TAP.COM - PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN LAYUR DI PERAIRAN ...

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA
IKAN LAYUR DI PERAIRAN PALABUHANRATU,
SUKABUMI, JAWA BARAT

WIDI ASTUTI

SKRIPSI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

© Hak cipta milik Widi Astuti, tahun 2008
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis
dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun,
baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI


Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN LAYUR
DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Ada pun semua sumber data
dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya
mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2008

Widi Astuti
C54104016

SKRIPSI
Judul Penelitian

: Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur
di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat


Nama Mahasiswa

: Widi Astuti

NRP

: C54104016

Program Studi

: Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui ,

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S.


Ir. Diniah, M.Si.

NIP. 131 578 826

NIP. 131 587 198

Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
NIP. 131 578 799
Tanggal Lulus : 31 Januari 2008

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA
IKAN LAYUR DI PERAIRAN PALABUHANRATU,
SUKABUMI, JAWA BARAT

Oleh :
WIDI ASTUTI

C54104016

SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 02 Juni
1986, dari orang tua bernama Badarudin dan Suratinah. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal
yang pernah dilalui penulis yaitu SMA N 1 Belitang dan lulus
pada tahun 2004.
Pada tahun 2004, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan, antara lain anggota UKM Merpati Putih, anggota Masyarakat
Pasir dan anggota Bidang Keskretariatan HIMAFARIN.
Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengelolaan dan
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Layur di Perairan

Palabuhanratu,

Sukabumi Jawa Barat”. Penulis dibimbing oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S.
dan Ir. Diniah, M.Si. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang akhir skripsi yang
diselenggarakan oleh Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, pada tanggal 31
Januari 2008.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga

penulis dapat menyusun skripsi ini yang berjudul “Pengelolaan dan
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur di Palabuhanratu, Sukabumi Jawa
Barat”.
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober 2007
di Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan pengaruh aktivitas pemanfaatan sumberdaya ikan layur terhadap nilai
produksi, tingkat effort dan rente sumberdaya pada kondisi aktual, lestari, open
access, optimal (Maximum Economic Yield) dan dinamis, menentukan tingkat
keuntungan usaha perikanan pancing layur dan menentukan tingkat kelayakan
investasi pada usaha perikanan pancing layur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S.,
dan Ir. Diniah, M.Si., selaku pembimbing yang telah membantu penulis hingga
skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yamg
memerlukannya.

Bogor, Januari 2008


Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucakan terima kasih kepada :
1) Kedua orang tua dan semua adik penulis yang telah memberikan dorongan
moril maupun materil;
2) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., dan Ir. Diniah, M.Si., sebagai komisi
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan, serta
dukungan dan perhatiannya selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini;
3) Bapak Hendra dan Bapak Rudi dari Balai Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
yang telah membantu dalam pengumpulan data;
4) Kang Wahyu yang telah membantu mencarikan kapal untuk mengikuti operasi
penangkapan pancing layur;
5) Bapak Bandung yang telah mengizinkan untuk mengikuti operasi
penangkapan pancing layur;
6) Keluarga Ibu Nik yang telah mengizinkan untuk tinggal di rumahnya selama
penelitian berlangsung;
7) Nelayan responden atas data dan informasinya;
8) BAPPEDA Kabupaten Sukabumi atas informasi yang telah diberikan;
9) BPS Kabupaten Sukabumi atas penangkapan pancing layur;

10) Teman-teman seperjuangan di PSP 41, tetap semangat dan jangan menyerah;
11) Berbagai pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2008

Penulis

ABSTRAK
WIDI ASTUTI. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur di
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh MOCH.
PRIHATNA SOBARI dan DINIAH.
Permintaan pasar luar negeri terhadap ikan layur terus meningkat, sehingga terjadi
peningkatan upaya yang dilakukan oleh nelayan untuk meningkatkan produksinya. Apabila hal
tersebut berlangsung terus menerus dikhawatirkan akan terjadi pemanfaatan yang tidak rasional
terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan layur di sekitar perairan Palabuhanratu. Upaya
pengelolaan yang optimal terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan layur dapat didekati
menggunakan model bionomi agar tidak terjadi kondisi lebih tangkap. Hasil analisis CYP

diperoleh dugaan parameter biologi untuk laju pertumbuhan interinsik (r) sumberdaya ikan layur
di Perairan Palabuhanratu sebesar 14,0015 ton per tahun, koefisien kemampuan alat tangkap (q)
sebesar 0,0048 ton per tahun dan carrying capacity (K) sebesar 58,9347 ton per tahun.
Berdasarkan parameter tersebut, maka rezim pengelolaan pada saat MSY diperoleh effort sebesar
1.464 trip per tahun dengan produksi 206,29 ton dan rente ekonomi Rp1.022.031.605,20. Produksi
pada open acces sebesar 47,10 ton per tahun dengan effort 2.749 trip per tahun dan rente ekonomi
Rp 0. Pada kondisi MEY diperoleh effort sebesar 1.375 trip per tahun dengan produksi 205,53 ton
dan rente ekonomi Rp1.026.327.929,07. Pada kondisi aktual, diperoleh effort sebesar 8.449 trip
per tahun dengan produksi 140,660 ton per tahun dan rente ekonomi (Rp23.061.452,70). Hasil
analisis dinamik pada tingkat discount rate sebesar 18,2 % diperoleh kondisi optimal terhadap
effort sebesar 1.391 trip per tahun dengan produksi 205,79 ton dan rente ekonomi Rp
5.633.686.922,04. Hasil analisis dengan CYP menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan
layur di Perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 2006 telah mengalami economical overfishing
dan biological overfishing. Berdasarkan analisis usaha diperoleh pendapatan usaha sebesar Rp
5.831.466,67, analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio) sebesar 1,14, Payback
period sebesar 2,24 dan return of investment sebesar 45 %. Dari analisis kriteria investasi, baik
dengan pembiayaan maupun tanpa pembiayaan diperoleh nilai NPV > 0, Net B/C > 1 dan IRR >
tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha penangkapan dengan
menggunakan pancing layur masih layak untuk dikembangkan.
Kata kunci: Ikan layur, Analisis bio-ekonomi, Pancing layur, Perairan Teluk Palabuhanratu


