Pokja Perencanaan dan Evaluasi

3. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.

4.2.3 Pokja Perencanaan dan Evaluasi

Pokja perencanaan dan evaluasi IFRS pada RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas melaksanakan pemilihan dan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit hingga pengadaan perbekalan farmasi dimana pemilihan perbekalan farmasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pasien jamkesmas berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Manlak dan pasien askes berdasarkan Daftar Plafon Harga Obat DPHO. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga melaksanakan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian, serta pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, perencanaan dilakukan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi yang bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat, dan meningkatkan efisiensi penggunaan perbekalan farmasi dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan antara lain Konsumtif, Epidemiologi atau kombinasi keduanya. Berdasarkan hasil pengamatan, Pokja Perencanaan dan Evaluasi sudah melakukan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik dengan menggunakan metode kombinasi yaitu gabungan antara metode konsumtif dan epidemiologi. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja Universitas Sumatera Utara perbekalan serta rencana tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian dan pelaksanakan administrasi Pokja Perencanaan dan Evaluasi melalui SIRS. Sistem pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan 2 cara yaitu, Pembelian perbekalan farmasi sampai dengan 200 juta sudah dapat ditangani langsung oleh Instalasi Farmasi melalui pokja perencanaan dan evaluasi sejak status rumah sakit berubah menjadi BLU penuh, dan pembelian perbekalan di atas 200 juta ditangani oleh panitia pengadaan dengan sistem tender. Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan setiap 10 hari dan rencana pengadaan ini mengacu pada persediaan perbekalan farmasi di gudang. Walaupun demikian Pokja Perencanaan dan Evaluasi masih sering mendapatkan kendala yaitu ketidaktersediaan perbekalan farmasi khususnya obat yang diperlukan untuk pelayanan pasien. Ketidaktersediaan obat ini dapat terjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal karena barang memang tidak tersedia dari distributor yang bersangkutan, faktor internal disebabkan karena adanya masalah administrasi pada direktorat keuangan dan IFRS sendiri karena perubahan status rumah sakit menjadi BLU penuh. Masalah ini juga terkait dengan PBFdistributor, sehingga sangat diperlukan koordinasi yang intensif antara ketiga pihak tersebut. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga perlu memberitahukan kekosongan barang kepada depo-depo farmasi, sehingga dengan adanya komunikasi tidak ada saling menyalahkan antara pihak yang satu dengan yang lain. Selain itu kondisi fisik bangunan misalnya gudang perbekalan farmasi Universitas Sumatera Utara yang tidak memadai untuk menyimpan perbekalan farmasi yang diperlukan untuk kebutuhan pelayanan pasien.

4.2.5 Depo Farmasi