KEBIJAKAN KEAMANAN KOREA UTARA PADA MASA PEMERINTAHAN KIM JONG UN ATAS ALIANSI KOREA SELATAN-AMERIKA SERIKAT

(1)

KEBIJAKAN KEAMANAN KOREA UTARA PADA MASA

PEMERINTAHAN KIM JONG UN ATAS ALIANSI KOREA

SELATAN-AMERIKA SERIKAT

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelarSarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Oleh:

DEVY INDAH PARAMITHA 201010360311019

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Devy Indah Paramitha NIM : 201010360311019 Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kebijakan Keamanan Korea Utara pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un atas Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Devy Indah Paramitha NIM : 201010360311019 Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kebijakan Keamanan Korea Utara pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un atas Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Selasa, 23 September 2014 Tempat : Ruang Dosen FISIP Lantai 6 GKB I


(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Devy Indah Paramitha Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 16 Mei 1992

NIM : 201010360311019

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya skripsi berjudul :

KEBIJAKAN KEAMANAN KOREA UTARA PADA MASA

PEMERINTAHAN KIM JONG UN ATAS ALIANSI KOREA SELATAN-AMERIKA SERIKAT adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(5)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Devy Indah Paramitha 2. NIM : 201010360311019

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata Satu (S-1)

7. Judul Skripsi : Kebijakan Keamanan Korea Utara pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un atas Aliansi Amerika Serikat-Korea Selatan

8. Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si 2. Gonda Yumitro, MA


(6)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Alhamdulillah....”

Sebuah kata syukur luar biasa yang bisa saya ucapkan untuk saat ini dan juga sebuah kata syukur yang mampu menggambarkan seluruh perasaan bahagia saya setelah hampir satu tahun menghadapi segala dinamika baik itu suka maupun duka selama proses menyelesaikan penelitian ini. Lewat lembar persembahan ini, saya akan meluapkan semua rasa syukur saya, rasa bahagia saya, serta rasa terima kasih saya untuk semua pihak yang telah membantu saya selama menjalani proses pembelajaran akademik.

Untuk yang pertama, saya ingin mengucapkan Terima Kasih tuhan-ku Allah SWT atas segala bentuk nikmat serta karunia yang tak kunjung berhenti kau berikan kepada hambamu ini. Semoga, saya bisa menjadi hamba yang lebih ikhlas dan tentunya selalu bisa bersyukur kepadamau dalam kondisi apapun...

Ucapan terima kasih selanjutnya saya peruntukkan kepada kedua orang tua saya yakni (Alm). Bapak Shabit dan Ibu Sunarti. Sebagai seorang anak , saya sungguh sangat bersyukur memiliki orang tua yang hebat seperti kalian. Untuk ibu, terima kasih banyak atas dukungan serta doa yang kau berikan kepada anak mu ini, semoga kedepannya bisa mewujudkan semua keinginan mu. Untuk Bapak ku tersayang yang ada di surga, semoga ini bisa menjadi kado


(7)

vii

kecil untuk bapak dan bisa membuatmu tersenyum dan

bangga di surga. 我想念你的爸爸。

Tentu tak lupa, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya bapak Ruly Inayah Ramadhoan, M.Si & bapak Gonda Yumitro, MA. Mengingat tanpa bantuan serta bimbingannya, mungkin saya akan kesulitan dalam menyelesaikan Skripsi ini, mohon maaf ya pak jika selama bimbingan saya sering merepotkan. And of course i would like to say many thanks to Mr. Rio Hinata Yamguchi to giving me a lot of advices for this thesis. Terima kasih juga untuk Bapak Hafid Adim P., MA & Bapak Havidz Ageng P., MA yang bersedia menjadi penguji saya, dan memberi masukan-masukan sebagai rangka perbaikan penelitian ini. Dan tak lupa, ucapan terima kasih juga ingin saya sampaikan kepada seluruh dosen-dosen HI tanpa terkecuali, terima kasih banyak untuk semua ilmu yang ibu

dan bapak berikan, sebisa mungkin saya akan

mengamalakannya. Semoga kita dapat bertemu lagi dalam kondisi yang lebih baik lagi kedepannya. Dan tentunya tak lupa “special thanks to” Almamater ku Tercinta UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG. Tempatku mengasa ilmu, semoga ilmu ini bermanfaat kedepannya. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada sosok mbak yang selalu memberi bantuan baik data serta saran-saran, mbak Faikha terima kasih ya mbak atas semua bantuan yang mbak fai berikan kepada ku. Maaf loh kalau selama ini mungkin sering merepotkan mu. Hehehehe... 


(8)

viii

Untuk keluarga yang ada di Lamongan, Kalimantan Selatan, Jakarta, dan Surabaya. Terima kasih banyak ya atas Do’a dan dukungan yang selama ini kalian berikan. Untuk Bapak Amad, terima kasih atas bantuan, do’a serta dukungan yang selama ini tak bosan-bosan diberikan. Untuk Afif Aini tercinta, Mbak Ninik, Mbak Yanik terima kasih atas dukungannya.. hehe... i Miss You. Untuk Ponakan ku tercinta Ella dan Akbar, sepupu ku tersayang Valencia, Etty, Chandra, Ady, Leonell, terima kasih ya telah menghiburku ketika sedang bersedih dan stress.. Tentu saja tak lupa juga kepada EXO (Especially 敬 爱 的 Park Chanyeol), Jeongmal Gamsahabnida karena lagu-lagu kalian lah aku tetap semangat dalam mengerjakan thesis ini. “We are one” EXO-K,

EXO-L, EXO-M_Saranghaja.  谢谢很多, 所有的精神。

Terima kasih aku ucapkan untuk sahabat terbaikku yang sejak mahasiswa baru hingga sekarang selalu menemaniku Asih Kemalasari, semoga kita terus bersahabat dan jangan bosan-bosan ya bersahabat denganku. Maaf loh kalau selama ini selalu merepotkan mu Asih. Hehehe...Terima kasih untuk seluruh teman-teman sepejuangan ku, HI angkatan 2010. Maaf ya, tidak bisa menyebutkan nama

kalian semua satu persatu..(hehehehehehe) Sungguh

menyenangkan bisa bertemu, mengenal serta berteman


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat, serta karunia yang begitu luar biasa besar kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian dengan judul Kebijakan Keamanan Korea Utara pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un atas Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat.

Secara garis besar, penelitian ini sendiri membahas kebijakan keamanan Korea Utara pada masa Kim Jong Un yang agresif dan provokatif atas aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh sistem keyakinan Kim Jong Un yang terdiri dari Fakta tentang apa yang telah, sedang, dan akan terjadi yang terbentuk oleh sejarah dan konflik antara Korea Utara dengan Aliansi serta Nasionalisme masyarakat dan elit Korea Utara. Selain fakta, sistem keyakinan Kim Jong Un juga dipengaruhi oleh nilai tentang apa yang seharusnya terjadi yang terwakili oleh Nilai Juche dan Songun.

Adapun dalam penyusunan penelitian ini, dengan sangat rendah hati penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan juga kesalahan. Oleh sebab itulah dalam rangka perbaikan serta penyempurnaan, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan juga saran serta ide yang membangun. sehingga penelitian ini dapat menjadi penelitian yang bermanfaat secara akademis pada umumnya dan bagi mahasiswa-mahasiswi Hubungan Internasional khususnya.


(10)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL DEPAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAKSI ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

DAFTAR ISTILAH ... xviii

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis ... 6

1.4.2 Manfaat Akademis... 6

1.5 Penelitian Terdahulu ... 7

1.6 Landasan Teori dan Konsep 1.6.1 Konsep Agresifitas ... 18


(11)

xi

1.6.2 Teori Perspesi Ole.R.Holsti ... 22

1.7 Metodologi 1.7.1 Level Analisa ... 27

1.7.2 Jenis Penelitian ... 28

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

1.7.4 Teknik Analisa Data ... 28

1.8 Ruang Lingkup Penelitian 1.8.1 Batasan Materi ... 28

1.8.2 Batasan Waktu ... 29

1.9 Hipotesa ... 29

1.10 Sistematika Penulisan ... 30

BAB II Sejarah Kebijakan Keamanan Korea Utara Atas Aliansi Amerika Serikat-Korea Selatan Dari Masa Ke Masa 2.1 Sejarah Konflik Korea hingga Terbentuknya Aliansi Amerika Serikat- Korea Selatan ... 32

2.2 Kebijakan keamanan Korea Utara pada masa Kim Il Sung dan Kim Jong Il terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat ... 41

2.2.1 Masa Pemerintahan Kim Il Sung (1945-1994) ... 42

2.2.2 Masa Pemerintahan Kim Jong Il (1994-2011) ... 51

2.3 Latar Belakang Kehidupan serta Karakteristik Kepemimpinan Kim Jong Un ... 59

BAB III Sifat Agresif dan Provokatif Kebijakan Keamanan Korea Utara atas Aliansi Amerika Serikat-Korea Selatan pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un 3.1 Kebijakan Kemanan Korea Utara pada masa Kim Jong Un atas Amerika Serikat-Korea Selatan ... 67

3.2 Pandangan serta Persepsi Kim Jong Un atas Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat ... 79


(12)

xii

3.3.1 Citra tentang apa yang telah, sedang, dan akan

terjadi: Fact ... 88 3.3.2 Citra tentang apa yang seharusnya terjadi: Juche

dan Songun ... 94

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan ... 107 4.2 Saran ... 110


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ... 15 Tabel 1.2 Indikator Agresifitas Kebijakan Keamanan Korea Utara pada

Masa Kim Jong Un terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika

Serikat... 19 Tabel 2.1 Tahap Penting Selama Proses Pengangkatan Kim Jong Un ... 61 Tabel 3.1 Perbedaan antara Kim Jong Il dan Kim Jong Un ... 104


(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Hubungan Antara Sistem Keyakinan dengan Pembuatan


(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

CSIS DMZ DPRK FPA FROG GNP ICBM IRBM KCNA KCU KPA KWP MDT MRBM NPT ROK SOF SRBM UNSC WMD

Center for Strategic and International Studies Demilitarized Zone

Democratic People’s Republic of Korea (Korea Utara)

Foreign Policy Analysis Free Rocket Over Ground Gross National Product

Intercontinental Range Ballistic Missile Intermediate Range Ballistic Missile Korea Central News Agency (DPRK) Korean Children’s Union (DPRK) Korean People’s Army (DPRK) Korean Worker’s Party (DPRK) Mutual Defense Treaty

Medium Range Ballistic Missile Nuclear Non-Proliferation Treaty Republik of Korea (Korea Selatan) Special Operation Forces

Short Range Ballistic Missile United States Security Council Weapon Mass Destruction


(16)

xvi

DAFTAR ISTILAH

38o Parallel Sebutan untuk garis pemisah antara Korea Selatan dan Korea Utara yang dibangun oleh Amerika Serikat

