial sehingga

masyarakat harus hati-hati dan waspada pada kemungkinan terjadinya tindakan

kriminal tersebut. Sedangkan dampak negatifnya, yaitu bila kekerasan dan

kriminal dalam berita tersebut dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi orang

tertentu untuk belajar dan meniru apa yang dilakukan oleh orang lain di televisi

(Fajar, 2006).

Berdasarkan penelitian AC Nielson, berita kriminal tersebut lebih diminati

oleh orang tua dan kaum wanita. Kelompok ini menyukai tayangan berita kriminal

karena dalam kehidupan sehari-hari kelompok ini rawan terhadap tindakan

kriminal, mulai dari dalam rumah tangga seperti kekerasan yang dilakukan suami,

perkosaan oleh orang terdekat, hingga tindakan kriminal di jalanan seperti

penjambretan, penodongan,dan pemerkosaan. Selain itu orang tua dan wanita

dianggap sebagai kelompok yang concern pada ancaman yang mungkin terjadi

terhadap anggota keluarganya (dalam Pikiran Rakyat, 2004).

Berita kriminal merupakan salah satu bentuk tayangan kekerasan karena

dalam acara itu penonton menerima ekspos berbagai jenis visualisasi kekerasan

oleh pelaku maupun polisi yang menangkapnya. Program ini disajikan secara

dramatis dengan memperlihatkan secara vulgar unsur-unsur kekerasan, seperti


(12)

pukul, bahkan tembak yang dilakukan polisi terhadap tersangka (dalam Aprilia,

2004).

Tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan dapat meningkatkan

level kecenderungan agresi terhadap orang lain, baik pada anak maupun orang

dewasa. Perilaku agresi secara negatif berhubungan dengan perilaku menolong

(dalam Baron & Byrne, 2000).

The National Institute of Mental Health (dalam Kompas, 2005)

menyimpulkan efek kekerasan dalam televisi dapat lebih halus dan meluas.

Terdapat bukti bahwa sebagai pemirsa kadang-kadang seseorang juga belajar

menjadi korban dan mengidentifikasikan diri dengan korban. Laporan tahun 1982

itu juga menyebutkan bahwa sebagian pemirsa televisi menjadi merasa takut dan

cemas akan menjadi korban kekerasan, sementara sebagian pemirsa lainnya dapat

terpengaruh untuk berperilaku agresif.

Menurut Baron, Byrne, & Branscombe (2006), ketika menonton televisi,

individu dapat mengidentifikasikan diri terhadap tokoh dalam tayangan program

televisi tersebut. Dalam hal ini, adanya sebuah reaksi emosional yang muncul

terhadap kegembiraan (joys), dukacita (sorrows), dan ketakutan (fears) yang

dialami oleh tokoh tersebut.

Bahaya lain yang timbul dari tayangan kekerasan yang berulang-ulang dan

berjangka panjang adalah timbulnya ketidakpekaan terhadap kekerasan. Orang

yang sudah terbiasa menyaksikan kekerasan di televisi, dapat menjadi tidak peduli

terhadap kekerasan yang terjadi di dunia nyata. Inilah yang disebut dengan efek


(13)

Efek desensitisation adalah pengurangan respon emosional terhadap

kekerasan di televisi. Artinya, individu menjadi resisten terhadap rasa sakit dan

penderitaan orang lain, terdapat penerimaan kekerasan sebagai realitas yang wajar

dalam kehidupan sehari-hari (Baron & Byrne, 2000). Contohnya, jika ada orang

kecopetan, bukan berteriak atau menangkap pencopetnya tetapi menonton saja

adegan kemalangan itu sambil merasa beruntung bukan dirinya yang dicopet.

Secara tidak sadar masyarakat bisa kehilangan intimitas dan kohesivitasnya

(Pikiran Rakyat, 2006). Secara tidak sadar masyarakat bisa kehilangan intimitas

dan kohesivitasnya (Pikiran Rakyat, 2006).

Anderson & Bushman (dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006)

menambahkan, media massa memang memiliki efek negatif. Salah satu contohnya

yaitu penelitian partisipan yang memainkan video games kekerasan seperti Mortal

Combat dan Street Fighter menunjukkan adanya suatu penurunan dalam perilaku

menolong.

Sejalan dengan itu, George Gerbner (dalam Aprilia, 2004) yang

mengemukakan teori kultivasi, menyatakan bahaya nyata dari adegan kekerasan

adalah meningkatnya persepsi masyarakat bahwa dunia ini memang tempat yang

kejam dan berbahaya. Hal ini memungkinkan mereka menjadi sangat percaya

bahwa lingkungannya tidak aman dan bisa merasa sangat terancam.

Menurut Aprilia (2004) terpaan tayangan berita kriminal di televisi dapat

memunculkan perasaan takut terhadap kejahatan bagi masyarakat yang


(14)

kemungkinan seseorang menjadi korban kejahatan adalah 1 berbanding 50 dalam

kenyataannya angkanya adalah 1 berbanding 10 (Nurudin, 2004).

Meningkatnya ketersediaan informasi tertentu akibat sering hadirnya

rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus disebut dengan priming (Baron &

Byrne, 2003). Dalam hal ini, banyaknya informasi-informasi berita kriminal yang

ditayangkan hampir setiap hari di televisi dapat menyebabkan terjadinya proses

priming dalam diri pemirsa televisi. Efek priming ini adalah munculnya rasa takut

yang dibesar-besarkan setelah menonton berita kriminal, dan akhirnya akan

mempengaruhi perilaku individu (Baron & Byrne 2003).

Aprilia (2004) menyatakan bahwa rasa takut terhadap kejahatan tersebut

akan menimbulkan gangguan pada kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu

munculnya rasa tidak aman serta menurunnya rasa percaya kepada orang lain

(interpersonal trust) dan lingkungannya. Interpersonal trust merupakan salah satu

aspek dari perilaku menolong. Individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap

orang lain cenderung kurang dalam berperilaku menolong (Baron & Byrne, 2000)

Perilaku menolong (helping behaviour) adalah perilaku yang lebih

menguntungkan orang lain dari pada diri sendiri (dalam Hogg & Vaugan, 2002).

Sejalan dengan itu, Baron, Byrne & Branscombe (2006) mendefinisikan perilaku

menolong sebagai perilaku yang lebih memberikan keuntungan bagi orang lain

daripada diri sendiri, bahkan kadang mengancam keselamatan si penolong.

Berikut adalah hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti pada

mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU), mengenai


(15)

Menurut aku berita kriminal itu memang ngaruhlah sama perilaku kita, misalnya waktu itu, kami sama bapak naik mobil malam-malam, yang nyetir bapak, terus ada mobil yang ban nya kempes. Kami nggak mau nolong, karena kami berpikir siapa tau orang itu penjahat yang berpura-pura butuh pertolongan. Karena sebelumnya kami pernah nonton di TV, pernah ada berita yang kayak gitu kejadiannya. Waktu di tolong tau-taunya itu penjahat ” (Yustisi, Komunikasi Personal, 29 Agustus 2007).

Waktu itu ada abang-abang di USU ini, minta uang untuk ongkos,

alasannya dompetnya ketinggalan, memang ku kasi lima ribu, tapi ada teman bilang, ’lain kali jangan dikasi, siapa tau dia itu penipu, pura-pura minta duit, tau-tau waktu kita keluarin dompet malah dijambret, karena banyak berita di tv kayak gitu’. Tapi betul juga yang dibilang teman saya itu itu, lagian kan mesti kali sama kita diminta, gitu banyaknya orang di luar sana” ( Sry, Komunikasi Personal, 29 Agustus 2007).

Dari uraian di atas peneliti hendak meneliti bagaimana pengaruh tayangan

berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku menolong. Penelitian yang akan

dilakukan adalah bersifat eksperimen laboratorium.

I.B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku

menolong”.

I.C. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tayangan


(16)

I.D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis

maupun teoritis.

I.D.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

keilmuan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi khususnya

Psikologi Sosial.

I.D.2. Manfaat Praktis

a. Agar pihak media televisi lebih memperhatikan unsur-unsur psikologis dalam

penayangan berita kriminal.

b. Agar masyarakat lebih selektif lagi dalam memilih dan menonton acara atau

berita yang ditayangkan televisi.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau referensi untuk

penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan perilaku menolong.

I.E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan


(17)

Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan

masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang

berhubungan dengan perilaku menolong dan berita kriminal.

Bab III : Metodologi Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi

operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan

sampel, rancangan penelitian, teknik kontrol, prosedur penelitian, dan

metode analisa data.

Bab IV: Analisa data dan interpretasi

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil utama

dan hasil tambahan penelitian.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan saran

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan utama dan tambahan


(18)

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan seperti pada gambat 1.

