Sistem Pengawasan Intern Terhadap Aktiva Tetap Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM PENGAWASAN INTERN TERHADAP AKTIVA TETAP PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk

CABANG MEDAN

OLEH :

KURNIA RAHMADANI PUTRA NASUTION 082102022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Tugas akhir ini di buat dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada jurusan Akuntansi Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, saran-saran, serta orang tua saya Gusli Nasution dan Suhartini, SPd yang selalu memberi semangat, dorongan dan kasih sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tanpa melupakan pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis selama proses pembuatan skripsi minor ini penulis mengungkapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku ketua Program studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku sekretaris program studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Bapak Drs. Rasdiyanto, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing mata kuliah tugas akhir.

5. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 6. Kakak Fitri Hayati Musliha, SPd yang selalu memberikan masukan , My Bee

Utami Afriany yang selalu menjadi motivator pada saat keadaan apapun dan para sahabat Fadli, Dipo, Dimas, Maya, Rasyid, Victor, Zulmi, yang menjadi tempat diskusi dalam keadaan apapun

7. Keluarga besar HMI Komisariat PAAP USU yang selalu ada dalam suka & duka yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Seluruh kawan – kawan HMD D3 Akuntansi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih buat masukan dan ilmu yang telah diberikan.

Mudah-mudahan ALLAH SWT, memberikan balasan atas kebaikan yang diberikan kepada penulis akhirnya dari hasil penulisan dalam bentuk tugas akhir ini penulis berharap dapat bermanfaat bagi kita semua semoga kita selalu di jalan yang diridhoi ALLAH SWT, Amin.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk CABANG MEDAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan ... 9

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 9

C. Uraian Tugas ( Job Description ) ... 13

D. Kinerja Kegiatan Terkini ... 39

BAB III PEMBAHSAN A. Pengertian Aktiva Tetap ... 19

B. Jenis – jenis Aktiva Tetap ... 21

C. Perolehan Aktiva Tetap ... 25


(5)

E. Penarikan Aktiva Tetap ... 36 F. Pengawasan Internal Aktiva Tetap ... 40

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 48 B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Secara umum, tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba (profit). Selanjutnya laba tersebut digunakan untuk menjamin kesinambungan usaha (continue), untuk meningkatkan pertumbuhan usaha (growth), serta untuk mempertahankan kelangsungan usaha (survival). Perusahaan yang memenuhi hal di atas dapat digolongkan sebagai perusahaan yang makmur. Kemakmuran perusahaan dapat tercapai apabila kinerja perusahaan meningkat dan perusahaan menujukkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Salah satu penunjang yang penting dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan adalah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Contohnya, perusahaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan usahanya apabila tidak memiliki gedung dan kendaraan. Aktiva tetap (plant assets) adalah sumber daya yang memiliki tiga karakteristik: memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas), digunakan dalam kegiatan operasional, dan tidak untuk dijual ke konsumen. Aset ini biasa dinamakan dengan property, pabrik, dan peralatan (property, plant, and equipment); atau aktiva tetap (plant assets). Aktiva dalam kelompok ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih dari satu tahun bagi perusahaan. Kecuali tanah, aktiva tetap memiliki nilai yang semakin menurun seiring dengan masa manfaatnya.


(7)

Dari segi akuntansi , aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan cara membeli aktiva tetap baik secara tunai ataupun kredit. Aktiva tetap mempunyai harga perolehan yang meliputi harga pembelian ditambah dengan pengeluaran lain-lain sehubungan dengan perolehan aktiva tetap tersebut ampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan. Dalam masa penggunaan aktiva tetap, dilakukan pencatatan penyusutan untuk mengalokasikan harga pokok aktiva tetap secara sistematis dan rasional. Selain itu aktiva tetap juga memerlukan biaya pemeliharaan dan biaya untuk memperbaiki aktiva tetap yang mengalami kerusakan. Pengeluaran- pengeluaran seperti itu harus diperhatikan untuk dibebankan sebagai biaya dalam pencatatan akuntansi berkaitan dengan penilaian aktiva tersebut.

Bila kita perhatikan dalam laporan keuangan perusahaan, aktiva tetap memiliki jumlah dana yang relatif besar, oleh karena itu perlu dibuat suatu penilaian khusus dari sudut akuntansi. Untuk menginvestasikan dana dalam bentuk aktiva tetap, perusahaan harus terlebih dahulu memiliki pertimbangan dan perencanaan yang baik, karena pengembalian dana yang telah diinvestasikan tersebut membutuhkan jangka waktu yang cukup lama.

Seluruh aktiva tetap milik perusahaan memerlukan biaya perawatan dan pemeliharan agar dapat digunakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan rencana. Pengeluaran- pengeluaran guna pemeliharaan dan perawatan aktiva tetap tersebut dapat menambah masa manfaat aktiva tetap, meningkatkan kapasitas, dan meningkatkan mutu produksinya. Aktiva tetap sangat berpengaruh tehadap berbagai kegiatan operasional perusahaan demi tercapainya efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional yang mendukung pencapaian tujuan perusahaan.


(8)

Oleh karena itu, diperlukan pengendalian dan pengawasan internal yang begitu besar terhadap aktiva tetap.

Pengendalian dan pengawasan tersebut dilakukan untuk melindungi aktiva dari pencurian, penggelapan, penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, pengawasan terhadap aktiva tetap merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, sebab jika terdapat kesalahan pengelolaan aktiva karena kurangnya perhatian dari perusahaan akan membawa pengaruh pada kegiatan ekonomi dan juga merugikan perusahaan.

Sebaliknya, apabila pengawasan terhadap aktiva dilaksanakan dengan baik akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Kebenaran aktiva tetap harus dipertanggung jawabkan, dipergunakan secara efektif ekonomis dan efisien.

Demikian juga pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan, sebagai sebuah perusahaan perbankan sudah tentu memiliki aktiva tetap relative besar, tentunya memerlukan pengawasan yang baik agar aktiva tetapnya terkelola dan terpelihara dengan baik. Aktiva tetap memiliki peranan penting sebagai penunjang kegiatannya untuk memberikan pelayanan dalam bidang pelayanan dalam bidang perbankan terhadap seluruh pihak dapat berjalan dengan baik.

Melihat begitu besarnya pengaruh pengawasan aktiva tetap terhadap perusahaan seperti yang telah dikemukakan diatas, maka penulis berkeinginan untuk membahasnya lebih lanjut dalam bentuk penulisan Tugas Akhir dengan judul : “Sistem Pengawasan Internal Aktiva Tetap Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan.


(9)

B. Perumusan Masalah

Pengawasan internal atas aktiva tetap berbeda di setiap perusahaan, baik perusahaan besar atau kecil sekalipun, baik perusahaan dagang ataupun jasa, karena masing-masing perusahaan mempunyai cara pencatatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dalam hal ini yang ingin diketahui adalah apakah pengawasan dalam perusahaan tersebut telah dilakukan dengan “benar” atau tidak. Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk membahas pengawasan yang berkaitan dengan aktiva tetap di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan, yaitu : “Apakah Pengawasan Internal Aktiva Tetap pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan sudah diterapkan dengan baik?”


(10)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengawasan internal aktiva tetap pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan sudah diterapkan dengan baik.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan menentukan kebijakan dalam pengawasan intern terhadap aktiva tetap pada masa yang akan datang dari beberapa literature yang diuraikan beserta saran-saran yang diberikan oleh penulis.