Chaju Isi atau bagian dari ideologi Juche yang mengedepankan kemandirian dalam berpolitik (Political Independence) Charip Isi atau bagian dari ideologi Juche yang mengedepankan

kemandirian dalam hal Ekonomi (Economic Self Sufficiency)

Chawi Isi atau bagian dari ideologi Juche yang mengedepankan kemandirian dalam hal pertahanan dan juga kapabilitas militer (Defense Self Sufficiency)

Gochosun Sebutan bagi kerajaan Korea kuno atau kerajaan leluhur pada abad ke-4 sebelum masehi

Hostile Policy Istilah yang digunakan untuk menjelaskan mengenai kebijakan Amerika Serikat yang cenderung keras dan represif terhadap Korea Utara khususnya berkenaan dengan isu keamanan di Semenanjung Korea

Juche Disebut juga “Self Reliance” dan merupakan Ideologi paling utama yang diterapkan dalam setiap kegiatan pemerintahan di Korea Utara yang disusun oleh Kim Il Sung pada pertengahan tahun 1950an sebagai usaha untuk menjadikan Korea Utara menjadi Negara yang mandiri. Ide dari Juche sendiri terdiri dari tiga hal pokok yakni Chaju, Charip, dan Chawi

Kansong Taeguk Juga bisa disebut sebagai“Strong and prosperous state” yakni sebuah slogan bagi Korea Utara untuk mewujudkan serta memajukan statusnya sebagai Negara


(17)

xvii

yang kuat secara militer serta ekonomi dimasa yang akan datang

Songun Biasa juga disebut sebagai “Military first” atau Militer yang paling utama. Songun sendiri ialah sebuah ide yang dikeluarkan oleh Kim Jong Il pada sekitar akhir tahun 1990an untuk memastikan KPA sebagai tokoh utama dan terpenting dalam urusan Politik dan Ekonomi.

Xenophobia Perasaan takut serta benci terhadap orang asing atau sesuatu hal yang berkaitan dengan asing. Xenophobia yang dialami oleh Korea Utara ialah perasaan benci terhadap budaya serta orang barat khususnya Amerika Serikat


(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Mas’oed, Mochtar. 1989. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas - Studi Sosial Universitas Gajah Mada

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin dan Metodologi).

Jakarta: LP3ES

E-Book/ E-Jurnal :

_____overviewn East Asia in 2010.didownload dari

http://www.nids.go.jp/english/publication/east-asian/pdf/2011/east-asian_e2011_overview.pdf pada 12/10/2013 pukul 19.00 wib.

______Chapter 4: The Korean Peninsula:” Nuclear Weapons State” North Korea Aiming to Become an Economic Power, ROK Seeking Active Detterence Capabiliy, East Asian Strategic Review 2013

Asia Report N0168. 2009. North Korea’s Nuclear And Missile Programs, 18 Juni., International Working Group

Beal, Tim. Fire Fight at Yeonpyeong: the Manufacturing of Crisis. Korean Brinkmanship, American Strategic Paralysis, and the road to war. Manufacturing Crisis

Cha ,Victor. 2013. US - Korea Relations: Political Change and a Rocket Launch. Georgetown University/CSIS. Januari 2013. Melalui http://csis.org/files/publication/1203qus_Korea.pdfpada 18/12/2013 pukul 19.38 wib

Chan, Jeremy. 2010. The Incredible Shrinking Crisis: The Sinking of the Cheonan and Sino-Koran Relations, SAIS. US-Korea Yearbook, John Hopkins University: US-Korea Institute.


(19)

xix

Chanlett-Avery ,Emma. Ian E.Rinehart. North Korea: US. Relations, Nuclear Diplomacy, and Internal Situation. Congressional Research Service. 13 September 2013. Melaluihttp://www.fas.org/sgp/crs/nuke/R41259.pdf pada 19/12/13 pukul 21.50 wib

Cordesman, Anthony H. 2011. The Korean Military Balance: Comparative Korean Forces and the Forces of Key Neighboring State..CSIS Journal.http://csis.org/files/publication/110712_Cordesman_KoreaMilBalan ce_WEB.pdf 18/08/2013

D. Cha, Victor. 2011. The End of History:” Neojuche Revivalism” and Korean Unification, Elsevier Limited on behalf of Foreign Policy Research Institute Department of Defense USA.2012. Military And Security Developments Involving

The Democratic People’s Republic of Korea. Annual Report to Congress.Melalui

http://www.defense.gov/pubs/Report_to_Congress_on_Military_and_Securi ty_Developments_Involving_the_DPRK.pdf pada 18/09/13 pukul 13.35 wib. E. Bechtol Jr, Bruce. 2012. Maintaining a Rogue Military: North Korea’s Military

Capabilities and Strategy at the End of the Kim Jong-il Era, International Journal of Korean Studies Vol. XVI No. 1, Angelo State University,

E. Bechtol Jr. Ph.D, Bruce. 2013. The North Korean Millitary Under Kim Jong-un Evolved or Still Following a Kim Jong-il Script?, Angelo State University : International Journal of Korean Studies Vol. XVII

E. Bechtol, Jr., Ph.D, Bruce. 2012. Development in the North Korean Asymmetric Threath: Missiles and Electronic Warfare, International Journal of Korean Studies Vol. XVI, No.2 Angelo State University

E.Gause Ken, North Korea Calculus in the Maritime Environment: Covert Versus Over Provocations, Juli 2013. CNA didownload dari


(20)

xx

Felician , Stefano. North and South Korea: A Frozen Conflict On the Verge of Unfreezing?. Instituto Affari Internazionali (IAI) Working Paper 11|24-August 2011. Melalui http://www.iai.it/pdf/DocIAI/iaiwp1124.pdf pada 18/12/2013

FIDH (International Federation of Human Right).September 2012.The Death Penalty in North Korea “In the Machinery of a Totalitarian Country”.Melalui http://www.fidh.org/IMG/pdf/en-report-northKorea-high-resolution.pdfpada 12/10/2013 pukul 19.40 wib

French, Paul. 2005. North Korea The Paranoid Peninsula: a Modern History, Zed Books Ltd: New York

Gause , Ken E. North Korea Leadership Dynamics and Decision Making under Kim Jong Un: A first year assessment. September 2013. CNA Strategic

Studies. Melalui

http://www.cna.org/sites/default/files/research/NK_Leadership_Dynamics.p df pada 12/12/2013 pukul 13.49 wib.

Gause , Ken E. North Korea Leadership Dynamics and Decision Making under Kim Jong Un: A Second year assessment. Maret 2014. CNA Strategic Studies.

Hamm, Taik-Yong. 2001. Arming The Two Koreas, State, Capital, And Military Power.Routledge: New York, USA

Han-Bum, Cho.Kim Jong Un Regime: Reorganization of Power and Diagnosis of Crisis Factors. Korea Institute for National Unification 1307. Hancheonro (Suyudong) Gangbuk-gu Seoul 142-178. Melalui http://www.kinu.or.kr/upload/neoboard/DATA01/co12-23(E).pdf pada 19/12/13 pukul 21.52 wib

Holsti, Ole.R. The Belief System and National Images: a case study. Conflict Resolution Journal Volume VI Number 3. Department of Political Science, Stanford University.


(21)

xxi

Hong Nack, Kim Ph.D. 2012. The Kim Jong-Un Regime’s Survival Strategy and Prospect for the Future of North Korea. International Journal of Korean Studies.Vol.XVI, No.2.West Virginia University. Melalui http://www.icks.org/publication/pdf/2012-FALL-WINTER/5.pdf pada 19/12/2012 pukul 21.51 wib.

J. Erlendson, Jennifer. 2013. North Korea Strategic Strategy: Combining Conventional Warfare with the Asymmetric Effects of Cyber Warfare, Faculty of Ultica Collage

J.R. Revere, Evans. Facing The Facts: Towards a New U.S. North Korea Policy, 2013, The Brookings Institution Center for Northeast Asian Policy Studies: Washington.DC

Kim Jong Un, Pidato. Comrade Kim Jong Un’s New Year Address 2014. didownload dari http://www.dk-korea.dk/papir/kimjungun2014.pdf pada 09 Mei 2014 pukul 16.04 wib.

Kim Jong Un’s Speech at the Kim Il Sung Centennial Celebration 15 April 2012 di akses melalui www.ncnk.org/resources/new-items/kim-jong-uns-speeches-and-public-statements-1 pada 12 Juni 2013 pukul 21.01 wib

Kim Jong Un’s Speech at the Kim Il Sung Centennial Celebration 15 April 2012, di aksesmelalui www.ncnk.org/resources/new-items/kim-jong-uns-speeches-and-public-statements-1pada 12 Juni 2013 pukul 21.01 wib

Kim Jong Un’s Speech at the Kim Il Sung Centennial Celebration 15 April 2012, di akses melalui www.ncnk.org/resources/new-items/kim-jong-uns-speeches-and-public-statements-1pada 12 Juni 2013 pukul 21.01 wib

Klinger, Bruce. The US Should Support New South Korean President’s Approach North Korea, BACKGROUNDER No. 2789, 11 April 2013, The Heritage Foundation Leadership for Amerika.

Korean Central News Agency (KCNA), Kim Jong Un Calls for Holding Kim Jong Il in High Esteem as General Secretary of WPK Forever, Pyongyang 19


(22)

xxii

April., di akses melalui www.ncnk.org/resources/new-items/kim-jong-uns-speeches-and-public-statements-1pada 12 Juni 2013 pukul 21.01 wib

Kwang Ho, CHUN. Korean Peninsula: After Cheonan Warship Sinking and Yeonpyeong Incidents, University of London

Kyo-Duk, Lee. Study On the Power Elite of Kim Jong Un Regime, Study Series 13-01, Korea Institute for National Reunification (KINU): Seoul, South

Korea, July 2013, didownload dari

http://www.kinu.or.kr/upload/neoboard/DATA05/ss13-011.pdf pada 09/04/2014 pukul 11.30 wib.

Library of Congress – Federal Research Division.July 2007.Country Profile: North Korea. Melalui http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/North_Korea.pdf pada 08/05/2012 pukul 17.01wib

Mansourov, Alexanre Y. 2013. Kim Jong Un’s First 500 Days: Consolidating Power and Clearing Political Space for National Revival. International Journal of Korean Unificaton Studies.Vol.22, No. 1. 81-108. Melalui http://www.kinu.or.kr/upload/neoboard/DATA03/22-1-4_Mansourov.pdf pada 01/12/2013 pukul 13.50 wib

Medalia, Jonathan, North Korea’s 2009 Nuclear Test: Containtment, Monitoring, Implications. 2010. CRS Report Of Congress. didownload dari Http://Www.Fas.Org/Sgp/Crs/Nuke/R41160.Pdf pada 04/11/2013 Pukul 13.26 Wib

Mi Terry, Sue, Ph.D, North Korea’a Strategic Goals and Policy towards the United States and South Korea. 2013, Columbia University Weatherhead East Asian Institute, International Journal of Korean Studies. Vol.XVII, No.2.

