Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus Grandis (L) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji Dan Tanpa Biji Dan Upaya Memperbaiki Daya Simpannya
KARAKTERISTIK BUAH JERUK PAMELO
(Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘MURIA MERAH’ BERBIJI DAN TANPA BIJI
DAN UPAYA MEMPERBAIKI DAYA SIMPANNYA
TITISTYAS GUSTI AJI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakteristik Buah Jeruk
Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan
Upaya Memperbaiki Daya Simpannya adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Titistyas Gusti Aji
NIM A252120311
RINGKASAN
TITISTYAS GUSTI AJI. Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.)
Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki Daya
Simpannya. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO, DEWI SUKMA, dan
SINTHO WAHYUNING ARDIE.
Indonesia memiliki banyak kultivar pamelo yang berpotensi untuk
dikembangkan, di antaranya ada kultivar berbiji, potensial tidak berbiji, dan tanpa
biji. Penanganan pascapanen yang tepat dibutuhkan agar buah berkualitas tinggi
dapat tersedia lebih lama di pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1)
mengevaluasi perubahan fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan
tanpa biji dengan aplikasi pelapisan dan pengemasan selama penyimpanan, dan 2)
mengidentifikasi pengaruh pelapisan dan pengemasan serta interaksinya terhadap
umur simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB, dari bulan April sampai Agustus 2014. Penelitian terdiri
atas 2 percobaan terpisah, dimana pada setiap percobaan dilakukan pelapisan dan
wrapping pada buah pamelo. Pada percobaan pertama dan kedua, pelapisan dan
pengemasan plastik diaplikasikan berturut-turut pada pamelo Muria Merah 2
(berbiji) dan Muria Merah 1 (tanpa biji). Rancangan percobaan yang digunakan
dalam masing-masing percobaan adalah rancangan kelompok lengkap teracak
faktorial dengan dua faktor, pelapisan dan pengemasan. Faktor pertama adalah
pelapisan terdiri atas tanpa pelapisan, lilin lebah 10%, lilin lebah 5%, dan kitosan.
Faktor kedua adalah wrapping terdiri atas tanpa wrapping, wrapping dengan
plastik wrap kuning bening, dan wrapping dengan plastik wrap putih bening.
Buah pamelo menunjukkan peningkatan susut bobot, PTT, dan rasio
PTT:ATT dan penurunan kekerasan buah, ATT, dan vitamin C selama
penyimpanan pada suhu kamar. Buah pamelo Muria Merah berbiji memiliki
penurunan bobot, kelunakan kulit buah, tingkat warna kuning pada kulit, tingkat
kekerutan kulit, ATT, dan rasio PTT:ATT yang lebih tinggi sedangkan PTT dan
vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan pamelo Muria Merah tanpa biji
sepanjang periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan lilin lebah baik 5%
dan 10% dikombinasikan wrapping dengan plastik wrap secara signifikan
menekan susut bobot buah dan mempertahankan kekerasan buah dibandingkan
dengan perlakuan kontrol (tanpa pelapisan dan wrapping). Namun, pelapisan dan
wrapping tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas internal buah pamelo
Muria Merah berbiji dan tanpa biji. Berdasarkan susut bobot, kekerasan buah, dan
preferensi panelis, lilin lebah 5% dan 10% dapat digunakan untuk perlakuan
pelapisan. Plastik wrap kuning bening dan putih bening juga dapat digunakan
untuk mempertahankan kualitas buah selama penyimpanan. Pelapisan dengan lilin
lebah 5% atau 10% yang dikombinasikan dengan wrapping dengan plastik wrap
kuning bening atau putih bening dapat memperpanjang masa simpan buah pamelo
Muria Merah berbiji hingga 4 minggu dan Muria Merah tanpa biji hingga 2
minggu, serta mempertahankan kualitas buah pamelo selama penyimpanan
Kata kunci: pelapisan, pengemasan plastik, kualitas fisik buah, kualitas kimia
buah
SUMMARY
TITISTYAS GUSTI AJI. Characterictics of Seeded and Seedless ‘Muria Merah’
Pummelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Fruit and Efforts to Improve Its Shelf Life.
Supervised by SLAMET SUSANTO, DEWI SUKMA, dan SINTHO
WAHYUNING ARDIE.
