Pengaruh Laba Kotor Dan Laba Bersih Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang Studi Kasus Pada PT. Swarnadwipa Serdangjaja

(1)

SKRIPSI

PENGARUH LABA KOTOR DAN LABA BERSIH DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG STUDI KASUS PADA

PT. SWARNADWIPA SERDANGJAJA

OLEH :

080503066 DIMAS ADRIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH LABA KOTOR DAN LABA BERSIH DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG STUDI KASUS PADA PT. SWARNADWIPA SERDANGJAJA" adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2012

NIM : 080503066 Dimas Adrian


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai laba kotor dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa mendatang dengan menguji masing-masing variabel. Melalui penelitian ini, dapat diketahui konsep laba manakah yang paling baik dalam memprediksi arus kas.

Objek penelitian adalah PT. Swarnadwipa Serdangjaja tahun 2003 sampai 2011 secara berturut-turut selama periode pengamatan. Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba kotor memiliki kemampuan yang paling baik dibandingkan dengan laba bersih dalam memprediksi arus kas masa depan. Secara parsial hanya variabel laba kotor yang terbukti signifikan mempengaruhi variabel dependen (arus kas). Namun, secara simultan laba kotor dan laba bersih mempunyai memiliki kemampuan prediktif terhadap arus kas masa depan.


(4)

ABSTRACT

This study aimed to provide empirical evidence on gross profit and net income in predicting future cash flows by examining each variable. Through this research, we can know what income concept that is best in predicting cash flow.

The object of research is PT. Swarnadwipa Serdangjaja from 2003 to 2011 during the observation period. The method used in the selection of objects in this study was purposive sampling. Analysis model used in this study is multiple regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 17.0 for Windows.

The results of this study indicate that gross profit has the best ability as compared with net income in predicting future cash flows. Partially only variable that proved significant gross profit affect the dependent variable (cash flow). However, simultaneously gross profi and net earnings have predictive ability for future cash flows.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas segala berkat, bimbingan dan anugerah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Laba Kotor dan Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas di Masa Mendatang Studi Kasus pada PT. Swarnadwipa Serdangjaja”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk bimbingan, saran, pembelajaran, diskusi, dukungan moril, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang banyak memberikan rahmat kepada saya melalui kesehatan, semangat, dan inspirasi yang membuat saya terus bekerja keras untuk mencapai hasil terbaik.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syarifuddin Ginting, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hotmal Jafar MM, Ak selaku sekertaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen wali yang telah berkenan memberikan bimbingan dan waktu yang telah diberikan selama perwaliannya.


(6)

6. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekertaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan dosen sembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Zainal Abidin Tarigan Silangit, Ak selaku dosen Pembaca Penilai yang telah berkenan memberikan penilain terhadap skripsi yang penulis kerjakan.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, mengajar serta memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa, serta seluruh staf dan karyawan perpustakaan, tata usaha yang membantu dalam kelancaran proses belajar dan mengajar di kampus.

9. Papa dan Mama yang tidak pernah lelah dan bosan memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan dorongan setiap saat. Terimakasih telah mendidik, merawat, menyayangi dan memperhatikan penulis hingga sekarang.

10.Adik-adik penulis Yulian Astri dan Raymond Saptahari yang telah memberikan bantuan, support dan perhatian kepada penulis.

11.Teman-teman seperjuangan penulis dari awal kuliah Ammar, Rika, Ade, Ayu dan Tuti yang telah melewati susah senang bersama selama 4 tahun ini, terima kasih banyak untuk waktunya selama ini guys.

12.Kepada Febrina Lubis, terima kasih atas segala bentuk motivasi, dukungan, bantuan, dan doa untuk penulis. Semuanya sungguh berharga bagi penulis.


(7)

13.Teman-teman Jurusan Akuntansi 2008. Terima kasih telah memberikan pengalaman yang berharga sewaktu penulis kuliah di Fakultas Ekonomi tercinta, walaupun banyak susah dan capeknya namun juga menjadi bagian dari pengalaman hidup penulis yang lucu dan membuat penulis lebih dewasa.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah dengan ikhlas memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat menyempurnakan sripsi ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2012

Dimas Adrian


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1 Informasi Akuntansi ... 7

2.1.2 Laporan Keuangan ... 9

2.1.3 Laporan Laba Rugi dan Kegunaannya ... 17

2.1.4 Laba Akuntansi ... 20

2.1.5 Laporan Arus Kas dan Kegunaannya ... 24

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

2.3 Kerangka Konseptual ... 29

2.4 Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 32

3.3 Populasi dan Sample ... 33


(9)

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.6 Metode Analisis ... 34

3.6.1 Statistik Deskriptif ... 35

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 35

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 39

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 42

4.2 Statistik Deskriptif ... 42

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 44

4.3.1 Hasil Uji Normalitas ... 44

4.3.2 Hasil Uji Autokorelasi ... 47

4.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 49

4.3.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 52

4.4 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 53

4.5 Hasil Uji Hipotesis ... 55

4.5.1 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 55

4.5.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 56

4.5.3 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 58

4.6 Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 63

5.3 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 67

LAMPIRAN A ... 68


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

4.1 Statistik Deskriptif ... 43

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 47

4.3 Hasil Uji Autokorelasi Arus Kas ... 49

4.4 Hasil Uji Park ... 51

4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Arus Kas ... 52

4.6 Hasil Uji Regresi Arus Kas ... 53

4.7 Nilai Signifikan Secara Parsial ... 55

4.8 Nilai Signifikan Secara Simultan ... 57


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 30 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Pendekatan

Histogram ... 45 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Pendekatan

Grafik ... 46 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Arus Kas ... 50


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

No. Lampiran Judul Halaman

1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 69

2 Hasil Uji Normalitas ... 70

3 Hasil Uji Autokorelasi ... 73

4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 74

5 Hasil Uji Multikolinieritas ... 77

6 Hasil Uji Regresi ... 79

7 Hasil Uji t ... 81

8 Hasil Uji F ... 82

9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 83

LAMPIRAN B

Neraca dan Laporan Laba Rugi PT. Swarnadwipa Serdangjaja Per Bulan tahun 2003-2011


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai laba kotor dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa mendatang dengan menguji masing-masing variabel. Melalui penelitian ini, dapat diketahui konsep laba manakah yang paling baik dalam memprediksi arus kas.

Objek penelitian adalah PT. Swarnadwipa Serdangjaja tahun 2003 sampai 2011 secara berturut-turut selama periode pengamatan. Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba kotor memiliki kemampuan yang paling baik dibandingkan dengan laba bersih dalam memprediksi arus kas masa depan. Secara parsial hanya variabel laba kotor yang terbukti signifikan mempengaruhi variabel dependen (arus kas). Namun, secara simultan laba kotor dan laba bersih mempunyai memiliki kemampuan prediktif terhadap arus kas masa depan.


(14)

ABSTRACT

This study aimed to provide empirical evidence on gross profit and net income in predicting future cash flows by examining each variable. Through this research, we can know what income concept that is best in predicting cash flow.

The object of research is PT. Swarnadwipa Serdangjaja from 2003 to 2011 during the observation period. The method used in the selection of objects in this study was purposive sampling. Analysis model used in this study is multiple regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 17.0 for Windows.