2. Bagi Penulis

Sebagai bahan masukan kepada penulis agar dapat mengetahui secara langsung mengenai pengawasan intern terhadap aktiva tetap di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan dan dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti, serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat dari perkuliahan dengan sebenarnya.

3. Bagi Pembaca

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang nantinya dapat bermanfaat sebagai referensi bagi rekan- rekan mahasiswa dalam


(11)

membuat paper ditahun-tahun mendatang yang berkaitan dengan pengawasan intern terhadap aktiva tetap.

D. Metode Penelitian

Dalam memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penyusunan paper ini, melalui metode:

1. Sumber data

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber lain yang mendukung data primer.

2. Metode pengumpulan data

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Yaitu penelitian yang melakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dan keterangan yang dibutuhkan berdasarkan buku-buku, catatan ilmiah serta tulisan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan paper yang disusun ini.

b. Penelitian lapangan (field research)

Yaitu penelitian yang langsung dilakukan perorangan atau objek yang diteliti.


(12)

3. Teknik pengumpulan data

a. Interview, yaitu melakukan tanya jawab langsung kepada pihak yang berwenang untuk memperoleh data tentang sistem pengawasan intern terhadap aktiva tetap.

b. Observasi, yaitu suatu studi yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan ke objek penelitian secara langsung.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam penulisan paper ini, penulis memmbuat sistematika pembahasan dalam 4 (empat) bab. Setiap bab dibagi atas beberapa sub-sub bab yang sesuai dengan kebutuhan penulis.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang alasan pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk CABANG MEDAN

Pada bab ini menguraikan sejarah ringkas PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan, struktur organisasi perusahaan, Job Description, Kinerja Kegiatan terkini.


(13)

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini berisikan teori yang menjelaskan tentang pengertian aktiva tetap dan jenis – jenisnya, cara perolehan aktiva tetap, dan metode penyusutannya, penggantian aktiva tetap, serta pengawasan intern aktiva tetap.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab akhir ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan di PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan.


(14)

BAB II

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk CABANG MEDAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan

Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar menabung, pemerintah Hindia belanda melakukan Koninkljik Besluit no. 27 tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan Posts Paar Bank, yang kemudian terus hidup dan berkembang hingga tahun 1939.

Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat (rush). Namun kemudian keadaannya keuangan Posts Paar Bank pulih kembali pada tahun 1941. Tahun 1942, Hindia belanda menyerah tanpa syarat kepada Pemerintah Jepang. Jepang membekukan kegiatan Posts Paar Bank dan mendirikan Tyokin Kyoku yang bertujuan untuk menarik dana dari masyarakat melalui tabungan.

Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi kepada Bapak Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin Kyoku dari pemerintah Jepang ke pemerintah RI dan terjadilah penggantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos. Tugas pertamanya adalah melakukan penukaran mata uang Jepang dengan ORI, tetapi kegiatannya tidak berumur panjang karena agresi belanda (Desember 1946) sampai tahun 1949. Kantor Tabungan Pos dibuka kembali tahun 1949, dan nama Kantor Tabungan Pos diganti menjadi Bank Tabungan RI.


(15)

Tanggal 9 Februari 1950 , hal yang terpenting bagi sejarah Bank Tabungan Negara (BTN) adalah dikeluarkannya UU darurat No. 9 Tahun 1950 yang mengubah nama “Posts Paar Bank Indonesia” berdasarkan Staasbalt No. 295 Tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementrian keuangan dibawah menteri urusan Bank Central. Tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal BTN. Nama Bank Tabungan Pos menurut UU darurat tersebut dikukuhkan dengan UU No. 36 Tahun 1953. Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi BTN didasarkan pada Perpu No.4 Tahun 1964 tanggal 23 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 Tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.

Penegasan status BTN sebagai Bank Tabungan milik negara ditetapkan dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964) BTN menjadi BNI unit V (lima). Jika tugas utama saat pendirian Posts Paar Bank (1897) sampai dengan BTN (1968) adalah bergerak dalam lingkup perhimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 BTN ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertamakalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember yang diperinganti sebagai hari KPR bagi BTN.

Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992 yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggan 29 April 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 Tahun 1992 bentuk hukum Bank Tabungan Negara berubah menjadi Perseroan. Sejak nama Bank Tabungan Negara menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call name Bank BTN (Persero). Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Water House Coopers, pemerintah melalui


(16)

menteri BUMN dalam surat No. 5 – 544/MMBU/2002 memutuskan Bank BTN (Persero) sebagai Bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi.

Visi :

• Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan Misi :

• Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah

• Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa, dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.

• Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional, dan memiliki integritas tinggi.

• Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder Value


(17)

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.

Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal, melalui saluran tunggal.

Struktur organisasi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan dapat dilihat pada lampiran.


(18)

C.Uraian Tugas (Job Description)

Kepala Cabang (Branch Manager)

 Melakukan kontrol terhadap seluruh pelaksanaan MTSI

 Melakukan Pengawasan melekat terhadap pegawai yang disupervisi

 Melakukan otorisasi sesuai kewenangan yang diberikan

 Melakukan service quality level terhadap nasabah-nasabah prima

 Melakukan supervisi di dalam menjalankan fungsi manajemen 1) Wakil Kepala Cabang Utama

 Melakukan fungsi otorisasi untuk aktifitas financial dan non financial sesuai ketentuan yang berlaku dan lazim dilakukan serta dapat dipertanggungjawabkan.

 Melakukan pengawasan melekat terhadap pegawai yang disupervisi

 Melakukan monitoring dan evaluasi atas strategi serta pencapaian target dana, kredit dan feebased income

 Melakukan sekaligus mensupervisi pemberian Quality Service Level terhadap nasabah prima

2) Teller

 Menerima Kas Awal Hari

 Melakukan Permintaan Uang ke Kas Besar dan Permintaan Uang antar Teller

 Melakukan Penyetoran Uang ke Kas Besar


(19)

 Melakukan aktivitas otorisasi sesuai batas kewenangan

 Melakukan supervisi untuk terjaganya kualitas pelayanan yang optimal di unit CS bagi nasabah yang datang maupun melalui telepon atau surat

 Melakukan supervisi terhadap layanan administrasi Giro, Tabungan, dan Deposito.

4) Kepala Layanan Kredit (Loan Service Kredit)

 Melakukan supervisi dan memastikan terselenggaranya layanan informasi kredit baik melalui telepon, surat maupun debitur/customer yang datang langsung dengan baik

 Melakukan supervisi dan memastikan terselenggaranya Proses Pelunasan Kredit, pelayanan klaim debitur, dan pelayanan klaim asuransi kredit

 Melakukan supervisi dan memastikan pelayanan permohonan pembayaran ekstra dan advance payment sesuai dengan ketentuan yang berlaku

5) Kepala Operasi (Operation Head)

 Melakukan supervisi atas kebenaran proses administrasi nasabah giro dan proses transaksi pembayaran angsuran kredit

 Melakukan supervisi atas kebenaran proses maintenance KPR, Non KPR, Kredit Umum, biaya Pra Realisasi, dan blokir saldo rekening.

 Melakukan supervise atas pengadaan aktiva tetap

 Melakukan supervise atas proses asuransi aktiva tetap


(20)

 Melakukan supervisi dan memeriksa proses OTS atas permintaan unit terkait dengan baik dan benar sesuai ketentuan bank.

 Melakukan supervisi dan memeriksa proses permohonan pelaksanaan taksasi nilai dan kehandalan agunan melalui LPA sesuai ketentuan bank.

