tuntutan hukuman dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang- undang. Simorangkir menyebut putusan hakim dengan istilah “Vonis”, yakni
putusan pengadilan sebagai akhir dari suatu pemeriksaan.
25
2.7.2 Syarat-Syarat Putusan
Syarat-syarat putusan pengadilan ialah mengenai isi yang harus ada dalam putusan demi terciptanya suatu keabsahan yang dapat dipertanggungjawabkan
serta memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan memiliki daya eksekusi. Salah satu syarat putusan dianggap sah apabila putusan hakim mempunyai kekuatan
hukum dan diucapkan di sidang terbuka untuk umum kecuali untuk perkara- perkara tertentu yang ditentukan lain oleh undang-undang. Pasal 197 ayat 1
KUHAP mengatur mengenai syarat-syarat atau formalitas yang harus dipenuhi suatu putusan hakim, yakni:
1. Kepala putusan berbunyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA; 2. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa; 3. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
4. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang
menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa; 5. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;
6. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa;
7. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
25
J.C.T. Simorangkir, dalam Darwan Prinst, Op. Cit., Hal. 159.
8. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan delik disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau
tindakan yang dijatuhkan; 9. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti; 10. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik dianggap palsu; 11. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan; 12. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus, dan nama panitera. Dari syarat-syarat tersebut, jika dikaitkan dengan putusan nomor:
06Pid.B2013PN.Lbh yang penulis angkat untuk penelitian skripsi ini, maka pada point kesepuluh yakni keterangan mengenai kepalsuan surat tidak
disebutkan. Hal ini dikarenakan pada putusan tersebut tidak ada alat bukti surat yang dihadirkan pada saat pemeriksaan alat bukti di persidangan. Namun hal ini
tidaklah menjadi suatu permasalahan. Maka secara keseluruhan, putusan tersebut telah memenuhi semua syarat-syarat yang disebutkan Pasal 197 ayat 1 KUHAP.
Sehingga putusan tersebut telah terbukti keabsahannya dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat serta memiliki daya eksekusi.
2.7.3 Fakta Hukum