PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA
commit to user
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA
WANITA ANTARA
SHIFT
PAGI,
SHIFT
SORE, DAN
SHIFT
MALAM DI BAGIAN
WINDING
PT. ISKANDAR INDAH
PRINTING TEXTILE SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh :
Eka Rosanti NIM. R0207025
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBEBLAS MARET Surakarta
(2)
(3)
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2011
Nama Eka Rosanti NIM. R0207025
(4)
commit to user
ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT
MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA
Eka Rosanti1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan
tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Observasional Analitik dengan
pendekatan cross sectional, dengan sampel penelitian 56 pekerja wanita di bagian
Winding. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan
menentukan ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur tingkat kelelahan kerja tenaga kerja menggunakan
Reaction Timer. Analisis yang digunakan adalah uji statistik non parametrik
Kruskal Wallis dengan program komputer SPSS versi 17.00.
Hasil : Hasil uji statistik terhadap perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja
wanita antara shift pagi (326,41 ± 79,52), shift sore (393,32 ± 83,20), dan shift malam (483,00 ± 118,66) menunjukkan nilai sangat signifikan yaitu p = 0.001.
Kesimpulan : Tingkat kelelahan tertinggi terjadi pada shift malam. Untuk
mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang bergizi serta menerapkan rotasi shift dengan pola metropolitan rota (2 - 2 - 2) atau continental rota (2 - 2 - 3).
Kata Kunci : Shift Kerja, Kelelahan
1
Program Study D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
Magister Ergonomi-Fisiologi, Universitas Udayana Bali
3
(5)
commit to user
ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF FEMALE LABOR’S WORK FATIGUE LEVEL BETWEEN THE MORNING, EVENING, AND NIGHT SHIFTS IN
WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA
Eka Rosanti1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3
Objective : This research was aimed to know and investigate the difference of
female labor’s work fatigue level between the morning, evening, and night shifts in winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
Methods : This research is an observational cross sectional analytical approach,
sample were 56 woman in Winding division. Sampling technique uses in this research was purposive sampling by determining the predefined characteristics. The data collection was done by measuring the labor fatigue level using Reaction Timer. The data analysis used statistic non parametric kruskal Wallis by using computer program SPSS 17.00 Version.
Result : The result of statistic showed the difference of female labor’s work
fatigue level between the morning (326,41 ± 79,52), evening (393,32 ± 83,20), and nights shift (483,00 ± 118,66) showed very significance value p = 0.001.
Conclution : The highest level of fatigue was night shift. To solved this
problems, it could be recommended by giving some nutritions and applying rotation shift patern with rota metropolitan (2 - 2 - 2) and rota continental (2 - 2 - 3).
The Key words : Job Stress, Job Rotation
1
Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta.
2
Magister Ergonomi-Fisiologi, Udayana University Bali
3
(6)
commit to user
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kelelahan kerja Tenaga Kerja Wanita Antara Shift Pagi, Shift Sore, dan Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei 2011.
2. Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SPD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei 2011 – 16 Mei 2015.
3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Sebelum 16 Juni 2011
4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni 2011 – 16 Juni 2015
5. Bapak Tarwaka, PGDip.S., M.Erg. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
8. Pimpinan Perusahaan PT. Iskandartex Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian.
9. Bapak Agus Mulya, selaku Pembimbing Lapangan yang telah meluangkan waktu untuk mendampingi penulis dalam pengambilan data.
10.Bapak Sarosa, S.IP, MM dan Ibu Karsi serta adikku Selvia Mita Saraswati tercinta, terima kasih atas nasehat, motivasi dan kasih sayang yang tiada tara. 11.Wahyu Noor Aryfien, terimakasih atas dukungannya, motivasi dan kasih
sayangnya.
12.Recha Dwindra F dan Siti Nurjanah, terimakasih atas motivasinya selama ini. 13.Teman-teman angkatan 2007 Program D.IV Kesehatan Kerja dan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas
(7)
commit to user
akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Surakarta, Juli 2011
(8)
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... iv
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5
B. Kerangka Pemikiran ... 29
C. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
C. Populasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 32
D. Teknik Sampling ... 32
E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 33
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35
G. Instrumen Penelitian... 38
H. Desain penelitian ... 39
(9)
commit to user
BAB IV HASIL
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 41
B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 46
C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 59
D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja ... 66
BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Gambaran Umum Perusahaan... 70
B. Analisa Karakteristik Subjek Penelitian... 72
C. Analisa Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 77
D. Analisa Hasil pengukuran Kelelahan kerja ... 82
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 87
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN
(10)
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori IMT ... 22 Tabel 2. Data Masa Kerja Subjek Pada Shift Pagi di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 47 Tabel 3. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Sore di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 47 Tabel 4. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Malam di Bagian Winding
PT. Iskandartex Surakarta... 48 Tabel 5. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA
untuk Masa Kerja ... 49 Tabel 6. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Masa Kerja ... 49 Tabel 7. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Masa
kerja ... 50 Tabel 8. Data Umur Subyek pada Shift Pagi di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 51 Tabel 9. Data Umur Subyek pada Shift Sore di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 51 Tabel 10. Data Umur Subyek pada Shift Malam di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 52 Tabel 11. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA
untuk Umur ... 53 Tabel 12. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Umur ... 54 Tabel 13. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Umur ... 54 Tabel 14. Data IMT Subyek pada Shift Pagi di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 55 Tabel 15. Data IMT Subyek pada Shift Sore di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 56 Tabel 16. Data IMT Subyek pada Shift Malam di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 56 Tabel 17. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA
untuk IMT ... 57 Tabel 18. Hasil Uji dengan ANOVA untuk IMT ... 58 Tabel 19. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk IMT ... 58 Tabel 20. Data Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan Bagian Winding di
PT. Iskandartex Surakarta... 59 Tabel 21. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA
untuk Intensitas Penerangan ... 60 Tabel 22. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Inrensitas Penerangan ... 60 Tabel 23. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVAuntuk Intensitas
Penerangan... 61 Tabel 24. Data Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Winding di
PT. Iskandartex Surakarta... 62 Tabel 25. Hasil uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA
(11)
commit to user
Tabel 26. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Intensitas Kebisingan ... 63 Tabel 27. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Intensitas
Kebisingan ... 64 Tabel 28. Data Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Bagian Winding PT.