 Melakukan supervisi dan memeriksa proses permohonan pelaksanaan taksasi nilai dan kehandalan agunan melalui jasa Appraisal sesuai ketentuan bank. 7) Kepala Umum dan Administrasi (General Branch and Administration

Head)

 Melakukan supervisi atas proses pengelolaan absensi pegawai, penilaian pegawai, dan perencanaan pembangunan pegawai.

 Melakukan supervisi atas proses pengelolaan Administrasi Data Kepegawaian

 Melakukan supervisi atas proses pengelolaan Gaji, tunjangan pegawai dan pensiunan

8) Sekretaris (Secretary)

 Memproses pembuatan dan pengaturan jadwal kegiatan Kepala Cabang, baik dengan pihak intern maupun ekstern.

 Memproses administrasi notula rapat (registrasi, pengarsipan), baik dengan pihak intern maupun ekstern.

 Memproses administrasi surat dan facsimile masuk (registrasi, pengarsipan, pendistribusian sesuai disposisi dan monitoring) untuk Kantor Cabang.


(21)

 Memproses administrasi penyampaian semua surat dan facsimile keluar (registrasi, pengarsipan) yang ditanda tangani oleh Kepala Cabang.

 Mengatur semua kegiatan protokoler dan perjalanan dinas Kepala Cabang baik dari pihak internal dan eksternal bank.

9) Staf Personalia (Staff Personel)

 Proses pengelolaan absensi pegawai, penilaian pegawai, dan perencanaan pengembangan pegawai

 Mengelola Administrasi Data Kepegawaian

 Mengelola gaji, tunjangan pegawai, dan pensiunan

10)Kepala Akunting dan Kontrol (Accounting and Control Head)

 Melakukan supervisi atas kebenaran proses administrasi dokumentasi atas transaksi

 Melakukan supervisi atas kebenaran proses penyelesaian suspense dan rekening selisih lainnya

 Melakukan supervisi atas entry jurnal GL-GL atas transaksi yang dilakukan oleh unit kerja lain

 Melakukan supervisi atas pemeriksaan atas kebenaran semua transaksi operasional bank

11)Accounting and Control Supervisor

 Melakukan supervisi atas kebenaran proses administrasi dokumentasi atas transaksi


(22)

 Melakukan supervisi atas kebenaran proses penyelesaian suspense dan rekening selisih lainnya

 Melakukan supervisi atas pemeriksaan atas kebenaran semua transaksi operasional bank

12)Internal Control Staff

 Melakukan pemeriksaan atas kebenaran semua transaksi operasional bank

 Melakukan koordinator dalam rangka pemeriksaan pihak Intern dan Extern

 Melakukan pemeriksaan atas penyelesaian suspense dan rekening selisih lainnya sudah diselesaikan

13)Reporting Staff

 Melakukan penyusunan URAP dan RKAP

 Melakukan input laporan ke pihak esktern

 Melakukan perhitungan atas hasil kinerja dan laporan lainnya

D. Kinerja Kegiatan Terkini

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu juga pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan , Perusahaan terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.


(23)

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah menyelenggarakan program – program perbankan yang dapat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat, melakukan berbagai macam kegiatan – kegiatan yang dapat menunjang kinerja seluruh karyawan dalam perusahaan yang dapat menunjang kinerja dalam melayani konsumen (masyarakat), serta melakukan pengabdian kepada masyarakat, memotivasi masyarakat agar dapat hidup lebih layak dan mandiri, kegiatan bakti sosial kepada masyarakat, dan lain sebagainya.

Kegiatan-kegiatan kerohanian juga tetap dilaksanakan perusahaan, seperti perayaan hari-hari besar keagamaan ( misalnya : Natal, Paskah, Idul Fitri, Isr’a Mi’raj, dll ) sehingga para seluruh karyawan selalu memiliki nilai-nilai dan norma-norma keagamaan dalam menjalani hidup, serta selalu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


(24)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva yang tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Adapun defenisi aktiva tetap menurut mulyadi (2001) ”Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memilki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan bukan untuk dijual kembali”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2004 : 58 ) “Aktiva Tetap adalah aktiva tetap berwujud yang diperoleh dengan membangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun”.

Menurut Suharli ( 2006;259 ) aktiva tetap disebut juga plant asset atau fixed assets dan mendefinisikannya sebagai berikut:

“Harta berwujud (tangible asset) yang memiliki masa manfaaat ekonomis lebih dari satu tahun bernilai material, dan digunakan untuk kegiatan operasi normal perusahaan adalah aktiva yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar


(25)

Menurut Soemarso S.R (2005) “aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixedassets) yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta nilainya cukup besar”.

Menurut Halim dan Supomo (2001): “aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan memiliki masa manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual”.

Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud (Tangible Assets) karena ada secara fisik, aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.

(Warren,Reeve,Fess,2005;492).

Dari defenisi terdapat beberapa karakteristik aktiva tetap, yaitu:

1. Jangka waktu pemakainnya lebih dari satu tahun/periode. Dari karakteristik ini dikenal istilah penyusutan.

2. Merupakan aktiva berwujud karena dapat dilihat secara fisik.

3. Dimiliki oleh perusahaan untuk tujuan administrative dan bukan untuk dijual. 4. Aktiva tetap bisa memiliki bagian yang sangat besar bila dibandingkan dengan


(26)

B. Jenis – jenis Aktiva Tetap

Jenis aktiva tetap di setiap perusahaan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena perbedaan jenis kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Secara umum, penggolongan aktiva tetap didasarkan pada beberapa sudut pandang, yaitu;

1. Dari sudut pandang substansinya, terdiri dari :

a. Aktiva Berwujud (Tangible Asset). Contoh : Lahan, Gedung, Mesin, dan lain-lain.

b. Aktiva Tak Berwujud (Intangible Asset). Contoh : Hak cipta (Copy Right), Hak Merek (Trade Mark), Paten, dan lain-lain.

2. Dari sudut pandang Penyusutan, terdiri dari :

a. Aktiva Tetap yang disusutkan (Depreciated Plant Asset). Contoh : Gedung, Mesin, Kenderaan, dan lain-lain.

b. Aktiva Tetap yang tidak disusutkan (Undepreciated Plant Asset). Contoh : Tanah.

3. Dari sudut pandang Umur, terdiri dari :

a. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya tidak terbatas. Misal ; tanah, bangunan pabrik, gudang dan kantor.

b. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya telah berakhir. Misal; Bangunan, mesin, perlengkapan kantor, kendaraan dan alat transport.

c. Aktiva berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya


(27)

sudah habis, seperti tambang hutan atau biasa disebut Aktiva Sumber Alam.

Sedangkan jenis-jenis aktiva tetap, terdiri dari :

a. Lahan, yaitu bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi, apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya maka harus dipisahkan pencatatanya dari lahan tersebut. Khusus untuk bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya seperti jalan, maka pencatatanya dapat digabungkan dalam nilai lahan.

b. Gedung, adalah bangunan yang berdiri di atas lahan baik di atas tanah ataupun di atas air. Tidak seperti tanah yang tidak pernah disusutkan, maka gedung mengalami penyusutan dari tahun ke tahun sehingga nilainya akan berkurang tiap periodenya.

c. Mesin, yaitu alat mekanis yang dikuasai perusahaan alam kegiatannya baik untuk dagang ataupun jasa. Pencatatanya dilakukan dengan menambahkan nilai dari peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin itu.

d. Kenderaan, merupakan sarana angkutan yang dimiliki perusahaan untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Misalnya Truk, Mobil dinas, kenderaan roda dua, serta jenis kenderaan lain yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi.