The results of this study indicate that gross profit has the best ability as compared with net income in predicting future cash flows. Partially only variable that proved significant gross profit affect the dependent variable (cash flow). However, simultaneously gross profi and net earnings have predictive ability for future cash flows.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia usaha sekarang ini, para pelaku bisnis menuntut akan adanya informasi tepat dan akurat yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi para pelaku bisnis tersebut, maka akuntansi ikut ambil andil didalam menyediakan informasi yang diperlukan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan, khususnya laba akuntansi dan laporan arus kas yang diterbitkan melalui laporan keuangan masih dipercaya sebagai alat yang andal bagi para pemakainya untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan bisnis. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian tersebut adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan.

Setiap laporan keuangan yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi para investor. Melalui laporan keuangan, investor dapat menganalisis hasil kinerja manajemen dan melakukan prediksi perolehan laba di masa yang akan datang. Selain hal tersebut, para investor juga dapat mengestimasi arus kas yang akan datang dengan laporan keuangan.

Penilaian investor akan prospek laba di masa yang akan datang dapat diperoleh apabila investor memiliki informasi yang berhubungan dengan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi investor sebab dengan laporan keuangan ini investor


(16)

dapat menganalisis hasil kinerja manajemen dan melakukan prediksi perolehan laba di masa yang akan datang. Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dan proses pengambilan keputusan. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability yang sekaligus menggambarkan indicator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Salah satu parameter kinerja perusahaan yang menjadi perhatian utama dari investor dan kreditor dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba akuntansi dan arus kas. Laba akuntansi sendiri menyatakan selisih antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan dan juga merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi keuangan pada pihak-pihak intern dan ekstern yang menaruh perhatian pada badan atau organisasi pembuat laporan serta aktivitas-aktivitasnya. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disajikan sebagai informasi yang menyangkut posisi perusahaan, laporan kinerja, perubahan posisi keuangan, dan laporan aliran kas yang bermanfaat bagi para pemakainya khususnya investor dan kreditor.


(17)

Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (PSAK 2007 No. 1, par 05). Keputusan bisnis yang akan diambil oleh para pemakai laporan keuangan tentu saja membutuhkan beberapa tahap evaluasi terlebih dahulu atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan arus kas serta keakuratan dari hasil tersebut. Kemampuan ini pada akhirnya dapat menentukan mampu tidaknya suatu perusahaan dalam membayar hutang dan deviden kepada para investor.

Pada awalnya laporan keuangan hanya terdiri dari neraca dan laporan labarugi, sedangkan laporan arus kas mulai diwajibkan pelaporannya pada tahun 1987 melalui Statement of Financial Accounting Standards ( SFAS ) No. 95. Di Indonesia, kewajiban untuk melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) 2009 No. 2 yang menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.

Menurut PSAK 2009 No. 2, informasi yang disajikan dalam laporan arus kas berguna untuk : (1) Mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan memengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan


(18)

perubahan keadaan dan peluang. (2) Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. (3) Meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.

Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan informasi kepada para pengguna untuk membuat keputusan sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Dengan semakin pentingnya laporan keuangan perusahaan bagi para pengguna, maka laporan tersebut dituntut untuk dapat mencerminkan kondisi prospek masa depan perusahaan. Bagi investor, informasi dalam laporan keuangan digunakan untuk menentukan berapa besar tingkat resiko dan expected return sebelum ia membuat keputusan investasi. Semakin pentingnya informasi dalam laporan keuangan, membuat banyak peneliti tertarik untuk menguji kandungan informasi dalam laporan keuangan.

Peneliti-peneliti terdahulu telah menghasilkan penelitian yang relative sama, namun hasil yang diperoleh terbatas pada berbagai macam kriteria yang tidak seluruhnya dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan mulai dari perusahaan besar, menengah dan kecil. Penulis tertarik untuk meneliti sesuatu yang berbeda dengan yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, oleh


(19)

karena itu peneliti membuat studi kasus dengan menggunakan PT. Swarnadwipa Serdangjaja untuk membuktikan apakah hasil penelitian terdahulu bisa diterapkan kepada seluruh perusahaan.

PT. Swarnadwipa Serdangjaja adalah perusahaan distributor rokok yang cukup besar yang berdomisili di daerah Sumatera Utara. Perusahaan ini telah berdiri kurang lebih selama 15 tahun namun belum terdaftar di bursa efek manapun. Penulis melihat bahwa studi kasus pada perusahaan ini dapat menjadi jawaban atas keterbatasan penelitian terdahulu.

Atas dasar uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul ” PENGARUH LABA KOTOR DAN LABA BERSIH DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG STUDI KASUS PADA PT. SWARNADWIPA SERDANGDJAJA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

”Apakah informasi akuntansi yang berupa laba kotor dan laba bersih mempunyai kemampuan untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan informasi akuntansi yang berupa laba kotor dan laba bersih untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang.


(20)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak lain untuk kebutuhan yang berbeda-beda, antara lain :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melengkapi dan menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya.

2. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan untuk penulis dalam masalah laba dan arus kas khususnya yang berkaitan dengan kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi kalangan akademis dalam mengadakan kajian lebih lanjut masalah prediksi arus kas di masa yang akan datang.

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi investor dan kreditor apabila laba dan arus kas yang disajikan perusahaan bisa menjadi dasar dalam menentukan kebijakan berinvestasi.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Informasi Akuntansi

Informasi akuntansi merupakan informasi kuantitatif dalam bentuk moneter yang menjelaskan kondisi keuangan suatu entitas yang ingin disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang berada di luar ataupun di dalam perusahaan tersebut. Informasi akuntansi adalah informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai penjelas yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi bermanfaat bagi perusahaan dalam mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Informasi akan bermanfaat apabila mempunyai nilai serta dapat digunakan dan dipercaya oleh para pemakai informasi tersebut.

Sudah selayaknya suatu perusahaan menyediakan informasi akuntansi dalam laporan keuangannya sebagai informasi yang berkualitas, yang dapat dipercaya dan diandalkan. Sesuai dengan pernyataan dalam Standar Akuntansi Keuangan, manajemen menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi yang sedemikian rupa sehingga memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

Informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami ini menjadi karakteristik kualitatif laporan keuangan, seperti yang tertuang dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan juga Standards of


(22)

Financial Accounting Concept No. 2 Qualitative Characteristics of Accounting Information (SFAC). Penjelasan mengenai relevan, keterandalan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami adalah sebagai berikut :

1. Relevan :

Informasi yang relevan adalah informasi yang mempunyai nilai prediksi, umpan balik serta ketepatan waktu, yang mampu membantu para pemakai informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan hasil dari evaluasi kejadian di masa lalu, masa kini, dan masa depan.

2. Keterandalan :

Informasi yang andal yaitu kualitas informasi yang mampu memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid, dapat dipercaya dan diandalkan. Dimana kualitas tersebut mengandung nilai ketepatan dalam penyajian, yaitu disajikan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya secara wajar, bersifat netral yaitu tidak berpihak pada kelompok tertentu atau hanya untuk memenuhi kepentingan kelompok tertentu, dan bebas dari pengertian yang menyesatkan atau kesalahan material.