Gambar 1

Kerangka Berpikir Penelitian

Tayangan berita kriminal

Tayangan kekerasan

Ditayangkan tiap hari di televisi (Irmanyusron, 2007)

Masyarakat dapat mempersepsikan bahwa yang digambarkan dalam berita-berita tersebut adalah gambaran realitas di dunia ini (Aprilia ,2004 )

Timbul rasa takut terhadap kejahatan (Aprilia, 2004 )

Memunculkan perasaan tidak aman, menurunkan sikap percaya

terhadap orang lain (interpersonal trust)

(Aprilia, 2004)

Mempengaruhi perilaku menolong


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. Perilaku Menolong

II.A.1. Definisi Perilaku Menolong

Perilaku menolong (helping behaviour) adalah setiap tindakan yang lebih

memberikan keuntungan bagi orang lain daripada terhadap diri sendiri

(Wrightsman & Deaux, 1981). Menurut Staub (1978) & Wispe (1972), perilaku

menolong adalah perilaku yang menguntungkan orang lain lebih daripada diri

sendiri (dalam Hogg & Vaugan 2002).

Menurut Dovidio & Penner (2001), menolong (helping) adalah suatu

tindakan yang bertujuan menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain.

Michener& Delamater (1999), mendefinisikan menolong (helping) sebagai segala

tindakan yang mendatangkan kebaikan atau meningkatan kesejahteraan (

well-being) bagi orang lain. Sejalan dengan itu perilaku menolong juga diartikan

sebagai suatu tindakan yang menguntungkan orang lain tanpa harus

menguntungkan si penolong secara langsung, bahkan kadang menimbulkan resiko

terhadap si penolong (Baron, Byrne & Branscombe, 2006).

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku menolong

adalah segala tindakan yang lebih menguntungkan dan meningkatan kesejahteraan

(well-being) orang lain daripada terhadap diri sendiri, bahkan kadang


(20)

II.A.2. Bentuk-Bentuk Perilaku menolong

Perilaku menolong menurut Wrightsman dan Deaux (1981) dibedakan

berdasarkan tingkat pengorbanan pelaku ke dalam tiga bentuk tindakan, yaitu

favor, donation, dan intervention in emergency.

a. Favor

Favor dapat diartikan sebagai tindakan membantu orang lain, dimana

usaha membantu tersebut tidak banyak membutuhkan pengorbanan

(pengorbanan yang kecil). Pengorbanan yang dimaksudkan disini berupa

pengorbanan tenaga/usaha dan waktu. Walaupun pengorbanan yang

diberikan pelaku kecil, namun dampak dari tindakan ini menguntungkan

bagi orang lain. Jadi, cost yang harus diberikan oleh mereka yang

melakukan perilaku ini tidaklah begitu besar, dalam arti tidak melibatkan

pengorbanan yang memberatkan pelakunya.

b. Donation

Perilaku ini disebut juga dengan perilaku menyumbang terhadap seseorang

atau organisasi yang memerlukan. Tindakan ini membutuhkan

pengorbanan materi berupa uang atau barang.

c. Intervention in Emergency

Intervention in emergency merupakan perilaku memberikan bantuan

kepada orang lain yang dilakukan dalam kondisi stressful atau pada situasi

gawat darurat, dengan kemungkinan keuntungan yang sangat kecil bagi

yang melakukan. Dalam melakukan tindakan ini dapat mengundang


(21)

berkorban besar dan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang sangat

kecil dari tindakan ini. Contoh: membantu menyelamatkan orang yang

hanyut di sungai.

II.A.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku menolong

1. Faktor situasional yang meningkatkan atau menghambat perilaku menolong

a. Kehadiran orang lain

Penelitian yang dilakukan oleh Darley dan Latane kemudian Latane dan

Robin (1969) menunjukkan hasil bahwa orang yang melihat kejadian darurat

akan lebih suka memberi pertolongan apabila mereka sendirian daripada

bersama orang lain. Sebab dalam situasi kebersamaan, seseorang akan

mengalami kekaburan tanggung jawab (dalam Hudaniah, 2003).

Staub (1978) justru menemukan kontradiksi dengan fenomena di atas,

karena dalam penelitiannya terbukti bahwa individu yang berpasangan atau

bersama orang lain lebih suka bertindak prososial dibandingkan bila individu

seorang diri. Sebab dengan kehadiran orang lain akan mendorong individu

untuk lebih mematuhi norma-norma sosial yang dimotivasi oleh harapan

mendapat pujian (Sampson, dalam Hudaniah, 2003).

b. Menolong orang yang disukai (Helping Those You Like)

Kebanyakan penelitian lebih tertarik meneliti pertolongan yang diberikan

seseorang kepada orang asing, karena sudah jelas orang tersebut akan sangat


(22)

menolong orang asing yang menjadi korban, jika si korban tersebut memiliki

persamaan (usia, ras) dengan si penolong tersebut ( Shaw, Borough, & Fink

dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).

Pria sangat cenderung untuk menyediakan bantuan terhadap seorang

wanita yang sedang distress (Piliavin & Unger, 1985), mungkin karena

perbedaan gender dalam kemampuan spesifik, dan mungkin karena wanita lebih

ingin meminta pertolongan daripada pria (dalam Baron, Byrne, & Branscombe,

2006).

c. Menolong orang yang meniru kita (Helping Those Mimic Us)

Salah satu yang mempengaruhi perilaku prososial adalah mimicry, yaitu

kecenderungan otomatis untuk meniru perilaku orang lain yang berinteraksi

dengan kita. Penelitian menunjukkan bahwa mimicry meningkatkan

kecenderungan terlibat dalam perilaku menolong ini

Efek ini ini terjadi karena imitasi adalah sebuah aspek penting dari belajar

dan akulturasi (de Wall, dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Ini sesuai

dengan pendapat Bandura (dalam Schultz & Schultz, 1994) yang menyatakan

bahwa seseorang belajar menolong melalui proses imitasi. Imitasi dapat

mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan

yang baik, karena dengan mengikuti suatu contoh yang baik akan merangsang

seseorang untuk melakukan perilaku yang baik pula (Dayakisni & Hudaniah,


(23)

d. Menolong orang yang tidak bertanggung-jawab terhadap masalahnya (Helping

Those Who Are Not Responsible for Their Problem)

Kita akan cenderung menolong orang lain yang masalah yang dialaminya

terjadi bukan karena kesalahannya. Misalnya, ketika orang menemukan seorang

pria yang tergeletak, tidak sadarkan diri di jalan,dengan botol minuman keras

yang kosong di sampingnya akan cenderung kurang menunjukkan perilaku

menolong di bandingkan jika pria yang tergeletak di jalan itu adalah seorang

pria berpakaian mahal dengan luka di kepalanya karena hal ini mengindikasikan

bahwa pria tersebut adalah korban kekerasan saat sedang di jalan (dalam Baron,

Byrne, & Branscombe, 2006).

e. Adanya model ( Exposure to Prosocial Models)

Kehadiran orang lain yang berperilaku menolong menimbulkan social

model, dan hasilnya adalah sebuah peningkatan dalam perilaku menolong pada

orang lain yang melihatnya. Selanjutnya, model prososial dalam media massa

juga memberi kontribusi dalam menciptakan norma sosial dalam perilaku

prososial. Dengan menonton perilaku prososial pada televisi meningkatkan

kejadian dari perilaku prososial dalam kehidupan nyata (dalam Baron, Byrne, &

Branscombe, 2006). Akan tetapi, media massa dapat juga memiliki efek

negatif. Seperti salah satu contoh, penelitian partisipan yang memainkan video

games kekerasan seperti Mortal combat dan Street Fighter menunjukkan adanya

suatu penurunan dalam perilaku prososial (Anderson & Bushman, dalam Baron,


(24)

2. Emosi dan Perilaku Menolong

Emosi sering dibagi menjadi dua bagian, yaitu emosi positif dan negatif.

a. Emosi positif dan perilaku menolong

Pada umumnya seseorang yang sedang memiliki mood yang baik akan lebih

cenderung menampilkan perilaku prososial. Akan tetapi sebuah emosi positif

dapat mengurangi kemungkinan untuk berespon dalam suatu cara prososial

(Isen, 1984). Seorang penonton (bystander) yang dalam mood yang sangat

positif ketika menemui suatu keadaan emergency yang ambigu cenderung

menginterpretasi situasi tersebut sebagai suatu situasi yang nonemergency.

b. Emosi negatif dan perilaku menolong

Pada umumnya, seseorang yang berada dalam mood negatif cenderung kurang

dalam menolong oranglain. Hal itu benar, bahwa seorang yang tidak senang

(unhappy) sedang fokus pada masalahnya, cenderung kurang dalam perilaku

prososial (Amato, 1990). Akan tetapi, emosi negatif dapat memiliki sebuah

dampak positif pada perilaku prososial jika perasaan negatifnya tidak begitu

intens, jika emergency terlihat jelas dan jika tindakan menolong itu menarik

atau memuaskan dibandingkan tidak memiliki reward.