(28)

e. Inventaris, perlengkapan yang melengkapi isi kantor misalnya. Termasuk perlengkapan pabrik, kantor, ataupun alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan. Contoh : Inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris Laboratorium, serta inventaris gudang.

PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan menggolongkan aktiva tetap ke dalam 4 golongan yaitu :

1. Machineries

Terdiri dari :

a. Overhead projector, b. LCD projector / infocus,

c. Focusing screen / Layar LCD Projector d. Sepeda motor

e. Mesin ketik f. Mesin fotocopy g. Generator

2. Tools and equiptment

Terdiri dari :

a. Alat pemotong kertas, b. Lemari es,

c. AC ( Window , Split ), d. Kipas angin,

e. Televisi, f. Dispenser, g. Printer,

h. Pesawat telepon. i. Tabung pemadam api j. Microphone


(29)

3. Furniture and fixture

Terdiri dari :

a. Filling kabinet besi, b. Brankas,

c. Papan visual / papan nama, d. White board,

e. Meja kerja besi / metal f. Meja kerja kayu, g. Kursi besi / metal, h. Kursi kayu, i. Meja komputer, j. Meja ketik, k. Meja telepon, l. Karpet, m. PC unit, n. CPU, o. Keyboard,

p. Lemari penyimpanan, q. Lemari besi / metal, r. Lemari kayu.

s. Rak kayu t. Cermin besar u. Jam elektronik v. Laptop

w. Scanner

4. Installation

Terdiri dari : a. Elektrik,

b. Kabel elektronik, c. Kabel Komputer


(30)

C. Perolehan Aktiva Tetap

Menurut S. Hadibroto ada beberapa cara untuk memperoleh aktiva tetap dalam perusahaan. Diantaranya adalah : 1. Dengan pembelian tunai, 2. Dengan pembelian angsuran, 3. Dengan pertukaran aktiva lain, 4. Dengan membuat sendiri, 5. Sewa guna usaha, 6. Pertukaran dengan sekuritas dan 7. Dari pemberian atau hadiah.

Cara memperoleh aktiva tetap ini akan mempengaruhi akuntansi dari pada harta tetap, khususnya mengenai masalah biaya perolehannya sampai dengan aktiva tetap ditetapkan dan siap dipergunakan. Berikut akan diuaraikan tiap cara dari perolehan aktiva tetap ini.

1. Pembelian tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembelian tunai akan memerlukan uang kas. Pengeluaran yang menjadi biaya perolehan adalah harga aktiva itu sendiri ditambah dengan biaya yang menyangkut padanya. Seperti : pajak penjualan, biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, pemasangan dan lain-lain biaya, sehingga aktiva ini siap dipergunakan.

Biaya yang dibebankan pada pembelian tanah selain daripada harga dasar tanah termasuk pula biaya seperti : komisi bagi perantara, pengukuran tanah, pematangan tanah, penelitian, sertifikat tanah dan biaya lain-lain yang tersangkut dengan pembeliannya.


(31)

Biaya yang dimaksudkan dalam pembelian aktiva tetap lainnya, seperti bangunan, kenderaan, dan lain-lain akan sama dengan aktiva yang disebutkan di atas yaitu biaya-biaya yang memungkinkan aktiva siap untuk dipergunakan.

Jika aktiva yang dibeli merupakan barang bekas, selalu dibebankan pula biaya onderdil yang baru yang diperlukan, biaya perbaikan, jika perlu biaya pengecatan dan biaya lain-lain, sehingga aktiva ini akan menambah umur manfaatnya dan siap untuk dipergunakan.

2. Pembelian angsuran

Apabila Aktiva diperoleh dengan pembelian angsuran untuk beberapa jangka waktu, maka perhitungan biaya perolehannya bergantung pada kontrak jual belinya. Pada pembelian demikian selalu dikenakan bunga, dan bunga dibebankan pada biaya bunga, tidak termasuk dalam biaya perolehan aktiva. Dengan kata lain perolehan aktiva ini sama dengan cara pembelian tunai.

3. Pertukaran aktiva lain

Suatu aktiva yang diperoleh dengan tukar-tambah, harga aktiva yang baru (pengertian baru disini, tidak senantiasa barang yang belum pernah dipakai) dinilai dengan harga pasarnya. Perbedaan harga antara aktiva yang baru dan nilai buku aktiva yang baru akan merupakan keuntungan atau kerugian dalam pertukaran kedua aktiva ini. Apabila aktiva yang baru ini dibeli dengan tunai, maka biaya perolehan dari aktiva ini ialah jumlah uang tunai yang dikeluarkan, sedangkan selisih harga aktiva baru dan nilai buku aktiva lama akam merupakan keuntungan ataupun kerugian.


(32)

4. Membuat sendiri

Adakalanya aktiva dalam perusahaan diperoleh dengan cara membuat sendiri. Ini selalu dilakukan karena biaya perolehannya akan lebih rendah atau kwalitas yang lebih baik daripada membeli. Dalam membuat sendiri aktiva-aktiva yang dibutuhkan oleh perusahaan akan menimbulkan bermacam-macam biaya untuk mendapatkan biaya perolehan aktiva hingga siap dipergunakan.

Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun atau membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan untuk menjalankan operasinya :

a. Memanfaatkan fasilitas yang menganggur b. Menghemat biaya konstruksi

c. Mencapai standar kualitas konstruksi yang lebih tinggi d. Agar dapat segera dioperasikan

Biaya perolehan aktiva adalah seluruh biaya-biaya pembuatannya, bahan baku, tenaga kerja dan biaya tidak langsung yang merupakan biaya-biaya diluar daripa biaya operasi perusahaan sehari-hari.

5. Sewa guna usaha

Sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih (option) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa guna usaha.


(33)

Ada dua kemungkinan yang sering digunakan :

a. Sewa guna usaha dianggap sebagai persetujuan sewa menyewa (operating lease), adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna

usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha b. Sewa guna usaha dianggap sebagai transaksi pembelian / penjualan (finance

lease ), adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

6. Pertukaran dengan sekuritas

Perusahaan bisa mendapatkan aktiva tetapnya melalui pertukaran dengan surat- surat berharga atau sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan yang

bersangkutan, baik berupa sekuritas hutang maupun sekuritas saham. Pada dasarnya, nilai perolehan aktiva yang didapat melalui transaksi pertukaran

dengan sekuritas harus diukur berdasarkan :

a. Harga pasar dari sekuritas yang diserahkan dalam transaksi b. Harga pasar yang didapat

Aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi pertukaran dengan sekuritas biasanya dalam rangka merger atau akuisisi.

7. Pemberian atau hadiah

Aktiva yang diperoleh sebagai pemberian atauh hadiah dari pihak lain sebenarnya tidak ada pengeluaran biaya. Kalaupun ada biaya dikeluarkan hanya


(34)

untuk memperolehnya, akan tetapi biaya ini tidak akan begitu besar jika dibandingkan dengan nilai daripada aktiva itu sendiri.

Meskipun demikian, maka karena aktiva ini dipergunakan dalam operasi perusahaan, harus mempunyai biaya perolehannya untuk pembebanan depresiasi. Pada umumnya aktiva ini harus dinilai biaya perolehannya dan dibukukan sebagai aktiva tetap dengan mempunyai nilai buku. Penilain biaya perolehan ini merupakan penambahan kekayaan perusahaan, atau menjadi sumber penambahan modal. Dalam pembukuan ini dinyatakan dengan perkiraan Modal donasi (donation capital).