3. Dapat dibandingkan :

Informasi yang mempunyai daya banding adalah informasi yang dapat dibandingkan secara antar periode. Ini dilakukan untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.


(23)

Dapat dipahami yaitu kemampuan informasi untuk dapat dicerna oleh pemakai, dan pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

Setelah perusahaan dapat menyajikan laporan keuangannya dengan memenuhi karakteristik di atas, maka pemakai laporan keuangan dapat meyakinkan dirinya atas informasi yang terdapat pada laporan keuangan tersebut, hal ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan ekonomi para pemakai laporan keuangan khususnya investor dan kreditor untuk dapat memberikan keputusan atau kontribusi yang menguntungkan bagi perusahaan tersebut.

2.1.2 Laporan Keuangan

Akuntansi pada tingkatan manajerial, adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penganalisisan dan pengkomunikasian informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan operasi sebuah organisasi. Pada akuntansi keuangan, proses akhir yang dihasilkan adalah laporan keuangan yang menyangkut perusahaan secara keseluruhan, yang informasinya ditujukan oleh pihak-pihak internal maupun eksternal. Tidak semua informasi dilaporkan dalam laporan keuangan, karena menurut FASB, beberapa informasi keuangan hanya dapat atau lebih baik disajikan melalui pelaporan keuangan. Oleh karena itu, istilah pelaporan keuangan (financial reporting) berbeda dengan laporan keuangan (financial statements). Pelaporan keuangan lebih luas daripada laporan keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.


(24)

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statements) yang sering disajikan adalah :

1. Neraca, sering disebut sebagai laporan aktiva dan kewajiban atau laporan posisi keuangan.

• Neraca disiapkan per tanggal tertentu.

• Neraca melaporkan aktiva yang dimiliki perusahaan per tanggal tersebut serta klaim dari kreditor dan pemilik atas aktiva tersebut. 2. Laporan laba rugi, sering disebut sebagai laporan operasional.

• Laporan laba rugi disiapkan untuk suatu periode, misalnya satu tahun, satu kuartal, atau satu bulan.

• Untuk periode tersebut, laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban dan laba atau ruginya.

3. Laporan ekuitas pemilik, sering disebut sebagai laporan ekuitas pemegang saham.

• Laporan ekuitas pemilik disiapkan untuk periode yang sama seperti laporan laba rugi.

• Untuk periode tersebut, laporan ini melaporkan perubahan dalam ekuitas karena laba atau rugi serta keuntungan dan kerugian tertentu yang meliputi laba komprehensif lainnya, dan transaksi lainnya dengan pemilik yang menambah atau mengurangi ekuitas. Transaksi lainnya tersebut termasuk investasi tambahan oleh pemilik dalam


(25)

usaha, pembayaran dividen atau distribusi kepada pemilik, atau pembelian kembali saham dari pemilik oleh perusahaan.

4. Laporan arus kas

• Laporan arus kas disiapkan untuk periode yang sama dengan laporan laba rugi dan laporan ekuitas pemilik disiapkan.

• Laporan ini merinci penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tersebut dan memperlihatkan bagaimana semua perubahan-perubahannya secara bersama-sama menghasilkan perubahan kas di neraca dari awal hingga akhir periode.

5. Catatan atas laporan keuangan

Karena tujuan dari laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan GAAP adalah agar pemakai eksternal dapat membuat keputusan ekonomis yang lebih baik mengenai perusahaan, berbagai pengungkapan (disclosures) diperlukan untuk menjelaskan aspek-aspek dari empat laporan keuangan utama. Pengungkapan ini termasuk rincian yang tidak terdapat dalam laporan-laporan tersebut, dan penjelasan metode-metode yang digunakan untuk transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian. Catatan atas laporan keuangan perlu dibaca dengan teliti untuk memahami ke empat laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur atau elemen laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2004 ; par 49), yaitu :


(26)

1. Aktiva, adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan akan diperoleh perusahaan.

2. Kewajiban, merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

3. Ekuitas, adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

4. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

5. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Menurut IAI tahun 2004 tujuan laporan keuangan secara umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang


(27)

meliputi, (a) aktiva, (b) kewajiban, (c) ekuitas, (d) pendapatan dan beban, dan (e) arus kas. Informasi-informasi tersebut beserta informasi lainnya terdapat dalam kelima bentuk laporan keuangan yang nantinya membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Pelaporan keuangan dan laporan keuangan berbeda dalam hal kegunaan masing-masing. Beberapa informasi penting akan lebih baik disajikan dalam laporan keuangan, dan beberapa informasi penting lainnya akan lebih baik bila dilaporkan dalam media laporan lain. Walaupun demikian, terdapat persamaan dalam tujuan laporan keuangan dan pelaporan keuangan karena bagaimanapun juga laporan keuangan merupakan bagian utama dalam pelaporan keuangan.

SFAC No.1 dalam Anis Chariri dan Imam (2007), disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan tetapi juga media pelaporan lainnya. Dengan kata lain, cakupan pelaporan keuangan adalah lebih luas dibandingkan laporan keuangan. Lebih lanjut FASB menyebutkan :

Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi, yaitu informasi tentang sumber-sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-lain.

Tujuan pelaporan keuangan yang terdapat dalam SFAC No. 1 dalam Anis Chariri dan Imam (2007) adalah sebagai berikut :


(28)

1. Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus bersifat komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan memiliki kemampuan untuk mempelajari informasi dengan cara yang rasional. 2. Pelaporan keuangan memberikan informasi untuk membantu investor,

kreditor dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, pengakuan, dan ketidakpastian tentang penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan perusahaan.

3. Pelaporan keuangan memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban suatu perusahaan untuk menyerahkan sumber-sumber para entitas lain atau pemilik modal), dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mengubah sumber-sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber-sumber tersebut.

4. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang hasil usaha (performa keuangan) suatu perusahaan selama suatu periode.

5. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana perusahaan memperoleh dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman, tentang transaksi modal, termasuk dividen kas dan distribusi lainnya yang mempengaruhi likuiditas dan solvensi.


(29)

6. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik (pemegang saham) atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.

7. Pelaporan keuangan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai dengan kepentingan pemilik.

Dalam PSAK No. 1 dijelaskan mengenai tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai laporan keuangan. Dapat disimpulkan, bahwa pelaporan keuangan dan laporan keuangan sama-sama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai kondisi perusahaan dan prospek kelangsungan usahanya di masa depan, yang digunakan para pemakai laporan keuangan khususnya external users, dalam membuat keputusan-keputusan strategis.

Secara umum kalangan pemakai laporan keuangan meliputi internal users (pemakai dari dalam perusahaan) dan exsternal users (pemakai dari luar perusahaan). Internal users terdiri dari manajemen yang terlibat dalam operasi dan pengambilan keputusan strategis perusahaan. External users terdiri dari :

1. Kreditor, menggunakan laporan keuangan untuk menilai kemampuan pinjaman untuk membayar bunga dan membayar kembali pokok pinjaman pada waktunya.

2. Investor dan potensial investor, membutuhkan informasi yang terdapat pada laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan untuk mempertahankan, menjual atau menambah saham yang dimilikinya.