3. Empati dan Disposisi Kepribadian Lainnya yang Berhubungan dengan Menolong

Disposisi kepribadian adalah karakteristik kecenderungan perilaku

individu. Disposisi kepribadian adalah berdasarkan perbedaan dalam


(25)

aspek dari perilaku menolong adalah rasa percaya kepada orang lain

(interpersonal trust ). Individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap

orang lain cenderung kurang dalam berperilaku menolong (Baron & Byrne,

2000).

a. Empati

Seseorang yang memiliki empati dapat merasakan dan memahami apa

yang dirasakan oleh orang lain. Empati terdiri dari respon afektif dan respon

kognitif terhadap emosional yang sedang dirasakan oleh orang lain dan

berkaitan dengan simpati, sebuah keinginan untuk memecahkan masalah orang

lain, dan memahami perspektif (perspective taking) orang lain (Baron, Byrne, &

Branscombe, 2006).

Komponen afektif dari empati juga melibatkan simpati, yaitu tidak hanya

merasakan penderitaan orang lain, tetapi juga perhatian dan melakukan sesuatu

untuk mengurangi penderitaan tersebut. Komponen kognitif dari empati tersebut

berkaitan dengan kemampuan untuk memahami atau mempertimbangkan sudut

pandang orang lain, dikenal dengan istilah perspective taking. Para psikolog

sosial mengidentifikasi tiga tipe dari perspective taking (Batson, dkk dalam

Baron, Byrne, & Branscombe, 2006) :

1. Mampu membayangkan bagaimana oranglain mempersepsikan sebuah

kejadian dan bagaimana akhirnya perasaan mereka.

2. Mampu membayangkan bagaimana seandainya kita berada dalam situasi


(26)

3. Mengidentifikasi terhadap karakter-karakter fiktif, yaitu perasaan simpati

kepada seseorang dalam sebuah cerita. Dalam hal ini, adanya sebuah reaksi

emosional terhadap kegembiraan (joys), dukacita (sorrows), dan ketakutan

(fears) dari sebuah karakter dalam sebuah buku, bioskop atau program

televisi.

b. Belief in A Just World

Orang yang menolong menganggap dunia itu sebagai tempat yang adil dan

dapat diprediksikan, dimana perilaku yang baik mendapat ganjaran baik dan

perilaku yang buruk mendapat hukuman. Keyakinan ini mengarahkan pada

kesimpulan bahwa menolong orang yang membutuhkan tidak hanya sekedar

suatu perbuatan yang baik untuk dilakukan, akan tetapi orang yang menolong

juga akan mendapat keuntungan dari perbuatannya.

c. Social Responsibility

Tanggungjawab sosial berada pada mereka yang menawarkan bantuan.

Mereka menampilkan keyakinan bahwa setiap orang bertanggungjawab untuk

melakukan yang terbaik saat menolong orang yang membutuhkannya.

d. Internal Locus of Control

Hal ini adalah keyakinan individu bahwa ia dapat memilih untuk

melakukan sesuatu yang dapat memaksimalkan hasil yang baik dan

meminimalkan hasil yang buruk.

e. Low Egocentrism

Individu yang gagal untuk menolong relatif egosentris, cenderung


(27)

seseorang egoism mungkin juga memberikan pertolongan tetapi hanya untuk

mengurangi personal distress yang dirasakannya atau dimotivasi oleh adanya

self-benefit.

4. Usia dan Perilaku Menolong

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara

usia dan perilaku menolong (Peterson, 1983 dalam Dayakisni & Hudaniah,

2003). Dengan bertambahnya usia individu akan makin dapat memahami atau

menerima norma-norma sosial (Staub, 1978, dalam Dayakisni & Hudaniah,

2003). Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1999) yang menyatakan

bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka ia akan semakin

bertanggungjawab secara sosial dan taat terhadap aturan serta berkembangnya

norma etik.

Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, usia dimana seseorang

mulai memiliki kesadaran dalam mematuhi peraturan dan norma sosial adalah

sejak usia 18 tahun (level Post-conventional) (Newman&Newman, 2001).

Penelitian tentang moral reasoning dan perilaku menolong menemukan bahwa

individu yang memiliki level moral yang tinggi lebih cenderung dalam

berperilaku menolong (Rushton, Chrisjohn,& Fekken, 1981).

5. Tingkat Pendidikan

Reddy (dalam Schroeder & Penner, 1995) menyatakan bahwa semakin


(28)

seseorang untuk menjadi relawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka semakin rendah

sumbangannya pada kotak amal. Hal ini terkait dengan sosial ekonomi dan

akan semakin berkurang kemungkinan untuk menyumbang/menderma.

6. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap perilaku menolong

yang aktual, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria

dan wanita (Piliavin &Unger dalam Oscar, 2006). Sekalipun ditemukan

perbedaan, maka kecenderungan yang lebih besar akan mengarah pada pria,

bukan wanita (Basow,1992). Hal ini didukung oleh hasil yang diperoleh Eagley

dan Crowley (Basow, 1992; Taylor, dkk, 2000) melalui sebuah review

meta-analisis yang dilakukan terhadap 172 penelitian mengenai perilaku menolong.

Simpulan yang diperoleh dari review meta-analisis menunjukkan bahwa

pria lebih menolong daripada wanita. Pria lebih cenderung utuk menawarkan

pertolongan daripada wanita, walaupun wanita dinilai lebih menolong daripada

pria dan kelihatannya lebih peduli untuk memberikan pertolongan. Riset

behavioral menyatakan bahwa pria lebih menolong daripada wanita, paling

tidak dalam situasi publik yang melibatkan orang yang tidak dikenal (Basow,


(29)

II.A.4. Tipe-Tipe Perilaku Menolong

Menurut Rushton, Chrisjohn, & Fekken (dalam Bekkers & Wilhelm, 2007), ada

sepuluh tipe-tipe perilaku menolong, yaitu :

1. Mengembalikan uang yang berlebih kepada kasir

2. Mendahulukan orang lain dalam antrian

3. Menawarkan tempat duduk kepada orang lain yang sedang berdiri dalam

sebuah bus, atau di sebuah tempat umum

4. Membawakan barang/milik orang lain, seperti tas belanja.

5. Memberikan makanan atau uang kepada pengemis

6. Menjaga milik orang lain ketika orang tersebut sedang pergi

7. Meminjamkan sesuatu yang bernilai kepada orang lain

8. Memberikan uang untuk amal (charity)

9. Melakukan pekerjaan sukarela untuk amal (charity)

10.Mendonorkan darah

II.B. Tayangan Berita Kriminal

Kriminalitas atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum

dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.

Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan

dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, sifatnya asosial dan

melanggar hukum serta undang-undang pidana (dalam Kartono, 2005).

Tayangan berita kriminal merupakan salah satu program tayangan televisi


(30)

(Aprilia, 2004). Format acara ini dikemas dalam bentuk tayangan yang

memberikan kesan seram dan menakutkan karena isi beritanya khusus untuk

menayangkan tentang kriminalitas. Hampir semua stasiun televisi di tanah air

menayangkan berita kriminal dalam format seperti ini, kecuali TVRI dan

Metro-TV. Jenis acara berita-berita kriminal tersebut dapat dilihat pada tabel 1

(Irmanyusron, 2007).

Dilihat dari jam tayangnya, sebagian besar acara tersebut menempati jam

prime time, yaitu rentang waktu dimana jumlah penonton televisi mencapai

puncaknya. Berita-berita semacam itu ditayangkan tiap hari selama ± 30 menit di

televisi tanpa mempertimbangkan kepada siapa ditujukan dan efek apa yang akan

ditimbulkan (Irmanyusron, 2007).

Program ini merupakan salah satu bentuk tayangan kekerasan karena

dalam acara itu penonton menerima ekspos ke berbagai jenis visualisasi

kekekerasan oleh pelaku maupun polisi yang menangkapnya. Program ini

disajikan secara dramatis dengan memerlihatkan secara vulgar unsur-unsur

kekerasan, seperti darah yang mengalir dari korban pembunuhan, mayat yang

tergeletak, adegan pukul, bahkan tembak yang dilakukan polisi terhadap tersangka


(31)

II.C. Pengaruh Tayangan Berita Kriminal terhadap Kecenderungan Perilaku menolong

Tayangan berita kriminal merupakan salah satu bentuk tayangan kekerasan

(Aprilia, 2004). The National Institute of Mental Health (dalam Kompas, 2005),

menyimpulkan efek kekerasan dalam televisi dapat menyebabkan seseorang

belajar menjadi korban dan mengidentifikasikan diri dengan korban. Laporan

tahun 1982 tersebut juga menyebutkan bahwa sebagian pemirsa televisi menjadi

merasa takut dan cemas akan menjadi korban kekerasan.

Sejalan dengan itu, Aprilia (2004) mengatakan bahwa terpaan tayangan

berita kriminal di televisi dapat memunculkan perasaan takut terhadap kejahatan

bagi masyarakat yang mengkomsumsinya. Termasuk misalnya, pecandu berat

televisi mengatakan bahwa kemungkinan seeorang menjadi korban kejahatan

adalah 1 berbanding 10 dalam kenyataannya adalah 1 berbanding 50 (Nurudin,

2004).

