Latar Belakang KEBIJAKAN KEAMANAN KOREA SELATAN DALAM PERSPEKTIF RMA (REVOLUTION IN MILITARY AFFAIRS)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam hubungan internasional, keamanan terkait dengan sebuah negara kurang lebih akan aman pada tingkatan ketika suatu negara bisa memastikan keberlangsungan hidupnya dalam sistem internasional. 1 Perubahan situasi internasional terkadang memaksa suatu negara untuk melakukan modernisasi kapabilitas pertahanan nasional dengan alasan untuk tujuan pertahanan. Pada hakekatnya, politik nasional dan strategi nasional dapat menjadi alat perjuangan sebagai usaha mencapai tujuan nasional. Meskipun demikian, politik dan strategi nasional dalam pelaksanaannya akan sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang merupakan potensi-potensi atau kekuatan untuk merealisasikan perjuangan yang terdiri dalam unsur-unsur; ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, militer serta terpengaruh adanya masalah-masalah yang dapat dikelompokkan sebagai hakekat-hakekat ancaman. 2 Pada tahun 1990-an, runtuhnya Uni Soviet yang menandai berakhirnya perang dingin telah memunculkan corak perkembangan hubungan internasional yang khas. Berakhirnya perang dingin telah mengakhiri semangat sistem internasional bipolar dan berubah menjadi multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan yang bernuansa militer ke arah persaingan atau konflik 1 Jill Steans dan Lloyd Pettiford 2009, Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: hal. 69 2 Bakri Syaid 1976, Pertahanan Keamanan Internasional, Percetakan UII, Yogyakarta: hal. 335 2 kepentingan ekonomi diantara negara-negara di dunia ini. 3 Banyak pihak yang mengharapkan keamanan internasional yang lebih aman pasca perang dingin, karena hubungan internasional yang tadinya fokus pada politik dan keamanan beralih pada isu-isu low politics, namun harapan itu ternyata sangat sulit untuk diwujudkan. Perubahan tersebut justu menjadi masalah tersediri bagi negara- negara dalam hubungan internasional. Seperti yang diasumsikan oleh kaum realis dan juga disadari oleh kaum neo-liberal, bahwa sangat dalam terdapat anarki yang mewarnai hubungan antar negara dalam sistem internasional. Kondisi anarki ini mendorong munculnya perubahan pada sifat dan strategi, maupun doktrin militer di suatu negara. Hal tersebut disebabkan karena adanya ketakutan akan adanya ancaman. Upaya negara dengan mengembangkan teknologi militer untuk mengamankan diri adalah salah satunya. Kemungkinan ini mucul pula bila kita lihat sistem internasional di kawasan regional Asia Timur, khusunya semenanjung Korea. Nuklir Korea Utara memang harus diakui menjadi ancaman tersendiri, baik bagi negara-negara di kawasan Asia Timur maupun di luar kawasan. Harus diakui pula, isu nuklir di kawasan Asia Timur khusunya semenanjung Korea menambah kaum anarki yang mewarnai hubungan antar negara di kawasan Asia Timur. Ketidakstabilan sistem internasional di Asia Timur ditandai dengan mulai merebaknya konflik etnis dan agama, proliferasi senjata pemusnah masal, serta terorisme. Asia Timur yang merupakan salah satu kawasan dalam sistem internasional juga terpengaruh karena ketidakstabilan sistem internasional yang 3 Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochammad Yani 2006, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, PT Remaja Rosda, Bandung: Hal. 5 3 terjadi sejak berakhirnya perang dingin. Dengan kondisi sistem internasional yang tidak stabil tersebut membuat negara-negara di kawasan Asia Timur mengarahkan perhatian mereka pada perkembangan keadaan sekitar yang dianggap dapat menjadi sumber ancaman, kemudian negara-negara tersebut mencari cara untuk mengatasinya. Walaupun perang dingin telah berakhir, namun hingga saat ini keadaan kawasan Asia Timur masih tidak menentu. 