(30)

3. Regulatory agencies atau pemerintah termasuk Bursa Efek Indonesia, menggunakan laporan keuangan untuk melakukan fungsi pengawasan. 4. Karyawan, menggunakan informasi laporan keuangan untuk menilai

kewajaran gaji, bonus dan kondisi kerja.

5. Pemberi pinjaman dan pemasok, membutuhkan laporan keuangan dalam penentuan kewajaran kredit pelanggan.

6. Customers, berkepentingan dengan informasi tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo. 7. Badan-badan atau pihak-pihak yang peduli lingkungan, akademisi,

masyarakat umum dan kelompok-kelompok khusus yang mencoba untuk mempengaruhi perusahaan yang berkaitan dengan keuangannya atau kepentingan-kepentingan lain.

Para pemakai laporan keuangan dapat menilai kinerja perusahaan dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, terutama bagi investor dan kreditor. Konsep dasar indikator kinerja adalah suatu ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun setelah kegiatan selesai. Laporan laba rugi dan arus kas adalah indikator yang menjadi perhatian utama bagi investor dan kreditor.

2.1.3 Laporan Laba Rugi dan kegunaannya

Menurut Kieso (2006 ; hal 150) laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama


(31)

periode waktu tertentu, menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk memprediksikan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Laporan laba rugi merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menyajikan unsur-unsur pendapatan dan biaya perusahaan sehingga menghasilkan laba atau rugi bersih. Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu.

Informasi tentang kinerja suatu perusahaan terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang (PSAK No. 25).

Penyusunan laporan laba rugi ada dua bentuk, yaitu :

1. Bentuk single step, atau biasa disebut dengan bentuk langsung.

Dalam bentuk single step, pendapatan dikurangkan dengan biaya untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih. Jadi, hanya ada dua pengelompokkan, yaitu pendapatan dan biaya. Dalam mempertemukan unsur pendapatan dan biaya hanya dilakukan satu tahap, dimana seluruh pendapatan darimanapun asalnya dijumlahkan terlebih dahulu untuk menghasilkan total pendapatan dalam suatu periode. Begitu pula dengan unsur- unsur biaya, seluruh biaya


(32)

dijumlahkan tanpa menunjukkan apakah biaya itu terjadi dalam rangka usaha pokok atau diluar usaha pokok untuk menghasilkan total biaya dalam suatu periode.

2. Bentuk multiple step, atau biasa disebut dengan bentuk bertahap.

Dalam bentuk multiple step, unsur-unsur pendapatan dan biaya diklasifikasikan menurut sumbernya, dalam kaitannya dengan kegiatan atau usaha pokok perusahaan. Secara umum laporan laba rugi bentuk bertahap menunjukkan adanya pemisahan hasil usaha (laba rugi) menurut sumbernya, misalnya pemisahan dari sumber aktivitas operasi dan non operasi perusahaan. Kemudian biaya juga diklasifikasikan berdasarkan fungsi-fungsi pokok perusahaan, misalnya fungsi pembelian, penjualan, produksi dan administrasi. Penyajian dalam bentuk ini, memungkinkan pemakai membandingkan secara langsung biaya berjalan dengan biaya tahun sebelumnya serta biaya antar kegiatan atau fungsi dalam tahun yang sama.

Bagi internal perusahaan khususnya manajemen, laporan laba rugi dapat menjadi informasi untuk menilai sampai seberapa jauh efisiensi biaya dan laba yang dapat dicapai oleh perusahaan atas kinerja yang telah dilakukan. Oleh karena itu, selanjutnya hal ini dapat dijadikan motivasi bagi manajerial dan seluruh karyawan untuk terus berkinerja lebih baik lagi.

Laporan laba rugi dapat digunakan untuk membantu pemakai laporan keuangan memprediksi arus kas masa depan. Seperti yang dijelaskan oleh Kieso (2006 ; hal 151), informasi laba rugi dapat digunakan oleh investor dan kreditor untuk :


(33)

• Mengevaluasi kinerja masa lampau perusahaan. Dengan memeriksa pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya, maka pemakai laporan laba rugi dapat menilai kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan pesaing.

• Menyediakan basis untuk memprediksi kinerja di masa yang akan datang. Informasi kinerja masa lampau dapat digunakan dalam menentukan trend penting yang menyediakan informasi kinerja masa mendatang.

• Membantu menilai risiko atau ketidakpastian dari arus kas masa mendatang. Komponen-komponen dalam informasi laba, seperti pendapatan, biaya, laba, dan rugi menggambarkan hubungan diantara komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai risiko pada tingkat tertentu suatu arus kas di masa mendatang.

Para pemakai laporan laba rugi perlu menyadari keterbatasan tertentu dari informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi yang akan mengurangi manfaat dari laporan ini untuk meramalkan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. Beberapa keterbatasan tersebut diantaranya adalah (Kieso, 2006 ; hal 151) :

1. Laporan laba rugi tidak memuat banyak pos yang memberi kontribusi terhadap pertumbuhan dan kesehatan perusahaan secara umum.

2. Angka laba seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan.


(34)

2.1.4 Laba Akuntansi

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Ikatan Akuntan Indonesia tahun 2004 memiliki pengertian lain mengenai income. Ikatan Akuntan Indonesia 2004 justru tidak menterjemahkan income dengan istilah penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, (IAI, 2004 ; Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan par 70) mengartikan income (penghasilan) sebagai berikut :

Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Tidak adanya persamaan pendapat untuk mendefinisikan laba secara tepat disebabkan oleh luasnya penggunaan konsep laba. Para akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan sebagai satu kesatuan. Laba akuntansi (accounting income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Belkoui menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik berikut (Belkaoui, 2007 ; hal 229) :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodeisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.


(35)

3. Laba akuntansi didasarkan prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk biaya historis.

5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Kelima karakteristik laba akuntansi di atas memungkinkan untuk menganalisis keunggulan dan kelemahan laba akuntansi. Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkaoui, 2007 ; hal 230) :

1. Laba akuntansi bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara objektif, dapat diuji kebenarannya karena didasarkan pada transaksi atau fakta aktual, yang didukung bukti objektif.

3. Laba akuntansi memenuhi kriteria konservatisme, dalam arti akuntansi tidak mengakui perubahan nilai tetapi hanya mengakui untung yang direalisasi.

4. Laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian, terutama pertanggungjawaban manajemen.

Sementara itu, kelemahan mendasar dari laba akuntansi terletak pada relevansinya dalam proses pengambilan keputusan. Kelemahan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkaoui, 2007 ; hal 231) :

1. Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan aktiva yang belum direalisasi dalam satu periode karena prinsip cost histories dan prinsip realisasi. 2. Laba akuntansi yang didasarkan pada cost histories mempersulit

perbandingan laporan keuangan karena adanya perbedaan metode perhitungan cost dan metode alokasi.

3. Laba akuntansi yang didasarkan prinsip realisasi, cost histories, dan konservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan.


(36)

Tanpa memperhatikan masalah-masalah yang muncul atas keunggulan dan kelemahan laba akuntansi, informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan untuk (Anis Chariri dan Imam, 2007) :

1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital).

2. Sebagai pengukur prestasi manajemen.

3. Sebagai dasar penentu besarnya pengenaan pajak.

4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara. 5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.

6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. 7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran.