Aprilia (2004) menyatakan bahwa rasa takut terhadap kejahatan tersebut

dapat menimbulkan gangguan pada kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu

munculnya rasa tidak aman serta menurunkan rasa percaya kepada orang lain

(interpersonal trust) dan lingkungannya. Interpesonal trust merupakan salah satu

aspek dari perilaku menolong. Individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap


(32)

II.D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan

perilaku menolong

Hi : Ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk melihat bagaimana pengaruh tayangan berita kriminal terhadap

kecenderungan perilaku menolong, penelitian ini menggunakan metode

eksperimental yang bersifat eksperimental-sungguhan (true eksperimental

research). Menurut Suryabrata (1995), tujuan penelitian eksperimental sungguhan

adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara

mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih

kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih

kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

III.A. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Dependent Variable : Kecenderungan Perilaku Menolong

2. Independent Variable : Tayangan Berita Kriminal

3. Control Variable :

a. Perbedaan individu

- Usia individu

- Tingkat pendidikan

b. Pengaruh faktor lingkungan

- Kebisingan dan kehadiran orang lain di luar ruangan


(34)

c. Kontaminasi ekperimental

- Kelelahan

4. Uncontrolled Variable :

a. Tingkat ketertarikan pada hal-hal yang bersifat kekerasan (tertarik

atau tidak).

b. Reaksi emosional negatif, seperti rasa ngeri, jijik, takut melihat

korban pembunuhan, pemukulan, dan kekerasan terhadap korban

maupun pelaku oleh polisi pada saat menonton tayangan berita

kriminal.

III.B. Definisi Operasional

III.B.1. Kecenderungan Perilaku Menolong

Kecenderungan perilaku menolong merupakan potensi untuk melakukan

perilaku yang lebih menguntungkan orang lain daripada diri sendiri, bahkan

kadang menimbulkan resiko terhadap si penolong. Tindakan ini dapat berupa

pengorbanan tenaga/usaha dan waktu, pengorbanan materi berupa uang atau

barang, juga terkadang menimbulkan resiko terhadap diri si penolong.

Kecenderungan perilaku menolong dalam penelitian ini akan diukur

dengan menggunakan alat ukur yang berupa skala psikologi. Semakin tinggi skor

yang diperoleh seseorang dalam skala kecenderungan perilaku menolong yang

diberikan, artinya semakin tinggi tingkat kecenderungan perilaku menolong yang

dimiliki, yang menunjukkan semakin tinggi kemungkinan ataupun potensinya


(35)

III.B.2. Tayangan Berita Kriminal

Tayangan berita kriminal merupakan salah satu program tayangan yang

menyajikan kejadian-kejadian kriminal yang terjadi di dalam masyarakat.

Tayangan berita kriminal yang akan ditonton oleh subjek dalam penelitian ini

adalah tayangan berita kriminal yang diperoleh dari hasil rekaman dari stasiun

televisi tanah air melalui video selama ± satu jam.

Tayangan berita kriminal tersebut ditandai dengan adanya ekspose

berbagai jenis visualisasi kekekerasan oleh pelaku maupun polisi yang

menangkapnya. Program ini disajikan secara dramatis dengan memerlihatkan

secara vulgar unsur-unsur kekerasan, seperti darah yang mengalir dari korban

pembunuhan, mayat yang tergeletak, adegan pukul bahkan tembak yang dilakukan

polisi terhadap tersangka (Aprilia, 2004).

III.C.Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa S-1 Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara. Subjek yang akan dipilih adalah yang berada pada

rentang usia dewasa dini dan memiliki latar belakang pendidikan SMA atau

sederajat.

Reddy (dalam Schroeder & Penner, 1995) menyatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin besar pula kecenderungan seseorang

untuk menjadi relawan. Selanjutnya beberapa penelitian menunjukkan bahwa

terdapat korelasi positif antara usia dan perilaku menolong (Peterson, 1983 dalam


(36)

dapat memahami atau menerima norma-norma sosial (Staub, 1978, dalam

Dayakisni & Hudaniah, 2003). Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, usia

dimana seseorang mulai memiliki kesadaran dalam mematuhi peraturan dan

norma sosial adalah sejak usia 18 tahun (level Post-conventional)

(Newman&Newman, 2001).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random

sampling, yaitu dengan cara pemilihan subjek penelitian dari daftar nama

mahasiswa Psikologi Sumatera Utara. Adapun karakteristik sampel dalam

penelitian ini adalah :

1. Berusia 18-23 tahun.

2. Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Memiliki televisi di tempat tinggalnya.

Untuk mengetahui usia dan apakah sampel memiliki televisi di tempat

tinggalnya, peneliti menyebar angket sebanyak 100 buah angket. Setelah itu

dari daftar angket tersebut, peneliti memilih secara random 40 buah angket

yang akan dijadikan subjek penelitian.

Selanjutnya , semua subjek tersebut dibagi ke dalam dua kelompok (20

orang masuk ke dalam kelompok eksperimen dan 20 orang lagi masuk ke

dalam kelompok kontrol). Jumlah perbandingan pria dan wanita pada EG

dan CG adalah sama, yaitu wanita 15 orang dan pria 5 orang.

Pembagian sampel ke dalam dua kelompok tersebut adalah dengan


(37)

yang tidak dikontrol oleh peneliti tidak atau kecil pengaruhnya dalam

mempengaruhi subjek penelitian.

III.D. Teknik Kontrol

Untuk mendapat hasil penelitian eksperimen yang baik, maka peneliti

melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel lain dari luar (extraneous

variable) yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :

1.Perbedaan individu

a. Usia individu

Terdapat korelasi positif antara usia dan perilaku menolong (Peterson, 1983

dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003). Dengan bertambahnya usia individu

akan makin dapat memahami atau menerima norma-norma sosial (Staub,

1978, dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003). Menurut teori perkembangan

moral Kohlberg, usia dimana seseorang mulai memiliki kesadaran dalam

mematuhi peraturan dan norma sosial adalah sejak usia 18 tahun.

b. Pendidikan

Reddy (dalam Schroeder & Penner, 1995) menyatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin besar pula kecenderungan

seseorang untuk menjadi relawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa


(38)

2. Pengaruh faktor lingkungan

a. Kebisingan dan kehadiran orang lain di luar ruangan

Peneliti mengontrol kebisingan dengan cara memberikan instruksi pada

sampel agar mereka menjaga ketertiban, pintu ruangan juga ditutup ketika

sampel menonton dan mengisi skala. Selain itu peneliti juga meminta dua

orang pengawas di luar ruang eksperimen untuk tidak membiarkan

oranglain (selain eksperimenter dan subjek eksperimen) melalui ruangan

eksperimen dan membuat kebisingan yang dapat mengganggu kelancaran

jalannya eksperimen.

b. Gelap dan pengap

Peneliti memilih ruangan yang memiliki pencahayaan dan fentilasi yang

cukup serta dilengkapi dengan AC (Air Conditioning).

c. Kontaminasi ekperimental : kelelahan

Untuk mengontrol faktor kelelahan ini, maka pengambilan data dilakukan

pagi hari.

III.E. Rancangan Penelitian

Peneliti menggunakan penelitian yang bersifat eksperimen

sungguhan/laboratorium dengan nama rancangan Post Test Only Design (Myers


(39)

Tabel 2

Rancangan Penelitian

Assignment Kelompok Before

Observation

Treatment After Observation

Ra EG - X O

Ra CG - - O

Keterangan :

Ra : Random Assignment

CG : Kelompok Kontrol

EG : Kelompok Eksperimen

X : Menonton tayangan berita kriminal

O : Pengukuran kecenderungan perilaku menolong

Peneliti menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design

karena kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan treatment berupa

menonton tayangan berita kriminal. Peneliti mengunakan tontonan sebagai

treatment untuk menyatukan persepsi subjek penelitian tentang tayangan berita

kriminal yang dimaksud dalam penelitian ini.

III.F. Alat Ukur/Instrumen yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Peralatan audiovisual, seperti :

a. Laptop yang dapat memutar VCD

b. Liquid Crystal Display (LCD)

c. Sound system yang mendukung


(40)

3. Tayangan hiburan yang berupa animasi.

4. white screen.