Iskandartex Surakarta ... 65 Tabel 29. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA
untuk Iklim Kerja ... 65 Tabel 30. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Iklim Kerja ... 66 Tabel 31. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Iklim
Kerja ... 66 Tabel 32. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Pagi Bagian Winding di
PT. Iskandartex Surakarta... 67 Tabel 33. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Sore Bagian
Winding di PT. Iskandartex Surakarta ... 68 Tabel 34. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Malam Bagian
Winding di PT. Iskandartex Surakarta ... 68 Tabel 35. Hasil Uji dengan Kruskal Wallis (Ranks) untuk Shift dengan
Kelelahan Kerja ... 69 Tabel 36. Hasil Uji dengan Kruskal Wallis (Test Statistics) untuk Shift
(12)
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan
Penyegaran ... 15
Gambar 2. Diagram penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam ... 25
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran ... 29
Gambar 4. Struktur Hubungan Antara Variabel ... 34
Gambar 5. Bagan Desain Penelitian... 39
Gambar 6. Pembuatan Benang Lusi ... 43
Gambar 7. Pembuatan Benang Lusi (LOOM Warping) ... 43
Gambar 8. Proses Pengkanjian Benang ... 43
Gambar 9. Proses Cucuk ... 43
Gambar 10. Proses Winding (Pemaletan Benang) ... 44
Gambar 11. Proses Penenunan Benang ... 45
Gambar 12. Proses Finishing ... 45
(13)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Lampiran 3. Hasil Pengukuran Denyut Nadi per Menit Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian
(14)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri (Tarwaka, dkk., 2004).
Penggunaan sumber daya secara optimal dalam rangka meningkatkan produksi dituntut oleh dunia industri sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap perpanjangan jam kerja pekerja dan salah satunya adalah dengan mempekerjakan pekerja melampaui waktu yang telah ditetapkan dan atau memberlakukan shift kerja. Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan hal ini berhubungan dengan irama sirkadian (Circadian Rhytm) (Setyawati, 2010).
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Menurut Wicken dalam Setyawati dan Djati (2008), kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada cyrcardian rhythms akibat jet lag
(15)
commit to user
atau shift work. Sharpe dalam Setyawati dan Djati (2008) menyatakan bahwa pekerja pada shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi, gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari kesalahan manusia.
PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebagai perusahaan yang bergerak di bidang textile beroperasi 24 jam setiap harinya. Oleh karena itu
shift work (kerja bergilir) harus diterapkan. Untuk memenuhi tuntunan ini
perusahaan tersebut memberlakukan tiga shift setiap harinya.
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta mengenai perbedaan tingkat kelelahan tenaga antara
shift pagi, shift sore, dan shift malam dapat diketahui bahwa pekerja shift
malam lebih lelah dari pada shift sore dan shift pagi, dan shift sore lebih lelah dari pada shift pagi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian mengenai Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Antara Shift pagi,
Shift Sore, dan Shift Malam di Bagian winding PT. Iskandar Indah Printing
Textile Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta?
(16)
commit to user
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile.
b. Untuk mengetahui jenis shift kerja yang diterapkan di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile.
c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita oleh karena penerapan shift di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan dapat membuktikan adanya perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
2. Praktis
a. Peneliti dapat memberikan solusi tentang penerapan shift kerja yang baik untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja tenaga kerja di bagian
(17)
commit to user
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah kepustakaan program Diploma IV Kesehatan Kerja.
c. Tenaga kerja dapat mengatur waktu tidur dan istirahat di luar pekerjaannya dengan baik agar tidak mengalami kelelahan.
d. Pihak manajemen dapat mengatur penjadualan waktu shift kerja dengan baik berdasarkan perundangan yang berlaku untuk menghindari kelelahan kerja sehingga tercapai produktivitas yang tinggi.
(18)
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Shift Work
a. Pengertian Shift Work
Shift Work adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga
kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam (Suma’mur, 2009).
Shift Work adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai
pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan sore hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Lintje, 2010).
b. Jenis-jenis Shift Work
Ada dua kelompok besar Shift work, yaitu permanen dan rotasi. Namun demikian dipandang dari sudut kesehatan yang penting adalah apakah Shift work itu mengandung unsur kerja malam atau tidak. Pembagian berikutnya adalah sistem Shift terputus dan sistem Shift terus-menerus. Sistem Shift terputus berlangsung antara hari senin sampai dengan jum’at atau antara hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Sistem Shift terus-menerus berlangsung selama 7 hari seminggu termasuk hari-hari libur. Pembagian sistem Shift work lainnya ialah jumlah hari kerja malam yang berturut-turut, awal dan akhir Shift work,
(19)
commit to user
jangka waktu masing-masing Shift, urutan rotasi Shift, jangka daur
Shift, dan keteraturan sistem Shift (Kuswadji, 1997).
Menurut awal dan akhir jam Shift work, lama satu Shift, dan keteraturan sistem (Kuswadji, 1997), dapat dibagi sebagai berikut : 1) Sistem 3 Shift biasa
Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24 jam : dinas pagi antara pukul 06.00 - 14.00 WIB, dinas sore antara pukul 14.00 - 22.00 WIB, dan dinas malam antara pukul 22.00 - 06.00 WIB.
2) Sistem Amerika
Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 08.00 - 16.00 WIB, dinas sore antara pukul 16.00 - 24.00 WIB, dan dinas malam antara pukul 24.00 - 08.00 WIB. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap Shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari.
3) Sistem 12 - 12
Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12 - 12. Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara 07.00 - 19.00 WIB dan 19.00 - 07.00 WIB. Satu minggu kerja sore dan satu minggu kerja malam. Bila pekerjaan Shift dilakukan selama ini, masing-masing Shift baik sore atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari.
(20)
commit to user
Menurut Suma’mur (2009) dalam soal periode kerja sore atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1) Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja malam- tidur siang. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari pengukuran-pengukuran suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja sore hari. Semua ini sekarang banyak dipelajari dalam ilmu kronobiologi dalam aspek irama hayati.
2) Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak aspek yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam tidur siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida di darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam tidur sore, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur, fosfor, mangan, dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel, sehingga dengan pergantian waktu kerja sore oleh malam tidak dapat dipengaruhinya. Dengan kata lain, metabolisme zat-zat terakhir tidak dapat diserasikan dengan keperluan kerja malam.
3) Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Penyebabnya antara lain adalah faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan. Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf
(21)
commit to user
parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam
hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis.
4) Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada sore harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana sore hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat diubah seluruhya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada sore hari. 5) Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada kerja
malam tidur sore. Dengan demikian jumlah makanan yang diambil relatif lebih sedikit, sedangkan pencernaan kurang bekerja semestinya.
6) Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat antara lain penurunan berat badan.
7) Selain soal biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap gangguan tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan malam. Akibat dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat banyak pada kerja malam.
8) Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin panjang giliran kerja malam, makin besar efek dimaksud.
(22)
commit to user
c. Dampak Shift Malam
Perubahan dari siang menjadi malam menurut Grandjean dalam Nurmianto (2000) mengganggu circadian rhythm yang akhirnya mengganggu semua fungsi organ tubuh.