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................viii
1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….…..1
1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………………...3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………....3
1.4 Manfaat ………………………………………………………………….….4
2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………....….5
2.1 Ikan Layur …………………………………………………………….....…5
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Layur …………………………….….5
2.1.2 Tingkah Laku Ikan Layur …………………………………………….6
2.1.3 Penyebaran dan Musim Ikan Layur ………………………………......7
2.2 Unit Penangkapan Ikan Layur ……………………………………………...9
2.2.1 Alat Penangkap Ikan Layur …………………………………………..9
2.2.2 Kapal ……………………………………………………………...…11
2.2.3 Nelayan ……………………………………………………………...12

2.3 Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan …………………………………….….13
2.4 Model Surplus Produksi ……………………………………………….….14
2.5 Model Bio-ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan ……………………..20
2.6 Model Pengelolaan Optimal Dinamik ..........................................................24
2.7 Laju Degradasi...............................................................................................25
2.8 Analisis Finansial ……………………………………………………….....25
2.9 Analisis Sensitivitas ………………………………………………….....…26
3 KERANGKA PEMIKIRAN STUDI ………………………………...…..….28
4 METODOLOGI ...............................................................................................31
4.1 Waktu dan Tempat ……………………………………………………..….31
4.2 Peralatan Penelitian………………………………………………………..30
4.3 Metode Penelitian ………………………………………………………....31
4.4 Sumber Data ……………………………………………………………....32
4.5 Metode Pengambilan Sampel …………………………………………..…33
4.6 Analisis Data ……………………………………………………..……......33
4.6.1 Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan (Catch per Unit Effort)….33
4.6.2 Analisis Bio-Teknik ………………………………………………....34
4.6.3 Analisis Bio-Ekonomi ……………………………………………....36
4.6.4 Optimal Dinamik..................................................................................38
4.6.5 Laju Degradasi......................................................................................39
4.6.6 Analisis Finansial ………………………………………………..…..39

Halaman
4.7 Batasan dan Asumsi Penelitian …………………………………………..….44
4.7.1 Batasan Penelitian …………………………………………..…….....44
4.7.2 Asumsi Penelitian ………………………………………………..….45
5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................................46
5.1 Letak Geografis dan Topografi.....................................................................46
5.2 Kondisi Geomorfologis.................................................................................46
5.3 Kondisi Oseanografis....................................................................................47
5.4 Kondisi Iklim dan Musim.............................................................................47
5.5 Unit Penangkapan Ikan.................................................................................48
5.5.1 Kapal...................................................................................................48
5.5.2 Alat Tangkap.......................................................................................49
5.5.3 Nelayan...............................................................................................50
5.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan.........................................................50
5.7 Kondisi Umum Perikanan Layur di Palabuhanratu......................................51
6 HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................53
6.1 Analisis Teknik.............................................................................................53
6.1.1 Deskripsi Unit Penangkapan Pancing Layur......................................53
6.1.2 Metode Pengoperasian Pancing Layur................................................58
6.1.3 Daerah Penangkapan dan Musim Ikan Layur.....................................59
6.2 Analisis Bio-Teknik......................................................................................59
6.2.1 Upaya Penangkapan Pancing Layur....................................................59
6.2.2 Hasil Tangkapan Per Unit Penangkapan (CPUE)...............................60
6.2.3 Hubungan Effort dengan CPUE.........................................................62
6.3 Analisis Bio-Ekonomi..................................................................................67
6.3.1 Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layur Model Logistik .......................67
6.3.2 Pengelolaan Optimal Dinamik...........................................................71
6.3.3 Laju Degradasi....................................................................................73
6.4 Analisis Finansial.........................................................................................74
6.5 Pengembangan Unit Penangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu................80
7 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................82
7.1 Kesimpulan .................................................................................................82
7.2 Saran............................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................84
LAMPIRAN …………………………………………………………………....89

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar Ikan Layur............................................................................................6
2. Kurva Pertumbuhan Logistik (Schaefer 1954 diacu dalam
Fauzi A 2006)...................................................................................................15
3. Kurva Pengaruh Tangkapan terhadap Stok (biomass).....................................17
4. Kurva Produksi Lestari Upaya (Yield Effort Curve) (Schaefer 1954
diacu dalam Fauzi A 2006)…………………………………………………..18
5. Kurva Perikanan Bebas Tangkap (Gordon 1954 diacu dalam
Fauzi A 2006)……….......................................................................................22
6. Kurva Keseimbangan Bio-Ekonomi dari sisi Penerimaan Rata-Rata
(Gordon 1954 diacu dalam Fauzi A 2006)......................................................23
7. Diagram Alir Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan Layur........................................................................................................30
8. Desain Kapal Congkreng di Perairan Palabuhanratu.......................................54
9. Kapal Congkreng yang Digunakan di Perairan Palabuhanratu........................55
10. Alat Tangkap Pancing Layur...........................................................................56
11. Perkembangan Upaya Penangkapan Ikan Layur periode 2000-2006..............60
12. Perkembangan Produksi Ikan Layur di Perairan Teluk
Palabuhanratu Periode 2000-2006...................................................................61
13. Perkembangan CPUE Unit Penangkapan Ikan Layur
periode 2000-2006...........................................................................................62
14. Hubungan antara Effort dengan CPUE Penangkapan Ikan Layur...................63
15. Hubungan antara Hasil Tangkapan Ikan Layur pada Kondisi Lestari
dengan Effort Lestari dengan Model CYP.......................................................65
16. Kurva Produksi Aktual dan Produksi Lestari..................................................66
17. Hubungan Total Penerimaan, Total Biaya, Rente Ekonomi dan Effort pada
Berbagai Kondisi Pengusahaan (MSY, MEY dan Open acces)………….......70
18. Laju Degradasi Sumberdaya Ikan Layur di Perairan Teluk
Palabuhanratu…...............................................................................................74