Sebagai contoh untuk suatu kenderaan pemberian, pembukuannya : Kenderaan Rp 3.000.000

Modal donasi – Kenderaan hadiah Rp 3.000.0000

Dari beberapa cara perolehan aktiva tetap diatas, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan pada umumnya memperoleh aktiva tetapnya dengan cara pembelian tunai , donasi / sumbangan.

1. Pembelian Tunai

Aktiva tetap yang dibeli secara tunai dicatat sebesar harga yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya- biaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu dikurangi potongan harga yang diberikan, baik karena pembelian dalam jumlah besar maupun karena pembayaran yang dipercepat.

Aktiva tetap yang dimiliki oleh PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan dilakukan dengan cara pembelian tunai, yaitu: komputer, kipas


(35)

angin, meja dan peralatan-peralatan kantor. Pengadaan/pembelian aktiva tetap yang kategori harganya dibawah 50 juta, atau 50 – 100 juta dilakukan dengan melakukan prosedur.

Pembelian aktiva tetap tersebut terdapat dalam fungsi general branch administration yang salah satu fungsinya memiliki peranan dan tanggung jawab didalam proses pengadaan aktiva tetap. Dalam hal ini dilakukan oleh bagian unit operation. Setelah pengadaan barang tersebut dilakukan, maka barang diserahkan ke bag.perlengkapan untuk ditandatangani kemudian didistribusikan ke sub bagian yang membutuhkan.

Aktiva tetap harus diberi penomoran inventaris sebagai bentuk pengawasan internal atas aktiva tetap yang dilakukan PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan.

2. Donasi atau sumbangan

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau sebagai penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent ( appraisal compan ) dan kredit modal donasi ( donation capital ) .

Ikatan Akuntan Indonesia, ( 2002:16,7) berpendapat bahwa “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.


(36)

Aktiva tetap yang dihadiahkan dicatat sebagai aktiva apabila hak atas aktiva tetap tersebut telah diterima. Apabila ada biaya-biaya dalam rangka perolehan ini, maka dicatat sebagai resume expenditure.

Contohnya : biaya surat-surat, akte, dan sebagainya. Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Aktiva tetap xxx

Modal donasi xxx D. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah, akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa. Dengan demikian, harga perolehan aktiva semacam ini harus dipindahkan ke perkiraan beban secara teratur selama masa manfaatnya yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini disebut penyusutan (depreciation ).

Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva tetap dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebut menurun dari hari ke hari.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:16.2) “Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”.

Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan manfaat dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :


(37)

1. Penyusutan Fisik

Penyusutan yang disebabkan karena keusangan suatu aktiva tetap, dan hal tersebut tidak dapat dihindari. Keusangan dikarenakan pemakaian yang sudah terlalu lama dan keausan karena gerakan elemen – elemen.

2. Penyusutan Fungsional

• Ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi • Perubahan permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan

• Kemajuan teknologi yang menyebabkan suatu aktiva tidak ekonomis lagi untuk dipergunakan.

Selanjutnya dalam nenetukan jumlah beban penyusutan, terdapat istilah-istilah yang harus dipahami yaitu:

a. Biaya awal Aktiva Tetap (Cost), yaitu biaya dari suatu aktiva termasuk semua pengeluaran yang berhubungan dengan perolehannya dan biaya persiapan untuk penggunaan sampai dengan Aktiva Tetap tersebut siap untuk digunakan.

b. Nilai sisa (residual value), yaitu nilai buku akhir Aktiva Tetap ketika Aktiva Tetap tersebut ditarik dari pemakaian (dinonaktifkan).

c. Masa manfaat (Use Full Life), yaitu berapa lama Aktiva Tetap tersebut dapat diambil manfaatnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah beban penyusutan, antara lain:


(38)

Dengan metode garis lurus dalam menghitung penyusutan berarti beban penyusutan dibebankan secara merata selama estimasi umur aktiva tersebut. Untuk menentukan besarnya beban penyusutan tiap tahun, harga pembelian aktiva dikurangi taksiran nilai residu dibagi dengan umur ekonomis yang ditaksir. Atau dengan rumus :

Penyusutan tahunan = Harga perolehan- Nilai ekonomis Umur ekonomis

Contoh : Suatu aktiva dengan harga Rp 41.000.000, umur ekonomis diperkirakan 5 tahun, nilai residu ditaksir Rp 1.000.000. Maka beban penyusutan tiap tahun dihitung sebagai berikut :

Penyusutan tahunan = Rp 41.000.000 – Rp 1.000.000 5

= Rp 8.000.000

Apabila disusun jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi akan tampak: Beban Penyusutan Mesin Rp 8.000.000

Akumulasi Penyusutan Mesin Rp 8.000.000

2. Metode Saldo Menurun Berganda

Metode saldo menurun menghasilkan beban penyusutan periodik yang semakin menurun sepanjang umur estimasi aktiva itu. Cara menghitung beban penyusutan yaitu dengan menggunakan persentase penyusutan yang tetap, dihitung


(39)

Contoh : Sebuah aktiva tetap yaitu peralatan kantor dimiliki dengan harga perolehan Rp 15.000.000 , nilai residu Rp 1.500.000 , umur ekonomis 5 tahun.

Maka penyusutannya = Rp 15.000.000 – Rp 1.500.000 5

= Rp. 2.700.000 Tarif penyusutan saldo menurun : 100%

5 tahun = 20%

Tarif ganda = 20% x 2 = 40%

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda

Tahun Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan Nilai Buku I II III IV V

40% x 15.000.000 = 6.000000 40% x 9.000.000 = 3.600.000 40% x 5.400.000 = 2.160.000 40% x 3.240.000 = 1.296.000 40% x 1.944.000 = 6.000000

6.000.000 9.600.000 11.760.000 13.056.000 13.833.000 9.000.000 5.400.000 3.240.000 1.944.000 1.166.400

3. Metode Satuan Unit Produksi

Menurut metode ini, besarnya penyusutan tiap periode akuntansi dihitung berdasarkan kapasitas produksi yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh suatu aktiva. Dengan demikian, besarnya beban penyusutan tiap- tiap periode belum tentu sama.


(40)

Contoh : Harga beli sebuah mesin Rp 12.000.000 dan nilai residu Rp 2.000.000. Selama umur produksi diperkirakan dapat menghasilkan 80.000 unit produk.

Maka beban penyusutan per satuan produksi :

Penyusutan per unit produksi = Rp 12.000.000 – Rp 2.000.000 80.000

= Rp 125

Berdasarkan contoh diatas, apabila selama periode pertama mesin itu dapat menghasilkan 10.000 unit produk maka besarnya beban penyusutan adalah 10.000 X Rp 125 = Rp 1.250.000. Pada tahun berikutnya, mesin tersebut dapat menghasilkan 9.000 unit produk,

maka besarnya beban penyusutan = 9.000 X Rp 125 = Rp 1.125.000

4. Metode Jumlah Angka Tahun

Metode jumlah angka tahun memberikan hasil yang sama seperti yang dihasilkan metode saldo menurun. Beban penyusutan periodic akan menurun secara tetap sepanjang umur estimasi itu karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun terhadap harga perolehan aktiva tetap dikurangi estimasi nilai residu, semakin kecil. Jumlah angka tahun dihitung dengan rumus :

Jumlah angka tahun = n ( n+1 ) 2 n = Lama penyusutan ( umur ekonomis aktiva )

contoh : Jika harga beli sebuah aktiva Rp 15.500.000 dan nilai residu Rp 500.000 dengan umur ekonomis 5 tahun.


