BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Berdasarkan pengertian rumah sakit secara umum, RSUP H. Adam Malik sudah memenuhi kriteria Rumah Sakit kelas A, dimana RSUP H. Adam Malik
dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh 4 Direktur yang mengepalai direktorat masing-masing.
Berdasarkan pelayanan medis, RSUP H. Adam Malik memiliki pelayanan spesialisasi luas dan subspesialisasi luas dan pelayanan kesehatan terhadap pasien
rawat jalan dan rawat inap. Selain itu, RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit dengan pelaksanaan upaya rujukan untuk wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan Permenkes RI No. HK.02.02Menkes068I2010 pasal 2 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah yang menggantikan Permenkes RI No.085MenkesPerI1989, menyatakan bahwa Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Pemerintah Daerah
wajib menyediakan obat generik untuk kebutuhan pasien rawat jalan dan rawat inap dalam bentuk formularium.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 791MenkesSKVIII2008 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2008, menyatakan bahwa formularium rumah sakit
disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi PFT berdasarkan DOEN dan disempurnakan dengan mempertimbangkan obat lain yang terbukti secara ilmiah
dibutuhkan untuk pelayanan farmasi di rumah sakit. Survei dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI tahun 2009, apresiasi atas
Universitas Sumatera Utara
terbitnya formularium cukup besar yaitu ± 86. Hasil pemantauan dipakai untuk pengadaan dan stok masih menunjukkan adanya obat non formularium sebesar
14. Idealnya tidak melampaui 10. Untuk itu, perlu sosialisasi berkelanjutan agar DPHO, Manlak, dan Formularium digunakan sebagai pedoman pengobatan
di RSUP H. Adam Malik. Formularium digunakan sebagai pedoman pengobatan untuk pasien umum, Pedoman Pelaksanaan Manlak digunakan sebagai pedoman
pengobatan untuk pasien jamkesmas dan Daftar Plafon Harga Obat DPHO digunakan sebagai pedoman pengobatan untuk pasien Askes.
4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Ada 2 bentuk pelayanan farmasi yang menjadi ruang lingkup kegiatan instalasi farmasi rumah sakit, yaitu:
A. Pelayanan Farmasi
1. perencanaan perbekalan farmasi
2. pengadaan perbekalan farmasi baik melalui pembelian atau droping
3. penerimaan perbekalan farmasi
4. penyimpanan perbekalan farmasi
5. produksi dan pengemasan kembali
6. distribusi dan penyerahan untuk pasien rawat jalan dan inap
7. penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik, tenaga kesehatan
lainnya dan pasien. Pelayanan farmasi minimal telah dilaksanakan dengan baik oleh Instalasi
Farmasi RSUP H. Adam Malik.
B. Pelayanan Farmasi Klinis
1. pengkajian dan pelayanan resep
Universitas Sumatera Utara
2. penelusuran riwayat penggunaan dan pemantauan terapi obat
3. pelayanan informasi obat PIO
4. konseling
5. monitoring efek samping obat MESO
6. visite
7. evaluasi penggunaan obat EPO
8. dispensing sediaan khusus
9. pencampuran obat suntik
10. penyiapan nutrisi parenteral
11. penanganan sediaan sitostatik
12. pemantauan kadar obat dalam darah PKOD
4.2.1 Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis merupakan perwujudan keahlian profesional apoteker dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan,
kemanfaatan, dan kerasionalan penggunaan terapi obat bagi pasien. Pelayanan ini memerlukan hubungan profesional antara apoteker, dokter, dan perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Secara umum pokja farmasi klinis telah melakukan perannya dengan baik
dan terorganisir. Namun masih perlu beberapa perbaikan secara terus menerus untuk menjamin keamanan penggunaan obat oleh pasien dan meningkatkan mutu
pelayanan farmasis kepada pasien di RSUP H. Adam Malik . 1
pengkajian dan pelayanan resep Resep yang dilayani di Depo-Depo Farmasi dan Apotik di RSUP H. Adam
Malik merupakan resep yang ditulis oleh dokter untuk pasien rawat inap dan
Universitas Sumatera Utara
rawat jalan. Untuk kelengkapan persyaratan administrasi, belum semua resep yang ditulis oleh dokter dan dilayani di depo ataupun apotik memenuhi kriteria
rasional. Dalam resep sering kali tidak tercantum jenis kelamin pasien, nama,
nomor izin, nomor MR, dan paraf dokter. Namun walaupun kelengkapan administrasi resep ini belum terpenuhi, resep tetap dilayani oleh depo atau apotek.