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Formula Perhitungan Pengelolaan Ikan Layur dengan Pendekatan
Model CYP......................................................................................................37
2. Perkembangan Jumlah Kapal yang Menggunakan PPN Palabuhanratu
sebagai Fishing Base........................................................................................48
3. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap yang Beroperasi di Perairan
Teluk Palabuhanratu........................................................................................49
4. Perkembangan Jumlah Nelayan di Perairan Teluk Palabuhanratu
Periode 2000-2006...........................................................................................50
5. Jumlah Alat Tangkap Pancing yang Beroperasi di Perairan
Teluk Palabuhanratu........................................................................................51
6. Perkembangan Produksi Ikan Layur yang Didaratkan
di PPN Palabuhanratu Periode 2000-2006......................................................52
7. Spesifikasi dari Alat Tangkap Pancing Layur yang Diopersikan di Perairan
Palabuhanratu...................................................................................................57
8. Length at first maturity dan Rata-rata Panjang Ikan Layur yang Tertangkap
di Perairan Palabuhanratu ...............................................................................61
9. Hasil Regresi dengan Menggunakan CYP.......................................................64
10. Nilai Dugaan Parameter Bio-teknik.................................................................65
11. Hasil Estimasi Parameter Ekonomi..................................................................68
12. Hasil Perhitungan Pengelolaan Ikan Layur dengan Pendekatan
Model CYP.......................................................................................................72
13. Hasil Analisis Koefisien Laju Degradasi Sumberdaya Ikan Layur
di Perairan Teluk Palabuhanratu......................................................................73
14. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi dengan Menggunakan
Pembiayaan dan Tanpa Pembiayaan..............................................................77
15. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bensin
Sebesar 36,17 % pada Skenario dengan Pembiayaan......................................79
16. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bensin
sebesar 36,17 % pada Skenario Tanpa Pembiayaan........................................79

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Daerah Penangkapan Ikan Layur di Perairan Palabuhanratu....................90
2. Perhitungan Catch Per Unit Effort (CPUE).....................................................91
3. Hasil Regresi dengan Menggunakan CYP…………..……..…………………92
4. Hasil Estimasi Harga Ikan Layur dan Biaya Operasional Pancing Layur
per Trip .............................................................................................................94
5. Hasil Perhitungan Pengelolaan Ikan Layur dengan Pendekatan Model CYP...95
6. Hasil Perhitungan Pengelolaan Ikan Layur dengan Pendekatan Model
CYP Menggunakan Software Maple 10 ...........................................................96
7. Perhitungan Discount Rate…………...……………………………………...100
8. Hasil Analisis Koefisien Laju Degradasi Sumberdaya Ikan Layur di Perairan
Teluk Palabuhanratu ......................................................................................101
9. Analisis Finansial…….........………………..........………………………....102
10. Analisis Sensitivitas ......................................................................................106

1

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan sebagai salah satu sektor dalam kegiatan ekonomi, tidak hanya
berperan dalam upaya peningkatan pendapatan negara, tetapi juga berperan dalam
memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, penyerapan tenaga kerja,
pendapatan nelayan serta turut mendorong pembangunan secara keseluruhan
(Dwiponggo et al. 1987). Untuk pemenuhan tersebut salah satunya dilakukan
melalui kegiatan penangkapan ikan. Pengembangan produksi perikanan laut
dengan usaha penangkapan diarahkan pada pencapaian tingkat pengusahaan
sumberdaya perikanan secara rasional. Rasionalisasi penangkapan berarti usaha
penataan kembali kegiatan penangkapan di laut yang tidak melampaui daya
dukung potensi lestari sumberdaya perikanan.
Salah satu jenis ikan yang populer di masyarakat dan keberadaannya hampir
tersebar di seluruh perairan Indonesia adalah ikan layur (Trichiurus sp.). Ikan
layur merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, hal ini terbukti
dengan semakin meningkatnya permintaan ekspor ikan layur ke beberapa negara
Asia seperti Cina, Taiwan, Jepang dan Korea. Menurut Dwiponggo et al. (1991)
diacu dalam Nurhayati Y (2006), layur merupakan ikan demersal yang termasuk
ke dalam kelompok ikan komersial kedua terbesar di seluruh perairan pantai
Indonesia.
Peningkatan permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor memungkinkan
diperlukannya pengembangan metode dan teknik penangkapan yang menunjang
keberhasilan operasi penangkapan ikan layur. Operasi penangkapan ikan tersebut
akan mempengaruhi pengelolaan dan usaha pemanfaatan potensi sumberdaya ikan
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan (stok)
sumberdaya ikan di suatu perairan.
Perairan Selatan Jawa merupakan perairan yang potensial untuk perikanan
layur, diantaranya Perairan Palabuhanratu. Perairan Palabuhanratu terletak di
kawasan Samudera Hindia pada posisi 6057’-7007’ LS dan 106022’-106033’ BT,
merupakan perairan yang mempunyai potensi besar dalam hal penyediaan ikan
pada masa yang akan datang, karena telah berkembang menjadi wilayah perikanan

