Berdasarkan survei penelitian diatas maka penulis berminat untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan kelelahan kerja pada operator SPBU antara shift pagi
dan shift malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa tahun 2009.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimanakah perbedaan kelelahan kerja pada operator antara shift pagi dan shift
malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja pada operator shift pagi dan shift malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kelelahan yang dialami oleh operator SPBU
shift pagi di SPBU 14203163 Tanjung Morawa tahun 2009. 2.
Untuk mengetahui gambaran kelelahan yang dialami oleh operator SPBU shift malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa tahun 2009.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah perbedaan kelelahan kerja pada operator
antara shift pagi dan shift malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa tahun 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan kepada pihak perusahaan mengenai gambaran kelelahan
yang di alami oleh operator SPBU shift pagi dan shift malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pihak perusahaan tentang perbedaan
kelelahan kerja pada operator SPBU antara shift pagi dan shift malam sehingga nantinya dapat dijadikan masukan dalam menanggulanginya.
3. Untuk menambah wawasan bagi tenaga kerja dan penulis mengenai perbedaan
kelelahan kerja antara operator shift pagi dan shift malam di SPBU 14203163 Tanjung Morawa tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelelahan
2.1.1. Definisi Kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur
secara sentral oleh otak Amrizal, 2005. Menurut Suma’mur 1996 kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi
oleh 2dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat inhibisi dan sistem penggerak aktivasi tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh. Kelelahan kerja job bournout adalah sejenis stres yang banyak dialami oleh
orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan
sebagainya Schuler, 1999. Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan ketahanan fisik
tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan Wignjosoebroto, 2000.
2.1.2 Jenis-jenis Kelelahan
Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban 1996 bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 tiga bagian yaitu :
1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto 2000 ialah disebabkan munculnya
gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus melakukan beban. b
Kelelahan umum, menurut Grandjean 1985 ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan
pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl 1986 menyatakan bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga berhubungan dengan
faktor psikologis motivasi menurun, kurang tertarik yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab kelelahan umum adalah monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan lingkungan, sebab- sebab mental tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit-
penyakit. 2.
Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan : a
Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan
b Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi 1972 terjadi bila kelelahan
berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan
3. Berdasarkan penyebabnya :
a Menurut Singleton 1972 disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di
tempat kerja b
Menurut McFarland 1972 disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin asam laktat dalam darah dan faktor psikologis yaitu
konflik yang menyebabkan stres emosional yang berkepanjangan
Universitas Sumatera Utara
c Menurut Phoon 1988 disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan
karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kelelahan
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan
aktivitas otot. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan
orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah Sutaklaksana, 1979. Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi
dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan stres yang dialami oleh tubuh manusia Wignjosoebroto, 2000.
Green 1992 dan Suma’mur 1994 dari proceeding mengemukakan faktor- faktor yang mempengaruhi kelelahan ada dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain : faktor somatis atau fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup sedangkan yang termasuk
faktor eksternal adalah keadaan fisik lingkungan kerja kebisingan, suhu, pencahayaan, faktor kimia zat beracun, faktor biologis bakteri, jamur, faktor
ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau kedudukan.
Barnes 1980 dari proceeding mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan antara lain jam kerja, periode istiarahat, kondisi fisik
lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap dan mental
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan agar tercipta kondisi kerja yang menyenangkan Wignjosoebroto, 2000.
Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Tarwaka menjelaskan pada kerja otot statis dengan pengerahan tenaga 50
dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit sedangkan pada pengerahan tenaga 20 kerja fisik dapat berlangsung cukup lama Tarwaka,
2004.
2.1.4. Proses Terjadinya Kelelahan
Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti reaksi kimia oksidasi
glukosa yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat produk sisa. Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu proses untuk merubah
asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu ini berarti
keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam
otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.
Secara lebih jelas terdapat tiga timbulnya kelelahan fisik yaitu : Pertama, oksidasi glukose dalam otot menimbulkan karbon dioksida CO
2
, saerolactic, phosphati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah
yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan
Universitas Sumatera Utara
zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
Kedua, karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glukogin. Setiap 1 cm
3
darah normal akan membawa 1 mm glukosa berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 dari sejumlah glikogen
dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentarsi glikogen dalam hati tinggal 0,7 .Ketiga, dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk
melalui pernafasan kira-kira 4 lt menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 ltmenit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu
akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul
karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H
2
O dan CO
2
Kelelahan psikologis timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen
lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.
agar dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran
darah.