8. Sebagai dasar pembagian dividen.

Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005), laba akuntansi yakni laba kotor dan laba bersih bermanfaat untuk pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Investor dan kreditor yakin bahwa ukuran kinerja yang diutamakan dalam penilaian kinerja perusahaan adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi dan prospek perusahaan di masa mendatang dengan lebih baik. Penilaian kinerja perusahaan ini didasarkan melalui informasi pada laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor dan laba bersih.

Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan, untuk perusahaan pemanufakturan perhitungan dimulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, hingga dijual. Semua biaya-biaya


(37)

langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai cost barang terjual.

Angka laba bersih adalah angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiatan operasi perusahaan maupun non operasi perusahaan. Dengan demikian, sesungguhnya laba bersih ini adalah laba yang menunjukkan bagian laba yang akan ditahan di dalam perusahaan dan yang akan dibagikan sebagai dividen.

2.1.5 Laporan Arus Kas dan Kegunannya

Pada awalnya laporan keuangan hanya terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Laporan arus kas pertama kali ditetapkan sebagai bagian dari laporan keuangan pada tahun 1987 melalui SFAS No. 95 yang menghendaki laporan arus kas sebagai pengganti laporan perubahan posisi keuangan dan sebagai bagian dari laporan keuangan. Alasan utama keputusan FASB yang mengharuskan perusahaan menyediakan laporan arus kas adalah keinginan untuk membantu para investor dan kreditor agar dapat memprediksi arus kas masa depan dengan lebih baik.

Laporan arus kas wajib untuk dilaporkan di Indonesia pada tahun 1994 melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 paragraf 1, disebutkan bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Kebijakan ini tentu saja berkaitan dengan manfaat yang dapat diambil para pemakai laporan keuangan khususnya investor dan kreditor.


(38)

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang menginformasikan jumlah arus kas masuk dan arus kas keluar atau sumber dan pemakaian kas dalam suatu perusahaan. Investor dan kreditor dapat memanfaatkan informasi arus kas untuk mengetahui mengenai pengelolaan dan penggunaan kas dalam perusahaan tersebut, seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 2 paragraf 2.

Kieso (2006 ; hal 242) menyatakan bahwa, informasi dalam laporan arus kas dapat membantu para investor, kreditor, dan pihak lainnya menilai hal-hal berikut :

• Kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di masa depan.

• Kemampuan entitas untuk membayar dividen dan memenuhi kewajibannya.

• Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari kegiatan operasi.

• Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan non kas selama suatu periode.

Laporan arus kas dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Arus kas dari kegiatan operasi

Arus kas operasi merupakan arus kas yang berasal dari kegiatan operasi yang dihasilkan akibat transaksi dan kejadian yang mempengaruhi laba operasional baik dari produksi dan penjualan barang maupun persediaan.

2. Arus kas dari kegiatan investasi

Merupakan arus kas dari kegiatan seperti pembelian dan penjualan surat-surat berharga, pembelian dan penghentian berbagai aset seperti peralatan, tanah dan aset lain.


(39)

Arus kas pendanaan merupakan arus kas yang dihasilkan dari penerbitan saham atau obligasi baru, pembayaran dividen, pembelian kembali saham perusahaan, peminjaman utang maupun pelunasan utang.

Tidak seperti laporan keuangan utama lainnya, laporan arus kas tidak disiapkan dari neraca saldo yang telah disesuaikan. Informasi untuk menyiapkan laporan ini biasanya berasal dari tiga sumber :

1. Neraca komparatif, menyajikan jumlah perubahan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dari awal hingga akhir periode.

2. Laporan laba rugi periode berjalan, berisi data yang membantu penentuan jumlah kas yang diterima atau digunakan oleh operasi selama periode berjalan.

3. Data transaksi tertentu, memberikan informasi tambahan terinci yang dibutuhkan untuk menentukan bagaimana kas diterima dan digunakan selama periode berjalan.

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam menggunakan kas dan setara kas. Oleh karena itu, dalam proses pengambilan keputusan ekonomi suatu perusahaan perlu dilakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian yang diperolehnya.


(40)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sampai saat ini penelitian-penelitian mengenai kemampuan laba dalam memprediksi arus kas masa depan telah banyak dilakukan dan terus berkembang, baik mengenai ada tidaknya kandungan informasi maupun arah hubungan dengan harga saham. Sebagian besar peneliti menggunakan laba bersih atau laba operasi sebagai variabelnya untuk penelitian mengenai laba dalam pengujian kandungan informasi, prediksi laba dan arus kas masa depan.


(41)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Zeffri Setiawan

(2010)

Kemampuan Informasi Keuangan dalam Mempediksi Perubahan

Laba dan Perubahan Arus Kas di Masa

Mendatang pada Perusahaan Manufaktur

Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia

Seluruh variabel secara parsial berpengaruh terhadap perubahan laba 1 tahun ke depan kecuali variabel perubahan laba

2. Musfid Adi As’ad (2010)

Kemampuan Informasi Komponen Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan

- Komponen arus kas operasi, investasi dan pendanaan masing-masing terbukti berpengaruh dalam

memprediksi arus kas masa depan namun pengujian arus kas secara bersamaan tidak berpengaruh terhadap laba - Laba berpengaruh dalam

memprediksi laba masa yang akan datang

3. Robby Cahyadi

(2006)

Kemampuan Earnings dan Arus Kas dalam Memprediksi Arus Kas

di Masa yang Akan Datang (Studi Empiris

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakata)

- Earnings lebih baik dalam memprediksi earnings di masa depan dibandingkan arus kas dalam memprediksi earnings

- Arus kas lebih baik dalam memprediksi arus kas di masa depan dibandingkan earnings dalam memprediksi arus kas - Arus kas memberikan

kemampuan prediksi


(42)

No.

Nama Peneliti dan Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian

4. Daniati, Ninna dan

Suhairi (2006)

Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba

Kotor, dan Size Perusahaan terhadap

Expected Return Saham

Angka laba kotor mampu memberikan nilai informasi yang dapat digunakan dalam memprediksi arus kas masa depan serta untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pemakai laporan keuangan, khususnya investor dan kreditor

5. Bandi dan Rahmawati

(2005)

Kandungan Informasi Komponen Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan

Informasi earnings dan komponen arus kas merupakan informasi akuntansi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan oleh para analisis keuangan, investor dan manajer dalam menilaiprospek dan kinerja perusahaan dalam suatu periode

6. Febrianto dan Widiastuti

(2005)

Tiga Laba Akuntansi : Mana yang Lebih Bermakna Bagi Investor?

Kemampuan laba kotor untuk memberikan gambaran tentang hubungan antara laba dengan arus kas masa depan lebih baik dibandingkan laba operasi dan laba bersih 7. Ali (1994) The Incremental

Information Content of Earnings, Working Capital from Operations

and Cash Flows

- Arus kas relative tidak memiliki kandungan informasi dibandingkan dengan variabel laba dan modal kerja operasi - Laba operasi pro-forma

memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan EPS dari operasi atau EPS dari laba sebelum pos-pos luar biasa dan operasi yang


(43)

2.3 Kerangka Konseptual

Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang (PSAK No. 25).

Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya, hal ini menunjukkan bahwa perhitungan laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan dengan angka laba lainnya. Semakin detail perhitungan suatu angka laba, maka semakin banyak pilihan metode akuntansi yang disertakan sehingga semakin rendah kualitas laba.

Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005), para peneliti terdahulu hanya mendasarkan pilihannya kepada makna semantik laba operasi, padahal yang direaksi pasar adalah makna pragmatik laba. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febrianto dan Widiastuty ini menyatakan bahwa angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Selanjutnya, laba kotor kembali dijadikan variabel dalam penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006). Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa laba kotor direaksi paling kuat oleh pasar dan berpengaruh terhadap expected return saham.

Berdasarkan kedua penelitian tersebut, penelitian ini akan menguji kemampuan laba kotor dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa


(44)

mendatang. Selain itu, pada penelitian ini juga akan diteliti apakah laba kotor atau laba bersih yang paling baik dalam memprediksi arus kas masa depan.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu adalah :

: Laba kotor berpengaruh signifikan dan positif dalam memprediksi arus kas

masa depan.

: Laba bersih berpengaruh signifikan dan positif dalam memprediksi arus

kas masa depan.

: Informasi laba kotor dan laba bersih secara simultan berpengaruh

signifikan dalam memprediksi arus kas masa depan.

: Laba kotor lebih baik dibandingkan dengan laba bersih dalam

memprediksi arus kas masa depan.

Laba Kotor ( )

Arus Kas (Y) Laba Bersih


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Erlina (2008 ; hal 34), “penelitian asosiatif adalah menghubungkan dua variable atau lebih”.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Di dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian diklasifikasikan menjadi dua kelompok variabel, yaitu variabel bergantung (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel bergantung pada penelitian ini adalah cash flow (arus kas), dan yang menjadi variabel bebas adalah laba kotor laba bersih.

Beberapa variabel yang digunakan dan pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Arus kas, yaitu total arus kas yang merupakan penjumlahan dari arus kas operasi, investasi, dan pendanaan. Periode pengamatan yang digunakan adalah tahun 2003-2011. Arus kas adalah laporan keuangan yang menginformasikan mengenai jumlah arus kas masuk dan arus kas keluar atau sumber dan pemakaian kas dalam suatu perusahaaan. 2. Laba kotor, yaitu selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan

cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan dimana untuk perusahaan dagang perhitungan dimulai


(46)

dari tahap ketika barang dagang masuk ke gudang hingga barang dagang terjual. Biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan perolehan barang dagang tersebut kemudian dikelompokkan sebagai cost barang terjual. Periode pengamatan yang digunakan adalah tahun 2003-2011.

3. Laba bersih, yaitu angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dan beban dari kegiatan operasi perusahaan maupun non-operasi perusahaan. Periode pengamatan yang digunakan adalah tahun 2003-2011.

3.3 Populasi dan Sampel

Sample dalam penelitian ini adalah PT. Swarnadwipa Serdangjaja sebuah perusahaan dagang yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara yang mulai beroperasi pada tahun 1997 sampai dengan sekarang 2012. PT. Swarnadwipa Serdangjaja yang diteliti penulis memiliki beberapa karakteristik, karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Tersedianya laporan keuangan selama periode tahun 2003-2011. 2. Mengungkapkan dan menyajikan secara lengkap data yang

dibutuhkan.

3. Pernah mengalami kerugian dan tidak melakukan merger selama periode pengamatan.


(47)

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang meliputi laporan keuangan yang diambil dari database Perusahaan PT. Swarnadwipa Serdangjaja selama tahun 2003 sampai 2011 yang meliputi laporan laba rugi dan laporan arus kas perusahaan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain adalah dengan melakukan dokumentasi dimana penulis mencari data langsung dari catatan-catatan atau laporan keuangan yang ada pada perusahaan tersebut. Data sekunder yang diambil dari perusahaan tersebut terdiri dari laporan laba rugi dan laporan arus kas sesuai dengan data yang dibutuhkan.

3.6 Metode Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan bagaimana arah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis yang digunakan untuk menguji persamaan tersebut secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

AKt+1 = b0 + b1LK+ b2LB+ e Keterangan :

AKt+1 : Arus kas di masa depan


(48)

b1,2,3 : Slope dari garis regresi

LK : Laba kotor

LB : Laba bersih

e : Error term

Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, pada keempat variabel penelitian tersebut dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas, hal ini bertujuan agar hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah laba kotor, laba bersih dan arus kas.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda dapat dilaksanakan setelah memenuhi asumsi klasik, tujuannya adalah agar variabel independen sebagai estimator atas variabel independen tidak bias. Pengujian ini meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas.

Adapun penjelasan masing-masing uji asumsi klasik adalah sebagai berikut :


(49)

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dari setiap variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang mendekati normal (Ghozali,2006 ; hal 110). Untuk melihat model regresi normal atau tidak, dilakukan analisis grafik dengan melihat “normal probability report plot” yang membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggantikan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006 ; hal 110).

Untuk meningkatkan hasil uji normalitas data, maka peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan p-value lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal dan sebaliknya, jika p-value lebih kecil dari 0,05, maka data tersebut berdistribusi tidak normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Dengan kata lain, masalah ini seringkali ditemukan apabila menggunakan data runtut waktu.


(50)

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji statistik run test. Suatu persamaan regresi dikatakan terbebas autokorelasi jika hasil uji statistik run testnya tidak signifikan atau diatas 0,05 (Ghozali, 2006 ; hal 104). Pengambilan keputusan pada uji run test didasarkan pada acak tidaknya data. Apabila data bersifat acak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi.

Menurut Ghozali (2006 ; hal 96), acak tidaknya data mempunyai batasan sebagai berikut :

• Apabila nilai probabilitas ≥ α = 0,05 maka observasi terjadi secara acak. • Apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi secara tidak

acak.

c. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2006 ; hal 105) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Salah satunya adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel


(51)

terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual.

Jika ada pola tertentu, misal seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka hal itu mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena hasil ploting dipengaruhi juga oleh jumlah pengamatan. Oleh karena itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Park (Ghozali, 2006 ; hal 107).

Apabila pada hasil output SPSS koefisisen parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika parameter beta tidak signifikan secara statistik atau lebih besar dari 0,05 maka terdapat homoskedastisitas pada model regresi.

d. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel


(52)

independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel-variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2006 ; hal 91).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta dari Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Apabila nilai tolerance di atas 10% dan VIF di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas.

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dapat digunakan alat analisa statistik yaitu dengan melakukan Uji F dan Uji t.

1. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagi berikut :

1) Perumusan hipotesis

a. Ho:β = 0, berarti tidak ada pengaruh

yang signifikan dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.


(53)

b. Ha:β = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. 2) Menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5%.

3) Menentukan kriteria penenimaan / penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan :

a. Jika signifikan <5% maka Ho ditolak atau Ha diterima b. Jika signifikan> 5% maka Ho diterima atau Ha ditolak 4) Pengambilan kesimpulan.

2. Uji t

Uji t dilaksanakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Pengujian ini dilaksanakan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Perumusan hipotesis

a. Ho: ρ = 0, berarti tidak ada pengaruh

yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

b. Ha: ρ = 0, berarti ada pengaruh yang

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.


(54)

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5%.