Pulat menyebutkan bahwa kerja shift malam akan berdampak pada respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek penampilan (kerja), yaitu :
1) Efek fisiologis
Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh :
a) Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur sore tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam.
b) Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah. c) Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift.
(23)
commit to user
d) Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari kerja shift juga merupakan alasan utama.
e) Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus.
2) Efek Sosial
Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan sosial :
1) Mengganggu kehidupan keluarga.
2) Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan.
3) Mengganggu aktivitas kelompok. 3) Efek Performansi
Wyatt dan Marriott dalam Pulat (2002) mengkonfirmasikan bahwa sebagai akibat dari efek fisiologis dan sosial, performansi (penampilan) juga akan menurun pada malam hari. Browne menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab panggilan telepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shift malam. Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggi secara bermakna dilakukan oleh pembaca meteran di perusahaan gas pada waktu shift malam dari pada shift lainnya. Monk dan Embrey
(24)
commit to user
menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnya kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam.
d. Pengendalian Dampak Shift Malam
Menurut Knauth (1993), penerapan shift kerja di malam hari harus memenuhi saran sebagai berikut :
1) Pekerja shift malam berumur antara 25 - 50 tahun.
2) Pekerja berpenyakit perut/usus, emosi tidak stabil disarankan tidak kerja pada shift malam.
3) Pekerja yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang ada di lingkungan masyarakat ramai tidak dapat bekerja malam.
4) Sistem shift dengan tiga rotasi biasanya berganti pada pukul 6 – 14 – 22 WIB, atau lebih baik pukul 7 – 15 – 23 WIB atau pukul 8 – 16 – 24 WIB.
5) Rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang dan kerja malam secara terus-menerus tanpa perubahan harus dihindarkan. Rotasi shift dengan pola 2 - 2 - 2 (Metropolitan pola) atau pola 2 - 2 - 3
(Continental pola).
6) Kerja malam selama 3 hari berturut-turut harus diikuti istirahat sedikitnya 24 jam.
7) Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan dua hari istirahat yang berturutan.
8) Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup digunakan untuk makan.
(25)
commit to user
2. Kelelahan
a. Pengertian Kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka, 2010).
Menurut Grandjean dalam Setyawati (2010) kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan.
Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak normal (Nurmianto, 2003).
b. Jenis-jenis Kelelahan
Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2010) kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu :
1) Kelelahan otot, adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot.
2) Kelelahan umum, biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
(26)
commit to user
Menurut Grandjean dan Kogi dalam Setyawati (2010), berdasarkan waktu terjadinya kelelahan dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Kelelahan Akut
Terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.
2) Kelelahan Kronis
Terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Menurut Singleton dalam Setyawati (2010) terdapat dua macam kelelahan, yaitu :
1) Kelelahan Fisiologis
Disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan.
2) Kelelahan Psikologis
Merupakan kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis. c. Gejala Kelelahan Kerja
Menurut Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng (2003) gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain :
1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing. 2) Kurang mampu berkonsentrasi. 3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan. 4) Persepsi yang buruk dan lambat.
(27)
commit to user
5) Berkurangnya gairah untuk bekerja. 6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.
Menurut Grandjean dalam Setyawati (2010) mengemukakan bahwa gejala kelelahan kerja ada dua macam yaitu gejala subjektif dan gejala obyektif. Gejala kelelahan yang penting antara lain adalah adanya perasaan kelelahan, somnolensi, tidak bergairah bekerja, sulit berpikir, penurunan kesiagaan, penurunan persepsi dan kecepatan bereaksi bekerja.
(28)
commit to user
d. Penyebab Kelelahan Kerja
Faktor penyebab kelelahan digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran (Tarwaka, 2010).
e. Pengukuran Derajat Kelelahan Kerja
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan kerja secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja (Tarwaka, dkk., 2004).
Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan
Circadian rhytm
Problem fisik : tanggung jawab, kekhawatiran konflik
Kenyerian dan kondisi kesehatan
Nutrisi
Pemulihan/ penyegaran
Tingkat kelelahan
(29)
commit to user
Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004) metode pengukuran tingkat kelelahan kerja ada beberapa cara, antara lain :
1) Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. 2) Uji Psiko-motor
Pada metode ini pengukuran yang digunakan adalah perhitungan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya suatu kegiatan.
3) Uji Fliker Fusion
Dalam kondisi yang lelah kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah maka semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antar dua kelipatan. 4) Perasaan kelelahan secara subjektif
Subjective Self Rating test dari Industrial Fatique Research
Committe (IFRC) Jepang, Merupakan salah satu kuesioner yang
dapat untuk mengukur tingkat kelelahan. 5) Uji mental
Pada uji ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.
(30)
commit to user
Pengukuran tingkat kelelahan kerja pada penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja. f. Waktu Reaksi (Reaction timer)
Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu dari pembuatan rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu (Suma’mur, 1999).
Menurut Sanders & Mc Cormick (1987) yang dikutip oleh Tarwaka,dkk (2004), waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Sedangkan menurut laporan Setyawati yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli suara.
Menurut Grandjean yang dikutip dalam Heru Setiarto (2002), proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsang yang datang dari luar tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian secara aktif menyiagakan korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem aktivasi retrikulasi befungsi sebagai distributor dan amplifier sinyal-sinyal tersebut. Pada keadaan lelah secara neurofisiologis, korteks
cerebri mengalami penurunan aktivasi, terjadi perubahan pengarahan
(31)
commit to user
Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan rentang atau
range waktu reaksi sebagai berikut :
1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik
2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi > 240,0 - < 410,0 milidetik
3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi > 410,0 – < 580,0 milidetik
4) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi 580,0 milidetik (Tim Hiperkes, 2004)
g. Akibat Kelelahan Kerja
Menurut Gilmer dan Suma’mur dalam Setyawati (2010) kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang menurun. Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri maupun perusahaannya karena adanya penurunan produktifitas kerja.