Namun persyaratan farmasetik telah dipenuhi oleh resep yang ditulis dokter di RSUP H. Adam Malik dan dilayani di depo atau apotik RSUP H. Adam Malik.
Dalam hal persyaratan klinis harus dipenuhi oleh obat-obat yang harganya mahal dan merupakan obat-obat khusus. Misalnya infus albumin, obat-obat kemoterapi
dan antibiotik ataupun obat-obatan yang lain yang harus digunakan pasien tetapi tidak tercantum di Pedoman Pelaksanaan Manlak untuk pasien Jamkesmas.
Untuk semua jenis obat tersebut resep harus disertai dengan hasil laboratorium, protokol terapi dan persyaratan lainnya yang diperlukan.
2 penelusuran riwayat penggunaan obat dan pemantauan terapi obat PTO Riwayat penggunaan obat dilakukan dengan menelusuri latar belakang
pasien melalui wawancara dengan pasien itu sendiri ataupun keluarganya dan data dari rekam medis. Setelah dilakukan penggumpulan data dan identifikasi masalah
yang ditelusuri melalui Evidance Based Medicine dan Literatur, kemudian diberikan rekomendasi untuk penyelesaian masalah terkait obat. Kegiatan ini telah
dilakukan dan terdokumentasi dengan lengkap dengan adanya mahasiswa yang melaksanakan Praktek Kerja Profesi PKP di Instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik.
Universitas Sumatera Utara
3 pelayanan informasi obat PIO Ruang PIO disebelah apotek II telah memberikan kontribusi yang sangat
besar untuk memberikan PIO kepada pasien sehingga dapat memaksimalkan efek terapi yang diinginkan.
Kegiatan ini dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit khususnya Pokja Farmasi Klinis bekerja sama dengan PKMRS. Jadwal dan materi yang akan
disampaikan kepada pasien dan keluarga pasien ditentukan oleh PKMRS. Tempat dilaksanakannya PIO bergantian, tergantung kepada jenis pasien yang akan diberi
informasi obat. Pusat Informasi Obat juga telah ada di RSUP H. Adam Malik yang
diperankan oleh apoteker. Tetapi, belum optimal karena belum semua masyarakat di rumah sakit mengetahui adanya PIO di instalasi farmasi. Pasien atau keluarga
pasien yang ingin mendapatkan informasi seputar obat boleh datang dan berinteraksi langsung dengan apoteker yang ada di sana.
4 konseling Konseling merupakan jalur komunikasi antara apoteker dan pasien.
Kegiatan konseling ini telah dilakukan khususnya untuk pasien rawat jalan. Namun masih ada beberapa perbaikan yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan keberhasilan terapi pasien. Kriteria pasien yang perlu diberi konseling sudah memenuhi persyaratan. Namun, sarana dan prasarana yang
tersedia masih kurang memadai, di antaranya: ¾
dalam profil konseling belum tercantum riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi. Padahal hal ini sangat dibutuhkan untuk keamanan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan obat oleh pasien, mengingat seringnya terjadi interaksi obat dan efek samping obat
¾ sangat sulit mencari kembali data pasien berulang yaitu pasien dengan
terapi jangka panjang, karena sistem penyimpanan data masih dilakukan secara manual, sehingga dalam menelusuri data pasien berulang
membutuhkan waktu yang agak lama dan membuat pasien menunggu. ¾
alat peraga yang masih sangat minim. Alat peraga yang masih dimiliki hanyalah boneka tempat penyuntikan insulin. Pasien yang diberi
konseling pada umumnya adalah pasien dengan tingkat pendidikan yang terbatas, sehingga agak sulit memeberikan pengertian apabila tanpa
disertai alat peraga. Misalnya pemakaian suppositoria, pemakaian obat tetes mata, telinga dan hidung, pemakaian inhaler untuk pasien asma dan
lain-lain. 5 monitoring efek samping obat MESO
Kegiatan pencatatan dan pelaporan ini telah dilakukan. Formulir MESO juga telah disediakan dan pelaporan dilakukan dengan suka rela. Efek samping
obat yang dilaporkan adalah efek samping obat yang tidak lazim dan efek samping obat yang berbahaya.
