Pengelolaan Populasi Ikan Pengelolaan Penangkapan

Perairan waduk yang terbentuk mungkin hanya cocok sebagai daerah pertumbuhan, tetapi tidak sebagai daerah pemijahan bagi beberapa jenis ikan asli sungai, sehingga ikan tersebut hanya dapat tumbuh namun tidak dapat melanjutkan keturunannya. Oleh sebab itu, maka di dalam pengelolaan sumberdaya perairan waduk, salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah kondisi habitat agar habitat baru tersebut sesuai bagi persyaratan perkembangan populasi ikan untuk menyelesaikan daur hidupnya. Agar produksi perikanan di perairan waduk meningkat dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan, maka pengelola perikanan harus mampu memanipulasi dan memodifikasi habitat waduk sehingga sesuai dengan persyaratan yang diperlukan oleh populasi ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pembersihan tumbuhan sebelum waduk diairi, penyediaan daerah pemijahan dan jalur ikan, pengelolaan daerah hilir bendungan, dan pengendalian tanaman air. Terbentuknya suatu waduk berarti wilayah tersebut telah mengalami perubahan ekosistem, untuk itu perlu dibina dengan cara: 1. mengidentifikasi daerah tersebut menurut tingkat pemanfaatan sumberdaya, maka pemanfaatan bisa seperti pada daerah padat upaya atau daerah berkembang. 2. penebaran sebaiknya dilakukan setelah perairan tersebut stabil setelah berumur 5 tahun tetapi bila keadaan mendesaktujuan politik bisa dilakukan sebelumnya. 3. pada daeran waduk sering dimanfaatkan oleh berbagai pihak dengan tujuan masing-masing, maka untuk pengelolaan perlu dilakukan secara terpadu dan didukung oleh peraturan-peraturan yang cukup memadai. 4. perlu usaha yang intensif sedini mungkin untuk mencegah terjadinya pendangkalan dan meluasnya gulma. 5. memperkenalkan dan mengembangkan usaha di bidang budidaya ikan. 6. memonitoring segala usaha tersebut secara terusmenerus untuk menjaga kelestarian sumber.

B. Pengelolaan Populasi Ikan

Perubahan ekosistem sungai menjadi ekosistem waduk akan berpengaruh terhadap populasi ikan. Pada awal penggenangan, siklus hidup ikan akan terganggu. Jenis ikan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan waduk akan tumbuh dan berkembang biak serta biasanya merupakan ikan yang mendominasi. Sebaliknya, jenis ikan yang kurang atau tidak mampu beradaptasi, pada jangka panjang akan menghilang meskipun mungkin pada tahun pertama penggenangan jumlahnya melimpah. Ukuran populasi ikan ditentukan oleh laju peremajaan dan pertumbuhan. Apabila ketersediaan daerah pemijahan dan daerah makanan ikan terbatas maka ukuran populasi akan semakin menurun. Penurunan tersebut akan dipercepat dengan meningkatnya upaya penangkapan. Perikanan waduk bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan dan mempertahankan produksi tersebut pada tingkat produktivitas maksimumnya, oleh sebab itu maka pengelolaan populasi ikan harus ditujukan bagi tercapainya kondisi perairan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan populasi ikan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka di dalam pengelolaan populasi ikan di waduk, harus mempertimbangkan kondisi lingkungan, faktor-faktor yang membatasi ukuran populasi dan tujuan serta sasaran perikanan waduk. Teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam pengelolaan populasi ikan untuk mencapai tingkat produksi ikan yang tinggi antara lain : pemberantasan jenis ikan yang tidak disukai, introduksi dan penebaran, pengaturan permukaan air dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit dan parasit. 2002 digitized by USU digital library 3

C. Pengelolaan Penangkapan

Pola usaha penangkapan ikan yang dikembangkan di suatu perairan waduk harus didasarkan pada pengetahuan tentang populasi ikan seperti formasi populasi, dinamika populasi, kelimpahan stok dan biomass, dan produksi maksimum lestari yang dapat dicapai. Usaha penangkapan diarahkan pada rasionalisasi pemanfaatan sumber yang optimal dengan memperhatikan kelestarian sumber. Dengan sasaran itu, maka pola pembinaan pengelolaan di daerah padat menurut Widana dan Martosubroto 1986 dilakukan dengan upaya sebagai berikut : 1. pembatasan upaya baik jumlah alat tangkap maupun musim penangkapan. 2. pembatasan ukuran mata jaring atau alat lain 3. membangun reservat baru dan meningkatkan fungsi reservat yang sudah ada, serta perlu adanya pengawasan terhadap kegiatan nelayan yang merugikan fungsi reservet tersebut dan perlu adanya penyuluhan tentang arti penting suatu reservat. 4. mengadakan penebaran yang harus ditunjang dengan penyediaan benih yang cukup dengan jalan meningkatkan fungsi BBI lokal. 5. mengingat perairan waduk merupakan peranan yang tertutup dan dibeberapa tempat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, maka pengelolaan harus dilaksanakan secara koordinatif dan terpadu dengan ditunjang oleh peraturan yang memadai. 6. diversivikasi usaha kebidang lain, terutama kebidang usaha budidaya diperairan waduk. 7. perlu penyuluhan yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya kelestarian sumber. Teknik penangkapan yang diterapkan harus didasarkan pada teknologi tepat guna, yaitu teknologi yang sedarhana, mudah diterapkan, rancang bangunnya tidak memerlukan pengetahuan yang tinggi, produktivitasnya tinggi tetapi tidak merusak sumberdaya perikanan. Sebagai contoh, di waduk Jatiluhur, penangkapan ikan dengan jaring insang menggunakan bahan pelampung yang terbuat dari styrofoam bekas, potongan kayu atau bambu. Jumlah, jenis dan tipe alat tangkap yang digunakan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya ikan dan daya pulih stok. Jenis alat tangkap yang umumnya banyak digunakan di perairan waduk adalah: jaring insang, rawei, jala, dan pancing. Penggunaan alat tangkap ikan yang menggunakan arus listrik, bahan peledak atau racun bahan-bahan yang bersifat toksik harus dilarang karena akan memusnahkan stok ikan mulai dari larva hingga dewasa, serta biota lainnya. Penggunaan alat tangkap yang sifatnya menguras stok ikan seperti pukat harimau harus dilarang sebab selain menangkap ikan tidak selektif, juga dapat merusak habitat biota dasar perairan. Pengendalian penangkapan ikan antara lain dapat dilakukan dengan cara: 1. Menetapkan daerah dan musim atau bulan larangan penangkapan ikan, yang bertujuan untuk memberi kesempatan ikan berkembang biak dan bertumbuh. 2. Pengaturan ukuran terkecil yang boleh ditangkap, yaitu dengan penetapan ukuran terkecil mata jaring insang dan ukuran mata pancing rawai yang boleh dipakai oleh nelayan. 3. Pengaturan upaya penagkapan, misalnya dengan mengatur jumlah nelayan dan atau unit alat tangkap. 4. Larangan penggunaan alat tangkap ikan yang dapat membahayakan kelestarian sumberdaya perikanan, misalnya larangan penggunaan bahan peledak dan bahan beracun berbahaya B3, alat tangkap berarus listrik dan pukat harimau. 2002 digitized by USU digital library 4 III.2. Perikanan Budidaya

A. Pengelolaan Budidaya