2. penelusuran riwayat penggunaan dan pemantauan terapi obat
3. pelayanan informasi obat PIO
4. konseling
5. monitoring efek samping obat MESO
6. visite
7. evaluasi penggunaan obat EPO
8. dispensing sediaan khusus
9. pencampuran obat suntik
10. penyiapan nutrisi parenteral
11. penanganan sediaan sitostatik
12. pemantauan kadar obat dalam darah PKOD
4.2.1 Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis merupakan perwujudan keahlian profesional apoteker dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan,
kemanfaatan, dan kerasionalan penggunaan terapi obat bagi pasien. Pelayanan ini memerlukan hubungan profesional antara apoteker, dokter, dan perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Secara umum pokja farmasi klinis telah melakukan perannya dengan baik
dan terorganisir. Namun masih perlu beberapa perbaikan secara terus menerus untuk menjamin keamanan penggunaan obat oleh pasien dan meningkatkan mutu
pelayanan farmasis kepada pasien di RSUP H. Adam Malik . 1
pengkajian dan pelayanan resep Resep yang dilayani di Depo-Depo Farmasi dan Apotik di RSUP H. Adam
Malik merupakan resep yang ditulis oleh dokter untuk pasien rawat inap dan
Universitas Sumatera Utara
rawat jalan. Untuk kelengkapan persyaratan administrasi, belum semua resep yang ditulis oleh dokter dan dilayani di depo ataupun apotik memenuhi kriteria
rasional. Dalam resep sering kali tidak tercantum jenis kelamin pasien, nama,
nomor izin, nomor MR, dan paraf dokter. Namun walaupun kelengkapan administrasi resep ini belum terpenuhi, resep tetap dilayani oleh depo atau apotek.
Namun persyaratan farmasetik telah dipenuhi oleh resep yang ditulis dokter di RSUP H. Adam Malik dan dilayani di depo atau apotik RSUP H. Adam Malik.
Dalam hal persyaratan klinis harus dipenuhi oleh obat-obat yang harganya mahal dan merupakan obat-obat khusus. Misalnya infus albumin, obat-obat kemoterapi
dan antibiotik ataupun obat-obatan yang lain yang harus digunakan pasien tetapi tidak tercantum di Pedoman Pelaksanaan Manlak untuk pasien Jamkesmas.
Untuk semua jenis obat tersebut resep harus disertai dengan hasil laboratorium, protokol terapi dan persyaratan lainnya yang diperlukan.
2 penelusuran riwayat penggunaan obat dan pemantauan terapi obat PTO Riwayat penggunaan obat dilakukan dengan menelusuri latar belakang
pasien melalui wawancara dengan pasien itu sendiri ataupun keluarganya dan data dari rekam medis. Setelah dilakukan penggumpulan data dan identifikasi masalah
yang ditelusuri melalui Evidance Based Medicine dan Literatur, kemudian diberikan rekomendasi untuk penyelesaian masalah terkait obat. Kegiatan ini telah
dilakukan dan terdokumentasi dengan lengkap dengan adanya mahasiswa yang melaksanakan Praktek Kerja Profesi PKP di Instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik.
Universitas Sumatera Utara
3 pelayanan informasi obat PIO Ruang PIO disebelah apotek II telah memberikan kontribusi yang sangat
besar untuk memberikan PIO kepada pasien sehingga dapat memaksimalkan efek terapi yang diinginkan.
Kegiatan ini dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit khususnya Pokja Farmasi Klinis bekerja sama dengan PKMRS. Jadwal dan materi yang akan
disampaikan kepada pasien dan keluarga pasien ditentukan oleh PKMRS. Tempat dilaksanakannya PIO bergantian, tergantung kepada jenis pasien yang akan diberi
informasi obat. Pusat Informasi Obat juga telah ada di RSUP H. Adam Malik yang
diperankan oleh apoteker. Tetapi, belum optimal karena belum semua masyarakat di rumah sakit mengetahui adanya PIO di instalasi farmasi. Pasien atau keluarga
pasien yang ingin mendapatkan informasi seputar obat boleh datang dan berinteraksi langsung dengan apoteker yang ada di sana.
4 konseling Konseling merupakan jalur komunikasi antara apoteker dan pasien.