6 visite Visite yang dilakukan adalah visite mandiri. Namun, belum semua pasien
yang divisite oleh farmasis karena kurangnya jumlah tenaga farmasi di RSUP H. Adam Malik. Visite yang dilakukan oleh Pokja farmasi Klinis difokuskan kepada
pasien Rindu B Anak dan pasien pasca bedah. Pasien anak merupakan pasien dengan resiko tinggi terkait dosis penggunaan obat sehingga sangat diperlukan
Universitas Sumatera Utara
tepat obat dan tepat dosis, sedangkan pasien pasca bedah adalah pasien yang rentan terhadap infeksi. Diharapkan pada pasien pasca bedah ini tidak terjadi
infeksi luka operasi. Selain tepat obat dan dosis, juga diperlukan kondisi bersih pada pasien salah satunya dengan penggantian perban secara rutin dan
menghindari kontaminan kuman semaksimal mungkin. Apabila terjadi infeksi, maka farmasis bersama tenaga laboratorium akan mengambil sampel pus pasien
dengan menggunakan tabung reaksi yang sudah dilengkapi media agar untuk pertumbuhan kuman, sampel ini akan dikirimkan ke bagian mikrobiologi untuk
kemudian diketahui jenis antibiotik yang tepat untuk pasien tersebut. Apoteker yang visite ke pasien pasca bedah sudah termasuk dalam tim penelitian infeksi di
rumah sakit. 7 evaluasi penggunaan obat EPO
Evaluasi penggunaan obat dilakukan secara kualitatif menggunakan algoritma Gyssen yang merupakan reckup penggunaan obat dan sudah
dilaksanakan tetapi masih untuk pasien pasca bedah. 8 dispensing sediaan khusus
Dispensing sediaan khusus antara lain 1.
pencampuran obat suntik Pencampuran obat suntik belum dilakukan karena belum adanya sarana
yang mendukung seperti ruangan peracikan yang steril sehingga pencampuran obat suntik masih dilakukan di ruangan pasien oleh perawat.
2. penyiapan nutrisi parenteral
Universitas Sumatera Utara
Penyediaan nutrisi parenteral belum dilakukan karena belum adanya tenaga yang terlatih, oleh karena itu, penyiapan nutrisi parenteral masih
dilakukan oleh perawat. 3.
penanganan sediaan sitostatika Sediaan sitotoksika juga belum ditangani secara sempurna karena petugas
pencampuran sering keluar masuk ruangan pencampuran sediaan sitostatika.
Hal ini disebabkan oleh: 1.
data pasien yang mau dikemoterapi belum ada di ruang pencampuran 2.
obat masih diantar oleh perawat belum tersedia di ruang pencampuran. 3.
belum terhubung dengan Sistem Informasi Rumah Sakit 9 pemantauan kadar obat dalam darah PKOD
Pemantauan kadar obat dalam darah sudah pernah dilakukan oleh pokja farmasi klinis. Namun hanya untuk antibiotik gentamisin dan amikasin.
Pemantauan kadar obat dalam darah tidak dilakukan lagi karena unit cost yang mahal dan waktu Expire Date reagen juga singkat. Oleh karena itu, pemantauan
kadar obat dalam darah tidak dilaksanakan.
