BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengkokohkan kepribadian Suyono, 2012: 9. Menurut Hilgard dalam Suyono 2012: 12 Belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah
karena adanya respon terhadap suatu situasi. Oleh karena itu belajar merupakan suatu proses pembentukan diri untuk menjadi lebih baik.
Proses belajar terdapat dalam pembelajaran. Menurut Lefrancois dalam Yamin 2013: 15 pemelajaran instruction merupakan persiapan kejadian-kejadian
eksternal dalam suatu situasi belajar dalam rangka memudahkan pebelajar belajar, menyimpan kekuatan mengingat informasi, atau menstranfer pengetahuan dan
keterampilan. Pembelajaran bukan menitik beratkan pada “apa yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana membuat pebelajar mengalami proses belajar, yaitu cara-
cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara mengorganisasi materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelolah
pembelajaran Yamin, 2013: 16 Sementara itu, berpikir terkait sesuatu yang dipelajari anak, mula-mula dari
orang tuanya, kemudian dari para gurunya. Proses berpikir ini harus terkait dengan keterampilan menguasai penyelesaian masalah praktis maupun mengembangkan
pemikiran abstrak. Oleh sebab itu menurut Majid 2014: 28, orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan anara kompetensi sikap
1
attitude, keterampilan skill, dan pengetahuan knowledge. Kurikulum SDMI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu dari kelas I sampai kelas
VI.pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai
tema. Majid 2014: 49 Pembelajaran tematik adalah pemalajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan. Poerwardarminta dalam Majid 2014: 80 Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu
integrated instruction yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Majid 2014: 80
Berdasarkan hasil dari wawancara yang diperoleh pada tanggal 21 Agustus di SDN Mojolangu 5, menurut guru kelas bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik tema peristiwa dalam kehidupan sub tema peristiwa-peristiwa penting kelas V SDN Mojolangu 5 masih dibawah KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. Kondisi
ideal dari siswa yang harus tuntas mencapai 70 sesuai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. KKM yang harus ditempuh untuk mencapai tuntas belajar adalah 70, dari
jumlah 20 siswa yang tidak tuntas berjumlah 12 atau 60 siswa dan yang tuntas berjumlah 8 atau 40 siswa. Kondisi seperti itu disebabkan karena guru jarang
menggunakan model pembelajaran sehingga siswa mudah bosan dan hanya mengira- ngira apa yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru kurang memamfaatkan atau menggunakan model pembelajaran dan guru merasa
kesulitan untuk digunakan pada pembelajaran tematik. Kondisi seperti itu disebabkan oleh beberapa faktor lain juga, yaitu: 1 daya serap siswa terhadap materi terlalu
rendah karena mereka mengangap pembelajaran tematik pada tema peristiwa dalam kehidupan sub tema peristiwa-peristiwa penting dirasakan sulit untuk dipahami, 2
kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran, 3 siswa jarang bertanya kepada guru, 4 siswa mudah bosan dengan penjelasan materi yang diberikan oleh guru, 5 siswa
cenderung berbicara sendiri dengan teman sebangkunya, 6 guru jarang melibatkan siswa untuk belajar memecahkan masalah.
Dari pemaparan permasalahan di atas, yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah kegiatan pembelajaran yang kurang membuat siswa aktif
serta guru jarang mengajak siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran. Penekanan aspek teori yang diterima siswa mempengaruhi motorik siswa dalam
membuat suatu karya atau model sehingga dalam pembuatannya kurang maksimal. Sehingga peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran tematik khususnya pada tema peristiwa dalam kehidupan yaitu model pembelajaran PBL Problem Based Learning.
Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning menurut Yamin 2013 : 62 merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar
aktif kepada peserta didik dalam dunia nyata. Arends dalam Yamin, 2013: 62
menyatakan tiga hasil belajar PBL yaitu: 1 penyelidikan dan keterampilan melakukan pemecahan masalah, 2 belajar model pendekatan orang dewasa, 3
keterampilan belajar mandiri. Jones, Rasmussen, and Moffit dalam Yamin, 2013: 63 Pembelajaran
Berbasis masalah PBL lebih menekankan pada pemecahan masalah secara autentik seperti masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian Woolfolk
dalam Yamin, 2013: 63 problem solving suatu usaha memformulasikan jawaban baru, yang lebih dari sekedar penerapan sederhana dari aturan-aturan yang sudah
dipelajari sebelumnya untuk mencapai tujuan. Yamin 2013: 63 menyatakan Pembelajaran Berbasis Masalah PBL dapat
diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik. Dengan demikian PBL: 1 menciptakan pembelajaran yang bermakna, dimana peserta didik dapat
memecehkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya, kemudian menerapkan dalam kehidupan nyata, 2
dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, 3 dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang lain seperti, penelitian yang
sebelumnya pernah dilakukan oleh Sukma Sinung Pangestu dalam penerapan model pembelajaran PBL tahun 2012. Pada penelitiannya tersebut, menemukan bahwa: 1
penerapan model PBL digunakan untuk meningkatkan pembelajaran IPA, 2 hasil belajar siswa setelah diterapkan model PBL.
Terdapat beberapa perbedaan antara peneliti sekarang dengan peneliti yang relevan. Perbedaanya terdapat pada: 1 Model Problem Based Learning PBL
digunakan pada pembelajaran tematik dan sudah menggunakan kurikulum 2013 sedangkan yang digunakan oleh Sukma Sinung Pangestu adalah pada satu mata
pelajaran saja dan masih menggunakan kurikulum KTSP, 2 subyek yang digunakan oleh peneliti adalah kelas V sedangkan yang digunakan oleh Sukma Sinung Pangestu
adalah kelas IV, 3 selain itu Sukma Sinung Pangestu menggunakan SDN Sumberboto 04 Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar sebagai tempat penelitiannya
sedangkan tempat yang digunakan oleh peneliti adalah SDN Mojolangu 5 Malang. Sedangkan persamaanya terdapat pada bagaiamana penerapan model Problem Based
Learning PBL dan bagaimana hasil pembelajaran setelah menggunakan model tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan perbaikan hasil belajar pada pembelajaran tematik tema peristiwa dalam kehidupan dengan penelitian
PTK yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Problem Based
Learning PBL pada Pembelajaran Tematik dengan Tema Peristiwa dalam
Kehidupan Kelas V SDN Mojolangu 5 Malang”.
B. Rumusan Masalah