Indonesia has many pummelo cultivars that are potential to be developed,
among them there are seeded, potential seedless, and seedless cultivars. Proper
postharvest handling is needed so that high quality fruits can be available longer
in the market. The aims of this study were: 1) to evaluate the physical and
chemical change of seeded and seedless Muria Merah pummelo fruit with waxing
and wrapping application during storage, and 2) to identify the effect of waxing
and wrapping as well as its interaction on shelf life of seeded and seedless Muria
Merah pummelo fruit. This research was conducted at Postharvest Laboratory,
Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB, Bogor,
from April until August 2014. This study consisted of 2 experiments, and in each
experiment, coating and plastic packaging were applied on pummelo fruit. In the
first and second experiment, coating and plastic packaging were applied to Muria
Merah 2 (seeded) and Muria Merah 1 (seedless), respectively. The research design
used in each group is complete randomized factorial design with two factors,
waxing and packaging. This research was arranged in a randomized complete
block design with two factors and three replications. The first factor was waxing
treatment consisted of without waxing, 10% bees wax, 5% bees wax, and chitosan.
The second factor was wrapping treatment consisted of without wrapping,
wrapping using transparent yellow plastic wrap, and wrapping using transparent
white plastic wrap.
Pummelo showed an increase in weight loss, TSS, and TSS:TA ratio and a
decrease in fruit firmness, TA, and vitamin C storage in room temperature. Seeded
Muria Merah showed higher weight loss, yellow peel, wrinkled peel, ATT content,
and PTT:ATT ratio than seedless Muria Merah during storage. Seeded Muria
Merah has lower fruit firmness, PTT content, and vitamin C content than seedless
Muria Merah. Waxing treatment using 5% and 10% bees wax or wrapping
treatment using plastic wraps significantly suppressed weight loss and maintained
the firmness of pummelo fruit compared to the control treatment (without waxing
and wrapping). However, waxing and wrapping treatments did not significantly
affect the internal quality of Muria Merah pummelo fruit. Based on the fruit’s
weight loss, fruit firmness, and panelist preferences, 5% and 10% bees wax can be
used as coating treatment. Both transparent yellow and white plastic wrap can also
be used to maintain fruit weight, firmness, and appearance during storage. Coating
using 10% or 5% bess wax which combined with wrapping using transparent
yellow or transparent white plastic wrap can extend the shelf life of seeded Muria
Merah fruit until 4 weeks and seedless Muria Merah fruit until 2 weeks and
maintain its quality during storage.
Keywords: coating, plastic packaging, fruit physical properties, fruit chemical
properties
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KARAKTERISTIK BUAH JERUK PAMELO
(Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘MURIA MERAH’ BERBIJI DAN TANPA BIJI
DAN UPAYA MEMPERBAIKI DAYA SIMPANNYA
TITISTYAS GUSTI AJI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Ketty Suketi, MSi
Judul Tesis : Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck)
‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki
Daya Simpannya.
Nama
: Titistyas Gusti Aji
NIM
: A252120311
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc
Ketua
Dr Dewi Sukma, SP MSi
Anggota
Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Maya Melati, MS, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 2 September 2016
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Agustus 2014 ini
adalah pascapanen, dengan judul Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis
(L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki
Daya Simpannya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, dan
Dr Dewi Sukma, SP MSi serta Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi
selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan, saran, dan motivasi
kepada penulis.
2. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku Ketua Program Studi Agronomi dan
Hortikultura atas bimbingan dan arahan kepada penulis.
3. Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku penguji luar komisi atas saran dan arahan
kepada penulis.
4. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dana penelitian yang
dibiayai oleh DIKTI melalui Hibah Penelitian Kompetensi Nasional Tahun
2014 yang diketuai oleh Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc.
5. Mama Endang Siswati, Papa Sumarsono, Adik Ciptaning Weargo Jati,
Adik Linuwih Aluh Prastiti, serta keluarga atas doa, dukungan, bantuan,
dan kasih sayang untuk penulis.
6. Bapak Agus dan Ibu Ismi selaku staf Laboratorium Pascapanen
Departemen AGH IPB yang telah banyak membantu selama penelitian.
7. Bapak Sukimin beserta keluarga di Magetan, Bapak Sujadi beserta
keluarga di Kudus atas bantuan dan dukungan untuk penulis.
