Putusan nomor: 06Pid.B2013PN.Lbh merupakan putusan yang bersifat materiil, yakni putusan akhir yang berisi pemidanaan terhadap terdakwa. Hal ini
dapat diketahui dari isi vonis hakim yang menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana penipuan Pasal 378
KUHP. Pada putusan tersebut terdakwa dijatuhi hukuman pidana penjara selama 3 tiga bulan dengan dikurangi masa penahanan.
2.7.5 Pertimbangan Hakim
Pertimbangan hakim merupakan landasan atau kunci pokok yang akan menghasilkan putusan terhadap suatu tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa. Peter Mahmud Marzuki menyebut pertimbangan hakim ini dengan istilah ratio decidendi yakni alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim
untuk sampai kepada putusannya.
30
Pertimbangan hakim adalah berupa pertimbangan hukum yang menjadi dasar hakim untuk menjatuhkan suatu
putusan. Pertimbangan hukum diartikan sebagai suatu tahapan dimana majelis hakim mempertimbangkan fakta yang terungkap selama persidangan berlangsung.
Menurut ketentuan Pasal 197 ayat 1 huruf d KUHAP, pertimbangan hakim yang dimuat dalam putusan disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa. Rusli Muhammad membagi
pertimbangan hakim menjadi 2 dua kategori, yakni:
31
1. Pertimbangan yang bersifat yuridis a Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
b Keterangan Terdakwa c Keterangan Saksi
d Barang-barang bukti e Pasal-pasal peraturan hukum pidana
2. Pertimbangan yang bersifat nonyuridis a Latar belakang perbuatan terdakwa
b Akibat perbuatan Terdakwa c Kondisi diri Terdakwa
d Keadaan sosial ekonomi terdakwa e Faktor agama Terdakwa
30
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., Hal. 119.
31
Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, Rajawali Pers, 2006, Hal. 124-144.
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Kesesuaian Antara Tindak Pidana Yang Telah Dilakukan Terdakwa Dalam Putusan Nomor: 06Pid.B2013PN.Lbh Dengan Pasal 2 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Sebagai Implementasi Asas
Lex Specialis Derogat Legi Generalis
Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yakni strafbaarfeit. Istilah tersebut mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu
hukum sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Moeljatno menyebut tindak pidana sebagai
perbuatan pidana, yakni perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai dengan ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi
barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.
32
Jadi, suatu perbuatan seseorang yang dilarang dan diancamkan pidana oleh peraturan perundang-undangan dapat
dikatakan bahwa perbuatan tersebut merupakan tindak pidana. Untuk membuktikan seseorang atau beberapa orang dapat dikatakan
bersalah telah melakukan suatu tindak pidana dapat dilakukan dengan cara membuktikannya di sidang pengadilan pidana. Namun sebelum suatu perkara
pidana dapat disidangkan di pengadilan, hal ini terlebih dahulu dilakukan suatu penuntutan oleh penuntut umum. Barulah penuntut umum akan menyusun suatu
surat dakwaan yang berisi uraian tentang rumusan tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang. Dalam menyusun surat dakwaan,
penuntut umum tentunya perlu memperhatikan syarat-syarat yang harus ada dalam surat dakwaan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 143 ayat 2 KUHAP.
Setelah memperhatikan syarat-syarat tersebut, penuntut umum kemudian akan menentukan jenis atau bentuk surat dakwaan yang akan dibuat. Dalam praktek
dikenal ada 5 lima jenis surat dakwaan, yakni:
33
32
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, 2002, Hal. 59.
33
Darwan Prinst, Loc. Cit., Hal. 122-126
25