Menurut Tarwaka, dkk (2004) risiko terjadinya kelelahan adalah sebagai berikut :
1) Motivasi kerja turun 2) Performansi rendah 3) Kualitas kerja rendah 4) Banyak terjadi kesalahan
(32)
commit to user
5) Stress akibat kerja 6) Penyakit akibat kerja 7) Cidera
8) Terjadi kecelakaan akibat kerja h. Pencegahan kelelahan kerja
Upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap kelelahan kerja. Menurut Tarwaka, dkk (2004) :
Cara mengatasi kelelahan : 1) Sesuai kapasitas kerja fisik 2) Sesuai kapasitas kerja mental 3) Redesain stasiun kerja ergonomis 4) Sikap kerja alamiah
5) Kerja lebih dinamis 6) Kerja lebih bervariasi 7) Redesain lingkungan kerja 8) Reorganisasi kerja
9) Kebutuhan kalori seimbang 10) Istirahat setiap 2 jam kerja
(33)
commit to user
Manajemen pengendalian kesehatan : 1) Tindakan preventif
2) Tindakan kuratif 3) Tindakan rehabilitatif 4) Jaminan masa tua
3. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya
Kelelahan
Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya kelelahan sebagai berikut :
a. Faktor Internal 1) Usia
Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, dkk., 2004). Menurut Chaffin dan Guo et al dalam Tarwaka, 2004 pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25 - 65 tahun. Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur (Suma’mur, 2009).
2) Jenis Kelamin
Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang jika
(34)
commit to user
dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita sedang haid yang tidak normal (dysmenorrhoea), maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (Suma’mur, 2009).
3) Psikis
Menurut Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng, dkk., (2003) Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. 4) Kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, 2000).
5) Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur, 2009).
(35)
commit to user
Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Tabel 1. Kategori IMT
NO Kategori IMT
1. Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
2. Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
3. Normal 18,5 – 25,0
4. Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0 5. Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. Tahun 2002 6) Sikap Kerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng, dkk., 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain : nyeri, kelelahan, dan bahkan kecelakaan (Santoso Gempur, 2004).
IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Berat Badan (Kg)
(36)
commit to user
b. Faktor Eksternal 1)Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.
Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Di antara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng, dkk., 2003).
2) Penerangan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keaadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan (Hapsari Diana dalam Budiono Sugeng, dkk., 2003) adalah : a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi
kerja.
b) Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.
(37)
commit to user
c) Kerusakan indera mata. d) Kelelahan mental.
e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan. 3) Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Heru Setiarto, 2002).
4) Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Masa kerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan dengan bidangnya (Nitisemito, 1996).
(38)
commit to user
5) Monotoni
Suatu kerja yang berhubungan dengan hal sama dalam periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan produktifitas (Pusparini dalam Budiono Sugeng, dkk., 2000).
4. Mekanisme Terjadinya Kelelahan Kerja oleh karena Shift Kerja
Di bawah ini adalah bagan mengenai penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam menurut Knauth dalam Nurmianto (2000) :
Sleept Work
Gambar 2.Diagram penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam Sumber : Knauth dalam Nurmianto (2000)
Day Night
Disturbance of Circadian Rhythm
Insufficient Sleep
Chronic Fatigue
(39)
commit to user
Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah
circadian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik
dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme sirkadian). Fungsi-fungsi tubuh yang meningkat pada sore hari dan menurun pada malam hari termasuk temperatur tubuh, detak jantung, tekanan darah, kemampuan mental, produksi adrenalin, dan kemampuan fisik. Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada sore hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat dan pemulihan sumber daya (energi). Fungsi tubuh yang ditandai dengan sirkadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom, fungsi vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur (Fovilia, 2008).
Menurut Suma’mur (2009) kelelahan kerja malam relatif sangat besar dengan, faktor faal dan metabolisme tidak dapat diserasikan. Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis.
5. Hubungan Antara Shift Work Dengan Kelelahan Kerja
Menurut Wicken dalam Setyawati dan Djati (2008) kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab
(40)
commit to user
dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada cyrcardian rhythm akibat jet lag atau shift work.
Secara praktis, semua fungsi fisiologis dan psikologis manusia digambarkan sebagai sebuah irama selama periode waktu 24 jam, dan menunjukkan adanya fluktuasi harian. Fungsi tubuh yang ditandai dengan
circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, prosese otonom dan
vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia tersebut menunjukkan siklus harian yang teratur (Setyawati, 2010).
Menurut Jarpadi (2002) gangguan tidur yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan
cyrcardian rhythm. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan
cyrcardian rhythm antara lain temperatur badan, plasma darah, urine,
fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi cyrcardian
rhythm mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, dimana sepertiga
waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus
cyrcardian rhythm ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut
mengalami pergeseran.
a. Sementara (acut work shift, Jet lag) b. Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur cyrcardian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan pada fase REM.
(41)
commit to user
Menurut Grandjean dalam Tarwaka, dkk (2004), sebagaimana kita ketahui, sejak dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada sore hari seluruh bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm.
Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita
seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada sore hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.
(42)
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
Shift Work
(Shift Pagi, shift Sore, Shift Malam)
Cyrcadian Rhytm
Fungsi Faal Tubuh Menurun
Kelelahan Kerja
- Jenis kelamin - Psikis
- Status Gizi - Usia
- Monotoni - Masa kerja
- Keadaan Lingkungan (penerangan, tekanan panas, iklim kerja, dan kebisingan)
- Beban kerja - Sikap kerja
(43)
commit to user
C. Hipotesis
Ada perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
(44)
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, yang beralamatkan di Jl. Pakel No. 11, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, Fax. (0271) 716183, Telp. (0271) 716165. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 – Juli 2011.
(45)
commit to user
B. Populasi Penelitian dan Subjek Penelitian
Populasi tenaga kerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebanyak 469 tenaga kerja wanita. Populasi tenaga kerja di bagian
winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebanyak 86 tenaga
kerja wanita.
Subjek adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dengan penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan akan diwakili oleh subjek di dalam penyelidikan/berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 56 tenaga kerja wanita di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Bersedia menjadi subjek penelitian b. Jenis kelamin : Perempuan 2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian b. Tenaga kerja yang sedang tidak masuk kerja
C. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Purposive sampling berarti pengambilan sampel didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekidjo Notoatmojo,
(46)
commit to user
2002). Dengan purposive sampling didapatkan subjek penelitian yang sebanyak 56 orang, kelompok shift pagi sebanyak 17 orang, shift siang sebanyak 21 orang, dan shift malam sebanyak 18 orang, yang memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jenis kelamin perempuan 2. Usia 20 – 45 tahun 3. Masa kerja > 3 bulan
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shift work (shift pagi, shift sore, dan shift malam).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu :
(47)
commit to user
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : status gizi, masa kerja, penerangan, kebisingan, dan iklim kerja.
Berdasarkan Identifikasi variabel penelitian maka dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini :
Gambar 4. Struktur Hubungan Antara Variabel Variabel pengganggu
Terkendali : a. Usia
b. Jenis Kelamin
Variabel Terikat : Kelelahan Kerja Variabel Bebas :
Shift Kerja
Variabel Pengganggu Tidak Terkendali : a. Status Gizi b. Masa Kerja c. Penerangan d. Kebisingan e. Iklim Kerja
(48)
commit to user
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Shift work
Shift work adalah waktu kerja yang dibagi dalam tiga kelompok
kerja secara bergilir, yaitu :
a. Shift pagi
Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai dari pukul 07.00 – 15.00 WIB.
b. Shift siang
Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada siang hari dimulai dari pukul 15.00 – 23.00 WIB.
c. Shift malam
Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari dimulai dari pukul 23.00 – 07.00 WIB.
Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Ordinal
Hasil Pengukuran : 1) Shift Pagi : pukul 07.00 – 15.00 WIB
2) Shift Sore : pukul 15.00 – 23.00 WIB
3) Shift malam : pukul 23.00 – 07.00 WIB
2. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja adalah keadaan dimana tenaga kerja merasakan atau mengalami kelelahan pada saat atau setelah bekerja yang berakibat pada menurunnya fungsi fisiologis tubuh sehingga performansi tenaga
(49)
commit to user
kerjapun menurun yang akhirnya dapat menyebabkan rendahnya produktifitas kerja.
Alat ukur : Reaction Timer tipe Lakassidaya Hasil pengukuran : Waktu reaksi (milidetik)
Skala pengukuran : Interval 3. Usia
Usia adalah jangka waktu sejak tenaga kerja dilahirkan sampai pada saat waktu pengambilan data.
Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Interval Hasil pengukuran : Tahun 4. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan ciri-ciri fisik dan biologis.
Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Nominal Hasil Pengukuran : a. Laki-laki
b. Perempuan 5. Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Status gizi dapat dilihat dari dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung berdasarkan berat badan (BB) responden dibagi kuadrat tinggi badan (TB2).
(50)
commit to user
Alat ukur : Kuesioner Skala Pengukuran : Ordinal
Hasil Pengukuran : Kilogram (Kg) 6. Masa kerja
Masa kerja adalah waktu yang dihitung dari tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada perusahaan itu sampai pada saat waktu pengambilan data.
Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Interval Hasil Pengukuran : Tahun 7. Penerangan
Penerangan adalah besarnya cahaya dengan satuan Lux yang ada di bagian winding yang bersumber dari penerangan alami dan buatan. Alat ukur : Luxmeter ANA-999
Skala Pengukuran : Interval Hasil pengukuran : Lux 8. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang berasal dari mesin penenun benang.
Alat ukur : Sound Level MeterMerk RION Skala Pengukuran : Interval
(51)
commit to user
9. Iklim Kerja
Iklim Kerja adalah besarnya Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang berada di bagian winding.
Alat ukur : Heat Stress Area Monitor Skala pengukuran : Interval
Hasil Pengukuran : Derajat Celcius (0C)
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain : 1. Lembar isian data yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk
menentukan subjek penelitian.
2. Reaction Timer tipe Lakassidaya.
3. Heat Stress Area Monitor
4. Luxmeter Merk ANA-999
5. Alat timbangan badan. 6. Alat pengukur tinggi badan.
7. Data sekunder PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi :
(52)
commit to user
a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti.
b. Profil perusahaan dan data karyawan.
G. Desain Penelitian
Gambar 5. Bagan Desain Penelitian Populasi
Purposive Sampling
Subjek
Shift Pagi Shift Sore Shift Malam Ciri-ciri :
1. Jenis Kelamin Perempuan 2. Usia 20 – 45
tahun
(53)
commit to user
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Anova Non Parametrik (Kruskal Wallis) dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17, dengan interpretasi hasil bahwa jika p value < 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan jika p value ≤ 0,050 maka hasil uji dinyatakan signifikan dan jika p value > 0,050 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Riwidikdo, 2008).
(54)
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Profil Perusahaan
PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah (grey) yang kemudian meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan sebutan batik printing.
PT. Iskandar Indah Printing Textile didirikan pada tanggal 25 Mei 1975, bentuk badan usaha CV (Commanditer Vennonschao) dengan nama CV Iskandartex, berdasarkan akta perusahaan NO. 98 tanggal 23 Mei 1975, CV Iskandartex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu pada tahun 1976. Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 mesin tenun, dan kemudian mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977 perusahaan memiliki 77 unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji dari Taiwan yang fungsinya mengeringkan secara otomatis. Pada tahun yang sama perusahaan juga memperluas bangunan dan menambah mesin tenun hingga 300 unit. Karena permintaan yang semakin meningkat, maka perusahaan merasa perlu menambah kapasitas produksi dengan menambah mesin tenun,
(55)
commit to user
hingga pada akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun yang dimiliki perusahaan berjumlah 614 unit.
Melihat usaha yang terus berkembang, maka pimpinan perusahaan mengambil kebijakan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV
(Commanditer Vennonschap) atau persekutuan komanditer menjadi bentuk
PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan bentuk ini didasarkan alasan bahwa dengan bentuk PT, perusahaan lebih mempunyai peluang dalam mengembangkan usahanya. Perusahaan ini resmi menjadi PT. Iskandartex pada tanggal 2 Januari 1991 dengan nomor izin usaha 199/II.16/PB/VIII/1991/PT. Pergantian nama terjadi sejak bulan Pebuari 1996 menjadi PT. Iskandar Indah Printing Textile.
2. Proses produksi
a. Tahap Persiapan
1) Pembuatan Benang Lusi
Benang lusi adalah benang yang membujur dalam proses penenunan. Benang tersebut digulung ke dalam alat yang disebut
LOOM Warping. Kelanjutannya pada proses warping adalah proses
pengkanjian, yaitu proses pengeringan, untuk meratakan bulu-bulu, menghilangkan kotoran agar benang tidak kaku sehingga tidak mudah putus. Benang lusi agar dapat dipisah-pisahkan dimasukkan kedalam proses cucuk yang berbentuk dropper, gun, dan sisir.
(56)
commit to user
Gambar 6. Pembuatan Benang Lusi Gambar 7. Pembuatan Benang Lusi Sumber : Data Primer, 2011
Gambar 8. Proses Pengkanjian Benang Gambar 9. Proses Cucuk Sumber : Data Primer, 2011
(57)
commit to user
2) Pembuatan Benang Pakan
Benang pakan adalah benang yang menyilang dalam proses penenunan, diproses melalui mesin kelos dan mesin palet (bagian
winding) yang akan menggulung ke dalam kayu klinting.
Dalam proses pemaletan benang tenaga kerja melakukan kegiatan mengoperasikan alat, yaitu dengan memasukkan kayu klinting ke dalam mesin palet. Kegiatan ini seluruhnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan memberlakukan tiga shift kerja.
Gambar 10. Proses Winding (Pemaletan Benang) Sumber : Data Primer, 2011
b. Tahap Penenunan
Penenunan adalah proses penyilangan dari benang lusi dan benang pakan sehingga terbentuk suatu kain yang memenuhi suatu rancangan yang telah ditentukan.