Ada suatu konsep yang menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri
yang bekerja atas pengaruh 2 sistem antagonistik yaitu sistem penghambat inhibisi
Universitas Sumatera Utara
dan sistem penggerak aktivasi. Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi.
Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya apabila sistem
penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun mungkin
beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak Sutaklaksana, 1979.
2.1.5. Akibat Kelelahan
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler 1999 antara lain : 1.
Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada pekerja yang masih “penuh semangat”
2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain
3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya
kualitas hidup rumah tangga seseorang. Menurut Suma’mur 1996 ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3
kategori yaitu : 1
Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering
menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau
berbaring. 2
Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi.
Universitas Sumatera Utara
Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang
kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
3 Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum.
Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada
anggota badan, merasa kurang sehat.
2.1.6. Cara Mengatasi Kelelahan
Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut faktor-faktor penyebab kelelahan
dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan recovery. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang
cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja.
Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus
memperlambat kecepatan tempo kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja per jamnya Wignjosoebroto, 2000.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat
dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergonomi dalam
Universitas Sumatera Utara
hal pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu
ditujukkan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.
Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat
untuk latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan
penting Suma’mur, 1996.
2.2 Kerja Shift
Pekerjaan shift adalah pekerjaan yang mempunyai jadwal diluar jam kerja normal jam 9.00 – 17.00. Jadwal shift kerja yang berlaku sangat bervariasi.
Biasanya adalah shift kerja 8 jam atau 12 jam dalam sehari Dian Mardi, 2008 . Monk dan Folkard dalam Silaban mengkategorikan 3 jenis sistem shift kerja, yaitu
shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat Povilia Dewi, 2006. Pada sidang ke-77 di Jenewa tanggal 26 Juni 1990 dibahas mengenai standar
internasional bagi pekerja malam. Standar yang dimaksud adalah The Night Work Convention and Recommendation. The Night Work Convention membahas mengenai
kesehatan dan keselamatan, transfer kerja siang hari, perlindungan bagi kaum wanita, kompensasi dan pelayanan sosial. Recommendation membahas mengenai batas waktu
kerja normal, waktu istirahat yang minimum antar shift, transfer kerja siang pada situasi khusus, kesempatan pelatihan Dewi, 2006 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Standar Internasional bagi Pekerja Malam No.
Bidang Ukuran
1 Jam Kerja Normal
Tidak lebih dari 8 jam sehari 2
Tidak ada shift kerja yang penuh berurutan Overtime
3 Waktu Istirahat
Sekurang-kurangnya 11 jam antar shift 4
Jam Kerja Istirahat Istirahat untuk makan dan istirahat
5 Ibu Calon Ibu
Penugasan di siang hari sebelum dan sesudah kehamilan
6 Pelayanan Sosial
Batas waktu transportasi, biaya, dan perbaikan keselamatan. Perbaikan kualitas istirahat.
7 Situasi Khusus
Toleransi pada pekerja yang mempunyai tanggung jawab bagi keluarga, pekerja yang lamban dan tua.
8 Pelatihan
Mendapatkan kesempatan pelatihan 9
Transfer Pemikiran khusus untuk ditugaskan siang hari
setelah bertahun-tahun bekerja pada malam hari 10
Pensiun Pemikiran khusus bagi pekerja yang pensiun
sebelum waktunya
2.2.1 Dampak Kerja Shift
Universitas Sumatera Utara
Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah circadian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik dalam siklus 24 jam.
Inilah yang disebut circadian rhytm ritme sirkadian. Fungsi-fungsi tubuh yang meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari termasuk temperatur tubuh,
detak jantung, tekanan darah, kemampuan mental, produksi adrenalin, dan kemampuan fisik
.Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada siang hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat
dan pemulihan sumber daya energi . Fungsi tubuh yang ditandai dengan sirkadian
adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom, fungsi vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua
fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur
1. Efek fisiologis . kerja
shift malam akan berdampak pada respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek penampilan kerja Pulat, 2002
Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh: a Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam
hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam.
b Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain
yaitu perasaan mengantuk dan lelah. c Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan bahwa
berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat
secara bermakna 80 sampai 180 karena bertambahnya lama kerja shift. d Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift
malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari kerja shift juga merupakan alasan utama.
e Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35 pekerja shift malam mengalami gangguan perut,
13,4 mengalami ulserasi, dan 30 mengalami gangguan usus. 2. Efek Sosial
Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan sosial: a Mengganggu kehidupan keluarga
b Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan. c Mengganggu aktivitas kelompok.