Panda, Rajaram, North Korea’s Artillery Attack on Yeonpyeongdo: Responses and Implications. 30 November 2010, IDSA ISSUE BRIEF


(23)

xxiii

Pinkston, Daniel. A.. 2008. The North Korean Balistic Missile Program.Journal Februari 2008

Port, Bryan.Strategic Digest: United Nations Command U.S-ROK Combined Forces Command U.S Forces Korea “Forward Together”, Spring 2014 Rose, Gideon, Neo Classical Realism and Theories of Foreign Policy , World

Politics,Vol: 51, No. 1 (Okt. 1998), pp. 144-172

Sakata, Yasuko. 2006. The Western Pacific Collective Security Concept And Korea In The Eisenhower Years: The US-South Korea Alliance As An Asia-Pasific Alliance,SHAFR Annual Meeting, Juni 23-25 2006.

Schlosser, Anne-Marie.Japan-North Korea Relations: Major Issues, Future Prospect and the Impact on East Asian Security, The University of the Witwatersrand

Scobell, Andrew & John M. Sanford, April 2007. North Korea’s Military Threat:

Pyongyang’s Conventional Forces, Weapons Of Mass Destruction, And Ballistic Missiles. Strategic Studies Institute, Carlisle.

Shulong, Chu & Lin Xinzhu. 2008. The Six Party Talks: A Chinese Perspective, Asian Perspective, Vol. 32, No. 4.

Sung Chull, Kim. 2006. North Korea Under Kim Jong Il; From Consolidation to Systemic Dissonance. Albany: State University of New York Press

Worden, Robert.L.. 2008. North Korea: A Country Study, Edisi 5, , Library Of Congress: Federal Reseach Division, didownload dari Http://Icweb2.Loc.Gov/Frd/Cs/Kptoc.Html Pada 04/04/2014 Pukul 15.56 Wib

Yong Soo, Park. 2014. Policies and Ideologies of the Kim Jong-Un Regime in North Korea: Theoritical Implications, Asian Studies Review Vol. 38, No. 1, 1-14, RoutledgeTylor& French Group


(24)

xxiv

Yoon , Seoyeon . Kyunghan Lim. 2013. North Korea’s National Security Strategy and It’s Implications for South Korea. Asian Journal for Social Sciences & Humanities. Vol.2 No.2. http://www.ajssh.leena-luna.co.jp/AJSSHPDFs/Vol.2(2)/AJSSH2013(2.2-16).pdf 19/12/2013 Zhicqun, Zhu, The Sinking of the Cheonan, the Shelling of Yeonpyeong and and

China-North Korea Relations, East Asian Policy

Thesis/Master Thesis/ Disertasi :

Aji, GalihWisnu. 2013. Kebijakan Self Defense Korea Utara Dalam Upaya Mengatisipasi Invasi Militer Amerika Serikat Pasca Peristiwa 11 September 2011. Universitas Muhammadiyah Malang.

Pradana, HafidAdim (07260063). 2011. Peningkatan Agresifitas Politik Luar Negeri Israel Terhadap Palestina dalam Periode Pemerintahan Benjamin Netanyahu, tahun 2009-2010. UniversitasMuhammadiyah Malang.

Prasojo (0706187792). 2009. Transformasi Kompleks Keamanan Di Semenanjung Korea (1991-2003): Aplikasi Teori Kompleksitas Keamanan Regional, Universitas Indonesia: Jakarta

Reiby, Audun. May 2012. Public Opinion and US China Policy: A Quantitative Analysis of the Relationship between America Public Opinion and America Policy toward China, 1990-2004. University of Oslo.

Yamaguchi, Ryo Hinata. Ph.D. 2012. Military Capability Management In the Democratic People’s Republic of Korea: The Impact of Domestic Situational and Structural Factors on Military Capability and Strategy. The University of New South Wales.

Berita:

___ Kim Jong Un speak at Banquet for Celebrating August 25, The Pyongyang Times No. 35, September 1, Juche 101 2012.


(25)

xxv

Antara News, Januari 2014. Laporan: Korut ancam serang pulau terdepan Korea

Selatan”. Diakses melalui

www.antaranews.com/berita/409825/laporan-korut-ancam-serang-pulau-terdepan-korsel

BBC Indonesia, KTT Nuklir Bahas Pemberantasan Terorisme. Senin 26/04/2012

pukul 07.08 Wib. Di akses dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/03/120325_nuclearsummit.sht ml pada 13/04/2012 pukul 17.00 Wib

Choe Sang-Hun dan Martin Fackler. North Korea’s Heir Apparent Remains a Mistery. New York Times June 15, 2009. Melalui www.nytimes.com/2009/06/15/world/asia/15kim.html?_r=1&ref=kimjongu n pada 25/04/2014 pukul 12.02 wib

Choe Sang-Hun, North Korea Launches Two Midrange Missiles, The New York

Times, 25 Maret 2014 diakses melalui

http://mobile.nytimes.com/2014/03/26/world/asia/north-korea-launches-two-midrange-missiles.html_r=0&referrer= pada 29 April 2014 pukul 14.23 wib

Entin Supriati. Berita SATU. Tutupi Rasa Malu, Korea Akan Uji Coba Bom Nuklir. Jumat 13 April 2012 Pukul 16.23. Diakses tanggal 13 April 2012 Pukul 18.07 Wib dari http://www.beritasatu.com/asia/42388-tutupi-rasa-malu-korut-akan-uji-coba-bom-nuklir.html

Jonathan Capehart, North Korea’s Racist Rant Against „Wicked Black Monkey’ Obama, Washington Post, 08 May 2014 diaksesmelalui http://www.washingtonpost.com/blogs/post-partisan/wp/2014/05/08/north-koreas-racist-rant-against-wicked-black-monkey-obama/ pada 15/05/2014 Melalui www.tempo.co/read/news/2014/01/02/118541589/Tekad-Kim-Jong-Un-2014-Memperkuat-Militerpada 04/12/14 pukul 17.33 wib.

Natalia Santi. Tekad Kim Jong Un 2014: MemperkuatMiliter. Tempo, kamis 02 Januari 2014.


(26)

xxvi

Rob York. The Early Life of North Korea’s Supreme Leader Kim Jong Un, as Told

by His Family’s Sushi Chef. Global Post, January 16, 2014. 08:14. Melalui www.globalpost.com/dispatches/globalpost-blogs/groundtruth/kim-jong-un-early-life-north-koreapada 07/05/2014 pukul 14.06 wib.

Tania Branigan, the North Korea Labels South’s President as “Crafty Prostitute” after Obama visit, The Guardian, 27 April 2014, 16.30 BTS diakses melalui http://www.theguardian.com/world/2014/apr/27/north-korea-attacks-south-president-park-geun-hye-obamapada 15/05/2014

The Chosun Ilbo. Classmates Recall Kim Jong-Un’s Basketball Obsession. July

17, 2009. Melalui

http://www.English.chosun.com/site/data/html_dir/2009/07/17/2009071700 693.html pada 25/04/2014 pukul 14.56 wib.

The Indian Express, North Korean Leader; Kim Jong-Un Says Nuclear Weapons Guarantee Peace, Selasa 02 April 2013 Pukul 09.52 Hrs. diaksesmelalui Http://Www.Indianexpress.Com/News/North-Korean-Leader-Kim-Jongun-Says-Nuclear-Weapons-Guarantee-Peace/1096534/ pada Sabtu, 13 April 2013 Pukul 22.34 wib


(27)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Democratic People’s Republic of Korea (DPRK: Choson Minjujuui Inmin Konghwaguk) atau lebih dikenal dengan Korea Utara merupakan salah satu Negara di kawasan Asia Timur yang menganut sistem Single party yakni Korean Worker’s Party (KWP) yang berdiri sejak 30 Juni 1949 dan dipimpin oleh rezim dictator totalitarian.Korea Utara secara resmi berdiri pada tanggal 09 September 1948 dengan Pyongyang sebagai ibu kota Negara.1

Sebelum berdiri sebagai suatu Negara, Korea Utara merupakan satu kesatuan dengan Korea Selatan hingga pada akhirnya terpisah setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada saat itu, wilayah Utara dikuasai oleh Unit Soviet dan di wilayah Selatan dikuasai oleh Amerika Serikat. Hal ini menandai masuknya Perang Dingin ke semenanjung Korea, dimana Korea Utara beraliansi dengan blok timur sedangkan Korea Selatan beraliansi dengan blok barat.2

Semenjak berdiri hingga saat ini, Korea Utara telah mengalami tiga kali pergantian pemimpin yakni Kim Il Sung memimpin dari tahun 1945-1994, Kim Jong Il memimpin dari tahun 1994-2011, dan Kim Jong Un dari tahun 2011-sekarang. Meskipun demikian, sistem kepemimpinan dari satu pemimpin ke

1

____The Death Penalty in North Korea: “In the Machinery of a Totalitarian Country”, FIDH (International Federation of Human Right), September 2012, hal. 07 didownload dari http://www.fidh.org/IMG/pdf/en-report-northKorea-high-resolution.pdf pada 12/10/2013 pukul 19.40 wib

2

____Country Profile: North Korea, Library of Congress – Federal Research Division, July 2007, hal. 04 didownload dari http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/North_Korea.pdf pada 08/05/2012 pukul 17.01 wib


(28)

2 penggantinya tidak terlalu jauh berbeda. Misalnya saja, transisi politik dari Kim Jong Il dengan sistem pemerintahan yang terpusat pada satu pemimpin ke sebuah sistem pemerintahan totalitarian yang lebih kompleks masih terus berlanjut hingga masa Kim Jong Un.3

Meski demikian, kepemimpinan dari Kim Jong Il ke Kim Jong Un banyak melahirkan spekulasi dari berbagai pihak mengenai masa depan Korea Utara dibawah rezim yang baru. Mengingat usia Jong Un yang masih muda dan dianggap tidak memiliki pengalaman dalam hal politik pemerintahan serta militer.4 Hal tersebut pada akhirnya membawa kepemimpinan politik di Korea Utara menjadi sangat sulit untuk diprediksi di masa yang akan datang.5 Selain itu, sebagai pemimpin yang baru Kim Jong Un tentu akan mendapatkan banyak tantangan baik dari dalam negeri maupun internasional dan salah satu yang akan menjadi ancaman bagi rezim Kim Jong Un ialah aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat di kawasan.6 Seperti yang dikatakan oleh Ken. E. Gause bahwa:

“There is no country North Korea fears more than the United States […] The United States provides the backbone to the security of South Korea, including an extended nuclear umbrella. As long as US forces remain on the Korean Peninsula, North Korea will feel under

3

Alexanre Y. Mansourov, Kim Jong Un’s First 500 Days: Consolidating Power and Clearing Political Space for National Revival,International Journal of Korean Unificaton Studies, Vol.22, No. 1. 2013. 81-108, hal. 81

didownload dari http://www.kinu.or.kr/upload/neoboard/DATA03/22-1-4_Mansourov.pdf pada 01/12/2013 pukul 13.50 wib.