8. Wahyu Fikrinda, Atika Romalasari, Ummu Kalsum, Hafith Furqoni, dan
teman-teman Pascasarjana AGH 2012 atas dukungan, bantuan, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis.
9. Mas Satrio Harjono atas doa dan motivasi untuk penulis.
Naskah tesis ini sebagian telah dimasukkan ke jurnal AGRIVITA. Penulis
berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, September 2016
Titistyas Gusti Aji
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
v
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian
1
1
2
3
3
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pamelo
Pelapisan
Kemasan Plastik
3
3
4
6
3 METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Metode
Pelaksanaan Percobaan
8
8
8
9
9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter Fisik
Karakter Kimia
Karakter Sensori
12
12
21
25
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
28
28
29
DAFTAR PUSTAKA
29
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL
1. Kemasan berbahan polietilen
2. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji sepanjang periode
penyimpanan
3. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%)
buah pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode
penyimpanan
4. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji
pada 2-8 MSP
5. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm
(50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji pada 012 MSP
6. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm
(50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah tanpa biji pada
0-10 MSP
7. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50
g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria
Merah tanpa biji pada 2-8 MSP
8. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode
penyimpanan
9. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%)
buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode
penyimpanan
10. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji
pada 2-8 MSP
11. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah
pamelo Muria Merah berbiji selama periode penyimpanan
12. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah
pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan
13. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit (%
kuning) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah
tanpa biji pada 2-8 MSP
14. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan
kemasaman buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode
penyimpanan
15. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan
kemasaman buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama
periode penyimpanan
16. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit dan
kekerutan buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode
penyimpanan
7
13
13
14
15
15
16
17
17
19
20
20
21
26
26
27
17. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit dan
kekerutan buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode
penyimpanan
27
DAFTAR GAMBAR
1. Buah pamelo Muria Merah berbiji dengan berbagai kombinasi
perlakuan pada 8 MSP
2. Buah pamelo Muria Merah tanpa biji dengan berbagai
kombinasi perlakuan pada 8 MSP
3. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kandungan PTT
dan ATT buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b)
dan Muria Merah tanpa biji (c dan d). PTT ATT
4. Pengaruh pelapisan (kiri) dan wrapping (kanan) terhadap rasio
PTT:ATT buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b)
dan Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama periode
penyimpanan
5. Pengaruh pelapisan (kiri) dan wrapping (kanan) terhadap
kandungan vitamin C buah pamelo kultivar Muria Merah
berbiji (a dan b) dan Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama
periode penyimpanan
18
18
22
24
25
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) merupakan salah satu dari 60 jenis
tanaman buah yang menjadi komoditas binaan Direktorat Jenderal Pertanian
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No: 511/Kpts/PD.310/9/2006. Pamelo
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia karena karakteristiknya yang khas,
yaitu berukuran besar, memiliki rasa segar, dan masa simpan yang lama (Susanto
2004). Selain keunggulan tersebut, pamelo juga mengandung zat-zat yang
bermanfaat bagi tubuh. Tsai et al. (2007) menyatakan bahwa jus pamelo adalah
sumber antioksidan, termasuk di dalamnya vitamin C, fenolik, dan karotenoid,
dan menunjukkan kemampuan pengikatan yang baik terhadap berbagai bentuk
radikal bebas. Penelitian Oyedepo (2012) menyebutkan bahwa buah pamelo
memiliki sifat hipoglikemik dan hipolipidemik, sehingga berguna untuk
menurunkan kadar gula darah dan menurunkan kadar lipid dalam darah.
Di Indonesia terdapat banyak kultivar pamelo, antara lain Giri Matang,
Merah Asam, Putih Asam, Cikoneng ST, Muria Merah, Muria Putih, Bageng Taji,
Nambangan, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Merah, Bali Putih, Jawa,
Gulung, Maria Sigola-gola, Pangkep Merah, dan Pangkep Putih (Susanto et al.
2013). Selain itu dikenal pula pamelo Raja, Ratu dan Pangkep (Direktorat
Tanaman Buah 2003), dan berbagai aksesi yang belum dilepas sebagai varietas.