5. Angket

6. Skala psikologis yang mengukur kecenderungan perilaku menolong.

7. Ruangan eksperimen yang memiliki pencahayaan dan fentilasi yang cukup

8. Reward yang akan diberikan kepada subjek penelitian

III.F.1. Skala Kecenderungan Perilaku Menolong

Dalam penelitian ini menggunakan satu skala yaitu skala kecenderungan

perilaku menolong. Aitem-aitem skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan

sepuluh tipe/jenis perilaku menolong yang dikemukakan oleh Rushton, Chrisjohn,

& Fekken (dalam Bekkers & Wilhelm, 2007), yaitu :

1. Mengembalikan uang yang berlebih kepada kasir

2. Mendahulukan orang lain dalam antrian

3. Menawarkan tempat duduk kepada orang lain yang sedang berdiri

dalam sebuah bus, atau di sebuah tempat umum

4. Membawakan barang/milik orang lain

5. Memberi makanan atau uang kepada pengemis

6. Menjaga milik orang lain ketika orang tersebut pergi

7. Meminjamkan sesuatu yang bernilai kepada orang lain

8. Memberikan uang untuk sebuah amal (charity)

9. Melakukan pekerjaan sukarela untuk sebuah amal (charity)


(41)

Semua aitem-aitem yang dibuat adalah tentang bantuan yang akan

diberikan kepada orang asing (stranger) atau seseorang yang tidak terlalu dikenal

(not well known) oleh responden. Orang asing atau orang yang tidak terlalu

dikenal tersebut bisa merupakan anggota kelompok maupun luar kelompok (

in-group dan out-group) responden.

Penilaian skala kecenderungan perilaku menolong ini adalah berdasarkan

format skala Likert. Setiap bentuk diuraikan kedalam butir pernyataan yang

mengungkap tingkat kecenderungan menolong yang dimiliki oleh subjek

penelitian. Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan yang favorable dan

unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari : SS (Sangat

Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Selanjutnya subjek diminta untuk memilih alternatif jawaban pernyataan

yang sesuai dengan keadaan dirinya, dengan cara memilih salah satu dari empat

alternatif jawaban yang ada. Bobot nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat

favorabel bergerak dari 4 sampai 1 dimana pilihan Sangat Setuju diberi nilai 4,

Setuju diberi nilai 3, Tidak Setuju diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju diberi nilai

1. Sedangkan nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat unfavorabel bergerak

dari 1 sampai 4 dimana pilihan Sangat Setuju diberi nilai 1, Sesuai diberi nilai 2,


(42)

Blueprint skala kecenderungan perilaku menolong dapat dilihat pada tabel 3

berikut:

Tabel 3

Blueprint skala kecenderungan perilaku menolong saat uji coba Aitem

Favourable Unfavourable No.

Tipe-tipe perilaku

menolong Nomor Jlh Nomor Jlh

JLH %

1 Mengembalikan uang berlebih

77 1 5, 62 2 3 3.75%

2 Mendahulukan orang lain

70 1 57, 66, 80 3 4 5%

3 Menawarkan tempat duduk

76 1 1, 43 2 3 3.75%

4 Membawakan milik orang lain

28, 42, 45 3 40,52, 64 3 6 7.5%

5 Memberi makanan/uang kepada pengemis

14, 55, 65 3 4, 16, 27,

29,30 36, 46,5

8 11 13.75 %

6 Menjaga milik

orang lain

7,19,51 3 17 1 4 5%

7 Meminjamkan sesuatu

2, 22, 26, 48

4 15, 61, 63, 75, 78, 79

6 11 13.75 %

8 Memberi uang

untuk amal

20, 31, 32,53, 54, 58

6 35, 49,74 3 9 11.25

%

9 Melakukan pekerjaan sukarela.

9, 10, 12, 25,33, 34, 71, 73

8 3, 6, 8, 11,13, 21, 37, 38, 39 , 41, 44, 47, 50, 59, 60, 67, 68,69, 72

19 27 33.75

10 Mendonorkan darah

18, 23 2 24 1 3

3.75%


(43)

III.G. Uji Coba Alat Ukur

Alat ukur skala dalam penelitian ini, sebelum digunakan untuk

memperoleh data-data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar

diperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.

III.G.1. Uji Daya Beda Aitem dan Uji Reliabilitas 1. Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk melihat

sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu

yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prosedur pengujian ini

akan menghasilkan koefisien-koefisien aitem total yang dikenal dengan indeks

daya beda aitem (Azwar, 2002). Uji daya beda aitem yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi yaitu berkaitan dengan apakah aitem mewakili

pengukuran dalam area isi sasaran yang diukur. Validitas isi merupakan hal yang

utama dalam suatu tes yang biasanya dinilai dengan menggunakan pertimbangan

pakar (Azwar, 2000).

Setelah bentuk-bentuk yang akan diukur ditentukan, peneliti akan

menyusun aitem-aitem yang mengacu pada blueprint yang telah dibuat

sebelumnya. Selanjutnya, peneliti meminta pertimbangan profesional judgement,

dalam hal ini dosen pembimbing peneliti, sebelum aitem-aitem mana yang dapat

dijadikan alat ukur. Kemudian dilakukan seleksi aitem untuk memilih aitem-aitem

mana yang dapat dijadikan alat ukur sesuai dengan blueprint yang ada. Seleksi


(44)

koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan komputerisasi dari

program SPSS version 12.0 for windows.

Uji daya beda aitem dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini yaitu

skala skala kecenderungan perilaku menolong dengan prosedur pengujian

menggunakan taraf signifikansi 5% (p< 0.05).

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila

dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subyek yang

sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri

subyek memang belum berubah (Azwar, 2002).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal

yaitu singel trial administration yang artinya menggunakan satu bentuk tes yang

dikenakan sekali saja pada sekelompok subjek. Pendekatan ini dipandang

ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi. Selain itu dengan menyajikan tes hanya

satu kali, maka masalah yang mungkin timbul dalam pendekatan reliabilitas tes

ulang dapat dihindari yakni terjadinya efek bawaan. Alasan lainnya adalah

dirancangnya alat ukur oleh peneliti tanpa mempertimbangkan adanya alat ukur

lain sejajar atau pararel (Azwar , 2000).

Formula statistika yang digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur

adalah alpha Cronbach dengan bantuan komputerisasi dari program SPSS 12.0


(45)

III.G.2. Hasil Uji coba Alat Ukur

Uji coba terhadap alat ukur penelitian skala kecenderungan perilaku

menolong dilaksanakan pada tanggal 11 sampai 14 Maret 2008. Uji coba

dilakukan pada mahasiswa (baik di dalam maupun di luar Fakultas Psikologi

Univesitas Sumatera Utara) yang berusia 18-24 tahun, dengan jumlah 90 orang.

Penyebaran uji coba skala dilakukan dengan menggunakan teknik incidental

sampling. Namun hanya 80 orang yang mengembalikan skala, dan hanya 72 orang

yang mengisi skala dengan lengkap. Setelah di skoring maka dilakukanlah

pengolahan aitem.

Jumlah aitem yang di uji cobakan sebanyak 80 aitem. Dari 80 aitem

tersebut, sebanyak 46 aitem dinyatakan gugur yaitu aitem nomor 2, 3, 4, 6, 8, 9,

10, 11, 14, 15, 16, 19, 22, 25, 26, 33, 34, 35, 37, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 50 51, 52,

53, 56, 58, 59, 60, 61, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 71, 72, 73, 75, 77, 78, 80. Terdapat

34 aitem yang memenuhi indeks diskriminasi rix ≥ 0,30. Menurut Azwar (2002),

kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan

batasan rix ≥ 0,30.

34 aitem yang sahih inilah yang akan digunakan dalam penelitian, dengan

kisaran koefisien korelasi rxx = 0.322 sampai dengan rxx = 0.631 dan reliabilitas

sebesar 0.905 Distribusi item yang sahih dari skala kecenderungan perilaku


(46)

Tabel 4

Blueprint skala kecenderungan perilaku menolong yang akan digunakan dalam penelitian Aitem Favourable Unfavourable No. Tipe-tipe perilaku

menolong Nomor Jlh Nomor Jlh

JLH %

1 Mengembalikan uang berlebih

0 62(1),5(11) 2 2 6.06%

2 Mendahulukan orang lain

70(12) 1 57(2) 1 2 6.06%

3 Menawarkan tempat duduk

76(3) 1 1(13) 1 2 6.06%

4 Membawakan milik orang lain

28(14) 1 64(4) 1 2 6.06%

5 Memberi makanan/uang kepada pengemis 20(5), 55 (21) 2 27(15),29 (25), 30(28), 36(31), 49(33)

5 7 21.21 %

6 Menjaga milik

orang lain

7(6) 1 17(16) 1 2 6.06%

7 Meminjamkan sesuatu

48(17) 1 79(7) 1 2 6.06%

8 Memberi uang

untuk amal

31(8), 32(22)

2 74(18) 1 3 9.09%

9 Melakukan pekerjaan sukarela. 12(9),13 (23),44 (27), 54(30) 4 21(19),38(2 6),39(29),47 (32)

4 8 24.24 %

10 Mendonorkan darah

18(10), 23(24)

2 24 (20) 1 3

9.09%

Total 33 100%

Keterangan :


(47)

III.H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian III.H.1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Sebelum melakukan uji coba alat ukur, maka peneliti sudah terlebih

dahulu menyiapkan alat ukur yang digunakan. Alat ukur peneliti terdiri dari satu

skala, yaitu skala kecenderungan perilaku menolong dan satu angket yang

bertujuan untuk mengetahui usia dan apakah subjek tersebut memiliki televisi.