2

yang penting di Indonesia. Alat penangkap ikan layur yang dioperasikan di
Perairan Palabuhanratu adalah pancing, yaitu pancing ulur dan pancing layur,
namun saat ini yang lebih banyak digunakan adalah pancing layur atau biasa
disebut rawai layur.
Produksi

perikanan

layur

di

Palabuhanratu

cenderung

mengalami

peningkatan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2006 produksi mencapai 222.642
kg dengan total nilai produksi Rp 1.304.287.500,00. Produksi ikan layur tersebut
mengalami peningkatan sebesar 17,80 % dari tahun sebelumnya. Peningkatan
produksi ikan layur tersebut diimbangi pula dengan peningkatan jumlah alat
tangkap yang digunakan.
Sumberdaya ikan pada umumnya bersifat open access, yang menyebabkan
setiap orang dapat berpartisipasi dan tidak ada batasan mengenai besarnya upaya
penangkapan yang dikerahkan atau sumberdaya ikan yang boleh ditangkap.
Apabila hal tersebut berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan
terkurasnya sumberdaya hayati laut dan usaha penangkapan ikan menjadi tidak
efisien baik secara ekonomi mau pun biologi. Untuk itu diperlukan suatu tindakan
pengelolaan dengan melakukan penataan dan pengontrolan terhadap pengusahaan
penangkapan ikan layur dengan memperhatikan aspek biologi, teknik dan
ekonomi.
Pengelolaan terhadap pengusahaan penangkapan ikan layur, menggunakan
suatu model yang disebut dengan model bionomi. Model bionomi atau bioekonomi merupakan perpaduan antara dinamika biologi sumberdaya perikanan
dan faktor ekonomi yang mempengaruhi perikanan tangkap, sedangkan untuk
aspek tekniknya berupa penyesuaian ukuran alat tangkap dan teknologi yang
digunakan dengan ukuran ikan layur yang akan ditangkap dan bagaimana metode
pengoperasian yang dilakukan. Apabila hal tersebut berhasil dilakukan, maka
kerusakan sumberdaya ikan dapat dicegah dan mendorong terciptanya operasi
penangkapan ikan dengan keberhasilan yang tinggi tanpa merusak kelestarian
serta memberikan hasil tangkapan dan rente ekonomi yang maksimum.

3

1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang umum dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya ikan
adalah permasalahan biologi dan permasalahan ekonomi. Permasalahan biologi
mencakup terancamnya kelestarian stok sumberdaya ikan dan permasalahan
ekonomi yaitu usaha penangkapan belum memberikan keuntungan yang
maksimum bagi sebagian besar nelayan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
maka salah satu cara yang digunakan oleh para ahli biologi perikanan, yaitu
melakukan pengendalian intensitas pengusahaan, sehingga dapat dicapai produksi
maksimum lestari. Pengusahaan tersebut harus memberikan manfaat ekonomi
yang maksimum bagi nelayan.
Dalam pengusahaan penangkapan ikan layur, saat ini nelayan Palabuhanratu
dominan menggunakan pancing layur. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian
tentang pengelolaan terhadap pengusahaan penangkapan ikan layur agar diperoleh
hasil tangkapan yang maksimum dengan memperhatikan aspek biologi, teknik dan
ekonomi. Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan dipecahkan
adalah
a) Apakah pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan layur dengan
menggunakan pancing layur sudah optimal?
b) Apakah pengoperasian pancing layur telah memberikan keuntungan bagi
nelayan yang mengusahakannya?
c) Bagaimana kelayakan investasi dari usaha pancing layur dimasa yang akan
datang?

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Menentukan pengaruh aktivitas pemanfaatan sumberdaya ikan layur terhadap
nilai produksi, tingkat effort dan rente sumberdaya pada kondisi aktual, lestari,
open access, optimal (Maximum Economic Yield) dan dinamis;
2) Menentukan tingkat keuntungan usaha perikanan pancing layur; dan
3) Menentukan tingkat kelayakan investasi pada usaha perikanan pancing layur.

4

1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai potensi
ekonomi maksimum dan hasil tangkapan yang optimum untuk pengusahaan ikan
layur, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi nelayan,
pemerintah daerah dan pihak-pihak yang berwenang dalam pengembangan
sumberdaya ikan layur.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Layur
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Layur
Menurut Saanin H (1984), ikan layur merupakan jenis ikan yang memiliki
rangka terdiri atas tulang benar dan bertutup insang. Ikan layur memiliki dua sirip
punggung, yang pertama berjari-jari mengeras dan yang kedua mempunyai bagian
yang berjari-jari lemah, serta tidak memiliki sirip perut. Kadang-kadang ada
lembaran seperti sirip kecil di belakang sirip punggung kedua dan di belakang
sirip dubur. Tubuh ikan layur sangat panjang dan gepeng seperti pipa.
Taksonomi ikan layur diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin H 1984) :
Phyllum : Pisces
Class : Teleostei
Ordo : Percomorphii
Subordo : Scombroidea
Family : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus spp.
Nama Indonesia : Layur
Ikan layur jenis bedog (Trichiurus savala) memiliki jari-jari keras pertama
sirip dubur lebih panjang dari setengah mata. Jarak terkecil antara garis rusuk dan
dubur lebih dari setengah jarak antara garis rusuk dan dasar sirip punggung. Ikan
layur jenis ini memiliki panjang lebih kecil dibandingkan dengan jenis ikan layur
lainnya dan menyukai hidup pada kedalaman sekitar 20 m pada kondisi dasar
berlumpur (Saanin H 1984).
Ikan layur jenis meleu (Trichiurus haumela) memiliki panjang 13-15,8 kali
tingginya. Layur ini memiliki warna putih keperakan yang lebih bersih dan
cemerlang dibandingkan dengan jenis ikan layur lainnya (Saanin H 1984) .
Salah satu jenis layur yang terdapat di perairan selatan Jepang adalah
Trichiurus lepturus. Ciri-cirinya yaitu, memiliki badan sangat panjang seperti pita,
rahang dengan taring dan janggut, seluruh badannya berwarna perak, sirip