(58)
commit to user
Gambar 11. Proses Penenunan Benang Sumber : Data Primer, 2011 c. Proses Finishing
Kain yang telah melalui proses penenunan kemudian menuju proses akhir yaitu finishing. Dalam proses finishing ini kain diperiksa kualitasnya dengan menggunakan mesin. Jika ada yang tidak sesuai dengan ketentuan maka kain diperbaiki. Setelah itu kain dilipat dengan menggunakan mesin dan selanjutnya menuju proses pengepakan.
Gambar 12. Proses Finishing Gambar 13. Proses Pelipatan Kain Sumber : Sumber Data Primer, 2011
(59)
commit to user
3. Jadwal Shift Kerja
PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang sebagian tenaga kerjanya adalah wanita memberlakukaan shift kerja dengan sistem rotasi panjang. Hari kerjanya adalah enam hari selama satu minggu yaitu hari Senin samapai hari Sabtu. Dengan waktu kerja sebagai berikut :
a. Shift pagi : 07.00 – 15.00 WIB
b. Shift sore : 15.00 – 23.00 WIB
c. Shift malam : 23.00 – 07.00 WIB
Tenaga kerja dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok A, B, dan C. Khususnya di bagian winding terdapat 86 tenaga kerja wanita dengan rotasi kelompok A shift sore selama 6 hari kerja, kelompok B shift malam selama 6 hari kerja, dan kelompok C shift pagi selama 6 hari kerja. Rotasi kerja tersebut bergantian setelah 6 hari kerja.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan penyebaran kuesioner pada tanggal 10 Maret 2011 terhadap 56 subjek penelitian di bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta didapatkan hasil bahwa semuanya berjenis kelamin wanita.
2. Masa Kerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan data masa kerja sebagai berikut :
(60)
commit to user
a. Shift Pagi
Tabel 2. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Pagi di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama Masa Kerja (Tahun)
1. A 20
2. B 11
3. C 13
4. D 15
5. E 15
6. F 12
7. G 15
8. H 20
9. I 20
10. J 16
11. K 9
12. L 10
13. M 19
14. N 14
15. O 18
16. P 10
17. Q 10
Rata-rata 14,53
Standar Deviasi 3,86 Sumber : Pengambilan Data Tanggal 4 Mei 2011 b. Shift Sore
Tabel 3. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Sore di Bagian Winding
PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama Masa Kerja (Tahun)
1. A 15
2. B 20
3. C 25
4. D 17
5. E 15
6. F 20
7. G 15
8. H 20
9. I 16
10. J 20
11. K 20
12. L 15
13. M 20
14. N 19
15. O 13
(61)
commit to user
No. Nama Masa Kerja (Tahun)
16. P 19
17. Q 21
18. R 19
19. S 20
20. T 18
21. U 20
Rata-rata 18,43
Standar Deviasi 2,78 Sumber : Pengambilan Data Tanggal 4 Mei 2011 c. Shift Malam
Tabel 4. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Malam di Bagian
Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama Masa Kerja (Tahun)
1. A 16
2. B 20
3. C 15
4. D 16
5. E 15
6. F 18
7. G 10
8. H 18
9. I 10
10. J 16
11. K 17
12. L 21
13. M 15
14. N 25
15. O 16
16. P 26
17. Q 10
18. R 12
Rerata 16,44
Standar Deviasi 4,56 Sumber : Pengambilan Data Tanggal 4 Mei 2011
Berdasarkan penyebaran kuesioner pada tanggal 10 Maret 2011 terhadap 56 subjek penelitian di bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta didapatkan hasil bahwa semuanya mempunyai masa kerja > 3 bulan. Rerata masa kerja shift pagi adalah 14,53 ± 3,86, rerata masa kerja shift
(62)
commit to user
sore adalah 18,43 ± 2,78, dan rerata masa kerja shift malam adalah 16,44 ± 4,56. Dari data keseluruhan didapatkan masa kerja minimal 9 tahun dan masa kerja maksimal 26 tahun.
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji ANOVA :
Tabel 5. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk Masa Kerja
Test of Homogeneity of Variances
Masa Kerja Levene
Statistic df1 df2 Sig. 1.385 2 53 .259 Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,259, dimana signifikansi > 0,05 sehingga tidak signifikan.
Tabel 6. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Masa Kerja
ANOVA
Masa Kerja
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 143.535 2 71.767 5.086 .010 Within Groups 747.823 53 14.110
Total 891.357 55 Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,01, dimana signifikansi < 0,05 sehingga signifikan.
(63)
commit to user
Tabel 7. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Masa kerja
Multiple Comparisons
Masa Kerja Tukey HSD (I) Shift
Kerja
(J) Shift
Kerja
Mean Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
Shift pagi Shift sore -3.899* 1.226 .007 -6.85 -.94
Shift malam -1.915 1.270 .296 -4.98 1.15
Shift sore Shift pagi 3.899* 1.226 .007 .94 6.85
Shift malam 1.984 1.207 .236 -.93 4.89
Shift malam Shift pagi 1.915 1.270 .296 -1.15 4.98
Shift sore -1.984 1.207 .236 -4.89 .93
Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi perbedaan masa kerja untuk shift pagi dan shift sore adalah 0,007, sehingga signifikansi < 0,01 (sangat signifikan). Nilai signifikansi perbedaan masa kerja untuk shift pagi dan shift malam adalah 0,296, sehingga signifikansi > 0,05 (tidak signifikan). Nilai signifikansi perbedaan masa kerja untuk shift sore dan shift malam adalah 0,236 sehingga signifikansi > 0,05 (tidak signifikan).
(64)
commit to user
3. Umur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan data umur sebagai berikut :
a. Shift Pagi
Tabel 8. Data Umur Subyek pada Shift Pagi di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama Umur (Tahun)
1. A 39
2. B 30
3. C 32
4. D 42
5. E 30
6. F 33
7. G 35
8. H 37
9. I 45
10. J 43
11. K 35
12. L 29
13. M 30
14. N 38
15. O 44
16. P 37
17. Q 30
Rerata 35,82
Standar Deviasi 5,38 Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011 b. Shift Sore
Tabel 9. Data Umur Subyek pada Shift Sore di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama Umur (Tahun)
1. A 35
2. B 44
3. C 40
4. D 34
5. E 39
6. F 35
7. G 41
(65)
commit to user
No. Nama Umur (Tahun)
8. H 35
9. I 40
10. J 43
11. K 45
12. L 32
13. M 37
14. N 42
15. O 27
16. P 40
17. Q 38
18. R 34
19. S 36
20. T 37
21. U 41
Rerata 37,86
Standar Deviasi 4,35 Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011 c. Shift Malam
Tabel 10. Data Umur Subyek pada Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama Umur (Tahun)
1. A 32
2. B 39
3. C 43
4. D 35
5. E 39
6. F 40
7. G 30
8. H 34
9. I 36
10. J 38
11. K 37
12. L 41
13. M 35
14. N 45
15. O 43
16. P 44
17. Q 36
18. R 32
Rerata 37,72
Standar Deviasi 4,39 Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011
(66)
commit to user
Berdasarkan distribusi umur di atas didapatkan rerata umur shift pagi sebesar 35,82 ± 5,38, rerata umur shift sore sebesar 37,86 ± 4,35, dan rerata umur shift sore sebesar 37,72 ± 4,39. Umur minimal subjek penelitian adalah 27 tahun dan umur maksimal subjek penelitian adalah 45 tahun.
