reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan kostan, dan pompa dengan aliran fase gerak
yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan Rohman, 2007.
Berdasarkan cara kerja pompa untuk KCKT dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu pompa kecepatan tetap dan pompa tekanan tetap. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahan dan tak satupun yang bisa dipakai secara menyeluruh Munson, 1991.
2.6.2.3 Injektor
Dua teknik untuk menyuntikkan analit ke dalam kolom yaitu dengan menyuntikkan analit kedalam arus yang mengalir dan injeksi waktu ”aliran
berhenti”. Pada teknik aliran berhenti, aliran kolom dihentikan dan setelah tekanan pada tempat penyuntikan turun hingga nol, tempat penyuntikan dibuka
dan analit disuntikkan. Tempat penyuntikan ditutup dan pompa dijalankan kembali Ditjen POM, 1995.
Ada tiga tipe injektor yang dapat digunakan: a.
Hentikan aliranstop flow: aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan. Teknik ini bisa digunakan
karena difusi didalam aliran kecil dan resolusi tidak dipengaruhi. b.
Septum: injektor-injektor langsung kealiran fase gerak umumnya sama dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat
digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Disamping itu,
Universitas Sumatera Utara
partikel kecil dari septum yang terkoyak akibat jarum injektor dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Katup putaran loop valve: tipe injektor ini umumnya digunakan untuk
menginjeksi volume lebih besar dari pada 10 µl dan sekarang digunakan dengan cara automatis dengan adaptor khusus, volume-volume lebih kecil
dapat diinjeksi secara manual. Pada posisi LOAD, sampel loop cuplikan dalam putaran diisi pada tekanan atmosfer. Bila katup difungsikan, maka
cuplikan didalam putaran akan bergerak ke dalam kolom Putra, 2007.
2.6.2.4 Kolom
Kolom yang digunakan untuk pemisahan analit umumya mempunyai diameter dalam yang kecil 2-4 mm, kolom yang berdiameter lebih besar
digunakan untuk keperluan preparatif. Bahan pengisi kolom berupa partikel kecil 3-50
m ataupun berukuran lebih kecil 3-10 m, hampir seluruhnya berpori. Ukuran partikel yang lebih kecil memberi pemisahan yang lebih efisien Ditjen
POM, 1995. Menurut Edward dan Stevenson 1991, kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok: a.
Kolom analitik: garis tengah-dalam 2-6 mm. Panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan, untuk kemasan pelikel biasanya panjang
kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan
panjang 25-100 cm.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2.5 Fase Diam