3. Menentukan kriteria penerimaan/penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan:

a. Jika signifikan <5% maka Ho ditolak atau Ha diterima b. Jika signifikan > 5% maka Ho diterima atau Ha ditolak 4. Pengambilan kesimpulan.


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Terdapat dua kelompok variabel di dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat pada penelitian ini adalah cash flow (arus kas), dan yang menjadi variabel bebas adalah laba kotor dan laba bersih.

Sampel pada penelitian ini adalah PT. Swarnadwipa Serdangjaja, data didapatkan dari laporan laba rugi dan arus kas pada perusahaan tersebut dalam kurun waktu tahun 2003 sampai 2011. Penulis membuat data penelitian tidak pada periode per tahun melainkan data per enam bulan dikarenakan kurangnya uantitas data yang dapat diperoleh.

4.2 Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2006 ; hal 19), statistik deskriptif dapat mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Pengujian statistik deskriptif merupakan proses analisis yang merupakan proses menyeleksi data (screening data), sehingga data yang akan dianalisis memiliki distribusi normal. Deskripsi dari masing-masing variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.


(56)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

Lk= Laba Kotor 17 5.14E8 2.23E10 1.02E11 6.0126E9 7.47580E9

Lb = Laba Bersih 17 11694735.63 1.55E10 6.07E10 3.5704E9 5.07212E9

AKt+1=Arus Kas 17 41174899.12 1.30E10 3.36E10 1.9750E9 3.33316E9

Valid N (listwise) 17

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1 di atas dapat diketahui : 1. Variabel Laba Kotor

Laba kotor memiliki nilai minimum sebesar 5.14E8 (5.14x108) dan nilai maksimum sebesar 2.23E10 dengan jumlah laba kotor sebesar 1.02E11

sehingga diperoleh rata-rata sebesar 6.0126E9 dengan standart deviation sebesar 7.47580E9.

2. Variabel Laba Bersih

Laba bersih memiliki nilai minimum sebesar 11694735.63 dan nilai maksimum sebesar 1.55E10 dengan jumlah laba bersih sebesar 6.07E10

sehingga diperoleh rata-rata sebesar 3.5704E9 dengan standart deviation sebesar 5.07212E9.


(57)

3. Variabel Arus Kas

Arus kas memiliki nilai minimum sebesar 41174899.12 dan nilai maksimum sebesar 1.30E10 dengan jumlah Arus kas sebesar 3.36E10 sehingga diperoleh rata-rata sebesar 1.9750E9 dengan standart deviation sebesar

3.33316E9.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan mewakili (representatif), maka model tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi, yang meliputi :

4.3.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang mendekati normal (Ghozali,2006 ; hal 110). Untuk melihat model regresi normal atau tidak dilakukan analisis grafik dengan melihat “normal probability report plot” yang membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggantikan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006 ; hal 110).

Kemudian, untuk meningkatkan hasil uji normalitas data, maka akan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan regresi yang akan dipakai


(58)

lolos normalitas. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos normalitas apabila nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2006 ; hal 113).

Untuk melihat model regresi normal atau tidak, dilakukan analisis grafik dengan melihat “normal probability report plot” yang membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. Seperti hasil berikut ini.

a. Pendekatan Histogram

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas dengan Pendekatan Histogram

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Dari hasil output spss diatas kurva memiliki ukuran besar yang sama tidak ada kemencengan kekanan maupun kekiri sehingga data ini memiliki data yang berdistribusi normal.


(59)

b. Pendekatan Grafik

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas dengan Pendekatan Grafik

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Dari hasil output spss diatas kurva memiliki ukuran besar yang sama tidak ada kemencengan kekanan maupun kekiri sehingga data ini memiliki data yang berdistribusi normal.

Untuk meningkatkan hasil uji normalitas data, maka peneliti menggunakan uji Smirnov. Jika pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan p-value lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal dan sebaliknya, jika p-valuem lebih kecil dari 0,05, maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Hasil spss seperti dibawah ini.


(60)

c. Uji Kolmogorov – Smirnov

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 17

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.14092885 Most Extreme Differences Absolute .113

Positive .113

Negative -.092

Kolmogorov-Smirnov Z .466

Asymp. Sig. (2-tailed) .982

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Dari hasil spss diatas diperoleh nilai Asymp. Sig sebesar 0.982 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data ini memiliki distribusi normal.

4.3.2 Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya, hal ini sering ditemukan pada data


(61)

runtut waktu atau times series karena “gangguan” pada seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2006 ; hal 95).

Salah satu alat uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah uji statistik run test. Suatu persamaan regresi dikatakan terbebas autokorelasi jika hasil uji statistik run testnya tidak signifikan atau diatas 0,05 (Ghozali, 2006; hal 104). Pengambilan keputusan pada uji run test didasarkan pada acak tidaknya data. Apabila data bersifat acak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi. Menurut Ghozali (2006 ; hal 96), acak tidaknya data mempunyai batasan sbb : • Apabila nilai probabilitas ≥α = 0,05 maka observasi terjadi secara acak. • Apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi secara tidak

acak.

Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi Arus Kas

Runs Test

Unstandardized Residual Test Valuea -.14103 Cases < Test Value 8 Cases >= Test Value 9

Total Cases 17

Number of Runs 10

Z .015

Asymp. Sig. (2-tailed) .988 a. Median

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Hasil output SPSS pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas adalah 0.988. Karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. maka


(62)

dapat disimpulkan bahwa data residual terjadi secara acak (random) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

4.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Salah satunya adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual.

Jika ada pola tertentu, misal seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka hal itu mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil output spss sebagai berikut.


(63)

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas Arus Kas

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Dari hasil spss diatas jelas terlihat titik-titik menyebar tidak membentuk suatu pola tertentu dan titik – titik berada dibawah dan diatas titik 0 sumbu Y sehingga data ini tidak terjadi heterokedasitas.

Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena hasil ploting dipengaruhi juga oleh jumlah pengamatan. Oleh karena itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Park. Hasil spss sebegai berikut.


(64)

Tabel 4.4 Hasil Uji Park

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .197 8.570 .023 .982

lnLk .352 .706 .252 .498 .626

lnLb -.415 .469 -.448 -.885 .391 a. Dependent Variable: lneires

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Apabila pada hasil output SPSS koefisisen parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas. Maka dari hasil spss diatas dapat kita interpretasikan bahwa pada data ini tidak terjadi Heterokesdasitas karena nila sig variaebel laba kotor sebesar 0.626 >0.05 dan nilai sig. variabel laba bersih sebesar 0.391> 0.05 keduanya tidak signifikan secara statistik.

4.3.4 Hasil Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk memberikan gambaran kepada peneliti apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal merupakan variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2006 ; hal 91).


(65)

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Apabila nilai tolerance di atas 10% dan VIF di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas Arus Kas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -2.350 5.448 -.431 .673

lnLk 1.534 .449 1.203 3.419 .004 .259 3.858 lnLb -.522 .298 -.617 -1.753 .102 .259 3.858 a. Dependent Variable: lnAK

Sumber : Data Sekunder yang diolah Interpretasi yang diperoleh dari hasil output spss diatas:

1. Variabel Laba kotor tidak terjadi multikolieneritas karena nilai tolerance sebesar 0.259 > 0.1 dan nilai VIF sebesar 3.858 < 10.