4.2.2 Pokja Perbekalan
Pokja perbekalan IFRS pada RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas menerima, menyimpan, mendistribusikan, memproduksi perbekalan farmasi, serta
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Perbekalan.
Universitas Sumatera Utara
Pokja perbekalan telah menerapkan Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS secara online sehingga mempermudah segala transaksi dan pemantauan
persediaan perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi yang masuk diterima oleh Panitia Penerima Barang,
bersama-sama dengan Bendaharawan Barang untuk menerima, memeriksa dan meneliti keadaan perbekalan farmasi, bila sesuai maka perbekalan farmasi
diserahkan ke Instalasi Farmasi melalui Pokja Perbekalan. Perbekalan farmasi yang diterima, disimpan sesuai dengan :
a. sifatnya obat termolabil di lemari es;
b. bentuk sediaan oral, injeksi, infus, salep;
c. bahan baku obat mudah menguapterbakar;
d. obat narkotika dan psikotropik dalam lemari khusus dan terkunci
e. disusun secara alfabetis dengan sistem First In First Out FIFO dan
First Expired First Out FEFO. Administrasi yang dilakukan oleh pokja perbekalan meliputi membuat
laporan mutasi barang dan laporan narkotik. SIRS yang telah diterapkan sejak Januari 2009, mempermudah kegiatan pencatatan antara lain:
1. buku penerimaan perbekalan farmasi
2. buku pengeluaran perbekalan farmasi
3. pelaporan penerimaanpengeluaran tiap bulan
4. kartu stok untuk semua perbekalan farmasi
Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki 5 ruangan yang berfungsi sebagai gudang untuk menyimpan perbekalan farmasi, yaitu:
1. gudang umum
Universitas Sumatera Utara
2. gudang floorstock
3. gudang jamkesmas
4. gudang askes
5. gudang catlab jantung dan bedah jantung
6. gudang bahan berbahaya bahan mudah terbakar
Berdasarkan syarat ruangtempat penyimpanan perbekalan farmasi, Gudang Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik sudah memenuhi persyaratan.
Pokja perbekalan juga melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, yang dimaksud
dengan produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah membuat Aquadest, H
2
O
2
3, NaCl 0,9 non steril , handscrub serta mengubah menjadi kemasan yang lebih kecil re-packing antara lain alkohol 96 dan 70, isodin
povidon iodium, hydrexfirst aidcutisoft, talkum dan kloralhidrat. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan seperti: 1.
Rawat Inap Terpadu Rindu, Care Medical Unit CMU Lt III, Instalasi Gawat Darurat IGD dan Instalasi Rawat Jalan IRJ.
2. Instalasi seperti Instalasi Diagnostik Terpadu IDT dan Instalasi Hemodialisa
IHD. Beberapa instalasi lainnya seperti Instalasi Patologi Anatomi IPA, Instalasi Patologi Klinik IPK, Instalasi Rehabilitasi Medik dan Radiologi
telah memiliki Kerja Sama Operasional KSO dengan pihak lain namun untuk pengadaannya tetap dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
Universitas Sumatera Utara
3. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.
4.2.3 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja perencanaan dan evaluasi IFRS pada RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas melaksanakan pemilihan dan perencanaan perbekalan farmasi
untuk kebutuhan rumah sakit hingga pengadaan perbekalan farmasi dimana pemilihan perbekalan farmasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pasien
jamkesmas berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Manlak dan pasien askes berdasarkan Daftar Plafon Harga Obat DPHO. Pokja Perencanaan dan Evaluasi
juga melaksanakan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian, serta pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja
perencanaan. Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004,
perencanaan dilakukan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi yang bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat, dan meningkatkan efisiensi penggunaan perbekalan farmasi
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan antara lain Konsumtif, Epidemiologi atau kombinasi
keduanya. Berdasarkan hasil pengamatan, Pokja Perencanaan dan Evaluasi sudah
melakukan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik dengan menggunakan metode kombinasi yaitu gabungan antara metode
konsumtif dan epidemiologi. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja
Universitas Sumatera Utara
perbekalan serta rencana tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi
dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian dan pelaksanakan administrasi Pokja Perencanaan dan
Evaluasi melalui SIRS. Sistem pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan 2 cara yaitu,
Pembelian perbekalan farmasi sampai dengan 200 juta sudah dapat ditangani langsung oleh Instalasi Farmasi melalui pokja perencanaan dan evaluasi sejak
status rumah sakit berubah menjadi BLU penuh, dan pembelian perbekalan di atas 200 juta ditangani oleh panitia pengadaan dengan sistem tender. Pengadaan
perbekalan farmasi dilaksanakan setiap 10 hari dan rencana pengadaan ini mengacu pada persediaan perbekalan farmasi di gudang.