3. Efek Performansi Wyatt dan Marriott dalam Pulat mengkonfirmasikan bahwa sebagai akibat
dari efek fisiologis dan sosial, performansi penampilan juga akan menurun pada malam hari. Browne menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab
panggilan telepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shift malam. Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggi secara bermakna dilakukan
oleh pembaca meteran di perusahaan gas pada waktu shift malam dari pada shift
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Monk dan Embrey menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnya kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam.
Penasehat medis perusahaan telah mencatat banyaknya kasus gangguan tidur siang di antara pekerja malam. Gangguan pada tidur siang ini dihubungkan dengan
kebisingan, akan tetapi kebanyakan pekerja malam menyatakan mereka merasakan kegelisahan selama siang hari dan tidur siang mereka tidak cukup menyegarkan
Grandjean, 1988
2.2.2 Penanggulangan Dampak Buruk Kerja Shift
Upaya-upaya mengurangi dampak buruk akibat kerja shift melalui pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan pengaturan shift kerja secara adil.
Terdapat 2 macam pembagian shift kerja, yaitu 2 shift dan 3 shift. Pembagian satu hari kerja menjadi 2 shift yaitu shift pagi day shift dengan jam kerja pukul 06.00-
18.00 dan shift malam night shift dengan jam kerja pukul 18.00-06.00. sedangkan untk pembagian menjadi 3 shift adalah shift pagi yaitu pukul 08.00-16.00, siang yaitu
pukul 16.00-00.00 dan malam yaitu pukul 00.00-08.00. Pengaturan shift kerja yang baik adalah dengan pergantian shift yang pendek
misal 2-3 hari sekali, tidak terlalu lama apalagi pergantian tiap minggu sekali. Apabila diperlukan shift kerja malam maka ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pihak pengusaha dan pekerja, seperti : 1. Pergantian shift tidak lama 2-3 hari sekali
2. Usia pekerja antara 20-50 tahun agar diperoleh kematangan mental yang cukup;
Universitas Sumatera Utara
3. Pekerja tidak menderita penyakit kronis seperti penyakit paru-paru kronis, tekanan darah tinggi, kencing manis, pekerja memiliki penyakit gangguan
tidur. 4. Pekerja tidak mengalami gangguan psikososial
5. Lingkungan hidup pekerja tenang 6. Pekerja tidak menderita gangguan lambung maupun memiliki tingkat emosi
yang labil 7. Tidak kekurangan gizi, stres dan gangguan jantung
8. Keluarga pekerja yang menunjang. Seyogianya sebelum pekerja dinas malam pekerja telah cukup istirahat tidur sehingga berangkat bekerja dalam
keadaan segar Sumakmur, 1996 . Ketika bekerja shift merupakan keharusan dan kita tidak bisa memilih, maka
ada beberapa strategi yang dapat dilakukan agar tetap sehat. Diantaranya adalah usahakan untuk cukup tidur, usahakan agar kualitas tidur kita terjaga. Olahraga
teratur juga sangat dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Beberapa teknik relaksasi juga dipercaya akan menurunkan beban mental dan tingkat stress. Pilih
teknik relaksasi yang paling mudah seperti mendengarkan musik yang menenangkan, bersosialisasi dengan teman, atau menekuni hobi. Selain itu, tentunya dianjurkan pula
untuk mengkonsumsi diet yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi kudapan ringan di kalangan para pekerja shift lebih tinggi dari pekerja
normal. Selain itu, kualitas dietnya lebih rendah dan cenderung tidak memenuhi syarat gizi yang seimbang. Keluhan yang sering muncul adalah mual, konstipasi,
diare, atau menurunnya nafsu makan. Untuk menghindari persoalan gangguan
Universitas Sumatera Utara
pencernaan ini disarankan pada para pekerja shift untuk mengurangi konsumsi garam dan makanan berlemak, menghindari junk food, dan mengkonsumsi makanan dengan
gizi yang seimbang dan baik Mardi,2008
2.3 Pengukuran Kelelahan
Pengukuran kelelahan terbagi atas 2 macam yaitu pengukuran secara subjektif dan pengukuran secara objektif. Secara objektif dapat dilakukan dengan
menggunakan alat ukur untuk mengukur kelelahan kerja antara lain : 1
Pengukuran waktu reaksi Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsangan
tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu pemberian suatu rangsangan sampai pada suatu saat kesadaran
atau dilaksanakannya kegiatan tertentu misalnya :
Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangkauan waktu tertentu
Denting suara dan injak pedal
Sentuhan badan dan pemutaran setir
Prosedur kerja alat Whole Body Reaction Tester WBRT WBRT mengukur gerakan lambat, cepat dan reaksinya dengan mengukur
waktu yang diperlukan tubuh terhadap cahaya. Waktu reaksi merupakan yang diperlukan tubuh untuk menaggapi suatu rangsangan. Waktu reaksi biasanya sangat
cepat kira-kira 150-200 milidetik. Pada WBRT, penghitung digital menggunakan elemen kristal osilasi dan memberikan hasil yang diteliti dari 1 m detik hingga 9,999
detik yang pengukurannya dengan menggunakan kotak respon. Pengukuran Waktu Reaksi
Universitas Sumatera Utara
a. Hubungkan kotak respon ke tombol reaksi waktu pada bagian belakang
unit dengan wayar yang tersedia. b.