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji ANOVA :
Tabel 11. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk Umur
Test of Homogeneity of Variances
Umur
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.037 2 53 .362
Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,362, dimana signifikansi > 0,05 sehingga tidak signifikan.
Tabel 12. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Umur
ANOVA
Umur
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 43.662 2 21.831 1.003 .374 Within Groups 1153.891 53 21.772
Total 1197.554 55 Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,374, dimana signifikansi > 0,05 sehingga tidak signifikan.
(67)
commit to user
Tabel 13. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Umur
Multiple Comparisons
Umur Tukey HSD
(I) shift (J) shift
Mean Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
shift pagi shift sore -1.938 1.522 .416 -5.61 1.73
shift malam -1.899 1.578 .457 -5.70 1.91
shift sore shift pagi 1.938 1.522 .416 -1.73 5.61
shift malam .040 1.499 1.000 -3.57 3.65
shift malam shift pagi 1.899 1.578 .457 -1.91 5.70
shift sore -.040 1.499 1.000 -3.65 3.57
Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi perbedaan umur untuk shift pagi dan shift sore adalah 0,416, sehingga signifikansi > 0,05 (tidak signifikan). Nilai signifikansi perbedaan umur untuk shift pagi dan shift malam adalah 0,457, sehingga signifikansi > 0,05 (tidak signifikan). Nilai signifikansi perbedaan umur untuk shift sore dan
shift malam adalah 1,0 sehingga signifikansi > 0,05 (tidak signifikan). 4. StatusGizi
Status gizi responden dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh(IMT) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Nilai IMT responden berada pada kisaran 18,5 - 25,0 Kg dalam kategori status gizi baik (Normal). Berikut ini adalah hasil pengukuran IMT :
IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Berat Badan (Kg)
(68)
commit to user
a. Shift Pagi
Tabel 14. Data IMT Subyek pada Shift Pagi di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama IMT (Kg)
1. A 23,92
2. B 21,77
3. C 23,55
4. D 22,89
5. E 22,89
6. F 18,73
7. G 19,56
8. H 24,44
9. II 24,97
10. J 21,64
11. K 20,81
12. L 22,15
13. M 21,49
14. N 19,20
15. O 20,00
16. P 24,97
17 Q 21,08
Rerata 22,00
Standar Deviasi 1,98 Sumber : Pengambilan Data 4 mei 2011
b. Shift Sore
Tabel 15. Data IMT Subyek pada Shift Sore di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama IMT (Kg)
1. A 19,77
2. B 20,30
3. C 18,59
4. D 23,24
5. E 23,14
6. F 19,11
7. G 18,60
8. H 21,56
9. I 22,43
10. J 18,98
11. K 21,99
12. L 19,38
13. M 21,79
14. N 19,31
15. O 19,14
(69)
commit to user
No. Nama IMT
16. P 22,43
17. Q 22,22
18. R 19,82
19. S 22,76
20. T 18,61
21. U 20,69
Rerata 20,66
Standar Deviasi 1,66 Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011 c. Shift Malam
Tabel 16. Data IMT Subyek pada Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama IMT (Kg)
1. A 19,22
2. B 19,28
3. C 19,05
4. D 20,28
5. E 18,60
6. F 24,77
7. G 20,31
8. H 21,09
9. I 20,57
10. J 20,07
11. K 21,93
12. L 19,47
13. M 19,88
14. N 19,77
15. O 22,65
16. P 24,92
17. Q 21,19
18. R 18,66
Rerata 20,65
Standar Deviasi 1,86 Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011
Berdasarkan data di atas rerata IMT shift pagi adalah 22,0 ± 1,98, rerata IMT untuk shift sore adalah 20,66 ± 1,66, dan rerata IMT untuk shift
malam adalah 20,65 ± 1,86. IMT minimal subjek penelitian adalah 18,59 dan IMT maksimal subjek penelitian adalah 24,97.
(70)
commit to user
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji ANOVA :
Tabel 17. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk IMT
Test of Homogeneity of Variances
IMT Levene
Statistic df1 df2 Sig. 1.589 2 53 .214 Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,214, dimana signifikansi > 0,05 sehingga tidak signifikan.
Tabel 18. Hasil Uji dengan ANOVA untuk IMT
ANOVA
IMT
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. Between
Groups
39.736 2 19.868 4.446 .016 Within
Groups
236.845 53 4.469 Total 276.581 55
Sumber : Hasil Uji SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,016, dimana signifikansi < 0,05 sehingga signifikan.
(1)
commit to user
hal ini dapat disebabkan karena waktu yang seharusnya digunakan untuk
tidur bagi tenaga kerja
shift
malam harus digunakan untuk bekerja,
berbeda dengan keadaan tenaga kerja di pagi hari yang memang pada saat
pagi hari adalah keadaan yang siap untuk bekerja. Hal tersebut di atas
sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Normawati (2009)
dalam penelitiannya yang berjudul “perbedaan tingkat kelelahan kerja
antara
shift
1 dan
shift
2 di departemen
production finishing
PT. Panasonic
Gobel Energy Indonesia (PECGI) Bekasi” yang mana hasil penelitian
tersebut menyebutkan bahwa ada perbedaan kelelahan subyektif antara
tenaga kerja
shift
pagi dan
shift
malam. Sedangkan menurut Silaban (1997)
yang menyimpulkan bahwa
shift
kerja malam hari lebih merasakan lelah
dibanding dengan
shift
kerja pagi dan
shift
kerja sore.
Menurut Kepmenakertrans RI Nomor : KEP. 224/MEN/2003 tentang
Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja atau Buruh Perempuan
Antara Pukul 23.00 WIB sampai dengan 07.00 WIB menyatakan bahwa
pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh perempuan antara pukul
23.00 WIB sampai dengan 07.00 WIB berkewajiban untuk memberikan
makanan dan minuman bergizi dan menjaga kesusilaan dan keamanan selama
di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi
pekerja atau buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara
pukul 23.00 WIB sampai dengan 05.00 WIB.