6

punggung kuning dengan pinggiran kehitaman dan dapat mencapai ukuran 120
cm. Tersebar luas di perairan beriklim tropis dan sedang, terdapat di perairan
pantai

dengan

dasar

pasir

serta

membentuk

gerombolan

besar

(http://research.kahaku.go.jp/zoology/Fisheries_of_Bitung/data/p209_02b.html).
Deskripsi Trichurus lepturus dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Trichurus lepturus
Sumber : http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Trichiurus_lepturus.jpg
Bentuk morfologi ikan layur sebagai berikut : badan panjang dan gepeng,
ekornya panjang bagai cemeti. Oleh karenanya dalam bahasa Inggris disebut
hairtail atau ekor rambut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya putih seperti perak
sedikit kekuning-kuningan (Nontji M 2005). Mulut lebar dilengkapi dengan gigi
yang kuat dan tajam, rahang bawah lebih besar dari rahang atasnya. Sirip
punggung panjang sekali mulai dari atas kepala sampai akhir badan dan berjarijari lemah 105-134. Sirip dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari-jari lemah
72-80 berupa deretan duri-duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk
terlihat jauh di bagian bawah badan. Ikan layur dalam keadaan hidup berwarna
biru maya kegelapan, sedangkan dalam keadaan mati berwarna perak keabuan
atau sedikit keunguan. Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap. Siripsiripnya sedikit kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap. Dapat mencapai
panjang 100 cm, tetapi umumnya 70-80 cm (Direktorat Jenderal Perikanan 1998).

2.1.2 Tingkah Laku Ikan Layur
Ikan layur umumnya hidup di perairan yang dalam dengan dasar lumpur,
meski pun tergolong ikan demersal, umumnya ikan layur muncul ke permukaan
pada waktu senja (Direktorat Jenderal Perikanan 1998). Ikan layur berada pada
kedalaman kurang lebih 100 m, namun dapat dijumpai pada perairan yang lebih

7

dangkal hingga memasuki daerah estuaria bahkan di perairan yang sangat dangkal
sekalipun. Badrudin dan Wudianto (2004) menyebutkan bahwa habitat layur
meliputi perairan laut, estuari (muara sungai), rawa pantai, mangrove sampai
perairan payau. Populasi ikan layur lebih banyak tertangkap di perairan pantai
yang dangkal di sekitar muara-muara sungai.
Layur umumnya berenang dengan posisi vertikal dengan kepala berada di
sebelah atas. Layur termasuk ikan buas, hal ini terlihat dari susunan gigi yang
tajam dan makanannya seperti udang-udangan, cumi-cumi dan ikan kecil,
sehingga layur tergolong ikan karnivora (Direktorat Jenderal Perikanan 1998).
Ikan layur adalah ikan predator yang makanannya adalah hewan-hewan berukuran
kecil seperti euphasid (udang-udang berukuran kecil seperti ikan teri, sardine,
myctophids, bregmacerotids, carangoids, sphyraenids dan larva ikan layur).
Perilaku makan ikan layur dewasa dan layur muda (anak) berhubungan erat
dengan kebiasaan migrasi vertikal yang memiliki sifat berlawanan. Pada siang
hari, ikan layur dewasa biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk
mencari makan dan kembali bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan
layur muda (anak) yang berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling)
mulai dari dasar sampai ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari
menyebar dan mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.
Belum banyak diketahui masa pemijahannya, hanya saja untuk ikan layur yang
ada di selatan Jepang (T. lepturus) diketahui bahwa jenis ikan ini memijah dan
telurnya menetas pada musim semi, yaitu pada saat suhu berangsur mengarah
hangat (Badrudin dan Wudianto 2004).

2.1.3 Penyebaran dan Musim Ikan Layur
Menurut Nontji M (2005), ikan layur tersebar luas pada semua perairan
tropis dan subtropis di dunia. Di Indonesia, ikan layur menyebar dan dijumpai
pada semua perairan pantai Indonesia. Terdapat enam jenis layur di Perairan
Indonesia. Jenis layur yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah
dari jenis Trichiurus haumela. Selain itu, di beberapa muara sungai di Sumatera
dijumpai jenis layur yang berukuran lebih kecil, yaitu Trichiurus savala dan
Trichiurus glossodon.

8

Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai
Indonesia, seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung
Genteng dan Sukawayana. Selain itu ikan layur juga terdapat di Perairan Jepang,
Filipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai
utara Australia, juga tersebar luas di perairan dangkal di Afrika Selatan
(Direktorat Jenderal Perikanan 1998).
Menurut Dwiponggo et al. (1991) diacu dalam Nurhayati Y (2006), ikan
layur digolongkan ke dalam sumberdaya ikan demersal. Pengelompokan
sumberdaya ikan demersal dalam rangka menggambarkan penyebaran dan
komposisi menurut nilai ekonomi sebagai berikut :
1) Kelompok komersial utama, terdiri atas kerapu (Serranidae), bambangan
(Lutjanus spp.), bawal putih (Pampus spp.), kakap (Lates carcarifer),
manyung (Arridae), jenaha (Lutjanus johni), kuwe (Carangoides spp.) dan
nuwel (Harpodontidae).
2) Kelompok komersial nomor dua, terdiri atas layur (Trichiurus sp.), gerot-gerot
(Pomadasys spp.), bawal hitam (Formio niger), kurisi (Nemipterus spp.), kuro
(Therapon spp.), ketang-ketang (Drepanidae), baronang (Siganus spp.), pari
(Dasyatis spp.) dan cucut (Carcharias sp.).
3) Kelompok ikan campuran, yaitu jenis serinding (Apogonidae), lidah
(Cynoglossidae), ikan sebelah (Psettoidae), kapas-kapas (Gerreidae), swanggi
batu (Holocentrus spp.) dan beberapa jenis ikan lain dengan kontribusi hasil
tangkapan yang relatif rendah.
Menurut Sasmita VS (1995), musim penangkapan ikan layur di
Palabuhanratu terjadi satu kali setahun, yaitu antara Bulan Oktober-Januari.
Musim puncak terjadi pada Bulan November dan musim terendah pada Bulan
Mei. Kelimpahan tertinggi terjadi pada Bulan Oktober-Januari bertepatan dengan
awal musim barat. Pada saat musim barat kelimpahan ikan layur mengalami
peningkatan, hal ini terkait dengan habitatnya yang cenderung hidup di dasar
perairan.