(41)

Maka penyusutannya tiap tahun adalah :

Tahun I = 5/15 X ( Rp 15.500.000 – Rp 500.000 ) = Rp 5.000.000 Tahun II = 4/15 X ( Rp 15.500.000 – Rp 500.000 ) = Rp 4.000.000 Tahun III = 3/15 X ( Rp 15.500.000 – Rp 500.000 ) = Rp 3.000.000 Tahun IV = 2/15 X ( Rp 15.500.000 – Rp 500.000 ) = Rp 2.000.000 Tahun V = 1/15 X ( Rp 15.500.000 – Rp 500.000 ) = Rp 1.000.000

Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Medan semua aktiva tetap disusutkan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus/straight line method. Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap.

Dengan metode ini diasumsikan besarnya biaya penyusutan tiap periode akan tetap sama sepanjang aktiva tetap masih digunakan dalam operasi perusahaan. Nilai buku aktiva tetap akan semakin menurun akibat adanya alokasi, akan tetapi apabila terhadap aktiva tetap diadakan perbaikan yang dapat memperpanjang umur aktiva tetap tersebut, maka jumlah penyusutannya akan berubah.

E. Penarikan Aktiva Tetap

Aktiva tetap tidak boleh ditarik dari akun hanya karena aktiva tetap tersebut disusutkan secara penuh. Jika aktiva masih digunakan oleh perusahaan, maka biaya dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat dalam buku besar. Jika nilai buku aktiva tetap dihapuskan dari buku besar, maka tidak akan ada lagi bukti mengenai


(42)

keberadaan aktiva tetap tersebut. Penarikan aktiva tetap dimaksudkan sebagai upaya untuk menghapuskan aktiva tetap dari catatan perusahaan.

Penarikan aktiva tetap dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: 1. Pembuangan Aktiva Tetap

Apabila aktiva tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan serta tidak memiliki nilai jual maka aktiva tersebut dapat dibuang. Jika aktiva tetap tersebut belum disusutkan secara penuh, maka harus terlebih dahulu dilakukan pencatatan penyusutan sebelum aktiva dibuang dan dihapus dari catatan akuntansi perusahaan. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi ini dilaporkan sebagai beban lain-lain ataupun sebagai pendapatan lain-lain. Misalkan suatu jenis peralatan diperoleh seharga Rp 3.000.000,- dan telah disusutkan secara penuh pada akhir periode. Pada awal februari, peralatan tersebut dibuang.

Jurnal untuk mencatat pembuangan aktiva tetap ini adalah :

Ak Penyusutan Peralatan Rp 3.000.000

Peralatan Rp 3.000.000

2. Penjualan Aktiva Tetap

Apabila suatu aktiva tetap sudah tidak digunakan lagi, tetapi masih memiliki nilai jual maka aktiva tetap tersebut dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan penjualan apabila dijual di atas nilai bukunya. Ataupun akan menimbulkan kerugia penjualan apabila dijual di bawah nilai bukunya. Misalkan bahwa suatu peralatan yang diperoleh seharga Rp 3.500.000,- dan disusutkan dengan menggunakan


(43)

metode garis lurus sebesar 20% setiap tahunnya. Peralatan tersebut dijual secara tunai pada awal tahun ke-4 pemakainnya. Saldo akumulasi penyusutan pada saat penjualan terjadi adalah Rp 2.800.000,-. Nilai buku peralatan tersebut adalah Rp 700.000,-

• Penjualan seharga nilai buku Rp 700.000,-

Kas Rp 2.800.000,-

Ak Penyusutan Peralatan Rp 700.000,-

Peralatan Rp 3.500.000,-

• Penjualan di bawah nilai buku Rp 500.000,-

Kas Rp 500.000,-

Ak Penyusutan Peralatan Rp 2.800.000,- Kerugian Penjualan Aktiva Rp 200.000,-

Peralatan Rp 3.500.000,-

• Penjualan di atas nilai buku Rp 800.000,-

Kas Rp 800.000,-

Ak Penyusutan Peralatan Rp 2.800.000,-

Peralatan Rp 3.600.000,-

Keuntungan atas Penjualan Rp 100.000,-


(44)

Sering terjadi bahwa aktiva lama ditukar dengan aktiva baru dengan mempertimbangkan harga pasar aktiva lama. Pertukaran ini dapat terjadi baik antara aktiva yang sejenis ataupun aktiva tetap yang tidak sejenis. Nilai tukar tambah (trade-in allowance), dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai buku aktiva lama. Saldo yang tersisa atau jumlah yang terutang dapat dibayarkan tunai atau dicatat sebagai suatu kewajiban. Penjelasan tentang pertukaran ini telah termuat dalam penjelasan pada perolehan aktiva tetap. Pertukaran seperti ini akan menimbulkan keuntungan dan kerugian pertukaran.

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan penggantian aktiva tetap dengan beberapa cara yaitu :

1. Dengan Cara Dibuang

Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan di non aktifkan. Hal ini dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan opersional perusahaan serta sudah tidak memiliki nilai residu dan nilai pasar.

2. Dengan Cara Ditukar dengan Aktiva Lain

Pertukaran aktiva tetap dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang sama penggunaannya. Nilai tukar tambah peralatan lama dikurangkan dari harga peralatan baru, dan sia yang terhutang dibayar sesuai persyaratan kredit. Jika nilai tukar lebih besar dari pada nilai buku, maka diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nila tukar lebih kecil daripada nilai buku, berarti pertukaran tersebut mendatangkan kerugian


(45)

F. Pengawasan Internal Aktiva Tetap

Pengawasan yang baik atas aktiva tetap merupakan salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Pengawasan terhadap aktiva harus dilakukan secara tepat dan terorganisir. Alasan ini disebabkan keberadaan aktiva tetap merupakan sesuatu yang penting dalam pelaksanaan operasional perusahaan.

Aktiva tetap memerlukan perencanaan dan pengawasan yang tetap agar tidak terjadi penggelapan, kecurangan, ataupun penyelewengan terhadap aktiva tersebut. Penetapan sistem pengawasan intern yang baik dapat menunjang peningkatan efisiensi dan kualitas kegiatan operasional perusahaan. Fungsi pengawasan dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Pimpinan bertanggungjawab penuh dalam usaha pengawasan intern terhadap aktiva tetap. Manajemen perlu memperhatikan dan menentukan cara yang baik untuk menciptakan sistem pengawasan yang efektif dan efisien agar pelaksanaan prosedur – prosedur pengawasan dapat dilaksanakan sebaik mungkin. Pengawasan intern merupakan kebijakan dan prosedur spesifik yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa sasaran dan tujuan perusahaan dapat dipenuhi.

Ikatan Akuntan Indonesia (2002:29) mendefenisikan pengawasan intern sebagai berikut :

“Pengawasan intern meliputi organisasi serta metode ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta milik perusahaan, mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan”.


(46)

Menurut Mulyadi (2002;180) mengatakan bahwa pengertian pengawasan intern adalah sebagai berikut:

“Pengawasan intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan karyawan lainnya yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian pada tiga tujuan : a. Laporan keuangan yang dapat diandalkan

b. Kepatuhan terhadap hukuman peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan

Dari pengertian di atas terlihat bahwa makna tersebut pada dasarnya adalah sama. Salah satu alasan mengapa pengawasan internal penting untuk dilakukan adalah lingkup dan ukuran bisnis entitas yang telah menjadi sangat kompleks dan tersebar luas sehingga manajemen suatu perusahaan harus bergantung pada sejumlah laporan dan analisis. Selain tiu pengujian dan penelaahan yang melekat dalam pengawasan internal yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.