III.H.2 Perizinan

Untuk melakukan penelitian ini, maka terlebih dahulu yang dilakukan

adalah proses persiapan dalam hal perizinan untuk melaksanakan penelitian.

Peneliti mengajukan surat permohonan izin riset, dalam hal ini berupa

pengambilan data di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, dan juga izin

menggunakan ruangan untuk melakukan eksperimen. Ruang yang dipakai adalah

ruang kuliah 3-B di lantai 3 gedung Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara.

III.H.3. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Untuk memperoleh alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang

memadai, maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba alat ukur penelitian

yaitu skala kecenderungan perilaku menolong, sedangkan angket yang bertujuan

untuk mengetahui usia dan kepemilikan terhadap televisi tidak perlu diuji validitas

dan reliabilitasnya. Reliabilitas angket terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa


(48)

lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak

diungkap (Azwar, 2000).

Uji coba terhadap alat ukur penelitian skala kecenderungan perilaku

menolong dilaksanakan pada tanggal 11-14 Maret 2008. Uji coba dilakukan pada

mahasiswa (baik di dalam maupun di luar Fakultas Psikologi Univesitas Sumatera

Utara) yang berusia 18-24 tahun, dengan jumlah 90 orang.

III.H.4. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian untuk memperoleh data yang sesungguhnya dilakukan setelah

skala kecenderungan perilaku menolong telah diuji terlebih dahulu validitas dan

reliabilitasnya. Pengambilan data dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara pada tanggal 10 Mei 2008.

Kira-kira dua minggu sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti telah

memberi angket yang bertujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan

karakteristik sampel penelitian ini. Seminggu sebelum pelaksanaan penelitian,

setelah diketahui subjek-subjek yang terpilih menjadi partisipan penelitian,

peneliti menghubungi para subjek tersebut untuk meminta kesediaannya menjadi

partisipan.Jumlah partisipan yang diminta untuk menjadi partisipan adalah 60

orang. Dua hari sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti menghubungi kembali

para subjek tersebut untuk memastikan kehadiran mereka.

Ruang 3-B Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dibagi menjadi

dua ruang (ruang A dan ruang B), dengan menggunakan sekat pemisah. Ruang A


(49)

dipergunakan kelompok eksperimen. Sedangkan ruang B adalah ruang untuk

kelompok kontrol, yang hanya berisi kursi tempat para subjek mengisi skala.

Pada hari pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh dua orang

pengawas yang telah diberitahu terlebih dahulu tugasnya masing-masing.

1. Pengawas 1 mengawasi subjek yang akan masuk dan keluar dari ruang

kelompok kontrol (ruang B), membagikan skala, memastikan semua jawaban

pada skala terisi, juga memberikan reward setelah subjek mengisi skala yang

telah disediakan.

2. Pengawas 2 memastikan peralatan audio visual berjalan dengan baik dan

membantu peneliti mengawasi subjek EG diruang kelompok EG (ruang A).

3. Peneliti sendiri mengawas di ruang kelompok EG (ruang A).

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian eksperimen ini adalah :

a. Pukul 8.30 – 8.40 : Pembagian kelas

Tepat pada pukul 8.30, peneliti mengumpulkan seluruh subjek di ruang

kelompok eksperimen (ruang A). Partisipan yang datang adalah 40 orang.

Lalu peneliti memperkenalkan diri, dan memberitahukan bahwa para

partisipan tersebut akan dibagi ke dalam kelompok kontrol (CG) dan

kelompok eksperimen (EG) beserta tugasnya masing-masing.

Kelas yang sudah dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol, diposisikan pada kelas masing-masing.

Sebelumnya telah dilakukan random assignment terlebih dahulu untuk


(50)

b. Pukul 08.40 – 09.20 : Penayangan berita kriminal

1) Kelompok eksperimen

Kelompok ini diberi tontonan tayangan berita kriminal. Tahapan yang

dilakukan adalah :

1. Peneliti menyapa para subjek penelitian dan memberitahukan tugas para

subjek tersebut selama proses penayangan berita kriminal berlangsung,

yaitu agar para subjek tersebut menjaga ketertiban dengan tidak

mengobrol dengan teman yang ada di sekitarnya serta memperhatikan

setiap berita yang akan ditayangkan.

2. Tayangan berita kriminal mulai di tayangkan

3. Peneliti dan pengawas 2 mengawasi para subjek penelitian yang sedang

menonton tersebut dari belakang para subjek.

4. Setelah selesai, peneliti menjelaskan bahwa tayangan sudah selesai dan

langsung dilanjutkan ke tahap pengisian skala.

5. Setelah semua skala selesai diisi dan dikumpulkan, peneliti

menampilkan tayangan hiburan yang berupa film animasi (dengan durasi

sekitar 5 menit).

2) Kelompok kontrol

Kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan apa-apa. Setelah masuk

ke ruangan kontrol (3-A), subjek diinstruksikan agar selama  25 menit

dapat melakukan aktivitas yang lain di luar ruangan. Jadi Kira-kira 5 menit

sebelum tayangan berita kriminal selesai, para subjek kelompok kontrol


(51)

yang bertugas untuk mengontrol para subjek CG, dan memastikan tidak ada

yang membuat keributan atau melewati ruang A selama proses eksperimen

berlangsung.

c. Pukul 09.20 - 09.35 : Pengisian skala (skala kecenderungan perilaku

menolong).

1. Skala berupa lembaran kertas yang berisi 33 pernyataan

2. Kemudian para subjek diinstruksikan untuk mengisi identitas diri yang

terdapat di dalam skala, dan dilanjutkan dengan mengisi skala. Pengisian

skala dilakukan dengan cara memberi tanda silang terhadap

masing-masing pernyataan yang paling sesuai dengan diri subjek. Setiap

pernyataan dapat di respon dengan menyilangi tanda SS (Sangat Setuju), S

(Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

3. Setelah selesai mengisi ke-33 pernyataan, lembaran skala dikumpulkan

kembali.

4. Khusus bagi kelompok eksperimen, eksperimenter memutar video

tayangan hiburan yang berupa film animasi (dengan durasi sekitar 5

menit). Tayangan ini berguna untuk mengurangi ketegangan suasana hati

setelah menonton tayangan berita kriminal, sedangkan kelompok kontrol

tidak diberi perlakuan apa-apa.

5. Sampel dapat meninggalkan ruangan setelah diberi reward oleh


(52)

III.I. Analisis Statistik a. Teknik uji

Teknik uji yang di gunakan dalam penelitian ini adalah t-test independent

sample, karena subjek yang terdapat pada kelompok eksperimen (EG) dan

kelompok Kontrol (CG ) adalah berbeda (independen).

b. Rumusan Hipotesa Statistik

Ho : Tidak ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap

kecenderungan perilaku menolong.

Hi : Ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan

perilaku menolong.

c. Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 95%, α = 0.05

d. Kriteria Penolakan Hipotesis

Hipotesa ditolak jika t-hitung berada di daerah penolakan pada kurva


(53)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran keseluruhan hasil

penelitian. Diawali dengan pembahasan mengenai gambaran subjek penelitian,

dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi dan penelitian.

IV.A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi yang secara

keseluruhan berjumlah 40 orang, yang memenuhi kriteria sampel penelitian yaitu

yang berada pada rentang usia 18-23 tahun serta memiliki televisi di tempat

tinggalnya. Seluruh subjek penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan

kelompok eksperimen, usia dan jenis kelamin.

IV.A.1. Gambaran subjek berdasarkan kelompok eksperimen Tabel 5

Gambaran Subjek Berdasarkan Kelompok Eksperimen

Kelompok N Mean StandarDeviasi

Control Group (CG) 20 94,15 1,93

Experimental Group (EG) 20 89,15 1,22

Berdasarkan data pada tabel 5, dapat dilihat bahwa jumlah subjek

penelitian yang berada di Control Group (CG) sama jumlahnya dengan subjek

penelitian yang berada pada ExperimentalGroup (EG). Masing-masing kelompok


(54)

IV.A.2. Gambaran subjek berdasarkan usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan pada tabel 6 berikut :

Tabel 6

Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Kelompok N Mean Standar

Deviasi

CG 13 80,00 7,70

18-20

EG 11 73,64 3,88

CG 7 75,29 5,68

21-23

EG 9 73,44 7,54

Berdasarkan data pada tabel 6, dapat dilihat bahwa rentang usia subjek

secara keseluruhan dimulai dari usia 18 tahun sampai dengan 23 tahun. Jumlah

subjek yang paling banyak adalah subjek yang berusia 18-20 tahun yaitu sebanyak

24 orang, sementara jumlah subjek yang paling sedikit berusia 21-23 tahun yaitu

sebanyak 16 orang.

IV.A.3. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin Tabel 7

Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Kelompok N Mean Standar

deviasi

CG 5 89,80 2,78

Pria

EG 5 89,60 5,94

CG 15 95,60 9,51

Wanita

EG 15 89,00 5,50

Berdasarkan data pada tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang

berjenis kelamin wanita adalah sebanyak 30 orang, dan subjek pria sebanyak 10


(55)

dan pria adalah sama. Pada kelompok EG terdiri dari 15 orang partisipan wanita

dan 5 orang partisipan pria, demikian juga pada kelompok CG terdiri dari 15

orang partisipan wanita dan 5 orang partisipan pria.