Walaupun demikian Pokja Perencanaan dan Evaluasi masih sering mendapatkan kendala yaitu ketidaktersediaan perbekalan farmasi khususnya obat
yang diperlukan untuk pelayanan pasien. Ketidaktersediaan obat ini dapat terjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal karena barang memang tidak
tersedia dari distributor yang bersangkutan, faktor internal disebabkan karena adanya masalah administrasi pada direktorat keuangan dan IFRS sendiri karena
perubahan status rumah sakit menjadi BLU penuh. Masalah ini juga terkait dengan PBFdistributor, sehingga sangat diperlukan koordinasi yang intensif
antara ketiga pihak tersebut. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga perlu memberitahukan kekosongan barang kepada depo-depo farmasi, sehingga dengan
adanya komunikasi tidak ada saling menyalahkan antara pihak yang satu dengan yang lain. Selain itu kondisi fisik bangunan misalnya gudang perbekalan farmasi
Universitas Sumatera Utara
yang tidak memadai untuk menyimpan perbekalan farmasi yang diperlukan untuk kebutuhan pelayanan pasien.
4.2.5 Depo Farmasi
Depo farmasi merupakan perpanjangan tangan dari instalasi farmasi yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi ke pasien yang ada di instalasi Rindu A, Rindu B dan CMU lantai III.
Depo farmasi Rindu A melayani kebutuhan obat dan Alat Medis Habis Pakai AMHP untuk pasien Jamkesmas dan Askes yang ada di ruangan Rawat
inap terpadu A dengan beragam penyakit seperti A
1
penyakit dalam wanita, SIDA, dan psikiatri, A
2
penyakit dalam pria, A
3
paru, A
4
bedah syaraf, neurologi, stroke corner, A
5
gigi mulut, THT, mata, dan ruang kemoterapi untuk pasien kemoterapi, serta VIP yang melayani semua pola penyakit.. Perbekalan farmasi di Rindu A
didistribusikan secara sistem one day dose dispensing ODDD untuk obat injeksi dan one day dose dispensing ODDD untuk obat oral dan floor stock. Depo
farmasi Rindu A memiliki tata ruangan yang kurang baik, karena kegiatan pelayanan bercampur dengan urusan administrasi dan juga tidak mempunyai
ruangan konsultasi. Depo farmasi Rindu B melayani kebutuhan obat dan AMHP untuk pasien
Jamkesmas dan Askes yang ada di ruangan Rawat inap terpadu B dengan beragam penyakit seperti anak, obgyn, orthopedi, bedah plastik, jantung, onkologi dan
digestive urologi. Perbekalan farmasi di Rindu B didistribusikan secara sistem one day dose dispensing ODDD untuk obat injeksi dan three day dose
dispensing untuk obat oral dan floor stock.