9

2.2 Unit Penangkapan Ikan Layur
2.2.1 Alat Penangkap Ikan Layur
Menurut Fauzi A et al. (1989), ikan layur dapat ditangkap dengan alat
tangkap trawl, jaring insang, purse seine mini dan lampara dasar. Berdasarkan
data statistika PPN Palabuhanratu tahun 2005, ikan layur dapat ditangkap
menggunakan pancing ulur, payang, gillnet, bagan dan rawai, namun secara
umum ikan layur ditangkap menggunakan pancing ulur dan rawai, dan saat ini
dominan ikan layur tertangkap menggunakan pancing layur atau rawai.
a) Pancing Ulur (Handline)
Satu unit pancing terdiri atas line (tali) dan hook (mata pancing). Tali
pancing umumnya terbuat dari bahan benang katun, nylon, polyethylene dan senar.
Mata pancing terbuat dari baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat (Subani
W dan HR Barus 1989).
Handline merupakan alat tangkap yang sederhana dan telah dikenal oleh
masyarakat luas terutama nelayan. Alat tersebut dapat dioperasikan oleh nelayan
kecil, karena hanya membutuhkan modal yang kecil dan tidak memerlukan kapal
khusus (von Brandt A 1984). Menurut Monintja DR dan S Martasuganda (1991),
perikanan pancing dapat dioperasikan dimana saja, dimana alat tangkap lain tidak
dapat beroperasi, seperti di perairan dalam dan kondisi berarus kuat. Alat tangkap
pancing dapat dioperasikan oleh siapa saja, namun diperlukan keahlian dalam
pengoperasian dan pengetahuan tentang sifat dari jenis ikan sasaran penangkapan,
sehingga dapat diperoleh hasil tangkapan yang diharapkan.
Menurut Ayodhyoa AU (1981), dibandingkan dengan alat tangkap lain
keunggulan dari penggunaan pancing sebagai berikut :
(1) Struktur alat pancing tidak rumit dan penggunaannya mudah;
(2) Organisasi usahanya kecil sehingga tidak banyak membutuhkan modal dan
SDM;
(3) Syarat fishing ground sedikit sehingga lebih bebas memilih;
(4) Pengaruh cuaca dan suasana alam relatif kecil;
(5) Kesegaran hasil tangkap terjamin.
Kelemahan alat tangkap pancing ulur diantaranya :
(1) Tidak dapat menangkap ikan dalam jumlah banyak dalam waktu singkat;

10

(2) Memerlukan umpan;
(3) Diperlukan keahlian memancing perseorangan;
(4) Karena merupakan alat tangkap yang pasif maka tertangkapnya ikan sangat
ditentukan oleh ketertarikan pada umpan.
Cara pengoperasian handline yaitu dengan mengulurkan pancing secara
vertikal ke bawah. Ujung tali yang satu berada di tangan nelayan dan ujung tali
lainnya yang terdapat mata pancing diulur sampai ke kedalaman tertentu yang
diduga merupakan tempat berkumpulnya ikan. Apabila umpan yang melekat pada
mata pancing dimakan oleh ikan, maka tali pancing ditarik dengan cepat ke
permukaan dan ikan yang tertangkap akan diambil dan dimasukkan ke dalam
palkah. Selanjutnya dilakukan pemasangan umpan dan siap dilakukan setting
kembali (Kayadoe ME 1983).
b) Rawai
Menurut Sadhori S (1984), rawai (longline) merupakan alat tangkap yang
berbentuk rangkaian tali temali yang dihubungkan satu dengan yang lainnya
dengan teratur, memanjang dan membentang di perairan dengan kedalaman yang
sesuai dengan jumlah ikan yang akan ditangkap. Tali cabang dihubungkan dengan
mata pancing dan umpan digantung pada setiap bentangan tali utama, dengan
tujuan memancing berbagai jenis ikan pelagis terutama tuna, layaran, cucut dan
ikan pedang.
Pancing rawai terdiri atas beberapa jenis (Sadhori S 1984):
(1) Berdasarkan letak pemasangan di perairan, dibagi menjadi rawai permukaan,
rawai tengah dan rawai dasar;
(2) Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utama, dibagi menjadi rawai
tegak dan rawai datar;
(3) Berdasarkan ikan yang tertangkap pada setiap operasi dibagi menjadi rawai
tuna, rawai layur , rawai cucut dan sebagainya.
Cara pengoperasian rawai secara umum menurut Sadhori S (1984), yaitu:
(1) Penurunan rawai (setting)
Setting dilakukan setelah kapal sampai di daerah penangkapan ikan yang
dituju, alat-alat yang dipersiapkan meliputi pancing, basket, pelampung dan
umpan. Peralatan yang pertama diturunkan adalah pelampung dan tiang

