AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN DALAM

AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN
DALAM MENGHADAPI KOREA UTARA

Dosen Pembimbing :
Drs. Mutia Hariati, M.Si.

Disusun Oleh :
MUHAMMAD NAFIS PASHA

20160510015

DIPTYANDHITO DAKSA AGUNG

20160510033

RYNA DEWI ANDRIANY

20160510260

BANGKIT ROHIMAH PRATIWI


20160510359

AVIFAH NOOR ITSNAINI

20160510400

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS FISIPOL
2016/2017

BAB I
LATAR BELAKANG
Keamanan internasional dapat dipahami sebagai sebuah proses kerangka membangun
keamanan dunia, konsep keamanan terus berkembang dan bertransformasi, keamanan dalam
kenteks kekinian atau pasca perang dingin dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu keamanan
tradisional dan keamanan non-tradisional, berakhirnya perang dingin menyebabkan adanya
transformasi keamanan, perluasan aktor dan isu keamanan internasional sangat dirasakan.
Keamanan internasional pasca perang dingin yang dimotori oleh perbedaan ideologi
bertransformasi menjadi ancaman bersama terhadap terorisme, kemudian aktor sebagai

ancaman pada perang dingin ditekankan pada Negara berubah menjadi kelompok bahkan
individu pasca perang dingin.
Perubahan-perubahan ini terjadi dan terus berkembang akan tetapi ancaman nyata
Negara sabagai aktor dominan tidak dapat dipungkiri terus bertransformasi memperkuat
system keamanan dan bahkan mengembangkan kekuatan baru, seperti membentuk kekuatan
militer.
Untuk itu, sistempertahanan militer yangkuat dari segi kualitas maupun kuantitas
merupakan bagian dari kedaulatan sebuah Negara yang tidak bias dipisahkan. System
pertahanan tersebut fungsi utamanya bukanlah melancarkan serangan terbuka, melaikan
untukmempertahankan kedaulatan negara yang bersangkutan, baik melindungi asset
geografis yang melingkupi darat, udara, dan laut, dan juga melindungi setiap warga
negaranya. Jika dilihat dari tingkat prioritasnya, militer merupakan elemen pemukul yang
sangat efektif untuk mempertahankan kedaulatan sebuah nefgara, tidak peduli negara itu kaya
atau miskin sekalipun. Walau sebuah negara tidak mengawali serangan militer, dalam
keadaan damai pun kekuatan militer mampu menjadi deterrence factor (factor penggentar)

bagi negara-negara lain. Dengan begitu, tidak ada negarayang berani berperang dengan
negara tersebut, minimal berpikir berulang kali untuk menjadi lawan dalam peperangan.
Akan tetapi, apa jadinya jika sebuah negara tidak memiliki system pertahanan atau elemen
militer yang kuat untuk melindungi negaranya.


Rumusan masalah
1. Bagaimana konflik antara Korea Utara dengan Amerika?
2. Apa Rezim yang bersangkutan dengan konflik tersebut?
3. Bagaimana solusi untuk menghadapi konflik tersebut?
4. Apa peran Indonesia dalam konflik tersebut

PEMBAHASAN
Awal Kasus Amerika dengan Korea Utara
Dalam sebuah Kerjasama Pertahanan untuk mewujudkan rasa aman, negaranegara
cenderung bekerjasama dalam mewujudkan keamanan bersama (Collective Security) di suatu
kawasan untuk menghadapi musuh bersamamen. Menurut Ernst Haas, Collective Security
adalah sistem global atau regional dimana semua negara anggota saling menjamin satu sama
lain bahwa siapapun yang mengganggu perdamain akan dihadapi bersama. Namun dalam
kesepatan itu tidak ada negara yang disebut sebagai lawan bersama. Lawan itu bisa siapa saja.
Siapa saja bisa jadi calon aggressor.
Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam kerangka PSI 2009 melakukan penerapan
kerjasama keamanan oleh AS dan Korea Selatan dalam rangka memperkokoh kekuatan
militer kedua negara untuk menghadapi musuh bersama yaitu Korea Utara, hingga
terciptanya keamanan bersama (Collective Security) di kawasan Semenanjung Korea.

