Bias Media di Tengah Realitas Sosial

17 Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna, mana kala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya. Melalui konstruksi sosial media, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang realitas. Untuk itu, peneliti menggunakan paradigma ini sebagai pandangan dasar untuk melihat bagaimana Kompas.com dan Republika Online memaknai, memahami dan kemudian membingkai Kasus PKS ke dalam bentuk teks berita.

1.5.3 Bias Media di Tengah Realitas Sosial

Pada dasarnya bias berita terjadi karena media massa tidak berada diruang vakum. Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yangsarat dengan berbagai kepentingan,konflik,dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser Al-Zastrouw dalam Sobur, 2006:30 menulis bahwa media dalam hubungannyadengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat 18 kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa. Antonio Gramsci Sobur, 2006:30 melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, disatu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi, dankontrol atas wacana publik. Namun, disisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan.Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. Walaupuan terjadi kritik antara Althuser dan Gramsci, namun kedua pemikir itu sama-sama sepakat bahwa media massa bukan sesuatu yang bebas, independen, tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial. Ada berbagai kepentingan yang bermain dalam media massa. Disamping kepentingan ideologi antara masyarakat dan negara, dalam diri media massa juga berselubung kepentingan yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme pemilik modal, kepentingan keberlangsungan sustainabilitas lapangan kerja bagi para karyawan dan sebagainya. Kondisi seperti ini, yang menyebabkan media massa tidak mungkin berdiri statis di tengah-tengah, dia akan bergerak dinamis di antara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain. Kenyataan inilah yang menyebabkan bias berita di media massa adalah sesuatu yang sulit dihindari. 19 Bias menurut Macnamara Sobur, 2006:34 terjadi karena berbagai alasan. Kadang-kadang terjadi dengan sengaja karena wartawan atau editor memproyeksikan pandangan pribadi mereka dalam cerita atau pandangan yang telah ditunjukkan kepada mereka. Ini terjadi karena sistem tuntutan media yang menghimpit akan kecepatan dan rasa haus yang tidak pernah terpuaskan terhadap berita pada batas waktu yang sedikit. Para reporter, juga para editor, berkuasa penuh atas pilihan kata yang hendak dipakainya. Ia dapat atau harus memilih salah satu kata diantara deretan kata-kata yang yang hampir mirip namun berbeda ”rasanya”. Misalnya kata“perkosaan” diganti dengan kata merenggut kegadisan, mencabuli, menggauli, dinodai dan sebagainya. Pilihan atau pemakain istilah tersebut jelas akan menimbulkan bias. Wartawan juga dalam tahap pencarian beritanya sejak awal sudah harus menentukan pilihan siapa narasumber yang patut dihubungi, pertanyaan atau persoalan apayang mesti diajukan, sementara pada proses penulisan beritanya ia harus memilih fakta-fakta mana yang harus didahulukan, dan fakta-fakta mana yang harus diceritakan kemudian juga akan menimbulkan bias yang tidak bisa dianggap kecil. 20

1.5.4 Hirarki Level Konteks yang Mempengaruhi Teks Media

Dokumen yang terkait

Membuat kader bekerja: dinamika internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam merespons kasus korupsi Luthfi Hasan Ishaaq menjelang pemilu 2014

1 28 112

Konstruksi Pemberitaan Ledakan Bom Vihara Ekayana Pada Kompas.Com Dan Republika Online

0 13 132

Analisis framing pemberitaan meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori pada Republika online dan kompas.com

1 25 125

Korupsi Dan Institusionalisasi Partai: Studi Partai Keadilan Sejahtera (Pks) Periode Luthfi Hasan Ishaaq

1 10 68

Konstruksi Realitas Sosial Kasus Tewasnya Terduga Teroris Di Media Online (Analisis Framing Pemberitaan Siyono Di Kompas.Com)

0 8 118

Analisis Framing Pemberitaan Upaya Pelegalan Daging Anjing Di Jakarta Oleh Republika Online Dan Kompas.Com

0 13 134

KONSTRUKSI PKS DALAM PEMBERITAAN KASUS SUAP KUOTA IMPOR DAGING SAPI DI KORAN REPUBLIKA DAN KOMPAS (Analisis Framing Partai Keadilan Sejahtera dalam Pemberitaan Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi di Koran Republika dan Kompas)

0 3 175

PENDAHULUAN Perempuan Dalam Media (Analisis Isi Kuantitatif Pemberitaan Mengenai Hedonisme Dan Seksualitas Perempuan Dalam Kasus Korupsi Kuota Impor Daging Sapi Oleh Luthfi Hasan Ishaaq Dan Ahmad Fathanah Di Situs Berita Online Detikcom Selama Bulan Mei

2 4 39

DAFTAR PUSTAKA Perempuan Dalam Media (Analisis Isi Kuantitatif Pemberitaan Mengenai Hedonisme Dan Seksualitas Perempuan Dalam Kasus Korupsi Kuota Impor Daging Sapi Oleh Luthfi Hasan Ishaaq Dan Ahmad Fathanah Di Situs Berita Online Detikcom Selama Bulan M

0 3 4

Pemberitaan Penangkapan Luthfi Hasan Ishaaq Terkait Kasus Suap Impor Daging Sapi di Majalah Berita Mingguan tempo dan Gatra.

0 0 2