11

bendera, kemudian tali pelampung, tali utama dan tali cabang yang telah diberi
umpan. Penurunan alat ke dalam perairan harus diperhatikan agar unit pancing
rawai memotong arus. Hal ini disebabkan karena ikan mempunyai kebiasaan
berenang menentang arus, sehingga dengan posisi alat menentang arus berarti
akan memperluas areal penangkapan.
(2) Penarikan rawai (hauling)
Pada saat melakukan hauling, yang pertama dilakukan adalah mengangkat
pelampung yang terpasang pada tali utama ke atas kapal. Setelah tali
pelampung tanda dilepas, kemudian tali utama dimasukkan ke dalam
penggulung. Tali utama yang tidak bisa masuk ke dalam penggulung biasanya
ditampung dalam keranjang, kemudian tali cabang disusun di sepanjang tali
utama dan yang terakhir ditumpukkan dalam tali pelampung.
Menurut Sadhori S (1984), pancing rawai termasuk ke dalam kelompok
rawai pertengahan (midwater longline) dan rawai dasar (horizontal longline).
Pancing rawai dasar adalah tipe rawai yang dipakai untuk menangkap ikan yang
hidup di dasar perairan. Bentuk pancing ini agak berbeda dengan rawai tuna yang
fungsinya untuk menangkap ikan dasar, disamping itu bahan yang digunakan agak
berbeda, demikian pula cara pengoperasiannya (Subani W dan HR Barus 1989).
2.2.2 Kapal
Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, kapal
perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung yang dipergunakan untuk
melakukan

penangkapan

ikan,

mendukung

operasi

penangkapan

ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan
perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Kapal merupakan salah satu
sarana di laut untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Kapal adalah alat
khusus yang sengaja dibentuk untuk menjalankan tugas tertentu, ukuran,
perlengkapan, dek, kapasitas daya angkut, akomodasi, mesin dan semua
perlengkapan dihubungkan dalam melaksanakan operasi penangkapan (Fyson J
1985).
Umumnya kapal ikan yang digunakan untuk menangkap ikan layur adalah
jenis perahu kecil yang disebut congkreng. Perahu ini dibuat dari kayu seperti
kayu jati (Tectona grandis) dan sengon (Paraserianthes falcataria). Perahu ini

12

dilengkapi dengan penyeimbang yang terbuat dari kayu atau bambu yang biasa
disebut kincang, terletak di samping kanan dan kiri perahu. Kincang berguna
untuk menjaga keseimbangan perahu. Panjang dari perahu berkisar 6-13 m dengan
lebar 1-3 m dan kedalaman 0,8-3 m. Sebagai alat penggerak, perahu ini dilengkapi
oleh motor tempel dengan kekuatan sekitar 15-30 GT. Agar perahu berjalan
lancar, perahu dilengkapi dengan jangkar kayu, serok dan petromak (PPN
Palabuhanratu 2005).
2.2.3 Nelayan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan,
nelayan diklasifikasikan berdasarkan waktu yang digunakannya untuk melakukan
operasi penangkapan ikan, yaitu sebagai berikut :
1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman
air.
2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan nelayan
kategori ini dapat mempunyai pekerjaan lain.
3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.
Nelayan yang mengoperasikan perahu congkreng ini berkisar 1-4 orang per
unit. Pembagian tugas nelayan antara lain, seorang sebagai pengemudi untuk
mengatur jalannya perahu sekaligus sebagai pemancing. Nelayan lainnya sebagai
pemancing dan melakukan persiapan sebelum operasi penangkapan ikan
berlangsung, seperti menyiapkan umpan dan menyalakan petromak. Setiap
nelayan dapat mengoperasikan 1-4 buah pancing bergantung pada pengalaman
dan kemahiran perseorangan (Nurhayati Y 2006).

2.3 Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan
Sumberdaya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui tetapi terbatas. Sumberdaya tersebut dapat mengalami penipisan

13

(abudance) bahkan kemusnahan (collapse) jika dibiarkan dalam keadaan nirkelola (Widodo J 2002).
Pengkajian stok ditujukan untuk membuat prediksi kuantitatif tentang reaksi
dari populasi ikan yang bersifat dinamis terhadap sejumlah alternatif pengelolaan
dengan menggunakan sejumlah metode dan penghitungan statistik serta
matematik. Prediksi kuantitatif misalnya terhadap batas produksi yang
diperbolehkan, resiko yang dapat ditimbulkan oleh penangkapan yang berlebihan
(overfishing) atas sejumlah populasi yang tengah memijah (spawning) dan
perlunya memberikan kesempatan ikan untuk tumbuh mencapai ukuran tertentu
yang diinginkan sebelum dieksploitasi (Widodo J 2002).
Stok dapat diartikan sebagai sub gugus dari satu spesies yang mempunyai
parameter pertumbuhan dan mortalitas yang sama, serta menghuni suatu wilayah
geografis yang sama. Untuk spesies yang kebiasaan ruayanya dekat (terutama
spesies demersal), lebih mudah untuk menentukan sebagai suatu stok dari pada
spesies yang ruayanya jauh seperti tuna (Sparre P and SC Venema 1999).
Menurut Gulland JA (1983), definisi suatu stok merupakan masalah
operasional yaitu suatu subkelompok dari satu spesies dapat diperlakukan sebagai
satu stok jika perbedaan-perbedaan dalam kelompok tersebut dan percampuran
dengan kelompok lain dapat diabaikan tanpa membuat kesimpulan yang tidak
absah.
Konsep stok berkaitan erat dengan konsep parameter pertumbuhan dan
mortalitas. Parameter pertumbuhan merupakan nilai numerik dalam persamaan
dimana dapat diprediksi ukuran badan ikan setelah mencapai umur tertentu.
Parameter mortalitas mencerminkan suatu laju kematian hewan, yakni jumlah
kematian per unit waktu. Parameter mortalitas yang dimaksud adalah mortalitas
penangkapan yang mencerminkan kematian karena penangkapan dan mortalitas
alami yang merupakan kematian karena sebab-sebab lain (pemangsaan, penyakit
dan lain-lain) (Sparre P and SC Venema 1999).
Ketersediaan stok ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
pertumbuhan dan kematian. Pertumbuhan pada tingkat individu dapat dirumuskan
sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu periode tertentu,
sedangkan pertumbuhan populasi diartikan sebagai pertambahan jumlah. Faktor-

14

faktor yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan adalah jumlah dan ukuran
pakan yang tersedia, jumlah individu yang menggunakan pakan yang tersedia,
kualitas air terutama suhu, oksigen terlarut, umur, ukuran ikan serta kematangan
gonad (Effendi MI 1997).

