2.2 Pirazinamida
Berdasarkan Ditjen POM 1995, adapun sifat fisikokimia pirazinamida adalah sebagai berikut:
Rumus struktur:
Gambar 2.1 Rumus bangun pirazinamida
Nama kimia : pyrazine-2-carboxamide
Rumus kimia : C
5
H
5
N
3
O
Berat molekul : 123.113 gmol
Pemerian : serbuk hablur, putih hingga praktis putih, tidak berbau
atau praktis tidak berbau. Kelarutan
: agak sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam eter dan dalam kloroform.
Menurut Chamber 2004, kosentrasi serum 30-50 gml pada 1-2 jam
setelah pemberian oral dicapai dengan dosis 25 mgkghari. Pirazinamida dapat dengan baik diserap dari saluran cerna dan secara luas didistribusikan pada
jaringan tubuh, termasuk selaput otak yang terinfeksi. Waktu paruhnya adalah 8- 11 jam. Pirazinamida merupakan suatu obat garis depan yang penting yang
digunakan bersama dengan isoniazid dan rifampin dalam pemberian jangka pendek yaitu 6 bulan sebagai suatu agen sterilisator aktif untuk melawan sisa-
sisa organisme intraseluler yang dapat mengakibatkan kekambuhan. Pirazinamida adalah suatu obat antituberkulosis sintetik peroral yang
efektif dan bersifat bakterisidal yang digunakan bersama-sama dengan isoniazid
Universitas Sumatera Utara
dan rifampin. Pirazinamida bersifat bakterisidal terhadap organisme yang aktif membelah diri. Pirazinamida harus dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam
pirazinoat yang merupakan bentuk aktif dari pirazinamida. Pirazinamida aktif terhadap basil tuberkulosis dalam lingkungan asam lisosom dan dalam makrofag
Mycek, dkk., 2001. Pirazinamida didalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase
menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam. In vitro, pertumbuhan kuman tuberkulosis dalam monosit
dihambat sempurna pada kadar pirazinamida 12,5 gml. Mekanisme kerja obat ini belum diketahui Zubaidi, 1995.
Efek samping utama dari pirazinamida termasuk hepatoksisitas dalam 1- 5 penderita, mual, muntah, demam karena obat dan hiperurisemia Jawets,
1998.
2.3 Darah dan Plasma
Darah terdiri atas sel-sel dan cairan yang mengisi sirkulasi tertutup yang mengalir dalam gerak teratur tanpa arah, didorong terutama oleh kontraksi ritmis
jantung. Darah dibentuk dari dua bagian: bentuk elemen atau sel-sel darah dan plasma, fase cair dimana yang pertama tersuspensi. Bentuk elemen adalah eritrosit
atau sel darah merah; trombosit; dan leukosit; atau sel darah putih. Darah adalah jaring penyambung khusus yang terdiri atas se-sel dan banyak interstial eksktrasel
Ansel, 2005. Darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor
manusia yang dipilih dengan pencegahan-pencegahan pendahuluan aseptik yang
Universitas Sumatera Utara
ketat. Ditambahkan ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulasi. Darah yang dikumpulkan disimpan pada temperatur antara 1
o
C–10
o
C, dipertahankan konstan dengan kisaran 2
o
C. Tanggal kadaluarsa tidak lebih dari 21 hari setelah tanggal pengambilan bila sitrat yang digunakan sebagai antikoagulasi dan tidak lebih dari
48 jam bila heparin digunakan Ansel, 2005. Setelah darah dikumpulkan, diikuti dengan pembentukan gumpalan dan
diperoleh supernatan setelah dilakukan sentrifugasi dimana supernatan yang diperoleh dinamakan serum. Serum tidak mengandung fibrinogen protein yang
terlibat pada proses pembekuan darah dan koagulasi sempurna sekitar 30 menit pada suhu kamar. Alternatif lain darah dapat dikumpulkan dalam satu wadah yang
mengandung antikoagulan, dan supernatan yang terbentuk disebut plasma yang mengandung fibrinogen, tetapi karena efek koagulasi bersifat sementara, spesimen
yang dikumpulkan harus disentrifugasi dengan cepat untuk menghindari penggumpalan pada akhirnya. Plasma lebih sering digunakan daripada serum pada
analisis obat karena spesimen yang digunakan dapat disentrifugasi dengan cepat, yang mana pembentukan serum memakan waktu yang lama. Selain itu plasma
lebih mudah disentrifugasi dari darah dengan adanya antikoagulan. Karena plasma dapat dipisahkan dengan cepat dan volume yang maksimal dapat diperoleh jika
diperlukan Kelly, 1992. Bila plasma atau serum akan dianalisis, keduanya perlu segera dipisahkan
dari eritrosit. Pengaruh penyimpanan yang menurunkan kadar obat dalam plasmaserum secara bertahap dapat merupakan akibat sejumlah faktor, termasuk
metabolisme obat oleh eritrosit dan penyebaran obat kedalam sel tersebut. Jadi
Universitas Sumatera Utara
makin lama serumplasma bersentuhan eritrosit makin besar penurunan kadar obat Munson, 1991.
2.4 Pemantauan Terapi Obat