Kegiatan konseling ini telah dilakukan khususnya untuk pasien rawat jalan. Namun masih ada beberapa perbaikan yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan keberhasilan terapi pasien. Kriteria pasien yang perlu diberi konseling sudah memenuhi persyaratan. Namun, sarana dan prasarana yang
tersedia masih kurang memadai, di antaranya: ¾
dalam profil konseling belum tercantum riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi. Padahal hal ini sangat dibutuhkan untuk keamanan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan obat oleh pasien, mengingat seringnya terjadi interaksi obat dan efek samping obat
¾ sangat sulit mencari kembali data pasien berulang yaitu pasien dengan
terapi jangka panjang, karena sistem penyimpanan data masih dilakukan secara manual, sehingga dalam menelusuri data pasien berulang
membutuhkan waktu yang agak lama dan membuat pasien menunggu. ¾
alat peraga yang masih sangat minim. Alat peraga yang masih dimiliki hanyalah boneka tempat penyuntikan insulin. Pasien yang diberi
konseling pada umumnya adalah pasien dengan tingkat pendidikan yang terbatas, sehingga agak sulit memeberikan pengertian apabila tanpa
disertai alat peraga. Misalnya pemakaian suppositoria, pemakaian obat tetes mata, telinga dan hidung, pemakaian inhaler untuk pasien asma dan
lain-lain. 5 monitoring efek samping obat MESO
Kegiatan pencatatan dan pelaporan ini telah dilakukan. Formulir MESO juga telah disediakan dan pelaporan dilakukan dengan suka rela. Efek samping
obat yang dilaporkan adalah efek samping obat yang tidak lazim dan efek samping obat yang berbahaya.
6 visite Visite yang dilakukan adalah visite mandiri. Namun, belum semua pasien
yang divisite oleh farmasis karena kurangnya jumlah tenaga farmasi di RSUP H. Adam Malik. Visite yang dilakukan oleh Pokja farmasi Klinis difokuskan kepada
pasien Rindu B Anak dan pasien pasca bedah. Pasien anak merupakan pasien dengan resiko tinggi terkait dosis penggunaan obat sehingga sangat diperlukan
Universitas Sumatera Utara
tepat obat dan tepat dosis, sedangkan pasien pasca bedah adalah pasien yang rentan terhadap infeksi. Diharapkan pada pasien pasca bedah ini tidak terjadi
infeksi luka operasi. Selain tepat obat dan dosis, juga diperlukan kondisi bersih pada pasien salah satunya dengan penggantian perban secara rutin dan
menghindari kontaminan kuman semaksimal mungkin. Apabila terjadi infeksi, maka farmasis bersama tenaga laboratorium akan mengambil sampel pus pasien
dengan menggunakan tabung reaksi yang sudah dilengkapi media agar untuk pertumbuhan kuman, sampel ini akan dikirimkan ke bagian mikrobiologi untuk
kemudian diketahui jenis antibiotik yang tepat untuk pasien tersebut. Apoteker yang visite ke pasien pasca bedah sudah termasuk dalam tim penelitian infeksi di
rumah sakit. 7 evaluasi penggunaan obat EPO
Evaluasi penggunaan obat dilakukan secara kualitatif menggunakan algoritma Gyssen yang merupakan reckup penggunaan obat dan sudah
dilaksanakan tetapi masih untuk pasien pasca bedah. 8 dispensing sediaan khusus
Dispensing sediaan khusus antara lain 1.
pencampuran obat suntik Pencampuran obat suntik belum dilakukan karena belum adanya sarana
yang mendukung seperti ruangan peracikan yang steril sehingga pencampuran obat suntik masih dilakukan di ruangan pasien oleh perawat.
2. penyiapan nutrisi parenteral
Universitas Sumatera Utara
Penyediaan nutrisi parenteral belum dilakukan karena belum adanya tenaga yang terlatih, oleh karena itu, penyiapan nutrisi parenteral masih
dilakukan oleh perawat. 3.
penanganan sediaan sitostatika Sediaan sitotoksika juga belum ditangani secara sempurna karena petugas
pencampuran sering keluar masuk ruangan pencampuran sediaan sitostatika.
Hal ini disebabkan oleh: 1.
data pasien yang mau dikemoterapi belum ada di ruang pencampuran 2.
obat masih diantar oleh perawat belum tersedia di ruang pencampuran. 3.
belum terhubung dengan Sistem Informasi Rumah Sakit 9 pemantauan kadar obat dalam darah PKOD
Pemantauan kadar obat dalam darah sudah pernah dilakukan oleh pokja farmasi klinis. Namun hanya untuk antibiotik gentamisin dan amikasin.
Pemantauan kadar obat dalam darah tidak dilakukan lagi karena unit cost yang mahal dan waktu Expire Date reagen juga singkat. Oleh karena itu, pemantauan
kadar obat dalam darah tidak dilaksanakan.
4.2.2 Pokja Perbekalan