Universitas Sumatera Utara
Depo CMU lantai III melayani pendistribusian perbekalan kesehatan untuk pasien Jamkesmas dan Askes dan kebutuhan pada Instalasi Bedah Pusat IBP dan
Instalasi Perawatan Intensif IPI. CMU lantai III melayani kamar operasi, recovery room, pasca bedah, ICU dan ICU jantung. Depo farmasi IGD melayani
kebutuhan obat dan AMHP untuk pasien yang ada di IGD. Farmasis di rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang
farmasi yang beredar di rumah sakit sehingga farmasis pada masing–masing depo farmasi sebaiknya melakukan pengecekan ke ruangan untuk mengontrol
kebutuhan obat dan AMHP, sehingga dapat disesuaikan permintaan dengan kebutuhan yang ada di ruangan, dengan melakukan kerjasama antara perawat di
rawat inap dengan depo farmasi, oleh karena itu, diperlukan komunikasi dan kerjasama antara perawat di ruangan dengan depo farmasi.
4.2.6 Apotek
Rumah Sakit H. Adam Malik memiliki dua apotek sebagai perpanjangan tangan instalasi farmasi dalam mendistribusikan obat di lingkunan rumah sakit.
a. apotek rawat jalan apotek i, melayani:
1. pasien askes rawat jalan
2. pasien umum rawat jalan
b. apotek rumah sakit yang buka 24 jam apotik ii melayani:
1. pasien umum rawat inap dan rawat jalan
2. pasien jamkesmas dan askes rawat inap di luar jam kerja
3. pasien jamkesmas rawat jalan
4. pasien perusahaan
5. pasien hemodialisa rawat jalan dan rawat inap
Universitas Sumatera Utara
Apotek I tidak memiliki ruang konseling khusus, tata ruangan Apotek I sudah baik karena pasien dapat melihat petugas yang melayani serta item obat
yang tersedia. Pasien yang memiliki riwayat penyakit kronik, geriatri dan pediatri selalu diarahkan ke ruang konseling disebelah pada Apotek II.
Ruangan di Apotek II kurang memadai karena pasien tidak dapat melihat petugas yang melayani. Dibutuhkan pemahaman tentang pasien oleh petugas-
petugas apotek khususnya di apotek II, karena pasien yang dilayani umumnya pasien jamkesmas yang memiliki tingkat pengetahuan yang minimal.
Penyusunan obat pada Apotek I dan II berdasarkan alfabetis dan obat–obat jamkesmas, askes, umum dipisahkan. Kegiatan pelayanan perbekalan farmasi
pada Apotek I dan Apotek II meliputi penerimaan resep, pengentrian data ke komputer, penyiapan obat dan penyerahan obat kepada pasien.
4.3 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
Berdasarkan pengamatan, CSSD telah melaksanakan kegiatan: pencucian, pengeringan, pengemasanpaket, pemberian label, pemberian indikator, sterilisasi,
penyimpanan, dan pendistribusian ke unit-unit yang membutuhkan perlengkapan steril. CSSD juga telah melakukan sterilisasi ruangan dengan cara pengasapan
fogging, juga sterilisasi dengan Etylen Oxyde untuk alat dan bahan-bahan yang tidak tahan panas.
CSSD juga memberikan penyuluhan kepada petugas kesehatan, pasien dan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial dengan menempelkan poster himbauan disetiap unit-unit pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Perlengkapan yang disterilkan di Central Sterile Supply Department meliputi:
a. instrumen
b. linen
c. AMHP
Prosedur sterilisasi di Central Sterile Supply Department adalah: a.
peralatan direndam beberapa menit dalam larutan tablet germisep untuk menetralkan mikroba yang ada pada peralatan
b. setelah direndam di dalam tablet germisep peralatan ditransfer dari CMU ke
ruang CSSD. c.
peralatan kemudian dicuci secara enzimatis. d.
peralatan kemudian dibersihkan dengan air mengalir e.
peralatan dikeringkan f.
peralatan diset dan dibungkus dengan kain linen dan ditambahkan indikator biologik ke dalamnya
g. peralatan kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 132
C selama 15 menit
h. peralatan yang telah disterilisasi kemudian disimpan dalam ruang steril
sebelum didistribusikan ke ruangan yang membutuhkan i.
peralatan kemudian di distribusikan
4.4 Instalasi Gas Medis