IV.B. Uji Asumsi Penelitian

Jumlah skala yang disebarkan kepada sampel penelitian adalah sebanyak

40 skala. Dari 40 skala yang disebarkan semua dikembalikan, dan semuanya

memenuhi syarat untuk dilakukan analisis.

Sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan

terlebih dahulu, yaitu uji asumsi normalitas dan uji homogenitas khususnya pada

independent variable yaitu kecenderungan perilaku menolong. Pengujian asumsi

dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12.0 for

windows.

IV.B.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data

penelitian mengikuti distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan metode one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan

yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0.05 maka

sebaran data tidak normal. Pada penelitian ini diperoleh nilai p > 0.05 untuk

variabel kecenderungan perilaku menolong.Hasil uji normalitas diperoleh nilai Z

= 1.13 dengan nilai p= 0.15 artinya distribusi data skala kecenderungan perilaku

menolong telah menyebar secara normal. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada


(56)

Tabel 8

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kecenderungan perilaku menolong

N 40

Kolmogorov-Smirnov Z 1.133

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.153

IV.B.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dari

sampel penelitian adalah homogen. Pada penelitian ini, uji homogenitas dengan

menggunakan Levene Test menunjukkan bahwa sampel bersifat homogen dengan

nilai signifikansi sebesar 0.374 (p > 0.05). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

tabel 11.

Tabel 9 Tes Levene

Variabel F p Ket

Kecenderungan perilaku menolong 0.808 0.374 Homogen

IV.C. Hasil utama penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk melihat pengaruh

tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku menolong, maka uji

hipotesis yang digunakan adalah dengan menggunakan independent sample t-test.

Untuk melakukan pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesa

statistik, yaitu :

1. Ho : “ Tidak ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan


(57)

2. Hi : “Ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku

menolong.

Hasil pengujian signifikansi terhadap skor kecenderungan perilaku

menolong pada kedua kelompok, yakni CG dan EG dapat dilihat pada tabel 12 :

Tabel 10

Hasil perhitungan uji-t antara CG dan EG

Independent Samples Test

.808 .374 2.185 38 .035 5.00000 2.28790 .36839 9.63161

2.185 32.062 .036 5.00000 2.28790 .34006 9.65994 Equal variances

assumed Equal variances not assumed VAR00005

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means

Berdasarkan mean kelompok EG dan CG, mean skor kecenderungan

perilaku menolong pada CG lebih besar dibanding mean skor kecenderungan

perilaku menolong pada EG (lihat tabel 5 ). Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan perilaku menolong kelompok CG lebih tinggi dibanding kelompok

EG.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian signifikansi, diperoleh hasil p =

0.035 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara mean EG dan CG. Nilai p = 0.035 (p < 0.05), maka Ho ditolak

dan Hi diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tayangan berita

kriminal terhadap kecenderungan perilaku menolong.


(58)

IV.D. Hasil tambahan penelitian

IV.D.1. Gambaran kecenderungan perilaku menolong berdasarkan jenis kelamin

Pada penelitian ini diperoleh gambaran kecenderungan perilaku menolong

berdasarkan jenis kelamin. Hasil uji statistik berdasarkan jenis kelamin

lengkapnya dapat dilihat pada tabel 11 dan 12.

Tabel 11

Hasil perhitungan Uji-t Kecenderungan Perilaku Menolong berdasarkan jenis kelamin pada CG

Independent Samples Test

1.706 .208 1.323 18 .202 5.80000 4.38246 -3.40720 15.00720 2.109 17.964 .049 5.80000 2.75076 .02003 11.57997 Equal variances assumed Equal variances not assumed VAR00001 F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means

Tabel 12

Hasil perhitungan Uji-t Kecenderungan Perilaku Menolong berdasarkan jenis kelamin pada EG

Independent Samples Test

.001 .977 -.207 18 .838 -.60000 2.89367 -6.67938 5.47938 -.199 6.464 .848 -.60000 3.01315 -7.84650 6.64650 Equal variances assumed Equal variances not assumed VAR00003 F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan independent sample t-test

pada CG diperoleh p = 0.202 dimana p > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa


(59)

pada CG. Sama halnya dengan kelompok EG, diperoleh p = 0.838 dimana p >

0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kecenderungan perilaku

menolong antara pria dan wanita pada EG.

IV.D.2. Gambaran kecenderungan perilaku menolong berdasarkan usia

Pada penelitian ini diperoleh gambaran kecenderungan perilaku menolong

berdasarkan usia. Hasil uji statistik berdasarkan usia lengkapnya dapat dilihat

pada tabel 13 dan 14.

Tabel 13

Hasil perhitungan Uji-t Kecenderungan Perilaku Menolong berdasarkan usia pada CG

Independent Samples Test

.651 .430 1.418 18 .173 4.71429 3.32495 -2.27118 11.69975 1.557 15.952 .139 4.71429 3.02813 -1.70663 11.13520 Equal variances assumed Equal variances not assumed VAR00001 F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means

Tabel 14

Hasil perhitungan Uji-t Kecenderungan Perilaku Menolong berdasarkan usia pada EG

Independent Samples Test

1.564 .227 .074 18 .942 .19192 2.60529 -5.28158 5.66542

.069 11.418 .946 .19192 2.77078 -5.87943 6.26326 Equal variances assumed Equal variances not assumed VAR00001 F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan independent sample t-test


(60)

tidak ada perbedaan yang signifikan pada kecenderungan perilaku menolong

antara subjek yang berusia 18-20 tahun dengan subjek yang berusia 21-23 tahun

pada CG. Sama halnya dengan kelompok EG, diperoleh p = 0.94 dimana p >

0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada

kecenderungan perilaku menolong antara subjek yang berusia 18-20 tahun dengan


(61)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan uraian kesimpulan yang bisa diambil

berdasarkan hasil penelitian dan interpretasi hasil yang dikaitkan dengan landasan

teori penelitian. Pada akhir bab akan dikemukakan saran-saran bagi penelitian

selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini.

V.A. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan statistik di bab sebelumnya,

kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kesimpulan Utama Penelitian

Ada pengaruh tayangan berita kriminal terhadap kecenderungan perilaku

menolong. Kecenderungan perilaku menolong pada kelompok yang tidak

diberi tayangan berita kriminal lebih menonjol dibanding dengan

kelompok yang diberi tayangan berita kriminal

2. Kesimpulan Tambahan penelitian

a. Bila ditinjau dari jenis kelamin tidak ada perbedaan signifikan pada

kecenderungan perilaku menolong antara pria dan wanita.

b. Bila ditinjau dari usia tidak ada perbedaan signifikan pada

kecenderungan perilaku menolong antara subjek penelitian yang

berusia 18-20 tahun dengan subjek penelitian yang berusia 21-23


(62)

V.B. Diskusi

Hasil penelitian pada sampel mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara Medan, menunjukkan bahwa ada pengaruh tayangan berita

kriminal terhadap kecenderungan perilaku menolong, dimana kecenderungan

perilaku menolong pada kelompok yang tidak diberi tayangan berita kriminal

lebih menonjol dibanding dengan kelompok yang diberi tayangan berita kriminal

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Anderson &

Bushman (dalam Baron, Byrne, 2006), bahwa media massa memang memiliki

efek negatif. Menurut teori priming, bahwa ketika meningkatnya ketersediaan

informasi tertentu akibat sering hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa

khusus, yang dalam ini, banyaknya informasi-informasi berita kriminal yang

ditayangkan hampir setiap hari di televisi dapat menyebabkan munculnya rasa

takut yang dibesar-besarkan setelah menonton berita kriminal, dan akhirnya akan

mempengaruhi perilaku individu (Baron & Byrne, 2003).

Menurut Aprilia (2004) terpaan tayangan berita kriminal di televisi dapat

memunculkan perasaan takut menjadi korban kejahatan bagi masyarakat yang

mengkonsumsinya, yang akhirnya dapat mengurangi kepercayaan (interpersonal

trust) kepada orang lain. Individu yang tidak memiliki kepercayaan (interpersonal

trust) terhadap orang lain cenderung kurang dalam berperilaku menolong (Baron

& Byrne, 2000).

Hasil tambahan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah mengenai


(1)

selama mereka pergi ke luar kota

20 Saya tidak ragu untuk memberikan uang kepada pengemis yang mengaku meminta uang dengan alasan mencari dana pembangunan rumah ibadah.

21 Saya akan menghindar untuk mendorong mobil orang asing yang sedang mogok

22 Saya dengan senang hati mengijinkan tetangga yang tidak terlalu saya kenal sebelumnya untuk meminjam barang saya

23 Ketika mengantarkan seseorang yang menjadi korban kecelakaan ke rumah sakit, saya bersedia mendonorkan darah saya jika dibutuhkan

24 Sekalipun bergolongan darah yang sama dengan seorang korban kecelakaan, saya akan membiarkan pihak rumah sakit untuk mencari donor darah kepada pihak lain.