4 Munculnya Amerika Serikat sebagai pemenang dalam cold war dan sebagai satu-satunya negara super power justru mengundang beberapa negara di dunia untuk meningkatkan keamanan. Jepang, Cina, Taiwan, Korea Utara, dan Korea Selatan adalah negara- negara yang tergabung dalam kawasan Asia Timur. Jepang dan Cina tentu melakukan usaha dan beberapa kebijakan demi mempertahankan keamanan nasional mereka. Namun, Korea Utara adalah negara yang paling berambisi dalam meningkatkan keamanan dengan alasan pertahanan. Pasca Perang Dingin, runtuhnya Uni Soviet sebagai sekutu yang paling dekat dengan Korea Utara tidak serta merta menghentikan aksi pengembangan senjata nuklir di Korea Utara. Kebijakan Korea Utara menyebabkan ketidakstabilan kondisi keamanan kawasan Asia Timur, terutama semenanjung Korea. Pada tahun 1965 sampai awal 1970-an, Yongbyon, Korea Utara diketahui memasok reaktor jenis uranium dan bahan bakar dari Uni Soviet. Kemudian, pada tahun 1993 Cina menjadi pemasok Korea Utara dengan memberikan ekstraksi plutonium yang kapasitasnya tidak diketahui. Korea Utara diperkirakan memiliki cadangan uranium 4 juta ton yang pabrik beroprasinya berada di Usong. Pra- 4 Barry Buzan dan Ole Waener 2003, Regions and Power The Structure of Inernational Security, Cambridge University Press, Cambridge: hal. 152 dalam Alfina Farmaritia Wicahyani 2010, Pengembangan Nuklir Korea Utara dan kondisi Keamanan Regional Asia Timur, Jakarta: Hal. 1 4 1987-an, Korea Utara kembali mendapat cadangan uranium murni dari negara mereka sendiri. 5 Tahun 1998, Korea Utara meluncurkan rudal dengan jangkauan 1.700-2.200 km sebagai uji coba. AS telah berusaha berkali-kali berusaha menghentikannya dengan menggunakan bantuan nuklir ketika Korea Utara melakukan invasi terhadap Korea Selatan, namun harus diakui bahwa pemecahan konflik Korea Utara dan Korea Selatan bukanlah hal mudah. Sementara, pembekuan bantuan oleh Jepang dan kebijakan mengenakan embargo oleh AS terhadap Korea Utara, 6 pun tidak juga membuat Korea Utara menghentikan aksi mereka. Kemudian, Korea Selatan adalah negara di kawasan Asia Timur yang memiliki sejarah hubungan tidak baik dengan Korea Utara. Di setiap era, kebijakan yang diambil oleh Korea Selatan berbeda-beda dalam menanggapi pengembangan nuklir di Korea Utara. Pemerintahan Kim Dae Jung tahun 1997 adalah pemerintahan dimana Korea Selatan mengambil kebijakan secara resmi mengadopsi Revolution in Military Affairs RMA. 7 Setelah selesai masa pemerintahannya, usaha Kim dilanjutkan oleh Roh Moo-Hyun mulai tahun 2003, kemudian Lee Myung Bak sampai tahun 2013. Pemikiran tentang RMA muncul pertamakali di Rusia pada tahun 1980-an untuk menganalisa Strategi Perancis menggunakan bubuk mesiu dalam perang 5 Leonardo S. Spector dan Jacqueline R. Smith 1990, Nuclear Ambitions; The Spread Of Nuclear Weapons 1989-1990, Westview Press, USA: Hal. 139 6 Willam J. Perry 2006, Proliferation The Peninsula; Five North Korean Nuclear Crises: annals of The American Academy of Political Science, vol 607, Sage Publication; hal 80 dalam Alfina Farmaritia Wicahyani 2010, Pdf: Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara dan Kondisi Keamanan Regional Asia Timur, UI, Jakarta: Hal. 20 7 Revolution in Military Affairs RMA adalah sebuah konsep keamanan yang dikembangkan untuk meningkatkan kinerja militer di medan perang. 5 Napoleon, namun pada era nuklir RMA mulai banyak dikenal pada tahun 1991 era perang gurun, dilihat dari kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan smart munitions di kalangan militer Amerika Serikat. 8 RMA terbagi atas tiga macam, yaitu perubahan secara revolusioner pada teknologi, doktrin strategi dan kekuatan, dan juga organisasi yang tujuannya ditujukan pada peperangan atau pertahanan keamanan. Komponen dari RMA yang harus bekerja secara signifikan adalah: meningkatkan informasi, intelejen, komando dan pengendalian, teknologi canggih, serta konsep operasional modern. 9

1.2. Rumusan Masalah