Pilih 11000 detik untuk tahapan waktu Subyek uji diinstruksikkan untuk berdiri diatas lapik reaksi di depan kotak
respon, tekan tombol tanda “start”. Apabila subyek uji melihat warna merah, biru atau kuning muncul, maka segera mungkin dia melompat meninggalkan lapik reaksi dan
pengatur waktu seketika itu juga akan berhenti. 2
Uji hilangnya kelipan Dengan kelelahan kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan
semakin berkurang. Semakin panjang waktu diperlukan untuk jarak antara dua kelipan menujukkan pula kewaspadaan tenaga kerja.
3 Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi gerakan fisik
Aneka ragam kegiatan tubuh dan efisienya dapat dinilai seperti : a.
Keseimbangan badan ketika berdiri b.
Koordinasi mata dan tangan c.
Uji akomodasi mata dan tangan d.
Kemantapan tangan dan jari 4
Pendekatan dengan kemampuan konsentrasi Kecepatan dan ketelitian untuk menyelesaikan suatu atau serangkaian tugas
yang diberikan merupakan determinan dari konsentrasi atau daya pikir yang baik. Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan mengukur perasaan lelah
dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja KAUPK2 Sitorus, 1999. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah KAUPK2.
Universitas Sumatera Utara
2. 4 SPBU Pertamina, 2009
SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum merupakan prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna memenuhi
kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis premium, solar, pertamax dan pertamax plus. Pada SPBU harus memenuhi prasarana standar
yang wajib yaitu :
•
Sarana pemadam kebakaran:
•
Sarana lindungan lingkungan:
o
Instalasi pengolahan limbah.
o
Instalasi oil catcher dan well catcher:
Saluran yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang tercecer di area SPBU kedalam tempat penampungan.
o
Instalasi sumur pantau:
Sumur pantau dibutuhkan untuk memantau tingkat polusi terhadap air tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan
oleh kegiatan usaha SPBU.
o
Saluran bangunandrainase sesuai dengan pedoman PT. Pertamina.
•
Sistem Keamanan:
o
Memiliki pipa ventilasi tangki pendam;
o
Memiliki ground pointstrip tahan karat;
o
Memiliki dinding pembataspagar pengaman;
Universitas Sumatera Utara
o
Terdapat rambu-rambu tanda peringatan.
•
Sistem Pencahayaan:
o
SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area dan jalur pengisian BBM;
o
Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU mudah dilihat oleh pengendara.
•
Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT. Pertamina berupa:
o
Tangki pendam;
o
Pompa;
o
Pulau pompa.
•
Duiker, dibutuhkan sebagai saluran air umum di depan bangunan SPBU
•
Sensor api dan perangkat Pemadam kebakaran
•
Lambang PT. Pertamina
•
Generator
•
Racun Api
•
Fasilitas umum:
o
Toilet;
o
Mushola;
o
Lahan parkir.
•
Instalasi listrik dan air yang memadai
Universitas Sumatera Utara
•
Rambu-rambu standar PT. Pertamina:
o
Dilarang merokok;
o
Dilarang menggunakan telepon seluler;
o
Jagalah kebersihan;
o
Tata cara penggunaan alat pemadam kebakaran. 2. 4. 1 Pelaksanaan Operasional SPBU
•
Pelaksanaan operasional SPBU harus sesuai dengan SOP Standard Operating Procedure PT. Pertamina.