4

Hong Nack Kim, Ph.D, The Kim Jong-Un Regime’s Survival Strategy and Prospect for the Future of North Korea, International Journal of Korean Studies Vol.XVI, No.2 tahun 2012, West Virginia University, hal.82 didownload dari http://www.icks.org/publication/pdf/2012-FALL-WINTER/5.pdfpada 19/12/2012 pukul 21.51 wib.

5

Alexanre Y. Mansourov., op.cit, hal.81

6

Stefano Felician, North and South Korea: A Frozen Conflict On the Verge of Unfreezing?, Instituto Affari Internazionali (IAI) Working Paper 11|24-August 2011, hal. 09 didownload dari http://www.iai.it/pdf/DocIAI/iaiwp1124.pdfpada 18/12/2013


(29)

3 immediate threat. It is the paranoia that has driven much of North Korea’s decision making on national security for over 60 years”.7

Oleh karena itu, masalah yang berkaitan dengan isu keamanan masih akan mendominasi pemerintahan Kim Jong Un yang salah satunya tentu akan terfokus padaaliansi Korea Selatan-Amerika Serikatyang selama ini selalu dianggap sebagai sebuah ancaman bagi keamanan danjuga keberlangsungan rezim Korea Utara. Mengingat, Korea Utara sendiri merupakan Negara yang kecil dan tidak memiliki kekuatan yang lebih besar dari aliansi. Sehingga, sangat penting bagi Korea Utara untuk membuat kebijakan keamanan yang mampu untuk melindungi Negara serta pemerintahannya dari ancaman aliansi tersebut.

Dalam hal pengambilan kebijakan Negara yang menganut sistem kepemimpinan terpusat seperti halnya Korea Utara, maka kepribadian dari pemimpin, perilaku, serta gaya kepemimpinan dapat berdampak pada pengambilan kebijakan yang ada.8 Melihat pada latar belakang pendidikan Eropa dan usia yang masih sangat muda sebagai seorang pemimpin Negara, Kim Jong Un memiliki gaya yang berbeda dengan pendahulunya dalam hal memimpin. Kim Jong Un memiliki kepribadianyang lebih terbuka dan sering muncul dalam ruang publik serta memeluk rakyatnya. Selain itu, Kim Jong Un pun tidak canggung mengenalkan istrinya ke ruang publik.9 Namun, yang paling banyak mengejutkan dunia internasional ialah keputusan Kim Jong Un untuk mengeksekusi pamannya

7

Ken E. Gause, North Korea Leadership Dynamics and Decision Making under Kim Jong Un: A first year assesment, CNA Strategic Studies, September 2013, hal. 140 didownload dari http://www.cna.org/sites/default/files/research/NK_Leadership_Dynamics.pdf pada 12/12/2013 pukul 13.49 wib.

8

Ibid., hal. 122

9

Emma Chanlett-Avery.Ian E.Rinehart, North Korea: US. Relations, Nuclear Diplomacy, and Internal Situation, Congressional Research Service, 13 September 2013, hal. 11 didownload melalui http://www.fas.org/sgp/crs/nuke/R41259.pdf pada 19/12/13 pukul 21.50 wib


(30)

4 yakni Jang Song-Taek yang selama ini dipercaya oleh Kim Jong Il serta menjadi salah satu orang yang mendukung Kim Jong Un sebagai pemimipin.10 Hal ini membuktikan bahwa Kim Jong Un mulai berusaha untuk menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya sebagai pemimpin Korea Utara.

Selama kurang dari tiga tahun kepemimpinannya, Kim Jong Un melakukan kebijakan keamanan dengan meningkatkan kekuatan militer serta melakukan tindakan-tindakan yang lebih provokatif dan agresif. Hal tersebut dapat ditunjukkan ketika Korea Utara melakukan tindakan provokasi dengan melakukan peluncuran Missil pada 13 Maret2012 sebagai bentuk penghargaan atas perayaan 100th kelahiran Kim Il Sung, namun peluncuran tersebut gagal dan untuk mengatasi rasa malu karena kegagalan yang sempat dialami sebelumnya, Korea Utara pada 12 Desember 2012 melakukan peluncuran roket long-range Unha-3. Rocket tersebut diluncurkan dari tempat peluncuran Dongchang-ri yang berlokasi di pesisir pantai barat Korea Utara.11 Kemudian pada bulan februari 2013 Korea Utara kembali melakukan uji coba Nuklir bawah tanah, yang mana hal tersebut dianggap sebagai bentuk penegasan atas perlawanan terhadapaliansi Korea Selatan-Amerika Serikat.12

Melalui kebijakan keamanan yang lebih provokatif dan agresif dengan melakukan pengembangan persenjataan serta kekuatan militer tersebut, Kim Jong Un ingin menunjukkan kepada aliansi bahwa Korea Utara bukan Negara yang

10

Jang Song Taek sendiri ialah orang terkuat kedua dalam pemerintahan Korea Utara setelah Kim Jong Un

11

Victor Cha, 2013, US-Korea Relations: Political Change and a Rocket Launch, Georgetown

University, CSIS Januari 2013, hal. 01, didownload dari

http://csis.org/files/publication/1203qus_Korea.pdfpada 18/12/2013 pukul 19.38 wib

12


(31)

5 bisadipandang remeh. Dengan kata lain, kebijakan keamanan Korea Utara merupakan simbol atau image untuk menunjukkan kekuatan kepada aliansi Amerika Serikat dan Korea Selatan. Selain itu, bagi Kim Jong Un yang merupakan pemimpin baru serta diragukan oleh banyak kalangan, hal tersebut bisa digunakan sebagai ajang untuk menunjukkan kekuatannya. Seperti yang dilangsir dalam pidato tahun baru Kim Jong Un pada 01 Januari 2014, Kim Jong Un mengatakan akan terus memperkuat kemampuan militer karena memperkuat pertahanan ialah hal yang paling penting dalam urusan Negara, martabat, kebahagiaan, dan perdamaian rakyat dan semua hal tersebut tergantung pada persenjataan yang kuat. 13

Hal tersebut cukup membuktikan bahwa selama kurang dari tiga tahun kepemimpinan Kim Jong Un, aspek militer masih menjadi perhatian utama Korea Utara. Berbeda dengan Kim Jong Il yang lebih fokus pada aspek ekonomi, Kim Jong Un lebih tertarik dalam aspek militer. Hal tersebut mengindikasikan adanya ketergantungan atas kekuatan militer untuk menstabilkan kekuatan serta keamanan dari Korea Utara di masa yang akan datang.14Oleh karena itu, dari latar belakang tersebut penulis mengangkat judul yakni “Kebijakan Keamanan Korea Utara Pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un atas Aliansi Korea

Selatan-Amerika Serikat”.

13

Natalia Santi, Tekad Kim Jong Un 2014: Memperkuat Militer, Tempo, kamis 02 Januari 2014. diakses dari www.tempo.co/read/news/2014/01/02/118541589/Tekad-Kim-Jong-Un-2014-Memperkuat-Militerpada 04/12/14 pukul 17.33 wib.

14

Cho Han-Bum, Kim Jong Un Regime: Reorganization of Power and Diagnosis of Crisis Factors, Korea Institute for National Unification 1307, Hancheonro (Suyudong) Gangbuk-gu Seoul 142-178, hal. 02 didownload dari http://www.kinu.or.kr/upload/neoboard/DATA01/co12-23(E).pdf pada 19/12/13 pukul 21.52 wib


(32)

6 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis menetapkan bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialahMengapa kebijakan keamanan Korea Utara pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un agresif dan provokatif atas aliansi Korea Selatan-Amerika

Serikat?”.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui mengapa kebijakan keamanan Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un agresif dan provokatif atas aliansi Korea Selatan-Amerika Seriakat.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Mengetahui kebijakan keamanan Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un atas eksistensi atau adanya aliansi antara Korea Selatan-Amerika Serikat di Semenanjung Korea.

1.4.2 Manfaat Akademis

1. Tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar S-I Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

2. Menerapkan teori dan konsep untuk menganalisa kebijakan keamanan Korea Utara yang agresif dan provokatif pada masa Kim Jong Un atas aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat


(33)

7 3. Menjadi salah satu refrensi atau sumber rujukan bagi teman-teman mahasiswa dan seluruh kalangan dalam meniliti kasus yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini.

1.5Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pertama ialah skripsi dari Galih Wisnu Aji(09260079) yang berjudul Kebijakan Self Defense Korea Utara Dalam Upaya Mengantisipasi Invasi Militer Amerika Serikat Pasca Peristiwa 11 September 2001. Dalam skripsi yang dibuat tahun 2013 tersebut, Galih menjelaskan bahwa kebijakan proliferasi nuklir Korea Utara dilakukan sebagai cara untuk melindungi diri dari potensi ancaman militer Amerika Serikat. Dengan kata lain ialah Korea Utara menggunakan senjata nuklirnya sebagai bentukdetterence. Hal tersebut diperkuat setelah Amerika membuat kebijakan global war on terrorism pasca tragedi 11 September 2001 yang lalu. Dalam kebijakannya tersebut, Amerika Serikat menggolongkan Korea Utara kedalam Negara-negara poros setan atau exis of evil.15Sebutan tersebut disematkan kepada Korea Utara karena Korea Utara memiliki senjata uranium dan nuklir yang mana dalam hal ini Amerika Serikat khawatir akan digunakan untuk membantu teroris dalam melawan Amerika Serikat mengingat selama ini Korea Utara dan Amerika Serikat memiliki hubungan yang tidak baik.

Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah memiliki persamaan pada topik besarnya yakni sama-sama membahas mengenai masalah kemanan Korea Utara dan sama-sama menggunakan jenis penelitian eksplanatif.

15

Galih Wisnu Aji, Kebijakan Self Defense Korea Utara Dalam Upaya Mengatisipasi Invasi Militer Amerika Serikat Pasca Peristiwa 11 September 2011, 2013, Universitas Muhammadiyah Malang.


(34)

8 Namun, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah jika penelitian terdahulu unit eksplanasinya ialah Amerika Serikat dan batas waktunya ialah pada masa pemerintahan Kim Jong Il dan pasca 9/11, maka penelitian yang baru akan membahasa mengenai kebijakan keamanan Korea Utara pada masa Kim Jong Un serta yang menjadi Unit Eksplanasinya ialah mengenai sistem Keyakinan dari Kim Jong Un sebagai pemimpin Negara. Selain itu dari sisi teknik analisa pun berbeda, yangmana jika penelitian terdahulu menggunakan teknik analisa deduktif yakni penelitian dilakukan dengan melihat pada teori terlebih dahulu, maka penelitian yang baru lebih menggunakan teknik analisa induktif yakni melihat fenomena terlebih dahulu kemudian disesuaikan dengan teori. Terdapat perbedaan teori yang digunakan dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang baru yakni jika penelitian terdahulu menggunakan Nuclear Deterrence serta Self Defense Theory untuk menjelaskan dari sisi Korea Utara, maka dalam penelitian yang baru peneliti akan menjelaskan mengenai kebijakan keamanan Kim Jong Un dengan melihat pada persepsi dari Kim Jong Un itu sendiri dalam membuat kebijakan sehingga dalam hal ini peneliti menggunakan teori persepsi dari Ole. R. Holsti.

