dan sistem penggerak aktivasi. Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi.
Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya apabila sistem
penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun mungkin
beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak Sutaklaksana, 1979.
2.1.5. Akibat Kelelahan
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler 1999 antara lain : 1.
Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada pekerja yang masih “penuh semangat”
2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain
3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya
kualitas hidup rumah tangga seseorang. Menurut Suma’mur 1996 ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3
kategori yaitu : 1
Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering
menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau
berbaring. 2
Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi.
Universitas Sumatera Utara
Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang
kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
3 Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum.
Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada
anggota badan, merasa kurang sehat.
2.1.6. Cara Mengatasi Kelelahan
Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut faktor-faktor penyebab kelelahan
dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan recovery. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang
cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja.
Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus
memperlambat kecepatan tempo kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja per jamnya Wignjosoebroto, 2000.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat
dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergonomi dalam
Universitas Sumatera Utara
hal pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu
ditujukkan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.
Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat
untuk latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan
penting Suma’mur, 1996.
2.2 Kerja Shift