(2)
commit to user
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
kruskal wallis
diperoleh nilai
p = 0,001 (p < 0,01) yang berarti bahwa hasil uji sangat signifikan,
sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan tenaga kerja
wanita antara
shift
pagi,
shift
sore, dan
shift
malam di bagian
winding
PT.
Iskandartex Surakarta.
2.
Tingkat kelelahan tenaga kerja pada
shift
malam (483,00 milidetik) lebih
tinggi dari pada
shift
pagi (326,41 milidetik) dan
shift
sore (393,32
milidetik).
3.
Sistem rotasi kerja yang diberlakukan di PT. Iskandartex adalah sistem
rotasi kerja pendek yaitu dengan pergantian
shift
setelah satu minggu.
B.
Saran
1.
Manajer perusahaan berkewajiban untuk memberikan makanan dan
minuman bergizi bagi tenaga kerja
shift
malam sesuai dengan
Kepmenakertrans RI Nomor : KEP. 224/MEN/2003.
2.
Manajer perusahaan perlu memperbaiki pola sistem rotasi sesuai dengan
pola metropolitan rota (2 - 2 - 2) atau
continental
rota (2 - 2 - 3).
(3)
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Budiono Sugeng A.M, dkk. 2003.
Bunga Rampai Hiperkes & KK
. Semarang :
BPUNDIP.
Cicih, Dewi. 1996.
Kebutuhan Asupan Kalori Pekerja
. Jakarta : UI Press.
Depkes Ri. 2008.
Kerja Shift
.
http://.digilib.litbang.depkes.go.id
. Diakses tanggal
7 Juli 2011.
Dewi, Fovilia. 2008.
Shift Work
.
http://nonameface.wordpress.com/category/health-info/page/2/. Diakses
tanggal 6 Januari 2011.
Djati, A. 2010.
Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Antara Shift Siang
dan Shift Malam di Bagian CPA JOB Pertamina-PetroChina East Java
di Kabupaten Tuban Jawa Timur
(Skripsi). Surakarta : Program Diploma
IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.
Hasibuan Malayu. 2000.
Manajemen Sumber Daya Manusia
. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hastono. 2001.
Analisis Data
. Jakarta : FKM UI.
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2002.
Penilaian Status Gizi.
Jakarta : EGC.
Jarpadi Iskandar. 2002.
Gangguan Tidur
.
http://library.uns.ac.id
. Diakses pada
tanggal 24 Februari 2010.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : 224/Men/2003
tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja atau Buruh
Perempuan Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 07.00.
Knauth, P. 1993.
The Design of Shift Systems.Journal of Ergonomics
. Vol.36, No.
1 - 3, 15 – 28.
Kuswadji, S. 1997.
Pengaturan Tidur Shift Kerja
.
Cermin Dunia Kedokteran
.
(4)
commit to user
Lintje, S. 2010. Selintas
Tentang Kelelahan Kerja
. Yogyakarta : Amara Books.
Murti, B., 2006.
Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan
, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nitisemito. A. S. 1996.
Manajemen Personalia
. Jakarta : Ghalia.
Normawati , W. 2009.
Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Antara Shift 1 dan
shift 2 Di Departemen Production Finishing PT. Panasonic Gobel
Energy Indonesia (pecgi) Bekasi
(Skripsi). Surakarta : Program Diploma
IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.
Nurmianto, E. 2000.
Industrial Ergonomics.
Modul Ajar Dalam Bahasa Inggris
First Edition
. DUE Like Project-ITS, Surabaya.
Nurmianto, Eko. 2003.
Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama
.
Surabaya : Guna Widya.
Oentoro, S. 2004.
Kampanye Atasi Kelelahan Mental dan Fis
ik. Jakarta : UI
Press.
Pulat, Mustafa B. 2002.
The Fundamental Ergonomics
.
Prentice Hall Englewood
Cliffs, New Jersey.
Purwanto, A.
Perbedaan Tingkat Kelelahan Pekerja Antara Shift Pagi, Shift Sore,
dan Shift Malam di Ruang Pusat Pengendalian Kilang (RPPK) PT.
Pertamina RU VI Balongan Indramayu, Jawa Barat
(Skripsi). Surakarta :
Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.
Pusparini Adriana dalam Budiono Sugeng A.M, dkk.. 2003.
Bunga Rampai
Hiperkes & KK
. Semarang : BPUNDIP.
Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng A.M, dkk. 2003.
Bunga Rampai Hiperkes
& KK
, Semarang : BPUNDIP.
Riwidikdo, Handoko. 2008.
Statistik Kesehatan
. Yogyakarta : Harapan Press.
Santoso Gempur. 2004.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
. Surabaya
: Prestasi Pustaka.
(5)
commit to user
Setiarto, H. 2002.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada
pengemudi bus jurusan Grabag–borobudur,
Skripsi. Semarang : UNDIP.
Setyawati dan Imam Djati. 2008.
Faktor dan Penjadualan Shift Kerja
. Teknoin,
Vol 13, No 2 : 11 – 22.
Silaban, G., Setyawati, L.M., Supardi, S. 1997.
Jadwal Kerja dan Kelelahan
Tenaga kerja Wanita di PT Sibalec Yogyakarta
. BPPS UGM. 10 (IC).
Yogyakarta. Halaman 79 - 85.
Soekidjo Notoatmojo. 2002.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta :
CV
Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 1989.
Metodologi Penelitian.
Jakarta : CV Rajawali.
Suma’mur PK. PK. 1999.
Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja
. Jakata : CV Haji
Masagung.
Suma’mur, P.K. 2009.
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
. Jakarta :
Sagung Seto.
Tarwaka. 2010.
Ergonomi Industri
. Surakarta : Harapan Press.
Tarwaka, Sholichul HA, Lilik Sudiajeng. 2004.
Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas
. Surakarta : UNIBA PRESS.
Tim Hiperkes. 2004.
Peraturan Perundang-undangan Hiperkes dan Keselamatan
Kerja.
Semarang : Balai Hiperkes Jawa Tengah.
Tulus M. A. 1992.
Manajemen Sumber Daya Manusia
. Jakarta : gramedia Pustaka
Umum.
Wignjosoebroto, S. 2000.
Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Tekhnik Analisis
Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja
. Edisi I cetakan Ke-2. Surabaya :
guna Widya.
Wijaya, Lientje Setyawati, dan Endang Suparniati. 2006.
Hubungan Antara Shift
Kerja dengan Gangguan Tidur dan Kelelahan Kerja Perawat Instalasi
Rawat Darurat Rumah Sakit DR. Sardjito Yogyakarta
. Yogyakarta :
Program Studi Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah
Mada.
(6)