Penelitian terdahulu yangkedua ialah penelitian dari Anthony H. Cordesman yang berjudul The Korean Military Balance: Comparative Korean Forces and the Forces of Key Neighboring States dalam jurnal CSIS (Center for Strategic and International Studies) Juli 2011. Dalam jurnalnya, Cordesman menjelaskan bahwa setiap aktor yang melakukan perimbangan pada dasarnya memiliki kekuatan dan pengeluaran militer yang berbeda-beda. Namun,


(35)

9 perimbangan atau balancing akan menjadi sangat menarik karena kedua Korea memiliki pendukung masing-masing di dalam kawasan yang mana kekuatan dari pendukung masing-masing Negara juga sangat dipertimbangkan sebagai sebuah bentuk power balancing.

“The balance of DPRK and ROK “conventional” forces cannot be separated from the role of United States forces would play in a conflict, from japan’s willingness to support United States basing and staging into Korea, and from the role China would play in trying to limit any threat to DPRK as a buffer state”16

Selain itu, Cordesman juga menjelaskan bahwa dalam hal perimbangan kekuatan senjata konvensional, Korea Selatan mungkin memiliki keunggulan dalam kualitas namun Korea Utara memiliki kunggulan dalam hal kuantitas.17Persamaan antara penelitian terdahulu yang kedua dengan penelitian yang baru ialah sama-sama membahas mengenai masalah keamanan Korea Utara.Selain itu, baik penelitian sebelumnya maupun penelitian yang sedang diteliti keduanya sama-sama melihat bahwa antara Korea Utara dan Selatan pada dasarnya melakukan kegiatan perimbangan kekuatan. Namun, yang membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang tengah dilakukan saat ini ialah jika penelitian terdahulu hanya menjelaskan mengenai perimbangan kekuatan antara Korea Utara dengan Korea Selatan, maka dalam penelitian yang baru peneliti akan memfokuskan pada perimbangan kekuatan Korea Utara terhadap aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat, selain itu penelitian yang baru akan lebih fokus atas kebijakan keamanan Korea Utara pada masa Kim Jong Un serta

16

Anthony H. Cordesman, TheKorean Military Balance: Comparative Korean Forces and the Forces of Key Neighboring State, CSIS Journal 2011.

17


(36)

10 persepsi Kim Jong Un terhadap aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat dengan menggunakan teori persepsi dari Ole. R. Holsti. Jika dilihat dari jenis penelitian, maka yang berbeda ialah jika penelitian terdahulu menggunakan metode deskriptif maka penelitian yang baru menggunakan metode eksplanatif.

Penelitian terdahulu yang ketiga ialah penelitian dari Ryo Hinata Yamaguchi, Ph.D yang berjudul Military Capability Management In the

Democratic People’s Republic of Korea: The Impact of Domestic Situational and Structural Factors on Military Capability and Strategy. Dalam penelitiannya

tersebut, Ryo Hinata menjelaskan bahwa pengolahan manajemen militer di Korea Utara banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor dan juga berbagai pertimbangan baik itu yang berasal dari internal Korea Utara sendiri maupun eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal tersebut ialah berasal dari aspek politik dan ekonomi di dalam rana domestik Korea Utara yang berarti bahwa politik dan ekonomi memberikan pengaruh dalam perencanaan strategis Korea Utara.

Faktor lain yang memberikan pengaruh besar terhadap kapabilitas dan manajemen militer di Korea Utara ialah berasal dari faktor eksternal yakni bisaberupa ancaman keamanan dari sekitarnya. Hal ini terlihat bahwa Korea Utara menganggap jika keamanan kawasan tidaklah pasti dan akan memungkinkan setiap Negara untuk saling berkompetisi satu dengan yang lainnya dalam qualitative arm race modernization. Dalam kasus ini, Korea Utara memiliki masalah serius dalam mengatur kapabilitas militernya, sembari Negaranya harus dihadapkan pula pada masalah ekonomi yang sangat ekstrim.


(37)

11 Persamaan antara penelitian terdahulu ketiga dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini ialah sama-sama membahas mengenai kondisi domestik Korea Utara. Selain itu, kedua penelitian memiliki metode penelitian yang sama yakni eksplanatif. Namun yang membedakan ialah jika penelitian terdahulu lebih menekankan bahwa pengelolaan militer atau keamanan Korea Utara banyak dipengaruhi oleh faktor Internaldan Eksternal, maka penelitian yang baru akan meneliti mengenai mengapa kebijakan keamanan di Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un terhadap aliansi Amerika Serikat dan Korea Selatan menjadi cenderung lebih agresif dan provokatif dengan lebih melihat pada persepsi dari Kim Jong Un sendiri terhadap aliansi tersebut.

Penelitian terdahulu yang keempat ialah Asian Journal for Social Sciences & Humanities Vol.2 No.2 Mei 2013 dari Seoyeon Yoon dan Kyunghan Lim yang berjudul North Korea’s National Security Strategy and It’s Implications for South Korea. Dalam penelitiannya, yoon dan lim menjelaskan bahwaKorea Utara berusaha untuk mempertahankan hegemoni rezim Kim dengan mempertahankan dan berpaku pada ideologi Juche (Self-reliance). Juche sendiri merupakan sebuah nilai yang sangat penting untuk mendukung agenda nasional Korea Utara seperti halnya Songun (Military first Policy). Bagi Korea Utara, yang paling penting dalam mempertahankan kepentingan Negaranya ialah dengan meningkatkan kemanan nasionalnya. Seperti yang telah dijelaskan dalam


(38)

12 penelitian sebelumnya yakni “Being the only divided country in the world, North Korea’s first national interest wiil be national security”.18

Ancaman yang dimaksudkan sendiri dapat berasal dari ancaman internasional dan juga domestik. Ancaman yang berasal dari Internasional antara lain ialah berkaitan dengan masalah Ekonomi dan juga Militer. Sedangkan yang menjadi ancaman domestik ialah, kemungkinan adanya ketidakstabilan politik di dalam negeri Korea Utara mengingat banyak orang kelaparan dan hilangnya kepercayaan oleh sebagian orang terhadap pemerintahan Kim Jong Un. Hal ini tentu memberikan implikasi terhadap kebijakan Korea Selatan sebagai respon atas pergerakan yang dilakukan oleh Korea Utara. Dalam menanggapi strategi Korea Utara, Korea Selatan dapat membuat kebijakan dengan melalui tiga hal yakni Militer, Politik, dan Diplomasi.19

Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang baru ialah sama-sama menjelaskan mengenai kepentingan nasional dari Korea Utara pada masa Kim Jong Un. Selain itu, kedua penelitian juga memiliki pemikiran yang serupa bahwa salah satu yang menjadi kepentingan nasional dari Korea Utara ialah untuk melindungi rezim Kim itu sendiri. Namun, yang membedakan kedua penelitian ialah jika penelitian terdahulu menjelaskan mengenai bagaimana implikasi kepentingan nasional Korea Utara mempengaruhi strategi Korea Selatan, maka penelitian yang baru akan lebih condong untuk menjelaskan yang sebaliknya yakni bagaimana kebijakan keamanan Korea Utara terhadap tidak

18

Seoyeon Yoon & Kyunghan Lim,North Korea’s National Security Strategy and It’s Implications for South Korea, Asian Journal for Social Sciences & Humanities, Vol.2 No.2 2013, hal. 146 didowload dari http://www.ajssh.leena-luna.co.jp/AJSSHPDFs/Vol.2(2)/AJSSH2013(2.2-16).pdf pada 19/12/2013 pukul 21.54 wib

19


(39)

13 hanya Korea Selatan namun lebih kepada aliansi antara Korea Selatan dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini, penulis cenderung melihat pada Kebijakan keamanan Korea Utara atas aliansi yang lebih agresif dan provokatif yang dipengaruhi oleh persepsi dari Kim Jong Un.

Penelitian terdahulu kelima ialah penelitian dari Hong Nack Kim. Ph.D

dalam International Journal of Korean Studies Vol. XXI, No. 2 West Virginia University yang berjudul The Kim Jong Un Regime’s Survival Strategy and Prospects for the Future of North Korea. Dalam penelitiannya, Nack Kim menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang akan menjadi fokus dari rezim Kim Jong Un dimasa yang akan datang yakni masalah politik dalam negeri, ekonomi, dan hubungan dengan Korea Selatan. Mengenai masalah politik, tidak akan ada banyak perubahan dari sistem dan pola kebijakan yang ada, hanya saja Kim Jong Un sebagai pemimpin muda yang dianggap masih tidak terlalu berpengalaman harus mencari legitimasi dari rakyat dan juga elit pemerintahan. Dalam hal ekonomi, Kim Jong Un akan dihadapkan pada masalah ekonomi yang sangat berat, oleh karena itu diharapkan akan adanya perubahan pada rezim pemerintahan yang baru untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Sehingga, Pyongyang perlu adanya reformasi ekonomi dan membuka dirinya ke dunia internasional seperti halnya China pada masa Deng Xiaoping. 20

Dalam tulisannya penulis juga berpendapat bahwa tanpa adanya perubahan, rezim tidak akan bisa menyelesaikan masalah ekonomi dan juga untuk memperkuat legitimasi atas rezimnya, Kim Jong Un perlu merevitalisasi ekonomi

20

Hong Nack Kim, The Kim Jong Un Regime’s Survival Strategy and Prospects for the Future of North Korea, International Journal of Korean Studies Vol. XXI, No. 2, 2012, West Virginia University, hal. 103


(40)

14 Korea Utara sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup rakyatnya. Lebih jauh lagi, rezim Kim Jong Un harus melakukan perdamaian dengan Korea Selatan dengan membuang jauh-jauh pemikiran bahwa Korea Utara dapat menundukkan Korea Selatan dengan cara mengembangkan senjata Nuklir. Mengingat, selama Korea Selatan beraliansi dengan Amerika Serikat, hal tersebut tidak akan terjadi bagi Korea Utara untuk mengalahkan Korea Selatan dengan segala macam bentuk ancaman ataupun paksaan.21

Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini ialah kedua penelitian sama-sama memiliki persamaan topik bahasan. Selain itu, yang menjadi analisanya ialah sama-sama meneliti mengenai Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un. Meskipun demikian, yang membedakan antara penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian yang baru ialah jika penelitian yang terdahulu menjelaskan mengenai usaha Kim Jong Un agar tetap bertahan dari kemungkinan ancaman yang mungkin dihadapi dari berbagai hal, penelitian yang baru hanya akan memfokuskan penelitian pada kebijakan keamanan Korea Utara terhadap aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat pada masa Kim Jong Un yang cenderung lebih agresif serta berani dibandingkan dengan pendahulunya mengingat latar belakang Jong Un yang masih muda serta banyak yang menganggapnya masih belum berpengalaman maka kebijakan keamanan Korea Utara terhadap aliansi dapat menjadi sebuah pembangunan image atau pencitraan atas diri Kim Jong Un.