•
Perekrutan dan pengadaan karyawan adalah tanggung jawab pemohon, dan para pekerja diwajibkan bekerja sesuai dengan etika kerja standar PT.
Pertamina. 2. 4. 2 Bangunan SPBU Berdasarkan Standar PT. Pertamina
Bangunan SPBU harus memenuhi beberapa criteria sebagai berikut :
•
Desain bangunan harus disesuaikan dengan karakter lingkungan sekitar contoh: letak pintu masuk, pintu keluar, dan lain-lain;
•
Elemen bangunan yang adaptif terhadap iklim dan lingkungan sirip penangkal sinar matahari, jendela yang menjorok kedalam, dan penggunaan
material dan tekstur yang tepat;
•
Desain bangunan SPBU harus disesuaikan dengan bangunan di lingkungan sekitar yang dominan;
Universitas Sumatera Utara
•
Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan bangunan utama;
•
Seluruh fasade bangunan harus mengekspresikan detail dan karakter arsitektur yang konsisten;
•
Variasi bentuk dan garis atap yang menarik;
•
Bangunan harus adaptif terhadap panas matahari dan pantulan sinar matahari dengan merancang sirip penangkal sinar matahari dan jalur pejalan kaki
trotoar yang tertutup dengan atap;
•
Bangunan dibagi-bagi menjadi komponen yang berskala lebih kecil untuk menghindari bentuk massa yang terlalu besar;
•
Panduan untuk kanopi adalah sebagai berikut:
o
Integrasi antara kanopi tempat pompa bensin dan bangunan diperbolehkan;
o
Ketinggian ambang kanopi dihitung dari titik terendah kanopi tidak lebih dari 13’9’’. Ketinggian keseluruhan kanopi tidak lebih dari 17’;
o
Ceiling kanopi tidak harus menggunakan bahan yang bertekstur atau flat, tidak diperbolehkan menggunakan material yang mengkilat atau
bisa memantulkan cahaya;
Universitas Sumatera Utara
o
Tidak diperbolehkan menggunakan lampu tabung pada warna logo perusahaan.
•
Sirkulasijalur masuk dan keluar:
o
Jalan keluar masuk mudah untuk berbelok ke tempat pompa dan ke tempat antrian dekat pompa, mudah pula untuk berbelok pada saat
keluar dari tempat pompa tanpa terhalang apa-apa dan jarak pandang yang baik bagi pengemudi pada saat kembali memasuki jalan raya;
o
Pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak boleh saling bersilangan;
o
Jumlah lajur masuk minimum 2 dua lajur;
o
Lajur keluar minimum 3 tiga lajur atau sama dengan lajur pengisian BBM;
o
Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6 2. 4. 3 Bentuk Kerjasama Dalam Pembangunan SPBU
Ada 2 bentuk kerja sama yang di tawarkan yaitu : 1.
DODO Dealer Owned Dealer Operated
2. adalah SPBU milik swasta, baik
lahan, investasi, maupun operasionalnya.
CODO Company Owned Dealer Operate merupakan SPBU sebagai bentuk
kerjasama antara PT. Pertamina dengan pihak-pihak tertentu. Antara lain kerjasama pemanfaatan lahan milik perusahaan ataupun individu untuk di
bangun SPBU PT. Pertamina.
Universitas Sumatera Utara
2.4. 4 Klasifikasi SPBU Dalam pembangunan sebuah SPBU, luas minimal lahan tergantung dari letak
lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan yang akan dibangun SPBU terletak dijalan besarutama, maka luas lahan yang harus dimiliki minimal
2500 m². Sedangkan untuk akses jalan lokal minimal 700 m². SPBU terdiri dari 5 tipe diantaranya adalah tipe A.B.C.D dan E. dimana klasifikasi SPBU tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 2 . Klasifikasi SPBU Komponen
Tipe A Tipe B
Tipe C Tipe D
Tipe E
Minimal ukuran lahan
2500 1600
1225 900
700 Minimal lebar muka
jalan 50
40 35
30 20
Jumlah selang Min. 26
20-25 16-20
10-16 Max 10
Kapasitas Tangkikl Min.160
Min.140 Min. 100
Min. 80 Min. 60
2.5 Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis Penelitian