Diantara beragam kultivar pamelo yang terdapat di Indonesia, terdapat beberapa
yang potensial menghasilkan buah tanpa biji. Aksesi pamelo berbiji antara lain
adalah Cikoneng, Jawa 2, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Putih, dan
Muria Merah 2. Aksesi potensial tidak berbiji antara lain adalah Nambangan dan
Bali Merah 1, sedangkan aksesi pamelo tidak berbiji adalah Jawa 1, Bali Merah
2, Bageng Taji, dan Muria Merah 1 (Rahayu 2012). Muria Merah merupakan
kultivar pamelo yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Menurut Susanto et al. (2013) terdapat beberapa kultivar Muria Merah, yaitu
Muria Merah 1, Muria Merah 2, dan Muria Merah 3. Muria Merah 1 merupakan
kultivar yang paling banyak dibudidayakan di Kudus dan merupakan kultivar
yang menghasilkan buah tanpa biji. Kultivar Muria Merah 2 dan Muria Merah 3
merupakan jenis kultivar berbiji dan relatif jarang dibudidayakan di Kudus. Buah
pamelo Muria Merah 1 memiliki daging buah yang lembut berwarna merah muda,
dengan rasa manis dan mengandung banyak air. Buah ini memiliki proporsi dapat
dimakan sebesar 52.2%. Buah pamelo Muria Merah 2 memiliki daging buah
berwarna merah muda putih dengan rasa asam dan proporsi dapat dimakan
sebesar 42.9%. Buah pamelo Muria Merah 1 dan Muria Merah 2 memiliki potensi
untuk dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu pangan fungsional. Menurut
Tsai et al. (2007), pamelo berdaging buah merah merupakan sumber antioksidan
yang baik dan menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menangkap berbagai
jenis radikal bebas.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperpanjang masa
simpan buah adalah pelapisan. Lilin lebah dan kitosan termasuk pelapis edibel
yang banyak digunakan sebagai bahan pelapis. Menurut Pavlath dan Orts (2009),
pelapis edibel merupakan semua jenis bahan yang digunakan sebagai pelapis atau
2
pembungkus berbagai makanan yang bertujuan untuk memperpanjang umur
simpan produk, yang dapat dikonsumsi bersama-sama dengan makanan baik
dengan maupun tanpa pembuangan lapisan tersebut. Pelapisan lilin mampu
mempertahankan kualitas fisik dan kimia buah pamelo kultivar Nambangan
(Siahaan 1998) dan buah jeruk manis kultivar Blood Red (Shahid dan Abbasi
2011). Penggunaan kitosan sebagai pelapis juga mampu meningkatkan ketahanan
buah terhadap cendawan. Pelapisan dengan kitosan mampu mempertahankan
kualitas buah jeruk tangor (Chien et al. 2007) dan grapefruit (Abdel-Kader et al.
2011) selama penyimpanan.
Metode pengemasan plastik juga dapat diaplikasikan untuk menjaga
kualitas buah selama penyimpanan. Pengemasan buah dengan film polimer yang
memiliki permeabilitas terhadap gas tertentu menciptakan kondisi atmosfer
termodifikasi di sekitar produk. Hal ini memungkinkan kontrol gas dan
selanjutnya dapat mempengaruhi proses fisiologis buah (Lange 2000). Rusmono
(1999) melaporkan bahwa plastik white stretch dan stretch memiliki permeabilitas
yang berbeda terhadap gas oksigen dan karbondioksida yang kemudian
mempengaruhi masa simpan buah-buahan. Wrapping yang diaplikasikan pada
tangelo mampu memberikan efek menguntungkan tidak hanya menjaga kualitas
namun juga meningkatkan sifat organoleptik buah (D’Aquino et al. 1998). Sonkar
dan Ladaniya (1999) melaporkan bahwa wrapping baik menggunakan heatshrinkable (LDPE) maupun stretch-cling (LLDPE) pada jeruk mandarin mampu
menekan laju kehilangan air, respirasi, pelunakan buah, dan asam tertitrasi total
buah. Pengemasan juga berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk
membeli suatu produk. Menurut Silayoi dan Speece (2007), penilaian konsumen
terhadap kualitas produk sebagian besar dipengaruhi oleh karakteristik produk
yang tercermin dari kemasan. Terdapat segmentasi yang kuat pada konsumen
terhadap unsur-unsur kemasan. Sebagian besar konsumen berorientasi pada
estetika visual, sementara segmen kecil berfokus pada detil produk pada label.