2. Variabel Laba bersih tidak terjadi multikolieneritas karena nilai tolerance sebesar 0.259 >0.1 dan nilai VIF sebesar 3.58 < 10.

Maka pada kedua variabel ini tidak terjadi multikolieneritas dan persamaan regresi ini layak untuk melakukan prediksi arus kas.

4.4 Hasil Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh apa dan bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel


(66)

independen dalam penelitian ini adalah laba kotor ( ) dan laba bersih ( ), sedangkan variabel dependennya adalah arus kas (Y).

Tabel 4.6

Hasil Uji Regresi Arus Kas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.350 5.448 -.431 .673 lnLk 1.534 .449 1.203 3.419 .004 lnLb -.522 .298 -.617 -1.753 .102 a. Dependent Variable: lnAK

Sumber : Data Sekunder yang diolah Didapat persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

AKt+1 = b0 + b1LK+ b2LB+ e AKt+1 = -2.350+1.534Lk – 0.522Lb Keterangan :

AKt+1 : Arus kas di masa depan b0 : Intersep dari nilai AK b1,2 : Slope dari garis regresi

LK : Laba kotor

LB : Laba bersih

e : Error term

Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat dianalisis pengaruh masing-masing variabel independen terhadap arus kas, yaitu :


(67)

• Nilai koefisien konstanta sebesar -2.350, artinya jika nilai variabel laba kotor dan laba bersih bersifat konstan atau nol maka nilai variael arus kas tetap sebesar 2.350

• Nilai koefisien regresi 1.534 ( ) pada variabel laba kotor terdapat

hubungan positif dengan arus kas, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen dari laba kotor akan menyebabkan kenaikan arus kas yang diterima sebesar nilai koefisiennya.

• Nilai koefisien regresi -0.552 ( ) pada variabel laba bersih terdapat

hubungan negatif dengan arus kas, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen dari laba bersih akan menyebabkan penurunan arus kas yang diterima sebesar nilai koefisiennya.

4.5 Hasil Uji Hipotesis

4.5.1 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara parsial. Merupakan perbandingan antara koefisien regresi dengan standar error of coeficient. Kriteria penerimaan/penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan:

a. Jika signifikan <5% maka Ho ditolak atau Ha diterima b. Jika signifikan > 5% maka Ho diterima atau Ha ditolak


(68)

Hasil output spss sebagai berikut :

Tabel 4.7

Nilai Signifikan Secara Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.350 5.448 -.431 .673 lnLk 1.534 .449 1.203 3.419 .004 lnLb -.522 .298 -.617 -1.753 .102 a. Dependent Variable: lnAK

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, sebagai berikut :

: Laba kotor berpengaruh signifikan dan positif dalam memprediksi

arus kas masa depan.

Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel laba kotor adalah sebesar 0.004. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa laba kotor berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas, dan dapat disimpulkan diterima karena

didukung oleh data dan sesuai dengan ekspektasi penelitian.

: Laba bersih berpengaruh signifikan dan positif dalam memprediksi

arus kas masa depan.

Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel laba bersih adalah sebesar 0.102. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa laba bersih tidak berpengaruh


(69)

secara signifikan terhadap arus kas, dan dapat disimpulkan ditolak karena

tidak didukung oleh data dan tidak sesuai dengan ekspektasi penelitian.

4.5.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel terikat atau dependen (Ghozali, 2006 ; hal 58). Dalam hipotesis ini disebutkan :

: Informasi laba kotor dan laba bersih secara simultan berpengaruh

signifikan dalam memprediksi arus kas masa depan.

Tabel 4.8

Nilai Signifikan Secara Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1Regression 25.974 2 12.987 8.578 .004a

Residual 21.195 14 1.514 Total 47.168 16

a. Predictors: (Constant), lnLb, lnLk b. Dependent Variable: lnAK

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.8 di atas, output regresi menunjukkan nilai signifikansi 0.0004 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel laba kotor dan laba bersih secara bersama-sama atau simultan mempunyai memiliki kemampuan prediktif terhadap arus kas masa depan, dan dapat disimpulkan diterima karena didukung data dan sesuai dengan


(1)

Lampiran 6

HASIL UJI REGRESI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.350 5.448 -.431 .673 lnLk 1.534 .449 1.203 3.419 .004 lnLb -.522 .298 -.617 -1.753 .102 a. Dependent Variable: lnAK

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions (Constant) lnLk lnLb 1 1 2.995 1.000 .00 .00 .00

2 .005 25.601 .35 .00 .24 3 .001 69.319 .65 1.00 .76 a. Dependent Variable: lnAK


(2)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 17.8854 21.9439 20.1802 1.27411 17 Std. Predicted Value -1.801 1.384 .000 1.000 17 Standard Error of Predicted

Value

.319 .979 .492 .162 17 Adjusted Predicted Value 18.0413 23.6729 20.2972 1.50907 17 Residual -1.57368 1.91573 .00000 1.15094 17 Std. Residual -1.279 1.557 .000 .935 17 Stud. Residual -2.110 1.694 -.033 1.087 17 Deleted Residual -4.28171 2.34944 -.11693 1.65498 17 Stud. Deleted Residual -2.462 1.831 -.040 1.161 17 Mahal. Distance .133 9.178 1.882 2.163 17 Cook's Distance .000 2.553 .200 .610 17 Centered Leverage Value .008 .574 .118 .135 17 a. Dependent Variable: lnAK


(3)

Lampiran 7

HASIL UJI t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.350 5.448 -.431 .673 lnLk 1.534 .449 1.203 3.419 .004 lnLb -.522 .298 -.617 -1.753 .102 a. Dependent Variable: lnAK


(4)

HASIL UJI F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1Regression 25.974 2 12.987 8.578 .004a

Residual 21.195 14 1.514 Total 47.168 16

a. Predictors: (Constant), lnLb, lnLk b. Dependent Variable: lnAK


(5)

Lampiran 9

HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Mo

del R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .742a .551 .486 1.23040 1.533 a. Predictors: (Constant), lnLb, lnLk


(6)

LAMPIRAN

B


Dokumen yang terkait

Pengaruh Laba Bersih dan Laba Kotor Terhadap Arus Kas di Masa Mendatang pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indoensia Periode 2011-2015.

0 6 26

Pengaruh Laba Kotor dan Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas di Masa Mendatang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 2 27

Pengaruh Laba Kotor dan Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas di masa Mendatang: Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011.

0 1 35

PENGARUH LABA KOTOR, LABA OPERASI, LABA BERSIH DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG PADA PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA).

0 1 95

PENGARUH LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS DI MASA MENDATANG PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 118

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS MASA MENDATANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 63

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Informasi Akuntansi - Pengaruh Laba Kotor Dan Laba Bersih Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang Studi Kasus Pada PT. Swarnadwipa Serdangjaja

0 0 24

Pengaruh Laba Kotor Dan Laba Bersih Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang Studi Kasus Pada PT. Swarnadwipa Serdangjaja

0 0 12

PENGARUH LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS DI MASA MENDATANG PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22

PENGARUH LABA KOTOR, LABA OPERASI, LABA BERSIH DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG PADA PERUSAHAAN FOOD BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 19