2.4 Model Surplus Produksi
Pendugaan stok ikan dipermudah menggunakan suatu model yang dikenal
dengan model surplus produksi. Model ini diperkenalkan oleh Graham tahun
1935, tetapi lebih sering disebut sebagai model Schaefer (Sparre P and SC
Venema 1999). Tujuan penggunaan model ini adalah untuk menentukan tingkat
upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan
maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka
panjang, dan biasa disebut hasil tangkapan maksimum lestari (maksimum
sustainable yield). Model Schaefer ini lebih sederhana karena hanya memerlukan
data yang sedikit, sehingga sering digunakan dalam estimasi stok ikan di perairan
tropis. Model Schaefer dapat diterapkan apabila tersedia data hasil tangkapan total
(berdasarkaan spesies) dan CPUE (Catch Per Unit Effort) per spesies serta CPUE
berdasarkan spesies dan upaya penangkapannya dalam beberapa tahun (Sparre P
and SC Venema 1999).
Pertambahan biomassa suatu stok ikan dalam waktu tertentu di suatu
wilayah perairan merupakan parameter populasi yang disebut produksi. Biomassa
yang diproduksi diharapkan dapat menggantikan biomassa yang hilang akibat
kematian, penangkapan maupun faktor alami. Apabila kuantitas biomassa yang
diambil sama dengan yang diproduksi maka perikanan tersebut berada dalam
keadaan seimbang (equilibrium) (Azis KA 1989).
Menurut Schaefer MB (1954) diacu dalam Fauzi A (2006), laju
pertumbuhan populasi merupakan fungsi dari pertumbuhan biomassa (stok) yang
dipengaruhi oleh ukuran kelimpahan stok (x), daya dukung alam (K) dan laju
pertumbuhan intrinsik (r). Laju pertumbuhan alami stok ikan yang tidak
dieksploitasi atau disebut sebagai fungsi pertumbuhan density dependent growth
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

15

dx
= f(x)
dt
x⎞

= x.r ⎜1 − ⎟ …………………………………..............….(1)
⎝ K⎠
Keterangan :
dx
dt
f(x)
x
r
K

= laju pertumbuhan biomassa (stok)
=
=
=
=

fungsi pertumbuhan populasi biomassa (stok)
ukuran kelimpahan biomassa (stok)
laju pertumbuhan alami (intrinsik)
daya dukung alam (carrying capacity)

Persamaan (1) dalam literatur perikanan dikenal dengan pertumbuhan
logistik (logistic growth model) yang pertama kali dikemukakan oleh Verhulst
tahun 1889. Persamaan tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.

f(x)

MSY

0

½k

k

x

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Logistik
(Schaefer MB 1954 diacu dalam Fauzi A 2006)
Menurut Schaefer MB (1954) diacu dalam Fauzi A (2006), kurva
pertumbuhan logistik tersebut (Gambar 2) menggambarkan kondisi perikanan
yang tidak mengalami eksploitasi. Untuk mengeksploitasi suatu perairan
diperlukan berbagai sarana yang merupakan faktor masukan dan disebut sebagai
effort dalam perikanan. Effort merupakan indeks dari berbagai input seperti tenaga
kerja, kapal, jaring, alat tangkap serta lain-lain yang dibutuhkan pada saat
penangkapan ikan.

16

Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan bergantung pada tingkat upaya
penangkapannya (effort). Upaya penangkapan (effort) dibedakan menjadi dua
berdasarkan satuan pengukurnya, yaitu upaya penangkapan nominal dan upaya
penangkapan efektif. Upaya penangkapan nominal diukur berdasarkan jumlah
nominalnya meliputi, satuan jumlah kapal, alat tangkap atau jumlah trip yang
telah distandardisasikan, sedangkan upaya penangkapan ditentukan berdasarkan
besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penangkapan terhadap
kelimpahan stok ikan. Hubungan antara kedua upaya tersebut dapat digambarkan
melalui persamaan berikut :
h = q.E ………………………………………………….…...(2)
dimana q merupakan koefisien penangkapan (catchability).
Perolehan hasil tangkapan (h) ditentukan oleh ukuran kelimpahan stok (x),
tingkat upaya penangkapan (E) dan koefisien penangkapan (q). Persamaan dari
ketiga variabel tersebut sebagai berikut :
h = q.E.x …………………………………………..…….......(3)
Kegiatan

penangkapan

menyebabkan

terjadinya

pengurangan

stok

(biomassa) populasi ikan yang pada akhirnya merangsang populasi untuk
meningkatkan pertumbuhan, survival atau rekruitmen. Perubahan populasi
tersebut merupakan selisih antara laju pertumbuhan biomassa dengan perolehan
hasil tangkapan. Hubungan tersebut menurut Schaefer MB (1954) diacu dalam
Fauzi A (2006), dapat digambarkan sebagai berikut :
dx
= f(x) – h
dt
x⎞
dx

= x.r ⎜1 − ⎟ - q.E.x ………………………………....….(4)
dt
⎝ K⎠
Pengaruh introduksi penangkapan ikan terhadap fungsi pertumbuhan biologi
stok ikan dapat dilihat pada Gambar 3