Kerjasama yang dilakukan baik berupa penyediaan alat-alat militer, alih teknologi militer,

penempatan pasukan militer bersama di kawasan Semenanjung Korea maupun pelatihan
militer bersama dan SPI 2009 adalah upaya secara global untuk menghentikan
penyelundupan senjata pemusnah missal yang ditandatangani Korea Selatan pada 26 Mei
2009 dengan tujuan membebaskan kawasan korea dari sistem pengiriman dan materialmaterial yang berhubungan dengan senjata pemusnah masal (senjata kimia, biologi, nuklir
dan lain-lain yang dapat menyebabkan kehancuran secara luas) baik yang keluar maupun
kedalam kawasan Semenanjung Korea. Hingga dapat membendung laju pengembangan
teknologi nuklir untuk senjata oleh Korea Utara demi terciptanya stabilitas keamanan di
Kawasan Semenanjung Korea.
Adapun upaya yang secaara khusus mengatur dalam penekanan Amerika Serikat
terhadap Korea Utara ada dalam upaya PSI yaitu Illicit Activities (Aktifitas Terlarang),
dimana Amerika Serikat bersama sekutunya menekan pemerintah Korea Utara agar mau
menandatangani perjanjian Proliferation Nuclear (Proliferasi Senjata Pemusnah Massal).
Pada intinya Amerika Serikat dan sekutunya mengangkat isu-isu dan berita yang menyatakan
bahwa pemerintah Korea Utara terlibat dalamperdagangan obat terlarang, penyelundupan
baik senjata maupun barang-barang lainnya.
Pada kerjasama ini Amerika Serikat dan Korea Selatan memfokuskan perhatian
mereka pada pencegahan pengiriman masuk dan keluarnya senjata material-material yang
berhubungan dengan senjata pemusnah missal yang menyebar di kawasan Semenanjung

Korea yang dianggap berbahaya oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Tindakan provokasi yang sering dilakukan Korea Utara dirancang dengan matang
untuk memfasilitasi suksesi kekuasaan. Akan tetapi, pertahanan Korea Selatan yang telah
melemah setelah beberapa tahun dalam keadaan damai juga dapat memberikan alasan
serangan militer Korea Utara. Untuk alasan itu,latihan pertahanan sipil terbesar yang pernah
diadakan di praktikan kembali untuk memperingatkan warga akan resiko ancaman dari Korea

Utara, dan sekaligus untuk mencegah terjadinya provokasi tambahan dari Negara komunis
tersebut.
Hal ini merupakan dampak nyata dari ploriferasi nuklir. Dimana Korea Utara
mengakui telah mengembangkan penelitian program nuklirnya untuk senjata dengan
demikian Korea Utara mendapatkan nuklir dengan cara dimana Korea Utara merupakan
Negara pemilik nuklir dan mengembangkan baik kualitas maupun kuantitas nuklirnya.
Dengan pengembangan program senjata nuklir Korea Utara maka Korea Selatan merasa
terancam sehingga terjadilah persaingan kekuatan militer antara keduanya untuk
mempertahankan kedaulatan masing-masing Negara.

Peran rezim yang berlaku pada saat itu
Jika ditinjau alasan keamanan dari segi internal, yaitu keterkaitan Korea Utara yang
memiliki ideology yaitu juche. Pada tahun 1950, Juche pertama kali diperkenalkan oleh Kim

Il Sung sebagai ideologi resmi negara yang kemudian semakin terkenal pada tahun 1960.
Kim Il Sung semakin memperkenalkan Juche sebagai inti dari kontrol politik. Pengertian dari
Juche ialah sebuah kepercayaan diri yang lebih luas lagi dipahami sebagai sikap mandiri
dalam memenuhi kebutuhan negara sendiri tanpa tergantung negara lain. Pada rezim Kim Il
Sung, perang Korea merupakan sebuah kesempatan bagi Korea Utara dalam memperdalam
militerisasi dan ideologi juche dikarenakan militer merupakan hal yang paling utama bagi
Kim Il Sung. Korea Utara berhasil meningkatkan meningkatkan military-industrial-complex
pada tahun 1960-an telah mencapai 300.000 pasukan dengan bantuan miiliter Uni Soviet.16
Korea Utara selain memilki ideologi Juche, negara ini juga memiliki Empat Garis Besar
Militer dalam mendukung rezim pemerintah.