Pengawasan internal meliputi dua hal, yaitu :

1. Pengendalian Akuntansi, yaitu catatan dan pemeriksaan fisik meliputi pengamanan terhadap kekayaan perusahaan termasuk pemisahan kerja antara fungsi operasional, penyimpanan dan pencatatan serta pengawasan fisik atas harta sehingga menghasilkan suatu catatan yang memadai. 2. Pengendalian administrasi, yaitu pengendalian yang meliputi peningkatan

efisiensi usaha dan mendorong dipatuhinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengendalian ini pada umumnya tidak berhubungan langsung dengan catatan akuntansi.


(47)

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan salah satu alat bagi manajemen atau pimpinan perusahaan untuk mengendalikan kegiatannya. Proses pembentukannya dimulai dengan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan utuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Setiap kegiatan akan dibagi kedalam unit-unit kegiatan yang lebih kecil, dengan disertai perincian tugas dari masing-masing karyawan yang menjalankan tugasnya. Selanjutnya tugas tersebut dibagi-bagi dan ditentukan bagian-bagian mana yang akan mengerjakan suatu tugas atau kelompok tugas tertentu. Apabila diperlukan didalam suatu bagian masih bisa dibentuk sub bagian yang lebih kecil sesuai dengan bentuk bagian yang diperlukan dalam organisasi

Tahap terakhir adalah menentukan hubungan antara tugas yang satu dengan tugas yang lain. Penentuan ini agar tercipta kerjasama yang baik dan terarah diantara bagian-bagian tersebut, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan pembukuan

Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklasifikasikan data akuntansi dengan tepat. Klasifikasi data akuntansi ini dapat dilakukan dalam rekening-rekening buku besar yang biasanya diberi nomor kode dengan


(48)

cara tertentu dan dibuatkan buku pedoman mengenai penggunaan debit dan kredit masing-masing rekening.

Prosedur yang baik adalah prosedur yang mencapai tujuannya dengan cara yang sederhana, membagi pekerjaan secara logis dan mudah dipahami sehingga bakat karyawan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Sedangkan prosedur yang efektif adalah prosedur yang dapat memaksakan kepatuhan.

Dengan demikian sistem wewenang dan prosedur pembukuan merupakan suatu tata cara pencatatan, pelaporan, serta pengesahan operasi-operasi dan transaksi-transaksi perusahaan sedemikian rupa sehingga adanya tercipta keabsahan dan ketelitian pencatatan harta, hutang, modal, penghasilan dan biaya-biaya perusahaan.

c. Praktik yang sehat, meliputi:

1) Dilakukan pencocokan fisik dengan kartu aktiva tetap secara periodik 2) Penggunaan anggaran investasi sebagai alat pengendalian investasi

dalam aktiva tetap. Pengawasan investasi dalam aktiva tetap yang baik dilaksanakan dengan menggunakan perencanaan yang dituangkan dalam anggaran investasi. Anggaran ini disusun setelah dilakukan analisa terhadap studi kelayakan usulan investasi.

3) Penutupan asuransi aktiva tetap terhadap kerugian. Untuk mencegah kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran atau kecelakaan, aktiva tetap harus diasuransikan dengan jumlah pertanggungjwaban yang memadai.


(49)

4) Kebijakan akuntansi tentang pemisahan antara pengeluaran modal (capital expenditure) dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) harus dinyatakan secara eksplisit dan tertulis untuk menjamin konsistensi perlakuan akuntansi terhadap kedua macam pengeluaran tersebut.

Unsur di atas harus menjadi perhatian penting bagi pihak manajemen dalam menentukan pengawasan internal yang dilakukannya agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Serta untuk mencapai tujuan utama dari pengawasan internal aktiva itu sendiri, yaitu :

a) Membatasi pengeluaran modal dalam batas yang disetujui sesuai dengan kebutuhan perusahan.

b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam menjalankan aktivitas perusahaan.

c) Menetapkan prosedur-prosedur perlindungan dalam pemeliharaan fisik suatu aktiva tetap.

d) Menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.

e) Mendorong usaha perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan berikut cara yang paling menguntungkan untuk membiayai aktiva tetap.

f) Melindungi aktiva perusahaan terhadap segala bentuk penyelewengan yang mungkin terjadi yang dapat merugikan perusahaan.


(50)

Ada tiga jenis pengawasan internal atas aktiva tetap yang dapat dilakukan, yaitu ;

1. Pengawasan Administrasi

Pengawasan ini meliputi pengawasan system dan prosedur penyelenggaraan inventaris serta yang berhubungan dengan masalah teknik dan materi inventarisasi. Misalnya, induk barang atau buku lainnya.

2. Pengawasan Fisik

Pengawasan ini meliputi penyesuaian keadaan fisik aktiva tetap di lapangan dengan laporan yang terdapat dalma daftar dalam daftar inventaris maupun administrasi inventarisasinya.

3. Pengawasan Penggunaan

Pengawasan ini dilakukan untuk mengetahui apakah aktiva tetap digunakan dengan memperhatikan efisiensi penggunaannya atau tidak.

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan pengawasan internal atas aktiva tetapnya sebagai berikut :

1. Pengawasan melalui persetujuan

Pemberian persetujuan atas pemakaian aktiva tetap biasanya dilakukan dengan persetujuan Pembantu Kepala Operation ( Operation Head).

2. Pengawasan terhadap gerak-gerik fisik

Jika terdapat aktiva yang rusak maupun telah usang sehingga habis manfaatnya atau tidak dapat dipakai lagi , maka perusahaan melakukan


(51)

sejumlah prosedur– prosedur atau peraturan-peraturan yang dilakukan sehubungan untuk melindungi aktiva tetapnya. Misalnya, terdapat aktiva yang telah rusak, maka akan dilaporkan kepada Bagian Operation untuk perlakuan tindak lanjut atas aktiva tersebut. Namun biasanya aktiva yang dapat diperbaiki akan direparasi terlebih dahulu oleh teknisi.

3. Pemberian nomor urut

Aktiva tidak diberikan nomor urut, melainkan diberi cap PT. Bank Tabungan Negara, agar pengendalian intern baik dokumen maupun aktiva dapat berjalan efektif.

4. Prosedur atas pengawasan intern

Kepala Operation PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan bimbingan ataupun lokakarya bagi seluruh staf-staf berupa prosedur-prosedur dan pelatihan-pelatihan tentang cara pengoperasian aktiva tetap. Perusahaan mengembangkan dan menerapkan sistem kepemimpinan yang bersifat kolegial yang pada prinsipnya berorientasi pada kebersamaan. Setiap rencana kegiatan dan pelaksanaan program fakultas selalu dibangun melalui pembahasan pada rapat-rapat departemen, sehingga proses akuntabilitas atas pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik .

5. Pemeriksaan secara fisik atas kekayaan perusahaan

Perusahaan melakukan perhitungan fisik secara berkala dengan melihat langsung kekayaan perusahaan dengan membandingkan aktiva yang duhitung dengan catatan yang bersangkutan sebagai pengendalian dasar


(52)

untuk mengetahui kebenaran kelengkapan dan ketepatan. Pemeriksaan biasanya dilakukan setahun sekali pada akhir periode.

6. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang tidak terpakai

Aktiva tetap yang tidak dipakai/digunakan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan, tidak dapat dibuang, karena semua aktiva tetap tersebut dipindahkan kedalam tempat penyimpanan barang (gudang) guna sebagai bukti otentik perusahaan.