21


(41)

15 Penelitian terdahulu yang keenam ialah skripsi dari Hafid Adim Pradana (07260063) yang berjudulPeningkatan Agresifitas Politik Luar Negeri Israel Terhadap Palestina Dalam Periode Pemertintahan Benjamin Netanyahu Tahun 2009-2010.Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut ialah kedua penelitian sama-sama menggunakan pendekatan politik luar negeri dan mengguanakan Teori Leader Perception dari Ole Rudolf Holsti serta menggunakan konsep Agresifitas serta menggunakan jenis penelitian Eksplanatif dalam menjelaskan fenomena. Meskipun demikian banyak aspek yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu tersebut, yakni dari segi pembahasan kedua penelitian sendiri memiliki perbedaan yakni penelitian terdahulu tersebut fokus membahas mengenai Politik luar negeri Israel terhadap Palestina sedangkan penelitian ini fokus membahas mengenai Kebijakan keamanan Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un atas Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat.

Table 1.1 : Penelitian Terdahulu

No Pengarang (Judul) Pendekatan/Teori Konsep (Methodology) Hasil

1 Galih Wisnu Aji (09260079), Skripsi, Jurusan Hubungan

Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang,2013. (Kebijakan Self Defense Korea Utara Dalam Upaya

Mengantisipasi

Nuclear Deterrencedan National Defense (Eksplanatif)

Program pengembangan Nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara ialah tidak lain sebagai bentuk untuk atas National Interest mereka yang mana mereka akan mempergunakan kekuatan nuklir sebagai senjata yang ampuh untuk mempertahankan Negaranya kemungkinan serangan Amerika Serikat. Selain itu, mereka juga menggunakan Nuklir tersebut untuk mlakukan detterence


(42)

16 Invasi Militer

Amnerika Serikat Pasca Peristiwa 11 September 2001)

terhadap Amerika

Serikatdengan tujuan agarAmerika Serikat tidak melakukan penyerengan ke Korea Utara.

2 Anthony H. Cordesman. CSIS Journal, Juli 2011. (The Korean Military Balance: Comparative Korean Forces and the Forces of Key Neighboring States)

Balance of Power (Diskriptif)

Kompleksitas hubungan antara ROKdan DPRKkemungkinan besar dapat membuat kedua Negaraberada pada suatu kondisi yakni Balance of force. Ketegangan kedua Negara berpotensi untuk melibatkan Jepang, China, dan juga Amerika Serikat kedalam konflik konvensional. Perimbangan kekuatan yang dilakukan oleh ROK dan DPRK pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari peran Amerika Serikat yang bermain di dalam konflik dua Negara tersebut serta keinginan jepang untuk menolong dan mendukung Amerika Serikat dalam hal ini. 3 Ryo Hinata

Yamaguchi, Ph.D. Disertasi , 2012. (Militar

Capability

Management In the Democratic People’s Republik of Korea: The Impact of Domestica

Situational and Structural Factors on Military Capability and Strategy).

Neo Classical Realism

(Eksplanatif)

Kapabilitas managemen militer Korea Utara banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu faktor internal yakni mengenai masalah ekonomi dan juga ketidakstabilan politik di dalam domestik Korea Utara itu sendiri. Sedangkan untuk faktor Eksternal yakni banyak dipengaruhi oleh ancaman-ancaman yang berasal luar Korea Utara. Ancaman tersebut bisa dari kawasan, mauapun diluar kawasan. Semua faktor tersebut tentu akan memberikan pengaruh bagi pemimpin Korea Utara untuk membuat kebijakan atau strategi keamanan dan juga militer Korea Utara.


(43)

17 4 Seoyeon Yoon

dan Kyunghan Lim, Asian Journal for Social Sciences & Humanities Vol. 2 No. 2 Mei 2013 (North Korea’s National Security Strategy and its Implications for South Korea)

National Security (Eksplanatif)

Salah satu kepentingan nasional Korea Utara ialah mengenai masalah keamanan nasional. Hal ini tentu berkitan dengan masalah ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh Korea Utara. Bagi Korea Utara, segala hal yang dapat mengancam kelangsungan rezim ialah ancaman. Ancaman tersebut bsia berasal dari domestik dan juga internasoinal. 5 Hong Nack Kim.

Ph.D. International Journal of Korean Studies Vol. XXI, No. 2 West Virginia

University. 2012. (The Kim Jong Un Regime’s Survival Strategy and Prospects for the Future of North Korea)

Foreign Policy Analysis(Ekplanati f)

Rezim Kim Jong Un akan menghadapi tantangan dari mulai masalah politik dalam negeri, krisis ekonomi, dan juga permasalah dengan Korea Selatan yang tak kunjung usai. Oleh karena itulah, diperlukan adanya langkah kongkrit dari pemerintahan rezim Kim Jong Un agar dapat membawa Korea Utara ke masa depan yang lebih baik.

6 Hafid Adim.P (07260063), Skripsi, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang, 2011. (Peningkatan Agresifitas Politik Luar Negeri Israel Terhadap Palestina dalam Periode Pemerinthan Benjamin Netanyahu Tahun 2009-2010)

Konsep Politik Luar

Negeri, Konsep

Agresifitas,Teori PersepsiOle Rudolf Holsti(Eksplanatif)

Peningkatan agresifitas polugri Israel terhadap palesina ditandai

dengan meningkatnya upaya

aneksasi wilayah palesitna, seperti pembangunan pemukiman yahudi

di tepi barat. Selain itu,

peningkatan tersebut pun tidak

terlepas dari pengaruh nilai,

keyakinan, serta pengetahuan yang

mempengaruhi persepsi dan

pemikiran Benjamin Netanyahu

sebagai pemimpin Israel itu


(44)

18 1.6Landasan Teori dan Konsep

1.6.1. Konsep Agresifitas

Secara umum, perilaku agresif merupakan sebuah bentuk tindakan untuk meluapkan emosi yang dilakukan baik oleh manusia maupun hewan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Scheneiders, perilaku agresif dapat diekspresikan dengan menggunakan kata-kata (verbal) maupun tindakan atau fisik (non-verbal) dengan tujuan untuk menyakiti atau melukai orang lain baik dengan tujuan maupun tanpa tujuan.22Lebih lanjut menurut Dodge dan Coie, perilaku agresif sendiri dibagi menjadi dua jenis yakni:23

1. Perilaku agresif reaktif yaitu sikap permusuhan yang ditunjukkan sebagai respon atas stimulus yang dianggap mengancam. Perilaku ini secara umum dapat menimbulkan efek yang negatif.

2. Perilaku agresif proaktif yaitu sikap agresif dan provokatif yang dilakukan dengan tujuan tertentu baik itu untuk keuntungan materil maupu non materil. Perilaku ini tidak menghasilkan kerusakan, karena semata-mata dilakukan untuk beberapa tujuan.

Untuk membuktikan keterkaitan konsep agresifitas diatas dengan fenomena yang tengah diteliti, maka dalam penelitian ini penulis akan menyebutkan beberapa indikator agresifitas kebijakan kemanan pada masa

22

Alexander.A. Scheneiders, 1995, Personal Adjustment and Mental Healty, New York: Holt, Rinehart and Winston dikutip dalam Kadek Reqno Astyka Putri, Hubungan Antara Indentitas Sosial dan Konformitas dengan Perilaku Agresi pada Suporter Sepak Bola Persisam Putra Samarinda, e-Journal Psikologi, Volume 1, Nomor 3, 2013, hal. 242

23

K.A.Dodge and Coie.JD, 1987, Social Information Processing Factors in Reactive and Proactive

Aggression in Children’s Peer Groups, Journal of Personility and Social Psychology, 53, 1146-1158 dikutip dalam Francois Poulin and Michel Boivin, Reactive and Proactive Aggression: Evidence of a Two-Factor Model, Psychologial Assessment, Vol. 12 No. 2, 115-122, 2000, hal. 115


(45)

19 Kim Jong Un yang dianggap meningkat.Antara lain ialah tertera dalam tabel berikut:

Tabel 1.2: Indikator Agresifitas Kebijakan Kemanan Korea Utara pada Masa Kim Jong Un terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat

Bentuk Agresifitas

Indikator Keterangan

Fisik, Pasif, Langsung (Bentuk Perilaku agresif Reaktif) Penutupan Sepihak Kompleks Industri Kaesongole h Korea Utara pada April 2013

Penutupan tersebut ialah buah dari ketegangan hubungan kedua Korea yang dimulai ketika aliansi Korsel-AS menyelenggarakan latihan militer bersama. Keputusan tersebut merupakan respon Korea Utara atas pernyataan dari Korea Selatan yang sempatmengatakan bahwa Industri Kaesong hanya dijalankan sebagai alat pengumpul uang bagi Negaramiskin. Meski bersifat pasif, namun penutupan tersebut menimbulkan dampak negatif antara lain ialah banyak pekerja asal Korea Selatan yang tertahan di Kaesong. Selain itu, kedua Korea tentu mengalami kerugian materil yang cukup besar, khususnya bagi Korea Utara.Meski demikian, Kim Jong Un tidak perduli dan tetap melakukan penutupan. Hal tersebut dilakukan oleh Kim Jong Un untuk melindungi harkat dan martabat Korea Utara. Meski demikian, pada akhirnya Industri Kaesong dibuka kembali setelah intensitas ketegangan kedua Korea menurun. Fisik, Aktif, Tidak langsung(P erilaku agresif Proaktif) Peluncuran Misil pada 13 April 2012 dan pada

Desember 2012 serta uji Coba Nuklir pada 12 Februari 2013.

Hal tersebut merupakan tindakan provokatif oleh Kim Jong Un yang pelaksanaannya dilakukan secara berurutan dan dalam kurun waktu yang hampir berdekatan. Tindakan tersebut merupakan perilaku agresif proaktif yang mana kegiatan tersebut dilakukan bukan sebagai bentuk respon atas aliansi, melainkan untuk tujuan kemananan Negaranya. Meski demikian, hal tersebut tetap ditujukan untuk menunjukkan kekuatan yang dimiliki kepada aliansi meskipun dilakukan secara tidak langsung untuk melukai.