Kim Il Sung serta pertahanan negara. Empat Garis Besar Militer Korea Utara tersebut
ialah:
1. Semua warga negara Korea Utara diberikan senjata sebagai alat untuk militer
2. Memperkuat negera Korea Utara
3. Memberikan pelatihan kepada semua anggota angkatan darat menjadi “cadre army” (kader
tentara).
4. Melakukan modernisasi semua angkatan darat, doktrin, dan taktik di bawah prinsip
kepercayaan diri terhadap pertahanan nasional.
Korea Utara mengembangkan Nuklir dikarenakan militer konvensional yang lemah

sehingga adapun tujuan dari Program nuklir yang dilakukan Korea Utara pada masa ini ialah :
1. Meningkatkan kekuatan untuk mencapai posisi setara dengan Korea Selatan.
2. Menambah kewibawaan dan pengaruh Korea Utara dalam hubungan antar negara di dunia.
3. Digunakan sebagai sarana pemerasan agar mendapatkan keuntungan dari Korea Selatan
4. Sebagai strategi penyeimbang terhadap persenjataan Korea Selatan.
Rezim yang berlaku pada saat itu adalah Rezim Kim Jong Un, yang berisi tentang
kebijakan Nuklir yang pertama dilakukan pada tanggal 19 Desember 2011 Korea Utara
melakukan uji tembak rudal jarak pendek bertepatan pada saat kematian Kim Jong Il yang
merupakan pemimpin kedua dari Korea Utara. Pada tanggal 13 Januari 2012 Korea Utara
kembali melakukan uji tembak rudal jarak pendek sebanyak tiga kali ke laut jepang dan
semenanjung Korea. Lalu tepat pada bulan April 2012 pertama kalinya Kim
Jong Un meluncurkan rudal balistik tipe KN-08 dari Pyongyang.
Tentu saja hal ini membuat Korea Selatan yang merupakan tetangga
langsung dari Korea Utara mengalami “security dilemma” meskipun
Pyongyang memberikan prioritas utama pada peningkatan kekuatan
militernya, tetap saja Korea Selatan meminta bantuan Amerika Serikat.

agar terus berupaya untuk mencari cara agar bisa mengendalikan Korea
Utara. Serta ancaman uji coba rudal tersebut mengancam pangkalan
militer Amerika Serikat yang berada diwilayah Korea Selatan dan Jepang.

Bahkan mengancam wilayah Amerika Serikat seperti Hawai.

Solusi yang diberikan terhadap masalah tersebut
Korea Utara tahun 2011-2014 telah melakukan berbagai uji coba rudal hingga rudal
balistik. Kebijakan Kim Jong Un untuk membuat Korea Utara dapat berdiri sendiri dengan
kekuatan yang dimiliki sendiri tanpa bantuan dari Negara lain membuat Amerika dan Korea
Selatan mengalami “security dilemma”. Karena sikap atau doktrin yang dilakukan pemimpin
korea utara menyebabkan menurunnya jumlah investasi Negara yang terkena dampak uji
coba nuklir dan jnuga terhadap dampak negative nuklir yang berbahaya bagi kesehatan.
Korea Utara tidak akan menjamin keselamatan kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat dan
Korea Selatan yang berlayar di wilayah konflik dekat perbatasan laut Korea bagian Barat karena
dianggap melanggar kedaulatan Korea Utara. Dengan kejadian tersebut Solusi yang kami

berikan adalah :
1. Korea Selatan melakukan pemantaun terhadap kapal-kapal asing di perairan
Semenanjung Korea
2. Pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan hendaknya senantiasa mengaktifkan
proses-proses dialog dalam membahas hal-hal yang menyangkut kedaulatan kedua
negara.
3. Amerika Serikat hendaknya memberikan contoh yang baik terhadap pelaksanaan dari

Proliferation Security Initiative (PSI) ini. Hal ini disebabkan beberapa negara telah
lebih dulu skeptis dan apatis dengan sikap Amerika Serikat yang selalu menerapkan
standar ganda karena adanya niat tertentu. Sehingga alangkah bijak apabila Amerika

Serikat dan aliansinya lebih mau meniadakan standar ganda tersebut dan melakukan
transparansi tentang niat yang dimiliki dalam melakukan suatu aksi penindakan.
4. Pembentukan suatu lembaga netral dibawah PBB yang berwenang dalam menyusun
prosedur standar termasuk mengumpulkan informasi yang akurat, mengolah dan
menginstruksikan tindakan yang dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
henrikhan (pemantauan, pemeriksaan, pengamanan dan penyitaan kapal) yang dapat
memberikan kerugian bagi pihak yang diperiksa.

Peran Negara Indonesia dalam konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Korea
Utara