(53)

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dan analisis serta evaluasi yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Aktiva tetap yang terdapat dalam PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan pada umunya diperoleh dengan cara pembelian tunai, donasi atau sumbangan.

2. Metode penyusutan yang dipakai PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan adalah metode garis lurus / straight line method.

3. Pencatatan yang lengkap mengenai aktiva tetap PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan belum dilaksanakan dengan baik.

4. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan pengawasan internal atas aktiva tetapnya sebagai berikut :

a. Pengawasan melalui persetujuan b. Pengawasan terhadap gerak-gerik fisik c. Pemberian nomor urut

d. Prosedur atas pengawasan intern

e. Pemeriksaan secara fisik atas kekayaan perusahaan f. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang tidak terpakai


(54)

B. Saran

1. Pengawasan pada aktiva tetap sebaiknya terus ditingkatkan untuk mencapai pengawasan intern yang lebih baik, selain membantu untuk mencegah terjadinya penyelewengan atas aktiva tetap.

2. Akan lebih baik bila ada pemisahan tugas yang jelas untuk menghindari terjadinya tugas rangkap.

3. Penyajian catatan dan pembukuan aktiva tetap harus lebih transparansi, sehingga pengawasan intern aktiva tetap dapat dilakukan lebih baik.

4. Akan lebih baik pengawasan internal terhadap aktiva tetap dilakukan secara continue agar terlihat jelas fungsi controlling terhadap pengawasan tersebut.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Hadibroto, S., Dachnial Lubis, dan Sudardjat Sukadam. 2000. Dasar-dasar Akuntansi. Penerbit : LP3ES, Jakarta.

Halim dan Bambang Supomo. 2001. Akuntansi Manajemen, Edisi Kesatu.

Penerbit: BPFE Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Yogya, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Paul D. Kimmel. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi Ke-7. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

S.R Soemarsono. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima (Revisi). Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Suharli Michell. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis dan Dagang. Penerbit: Graha Ilmu, Jakarta.

Warren, Carl S, James M Reeve, and Philip E. Fess. 2006. Pengantar Akuntansi, Edisi Ke-21, Buku Kesatu, Cetakan Pertama, Terjemahan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.


(1)

Ada tiga jenis pengawasan internal atas aktiva tetap yang dapat dilakukan, yaitu ;

1. Pengawasan Administrasi

Pengawasan ini meliputi pengawasan system dan prosedur penyelenggaraan inventaris serta yang berhubungan dengan masalah teknik dan materi inventarisasi. Misalnya, induk barang atau buku lainnya.

2. Pengawasan Fisik

Pengawasan ini meliputi penyesuaian keadaan fisik aktiva tetap di lapangan dengan laporan yang terdapat dalma daftar dalam daftar inventaris maupun administrasi inventarisasinya.

3. Pengawasan Penggunaan

Pengawasan ini dilakukan untuk mengetahui apakah aktiva tetap digunakan dengan memperhatikan efisiensi penggunaannya atau tidak.

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan pengawasan internal atas aktiva tetapnya sebagai berikut :

1. Pengawasan melalui persetujuan

Pemberian persetujuan atas pemakaian aktiva tetap biasanya dilakukan dengan persetujuan Pembantu Kepala Operation ( Operation Head).

2. Pengawasan terhadap gerak-gerik fisik

Jika terdapat aktiva yang rusak maupun telah usang sehingga habis manfaatnya atau tidak dapat dipakai lagi , maka perusahaan melakukan


(2)

sejumlah prosedur– prosedur atau peraturan-peraturan yang dilakukan sehubungan untuk melindungi aktiva tetapnya. Misalnya, terdapat aktiva yang telah rusak, maka akan dilaporkan kepada Bagian Operation untuk perlakuan tindak lanjut atas aktiva tersebut. Namun biasanya aktiva yang dapat diperbaiki akan direparasi terlebih dahulu oleh teknisi.

3. Pemberian nomor urut

Aktiva tidak diberikan nomor urut, melainkan diberi cap PT. Bank Tabungan Negara, agar pengendalian intern baik dokumen maupun aktiva dapat berjalan efektif.

4. Prosedur atas pengawasan intern

Kepala Operation PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan bimbingan ataupun lokakarya bagi seluruh staf-staf berupa prosedur-prosedur dan pelatihan-pelatihan tentang cara pengoperasian aktiva tetap. Perusahaan mengembangkan dan menerapkan sistem kepemimpinan yang bersifat kolegial yang pada prinsipnya berorientasi pada kebersamaan. Setiap rencana kegiatan dan pelaksanaan program fakultas selalu dibangun melalui pembahasan pada rapat-rapat departemen, sehingga proses akuntabilitas atas pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik .

5. Pemeriksaan secara fisik atas kekayaan perusahaan

Perusahaan melakukan perhitungan fisik secara berkala dengan melihat langsung kekayaan perusahaan dengan membandingkan aktiva yang duhitung dengan catatan yang bersangkutan sebagai pengendalian dasar


(3)

untuk mengetahui kebenaran kelengkapan dan ketepatan. Pemeriksaan biasanya dilakukan setahun sekali pada akhir periode.

6. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang tidak terpakai

Aktiva tetap yang tidak dipakai/digunakan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan, tidak dapat dibuang, karena semua aktiva tetap tersebut dipindahkan kedalam tempat penyimpanan barang (gudang) guna sebagai bukti otentik perusahaan.


(4)

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dan analisis serta evaluasi yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Aktiva tetap yang terdapat dalam PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan pada umunya diperoleh dengan cara pembelian tunai, donasi atau sumbangan.

2. Metode penyusutan yang dipakai PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan adalah metode garis lurus / straight line method.

3. Pencatatan yang lengkap mengenai aktiva tetap PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan belum dilaksanakan dengan baik.

4. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan pengawasan internal atas aktiva tetapnya sebagai berikut :

a. Pengawasan melalui persetujuan b. Pengawasan terhadap gerak-gerik fisik c. Pemberian nomor urut

d. Prosedur atas pengawasan intern

e. Pemeriksaan secara fisik atas kekayaan perusahaan f. Perlakuan terhadap aktiva tetap yang tidak terpakai


(5)

B. Saran

1. Pengawasan pada aktiva tetap sebaiknya terus ditingkatkan untuk mencapai pengawasan intern yang lebih baik, selain membantu untuk mencegah terjadinya penyelewengan atas aktiva tetap.

2. Akan lebih baik bila ada pemisahan tugas yang jelas untuk menghindari terjadinya tugas rangkap.

3. Penyajian catatan dan pembukuan aktiva tetap harus lebih transparansi, sehingga pengawasan intern aktiva tetap dapat dilakukan lebih baik.

4. Akan lebih baik pengawasan internal terhadap aktiva tetap dilakukan secara continue agar terlihat jelas fungsi controlling terhadap pengawasan tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hadibroto, S., Dachnial Lubis, dan Sudardjat Sukadam. 2000. Dasar-dasar Akuntansi. Penerbit : LP3ES, Jakarta.

Halim dan Bambang Supomo. 2001. Akuntansi Manajemen, Edisi Kesatu.

Penerbit: BPFE Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Yogya, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Paul D. Kimmel. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi Ke-7. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

S.R Soemarsono. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima (Revisi). Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Suharli Michell. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis dan Dagang. Penerbit: Graha Ilmu, Jakarta.

Warren, Carl S, James M Reeve, and Philip E. Fess. 2006. Pengantar Akuntansi, Edisi Ke-21, Buku Kesatu, Cetakan Pertama, Terjemahan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.