25 Saya bersedia mendorong mobil orang lain yang mogok di tengah jalan, sekalipun itu pada malam hari

26 Saya secara sukarela mengijinkan orang yang tidak saya kenal sebelumnya untuk menumpang di dalam mobil saya

27 Saya akan menolak untuk memberikan uang kepada orang yang meminta uang kepada saya di jalan raya 28 Saya akan menawarkan bantuan ketika ada seorang

nenek sedang membawa barang belanjaan

29 Saya keberatan jika harus mengeluarkan dompet untuk memberikan uang kepada orang yang tidak saya kenal, sekalipun orang itu mengaku butuh

30 Bila melihat ada seseorang yang mengemis di bus yang saya tumpangi, saya hanya akan diam saja

31 Ketika ada korban kecelakaan, saya bersedia mendahulukan uang saya untuk membayar biaya pengobatan.

32 Saya tidak keberatan untuk membayar kekurangan ongkos angkutan umum seseorang

33 Ketika terjadi kecelakaaan di hadapan saya, saya akan segera membawa korban kecelakaan tersebut ke rumah sakit terdekat

34 Saya bersedia memberi waktu untuk menemani orang lain yang sedang kebingungan mencari alamat yang saya tahu persis dimana tempatnya

35 Ketika ada korban kecelakaan, saya akan membiarkan orang lain yang mendahulukan pembayaran biaya pengobatannya, sekalipun saya memiliki cukup uang di dompet.

36 Saya akan menghindari orang lain yang saya tahu akan meminta uang dari saya

37 Ketika melihat kecelakaan di tengah jalan raya, saya lebih memilih untuk menjadi penonton saja


(2)

38 Saya akan membiarkan pintu lift yang hendak tertutup ketika ada orang lain yang hendak naik lift itu juga 39 Saya akan mengantarkan anak yang mengaku tersesat

ke rumahnya, jika anak itu tahu alamat rumahnya tapi tidak mengetahui jalan pulang

40 Ketika di tengah keramaian, saya akan diam saja ketika ada barang seseorang yang terjatuh

41 Sekalipun tau berenang, saya akan menunggu bantuan untuk menyelamatkan seorang anak kecil yang hanyut, sebab beresiko bila saya sendiri yang menyelamatkannya

42 Bila menemukan KTP di jalan saya akan memungut dan mengembalikannya kepada pemiliknya

43 Saya tidak akan mempersilahkan masuk orang asing yang datang ke rumah dengan dengan alasan untuk mengadakan survey produk barang tertentu

44 Saya akan diam saja ketika ada orang buta yang akan menyeberang jalan

45 Saya akan mengembalikan dompet yang saya temukan di jalan, jika kartu identitas pemiliknya ada di dalam dompet tersebut

46 Saya lebih memilih untuk menyimpan baju saya yang tidak saya pakai lagi di gudang daripada memberikannya kepada orang lain walaupun masih bagus.

47 Saya akan mengatakan tidak punya, ketika ada orang yang tidak saya kenal hendak menukarkan uang kepada saya

48 Saya akan menyuruh seseorang berteduh di dalam rumah saya jika dia terjebak hujan deras di depan rumah saya

49 Saya akan menyuruh pergi orang yang tidak saya kenal yang meminta makan ke rumah saya

50 Saya hanya diam saja ketika ada seorang yang cacat hendak menyeberang jalan

51 Saya bersedia ketika ada tetangga baru yang belum saya kenal, meminta saya untuk menjaga anaknya

52 Mengantarkan dompet orang lain yang saya temukan di jalan hanya membuang waktu saja

53 Saya akan memberikan tukaran uang yang lebih kecil kepada orang yang tidak saya kenal

54 Saya akan menawarkan diri untuk membantu seseorang yang pincang ketika dia hendak turun tangga

55 Saya akan memberikan uang kepada orang yang tidak saya kenal jika orang itu mengaku sangat butuh

56 Pakaian bekas saya tidak akan saya berikan kepada orang lain

57 Saya tidak akan mengijinkan seseorang untuk mendahului saya ketika sedang mengantri (dalam


(3)

sebuah supermarket, selama registrasi, dsb.)

58 Saya akan memberi uang kepada seseorang yang mengaku kehilangan dompet dan tidak memiliki ongkos 59 Saya akan menghindar untuk memberikan informasi

mengenai alamat kepada seseorang yang tidak saya kenal

60 Saya akan mencari alasan menolak untuk mengantarkan seseorang yang mengaku sedang kesakitan ke tempat tinggalnya.

61 Saya tidak mau memberikan tumpangan bagi orang yang tidak saya kenal

62 Saya tidak akan mengembalikan uang berlebih yang diberikan oleh kasir, jika saya sudah keluar dari suatu toko tersebut

63 Saya akan membiarkan seseorang meminjam sesuatu milik saya yang bernilai/berharga (pakaian, perhiasan, stereo, dsb.)

64 Saya tidak akan menawarkan bantuan untuk mengangkat perabot tetangga baru saya.

65 Saya akan memberikan uang kepada pengemis yang mendekati mobil saya.

66 Saya tidak akan membukakan pintu rumah, jika ada seseorang pada malam hari yang ingin menanyakan alamat tertentu

67 Ketika melihat kecelakaan di jalan raya, saya lebih memilih untuk menjadi penonton saja.

68 Saya bersedia memberikan alamat rumah saya kepada seseorang yang saya tolong dan saya belum kenal sebelumnya kepada orang tersebut.

69 Ketika berada di bus umum, saya akan berpura-pura tidak tahu ketika seorang pria yang menodongkan pisau kepada penumpang yang duduk di sebelahnya.

70 Saya akan mengijinkan seseorang untuk mendahului saya dalam sebuah antrian (dalam sebuah supermarket, selama registrasi, dsb.)

71 Saya bersedia memberi waktu untuk menemani orang lain yang sedang kebingungan mencari alamat yang saya tahu persis alamatnya.

72 Ketika melihat ada wanita yang ditodong maling di halte bus, saya lebih meilih untuk menghindar.

73 Ketika terjadi kecelakaan di hadapan saya, saya akan segera membawa korban kecelakaan tersebut ke rumah sakit terdekat

74 Saya ragu untuk memberikan sumbangan kepada orang yang meminta uang dengan alasan pembangunan rumah ibadah

75 Saya tidak mau meminjamkan HP kepada orang yang tidak saya kenal sekalipun dia mengaku sangat perlu untuk menghubungi orang dengan seketika


(4)

76 Saya tidak bersedia menawarkan tempat duduk saya ketika berada di dalam kereta api atau bus kepada orang lain yang sedang berdiri

77 Saya akan memberitahukan, ketika kasir di supermarket memberikan uang kembali yang berlebih kepada saya 78 Saya tidak mau memberikan orang asing menumpang

dalam mobil saya ketika sedang dalam perjalanan ke luar kota

79 Saya tidak akan meminjamkan uang kepada tetangga yang mengalami kesulitan ekonomi, karena takut uang saya tidak kembali

80 Saya ragu untuk membukakan pintu rumah untuk orang asing yang belum saya kenal


(5)

Reliability

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.

Case Processing Summary

75 100.0

0 .0

75 100.0 Valid

Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.905 34

Cronbach's


(6)

Item-Total Statistics

90.84 125.136 .391 .903

91.27 124.901 .387 .903

90.83 124.497 .446 .902

90.99 125.743 .367 .903

90.12 123.269 .495 .901

90.89 123.367 .511 .901

91.00 125.973 .322 .904

90.68 122.221 .492 .901

90.83 124.875 .422 .903

90.92 123.588 .544 .901

90.41 124.597 .456 .902

90.57 125.248 .389 .903

90.96 125.796 .389 .903

90.28 124.177 .546 .901

90.96 122.012 .631 .899

90.87 124.631 .494 .902

90.85 126.100 .376 .903

90.59 126.489 .380 .903

90.87 125.414 .496 .902

90.29 124.615 .465 .902

90.28 126.366 .331 .904

90.25 124.678 .479 .902

90.56 126.142 .421 .903

90.76 126.077 .380 .903

90.23 126.475 .389 .903

90.28 125.069 .499 .902

90.72 124.123 .553 .901

91.53 123.252 .456 .902

90.65 123.770 .467 .902

90.73 124.793 .479 .902

91.35 122.716 .482 .902

90.93 124.523 .379 .904

90.97 123.999 .531 .901

90.57 126.626 .376 .903

VAR00001 VAR00004 VAR00007 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00017 VAR00018 VAR00020 VAR00021 VAR00023 VAR00024 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00036 VAR00038 VAR00039 VAR00044 VAR00047 VAR00048 VAR00050 VAR00054 VAR00055 VAR00057 VAR00062 VAR00064 VAR00070 VAR00074 VAR00076 VAR00079

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item