(46)

20 Fisik, Pasif,

Tidak Lansung (Perilaku agresif Proaktif) Membuka kembali fasilitas Nuklir Yonpyong

Kebijakan yang diambil oleh Kim Jong Un untuk memperkuat kemampuan Korea Utara dalam meningkatkan kapasitas senjata Nuklirnya guna melindungi Negara dan rezim yang ada dari berbagai ancaman. Hal ini merupakan perilaku agresif proaktif dan cenderung pasif karena tidak melukai serta menyerang objek dalam hal ini ialah aliansi secara langsung. Fisik, Aktif, tidak Langsung (Perilaku agresif Reaktif) Peluncuran Misil jarak pendek antara Mei 2013 dan Maret 2014

Peluncuran tersebut merupakan bentuk perilaku agresif reaktif, karena dilakukan sebagai bentuk reaksi atas latihan militer bersama antara aliansi Korsel-AS. Kim Jong Un mengambil kebijakan tersebut karena merasa terancam dengan latihan militer yang dilakukan oleh Aliansi dan tentu juga untuk unjuk kekuatan.Peluncuran tersebut tidak dilakukan secara langsung untuk menyakiti objek yang dalam hal ini ialah aliansi. Mengingat, peluncuran tersebut dilakukan di wilayah Korea Utara sendiri. Meski demikian, tetap saja peluncuran tersebut memberikan dampak buruk yakni menambah ketegangan dan juga meningkatkan intensitas permusuhan antara Korea Utara dengan Aliansi Korsel-AS. Fisik, Aktif, Langsung (Perilaku agresif Proaktif) Penyeranga n Cyber ke beberapa instansi keuangan dan perusahaan penyiaranK orea Selatan selama Maret 2013

Selain menggunakan senjata conventional,Korea Utara juga menggunakan senjata non-conventional untuk melakukan aksi-aksi provokatif kepada Korea Selatan. Tercatat selama bulan Maret 2013, Korea Selatan menyatakan telah mendapatkan serangan Cyber dari Korea Utara. Penyerangan tersebut bisa dikategorikan kedalam perilaku agresif proaktif, karena dilakukan dengan tujuan tertentu antara lain ialah untuk mengganggu atau merusak sistem data beberapa Instansi keuangan dan penyiaraan di Korea Selatan. Hal tersebut tentu akan berdampak secara langsung terhadap kegiatan operasional perusahaan terutama yang berkaitan dengan penggunaan perangkat elektronik berbasis Software.


(47)

21 Fisik, Aktif, Langsung (Perilaku agresif Reaktif) Melakukan pelatihan militer serta penembaka n rudalke wilayah Korea Selatan

Tindakan tersebut merupakan bentuk perilaku agresif reaktif kerena dilakukan oleh Korea Utara sebagai bentuk reaksi atas diselenggarakannya latihan militer bersama aliansi Korsel-AS di semenanjung Korea yang dianggap mengancam keamanan Korea Utara. Selain itu, penembakan rudal oleh Korea Utara sendiri merupakan tindakan agresif langsung, karena Korea Utara menembakkan rudal tersebut langsung ke wilayah Korea Selatan. Hal ini tentu mengakibatkan kerusakan. Verbal, Aktif, Langsung (Perilaku agresif Reaktif) Penyebaran selebaran bernada ancaman ke wilayah Korea Selatan

Dalam isi selebarannya, Korea Utara akan menghancurkan dan membasmi para tentara dan membumi hanguskan pulai Baengyeong di Luat Kuning. Hal tersebut merupakan reaksi dari Korea Utara atas latihan militer tahunan yang dilakukan oleh aliansi. Tindakan ini merupakan bentuk agresifitas dalam hal verbal dan secara langsung ditujukan untuk mengancam serta menyakiti objek yang mana dalam hal ini ialah tentara Korea Selatan.

Semua tindakan tersebut ialah sebagian kebijakanKim Jong Un sebagai langkah untuk mengamankan Negara dari ancaman Aliansi. Masih terdapat banyak tindakan-tindakan provokatif lainnya yang dilakukan secara intens dan dalam kurun waktu yang hampir berdekatan olehKorea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un terhadap Aliansi meskipun masa kepemimpinannya baru berjalan kurang lebih tiga tahun. Hal tersebut tentu dapat menunjukkan bahwa Korea Utara pada masa Kim Jong Un mengalami peningkatan tingkat agresifitasnya dalam menghadapialiansi.


(48)

22 1.6.2. Teori Persepsi Ole. R. Holsti

Untuk menjelaskan mengenai bagaiamana kebijakan keamanan Korea Utara terhadap aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Kim Jong Un yang di pandang lebih agresif dan provokatif, penulis menggunakan Teori Perspesi dari Ole. R. Holsti. Teori ini menggunakan pendekatan psikologi yang menjelaskan bahwa sistem keyakinan serta national image yang dimiliki oleh pemimipin Negara sangat mempengaruhi pemimpin tersebut dalam proses pengambilan kebijakan. Menurut Ole. R. Holsti, teori persepsi memiliki tiga komponen persepsi yang berbeda antara lain ialah nilai, keyakinan, dan pengetahuan (fakta) yang dimiliki oleh pengambil kebijakan. Menurut teori ini, persepsi dan kepercayaan pemimpin atau aktor Negara dianggap sebagai sesuatu yang paling penting dalam proses pembuatan kebijakan, dan oleh karena itulah terkadang opini masyarakat tidak terlalu berpengruh. Seperti yang dijelaskan oleh Ole. R. Holsti bahwa:

“…..the perception of state leaders of the state’s relative power position may be more important than the “actual” relative power position, it may also be argued that the state leader’s perception of public opinion may be more important than what the public (as a whole) actually thinks and believes”.24

Hal tersebut dikuatkan oleh Kenneth Boulding yang berpendapat bahwa persepsi yang dimiliki oleh seorang pemimpin, memainkan peranan

24

Ole. R. Holsti, 2004, Public Opinion and American Foreign Policy, 2ed, Ann Arbor: The University of Michigan Press, hal. 15-26 dikutip dalam Master Thesis, Audun Reiby, Public Opinion and US China Policy: A Quantitative Analysis of the Relationship between America Public Opinion and America Policy toward China, 1990-2004, May 2012, University of Oslo, hal.19


(49)

23 yang sangat menentukan perilaku suatu Negara dalam system internasional. 25 Persepsi dari pemimpin Negara dalam pembuatan keputusan banyak dipengaruhi oleh proses psikologi, misalkan saja untuk merasionalkan tindakan, mempertahankan pendapat, mengurangi kecemasan, dan lain sebagainya.26Ole. R. Holsti menyatakan bahwa system keyakinan terdiri dari serangkaian citra yang membentuk keseluruhan kerangka acuan atau sudut pandang seseorang. Citra-citra tersebut meliputi beberapa hal antara lain ialah realitas masa lalu, masa kini, dan realitas yang diharapkan di masa depan, serta preferensi nilai tentang apa yang seharusnya terjadi.27 Hubungan antara sistem kepercayaan aktor pengambil kebijakan dengan proses pengambilan kebijakan dapat dilihat dari bagan berikut ini:

Bagan 1.1: Hubungan antara system keyakinan dengan pembuatan keputusan politik luar negeri28

25

Audun Reiby., op.cit. hal. 19

26

Walter. S. Jones, 1992, Logika Hubungan Internasional, Jakarta:Grmedia, hal 276-278 dalam Skripsi Hafid Adim Pradana (07260063), Peningkatan Agresifitas Politik Luar Negeri Israel Terhadap Palestina dalam Periode Pemerintahan Benjamin Netanyahu tahun 2009-2010. Universitas Muhammadiyah Malang.

27

Ibid

28

Ole.R.Holsti, The Belief System and National Images: a case study, Conflict Resolution Journal Volume VI Number 3, Department of Political Science, Stanford University, hal.245


(50)

24 Berdasarkan bagan diatas, dijelaskan bahwa nilai dan keyakinan seseorang dapat membantunya dalam menentukan kebijakan yang akan diambil. Dalam hal ini, terdapat dua macam citra yakni citra tertutup dan citra terbuka yang mana citra tertutup ialah mengarah pada penolakan terhadap informasi yang bertentangan dengannya serta memilih beberapa bagian tertentu dari informasi tersebut yang digunakan untuk mendukung citra yang sudah ada. Sedangkan, untuk citra terbuka ialah lebih mengarah pada penerimaan terhadap semua informasi yang baru, walau mungkin bertentangan dengan citra yang telah dipegang sebelumnya.Baik terbuka maupun tertutup, setiap orang memiliki citra yang berbeda-beda dalam menginterpretasikan informasi yang didapat. 29 Interpretasi terhadap informasi yang didapatkan tergantung pada sistem keyakinan dan citra yang dimiliki oleh pembuat keputusan tersebut.30

Untuk menjelaskan mengenai fenomena kebijakan keamanan Korea Utara, penulis memilih untuk melihat pada level State’s Individual Leaderyakni Kim Jong Un sebagai supreme leader di Korea Utara. Level tersebut digunakan untuk menjelaskan bahwa dalam membuat suatu kebijakan luar negeri, maka salah satu yang menjadi pertimbangannya ialah persepsi pemimpin Negara atas realitas yang ada yang mana realitas tersebut dibentuk atas dasar sistem keyakinan yang dimiliki oleh aktor pengambil kebijakan. Selama ini, Korea Utara memiliki persepsi bahwa aliansi kedua Negara merupakan sebuah ancaman bagi kelangsungan rezim

29Mochtar Mas’oed, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisi

s dan Teorisasi, Pusat Antar Universitas-Studi Sosial Universitas Gajah Mada:Yogyakarta, 1989, hal. 21

30


(51)

25 dan juga Korea Utara di kawasan. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah masa imperialisme Jepang yang oleh sebagian warga Korea, khususnya Korea Utara dianggap sebagai hasil dari penghianatan yang dilakukan oleh Amerika Serikat, mengingat Jepang sendiri masuk ke wilayah Semenanjung Korea atas ijin dari Amerika Serikat. Selain itu, Korea Utara juga menganggap bahwa mereka memiliki peran dan jasa yang sangat besar atas perlawanannya terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Jepang. Oleh karena itulah, Korea Utara akan melakukan berbagai macam hal untuk senantiasa melindungi harga diri Negara dari ancaman maupun hinaan Negara lain khususnya aliansi. Selain itu, sejarah masa dingin yang akhirnya menjadikan Korea terpecah menjadi dua juga memberikan peran yang besar dalam membentuk sistem keyakinan Kim Jong Un. Selain itu, hostile policy yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat terhadap Korea Utara ketika masa pemerintahan George Bush juga banyak memberikan pengaruh dalam pengambilan kebijakan Korea Utara. Mengingat, kebijakan ini lah yang pada akhirnya membuat Korea Utara semakin terasing dari pergaulan Internasional dan seringkali mendapatkan sanksi dari Persatuan Bangsa-Bangsa.31

Jika teori tersebut diaplikasikan dalam Kebijakan Kemanan Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un terhadap aliansi Korea

31

Hostile policy merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan mengenai kebijakan Amerika Serikat yang keras dan cenderung represif terhadap Korea Utara khususnya berkenaan dengan masalah atau isu keamanan di Semenanjung Korea.Oleh karena itulah, kebijakan Amerika Serikat tersebut diistilahkan oleh Korea Utara serta sebagian besar peneliti salah satunya ialah Daniel A. Pinkstonsebagai sebuah kebijakan yang cenderung memusuhi Korea Utara atau hostile policy.


