Pengertian Piutang Pengakuan dan Pencatatan Piutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Piutang

1. Pengertian Piutang

Setiap penulis memberikan definisi yang berbeda tentang piutang tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut memiliki pengertian yang hampir sama. Dalam arti luas piutang receivables digunakan untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini pada umumnya diterapkan dalam pengertian yang lebih sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Bila kegiatan operasional perusahaan pada umumnya bergerak di bidang penjualan barang atau jasa secara kredit maka piutang- piutang yang timbul merupakan unsur paling penting dari aktiva lancar. Menurut Simamora 2000:228 Piutang receivable adalah “klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana atau jenis transaksi lainnya yang membentuk suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada pihak lainnya”. Menurut Mulyadi 2001:409 mendefinisikan bahwa “piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”. Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa piutang adalah dana perusahaan pada perorangan atau perusahaan lainnya sebagai konsekuensi Universitas Sumatera Utara penjualan dalam bentuk kreditpinjaman yang pada akhir periode dana tersebut kemudian dapat dicairkan dalam bentuk kas uang.

2. Klasifikasi Piutang

Piutang diklasifikasikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai piutang usaha dan wessel tagih, sebagai piutang dagang dan piutang non dagang, sebagai piutang lancar dan piutang non lancar. Sementara menurut IAI PSAK No.1 : 2002 menyatakan “perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang, kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam PSAK khusus”. Simamora 2000:228 menyatakan bahwa terdapat dua jenis piutang yaitu piutang dagang dan piutang wesel. Piutang dagang account receivable merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan atau jasa dan tidak didukung dengan surat tertulis. Piutang dagang hendaknya dibedakan dari akrual, wesel tagih dan aktiva lainnya karena piutang dagang hanya berkaitan dengan penjualan barang dagangan atau pendapatan jasa yang merupakan urat nadi perusahaan. Menurut Soemarso 2002:257, berdasarkan sumbernya piutang terbagi atas : a. Piutang Usaha b. Wesel Tagih c. Piutang Lain-lain Universitas Sumatera Utara

a. Piutang Usaha

Adalah semua piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa- jasa kredit yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Biasanya piutang usaha akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari 1 satu tahun dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang usaha dikelompokkan dalam aktiva lancar dan biasanya tidak mencakup bunga atau biaya jasa yang dapat ditambahkan bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu.

b. Wesel Tagih

Adalah piutang yang didukung oleh satu janji tertulis dari si penerima kredit untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditetapkan. Piutang dalam bentuk wesel biasanya berakhir setelah 30 hari atau paling lama 90 hari.

c. Piutang Lain – lain

Piutang lain-lain merupakan piutang yang timbul bukan dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan utama perusahaan . Piutang ini timbul karena adanya pinjaman yang diberikan perusahaan kepada seseorang tanpa adanya hubungan langsung dengan penjualan barang-barang atau jasa yang merupakan produksi dari kegiatan utama perusahaan.

3. Pengakuan dan Pencatatan Piutang

Piutang timbul pertama kali ketika penjualan secara kredit dilakukan dan piutang dicatat pada saaat penjualan tersebut diakui oleh perusahaan sebagai pendapatan. Pengakuan piutang usaha erat kaitannya dengan pengakuan pendapatan karena pendapatan dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai dan kas dapat direalisasi. Universitas Sumatera Utara Machfoedz 2004:128 menyatakan bahwa ada tiga cara melakukan pengakuan penjualan yang berpengaruh terhadap pengakuan jumlah piutang yaitu : metode kotor, metode bersih dan metode cadangan. Metode Kotor mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila ternyata debitur mengambil potongan, maka akan diakui sebagai pengurangan jumlah penjualan, bukan sebagai pengurangan jumlah piutang. Metode Bersih mengakui jumlah piutang setelah dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata potongan penjualan tidak dimanfaatkan oleh debitor, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas jumlah piutang. Kelebihan tersebut sebagai penghasilan lain-lain atau penghasilan di luar operasi. Metode Cadangan mengakui jumlah sebesar jumlah sebelum dikurangi potongan, tetapi penjualan diakui sebesar jumlah setelah dikurangi potongan penjualan. Selisih antara pengakuan piutang dengan penjualan dicatat sebagai “Cadangan Potongan Penjualan”.

4. Pengakuan dan Pencatatan Beban Piutang Tak Tertagih