(52)

26 Selatan-Amerika Serikat, maka konsep dan juga pandangan Holsti mengenai sistem keyakinan tersebut ternyata dimiliki oleh Korea Utara yang terwakili oleh pemimpin tertingginya yakni Kim Jong Un. Sistem Keyakinan yang dimiliki oleh Kim Jong Un tersebut diperoleh dari Informasi yang ada. Informasi tersebut yang pada akhirnya membentuk sistem keyakinan Kim Jong Un diantaranya ialah tidak terlepas dari sejarah masalalu yang dialami oleh Korea Utara itu sendiri. Selain itu,keterlibatan Amerika Serikat yang turut andil dalam terpisahnya kedua Korea serta membantu Korea Selatan dalam melawan Korea Utara saat terjadinya Perang Koreamenjadi salah satu bentuk informasi yang dapat membentuk sistem keyakinan dari Kim Jong Un.32

Oleh karena itu, Pyongyang akan selalu bertindak represif tehadap Seoul dan Washington dan perlawanan tersebut cenderung menjadi lebih agresif dan provokatif ketika Korea Selatan kembali dipimpin oleh pemerintah konservatif yakni Park Geun Hye karena sikap keras mereka terhadap Pyongyang.Selain karena pengalaman yang terjadi dimasa lalu dan juga konflik yang masih sering terjadi pada masa sekarang. Kebijakan keamanan Kim Jong Un yang cenderung lebih agresif terhadap aliansi tidak lepas dari pengaruh nilai Juche (Self Reliance) dan Songun(Military

32

Konflik tersebut lebih dikenal dengan Perang Korea yang pada akhirnya menjadikan kedua Korea terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.Secara de jure, perang tersebut sebenarnya belum berakhir mengingat kedua Negara tidak memiliki perjanjian damai.Perang antara Korea dapat berakhir hanya didasarkan atas kesepakatan untuk genjatan senjata yang pada waktu itu disepakati oleh kedua Negara. Oleh karena itulah, hingga saat ini kedua Korea masih sering bersitegang satu sama lainnya.


(1)

Selatan-Amerika Serikat, maka konsep dan juga pandangan Holsti mengenai sistem keyakinan tersebut ternyata dimiliki oleh Korea Utara yang terwakili oleh pemimpin tertingginya yakni Kim Jong Un. Sistem Keyakinan yang dimiliki oleh Kim Jong Un tersebut diperoleh dari Informasi yang ada. Informasi tersebut yang pada akhirnya membentuk sistem keyakinan Kim Jong Un diantaranya ialah tidak terlepas dari sejarah masalalu yang dialami oleh Korea Utara itu sendiri. Selain itu,keterlibatan Amerika Serikat yang turut andil dalam terpisahnya kedua Korea serta membantu Korea Selatan dalam melawan Korea Utara saat terjadinya Perang Koreamenjadi salah satu bentuk informasi yang dapat membentuk sistem keyakinan dari Kim Jong Un.32

Oleh karena itu, Pyongyang akan selalu bertindak represif tehadap Seoul dan Washington dan perlawanan tersebut cenderung menjadi lebih agresif dan provokatif ketika Korea Selatan kembali dipimpin oleh pemerintah konservatif yakni Park Geun Hye karena sikap keras mereka terhadap Pyongyang.Selain karena pengalaman yang terjadi dimasa lalu dan juga konflik yang masih sering terjadi pada masa sekarang. Kebijakan keamanan Kim Jong Un yang cenderung lebih agresif terhadap aliansi tidak lepas dari pengaruh nilai Juche (Self Reliance) dan Songun(Military

32

Konflik tersebut lebih dikenal dengan Perang Korea yang pada akhirnya menjadikan kedua Korea terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.Secara de jure, perang tersebut sebenarnya belum berakhir mengingat kedua Negara tidak memiliki perjanjian damai.Perang antara Korea dapat berakhir hanya didasarkan atas kesepakatan untuk genjatan senjata yang pada waktu itu disepakati oleh kedua Negara. Oleh karena itulah, hingga saat ini kedua Korea masih sering bersitegang satu sama lainnya.


(2)

FirstPolicy) yang selama ini dipercayai dalam menentukan berbagai pengambilan kebijakan dan juga tindakan oleh pemimpin Korea Utara.

1.7Metodologi

1.7.1 Level Analisa

Untuk menentukan level analisa tentu diperlukan adanya Unit Analisa dan Unit Eksplanasi. Unit Analisa atau disebut juga dengan variable dependen yakni variable yang perilakunya akan dideskripsikan, diteliti, dijelaskan, dan diramalkan. Sedangkan Unit Eksplanasi atau Variabel Independen ialah variable yang mempengaruhi variabel dependen atau Unit Analisa. 33 Dalam penelitian ini Variabel Dependen ialah “Kebijakan Keamanan KoreaTerhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikatdan yang menjadi Variabel Independen ialah Persepsi Kim Jong Un.

Oleh karena itu, dari kedua tingkat analisa di atas dapat disimpulan bahwa level analisa penelitian ini menggunakan level analisa Reduksionis,34 yang mana variabel dependen atau unit anlisanya yakni

Kebijakan Keamanan Korea Utara Terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat (Negara/Bangsa) kedudukannya lebih tinggi dari variabel Independen atau unit eksplanasi ialahPersepsi Kim Jong Un (Individu).

33Mohtar Mas’oed,1990,

Ilmu Hubungan Internasional(Disiplin dan Metodologi), PT. Pustaka LP3ES: Jakarta, hal.35

34


(3)

1.7.2 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian Eksplanatif dengan menggunakan pertanyaan “mengapa?.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah menekankan kepada kajianpustaka yang dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai macam jenis data yang bisa dijadikan refrensi atau petunjuk bagi penulis untuk melakukan penelitian.Penggunaan metode kualitatif atau kajian pustaka dimaksudkan untuk memperoleh berbagai bahan penelitian yang sifatnya merupakan turunan dari penelitian terdahulu, kajian teoritis para ahli dengan mengumpulkan data-data berupa Literatur, Jurnal, Buku, E-book, Koran, Majalah serta berbagai macam sumber yang dapat menunjang dan berkaitan dengan kajian atau fenomena yang sedang diteliti.

1.7.4 Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa Induktif yakni teknik analisa data yang dimulai dari melihat fenomena terlebih dahulu kemudian teori.

1.8Ruang Lingkup Penelitian

1.8.1 Batasan Materi

Agar penelitian yang dilakukan bisa terfokus dan tidak terlalu meluas, maka batasan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah hanya terbatas pada pembuatan kebijakan keamanan Korea Utara


(4)

pada masa pemerintahan Kim Jong Un atas aliansi antara Korea Selatan dan Amerika Serikat di semenanjung Korea.

1.8.2 Batasan Waktu

Batasan waktu yang akan diteliti ialah setelah Korea Utara mengalami peralihan kepemimpinan dari Kim Jong Il ke Kim Jong Un serta kebijakan kemanan Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un dari mulai akhir tahun 2011- Maret 2014.

1.9Hipotesa

Kebijakan kemanan Korea Utara pada masa Kim Jong Un yang agresif dan provokatif terhadap aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat ialah dikarenakan oleh sistem keyakinan Kim Jong Un yang terdiri dari fakta apa yang telah, sedang, dan akan terjadi dan juga nilai tentang apa yang seharusnya terjadi. Adapun secara umum sistem keyakinan Kim Jong Un selama ini terbentuk dari tiga hal yakni sejarah Konflik masa lalu termasuk patriotisme serta Nilai atau Ideologi yang diyakini. Kebijakan keamanan Korea Utara masa Kim Jong Un yang agresif atas aliansi dapat dijelaskan dalam beberapa faktor. Pertama, adanya keyakinan Kim Jong Un mengenai kebijakan Korea Utara haruslah independen dan bergantung pada diri sendiri serta didasarkan pada asas-asas militer dengan peningkatan kekuatan persenjataan. Hal ini sesuai dengan nilai Juche (Self Reliance) dan

Songun (Military First Policy). Kedua, keyakinan bahwa Amerika Serikat merupakan aktor yang menyebabkan imperilisme Jepang terjadi, selain itu Amerika Serikat juga diaggap menjadi otak atas terpisahnya Semenanjung Korea pada masa Perang Dingin, selain itu adanya keyakinan Korea Utara bahwa


(5)

“Hostile Policy” yang sedang diberlakukan Amerika Serikat pada saat ini berdampak buruk dan semakin menjauhkan Korea Utara dari pergaulan internasional. Selain itu, perjuangan Kim Il Sung dalam melakukan perlawanan pada masa penjajahan Jepang membentuk rasa nasionalisme dan national prestige

tersendiri bagi Korea Utara. Fakta tersebut membentuk keyakinan Korea Utara untuk melindungi martabat bangsa dari ancaman aliansi dan kebijakan keamanan dengan meningkatkan persenjataan dan kemampuan militer yang mana hal tersebut ialah bentuk national prestige yang digunakan untuk menunjukkan kekuatan yang dimiliki oleh Korea Utara kepada dunia internasional khususnya Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat.

1.10. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab dan akan dijabarkan secara urut dari bab pertama hingga bab terakhir. Secara umum, sistematika penulisan dari penelitian ini tertuang dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.3: Sistematika Penulisan

Bab Bahasan Umum Sub-Bahasan

I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat praktis 1.4.2 Manfaat Akademis 1.5 Penelitian Terdahulu

1.6 Landasan Teori dan Konsep 1.6.1 Konsep Agresifitas 1.6.2 Teori Perspesi Ole. R.

Holsti 1.7 Metodologi


(6)

1.7.1 Level Analisa 1.7.2 Jenis Penelitian 1.7.3 Teknik Pengumpulan

Data

1.7.4 Teknik Analisa Data 1.8 Ruang Lingkup Penelitian

1.8.1 Batasan Materi 1.8.2 Batasan Waktu 1.9 Hipotesa

1.10 Sistematika Penulisan II Sejarah Kebijakan Keamanan

Korea Utara terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat dari masa ke masa

2.1 Sejarah Konflik Korea hingga Terbentuknya Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat

2.2 Kebijakan keamanan Korea Utara pada masa Kim Il Sung dan Kim Jong Il terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat

2.2.1 Masa Pemerintahan Kim Il Sung (1945-1994) 2.2.2 Masa Pemerintahan Kim

Jong Il (1994-2011) 2.3 Latar Belakang Kehidupan serta

Karakteristik Kepemimpinan Kim Jong Un

III Sifat Agresif dan Provokatif Kebijakan Kemanan Korea Utara terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat pada Masa Pemerintahan Kim Jong Un

3.1 Kebijakan Kemanan Korea Utara pada masa Kim Jong Un terhadap Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat

3.2 Pandangan serta PersepsiKim Jong Un atas AliansiKorea Selatan-Amerika Serikat

3.3 Sistem Keyakinan Kim Jong Un 3.3.1 Citra tentang apa yang

telah, sedang, dan akan terjadi: Fact

3.3.2 Citra tentang apa yang seharusnya terjadi: Juche

dan Songun

IV Penutup 4.1 Kesimpulan