Chandran et al. (2009) menyatakan bahwa opasitas (keburaman) kemasan
mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membeli dan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap kualitas. Penggunaan plastik transparan memungkinkan
konsumen untuk melihat kualitas visual dan menilai karakteristik suatu produk.
Sampai saat ini kajian penanganan pascapanen jeruk pamelo di Indonesia
masih terbatas. Pengetahuan mengenai karakteristik pascapanen dan metode
penanganan buah diperlukan untuk mempertahankan kualitas buah dan
memperpanjang umur simpan buah pamelo. Berbagai teknologi untuk
memperlambat kemunduran pascapanen dapat dikembangkan dengan memahami
karakteristik alami buah dan kemunduran mutu pascapanen yang terjadi.
Perumusan Masalah
Indonesia memiliki beragam kultivar pamelo, di antaranya terdapat
kultivar berbiji, potensial tidak berbiji, dan tanpa biji. Adanya sifat musiman buah
berakibat pada kebutuhan akan penanganan pascapanen yang tepat agar buah
dapat tersedia di pasar dalam waktu yang lebih lama. Selama penyimpanan, buah
pamelo mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun kimia. Pengetahuan
mengenai perubahan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo selama
penyimpanan dibutuhkan untuk mengembangkan berbagai teknologi pascapanen
3
untuk menghambat kemunduran mutu pascapanen. Salah satu metode untuk
mempertahankan kualitas buah setelah dipanen adalah pelapisan dan pengemasan
plastik. Informasi mengenai pelapisan dan pengemasan plastik dalam
meningkatkan daya simpan buah pamelo masih terbatas. Potensi keragaman
pamelo Indonesia dan metode penanganan pascapanen yang tepat merupakan
informasi yang berarti bagi berbagai pihak terkait untuk meningkatkan daya
simpan buah dan mempertahankan kualitas buah selama penyimpanan.
Tujuan Penelitian
1.
2.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengevaluasi perubahan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria
Merah berbiji dan tanpa biji yang diberi pelapisan dan dikemas plastik selama
penyimpanan.
Mengidentifikasi pengaruh pelapisan dan pengemasan plastik serta
interaksinya terhadap daya simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan
tanpa biji.
Hipotesis
1.
2.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
Terdapat perbedaan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah
berbiji dan tanpa biji yang diberi pelapisan dan dikemas plastik selama
penyimpanan.
Terdapat setidaknya satu jenis pelapis dan pengemasan plastik yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan daya simpan buah
pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan informasi mengenai perubahan
karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji
selama penyimpanan. Informasi mengenai metode pascapanen, terutama pelapisan
dan pengemasan plastik, serta pengaruhnya terhadap peningkatan daya simpan
buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji juga dapat diperoleh melalui
penelitian ini.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pamelo
Pamelo berasal dari Malesia, kemudian menyebar ke Indo-Cina, Cina
Selatan, Jepang Selatan, India Barat, Mediterania dan Amerika Tropik
(Niyomdham 1992). Di Indonesia, sentra produksi pamelo utama terdapat di
Kabupaten Magetan, sedangkan sentra produksi potensial antara lain di
4
Kabupaten Sumedang, Pati, Kudus, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dan
Bireun (Aceh) (Rahayu 2012).
Buah pamelo berukuran besar, dengan diameter rata-rata 15-22 cm,
bahkan ada yang lebih dari 30 cm, dengan warna kulit kuning. Daging buah
berwarna putih, kekuningan atau merah muda. Bobot buah rata-rata sekitar 1-2 kg,
kadang-kadang dapat mencapai 9 kg (Christman 2008). Biji pamelo tidak banyak,
berukuran besar dengan permukaan keriput, warnanya kekuningan, dan memiliki
embrio tunggal (Niyomdham 1992). Buah pamelo berbiji umumnya berbentuk
spheroid (seperti bola), dan ellipsoid, sedangkan yang tidak berbiji berbentuk
pyriform (seperti buah pir). Kondisi ini membuat buah pamelo tidak berbiji tidak
selalu memiliki bagian dapat dimakan yang lebih besar dibanding buah berbiji,
karena pada bentuk pyriform bagian atas buah hanya berisi mesokarp dan epikarp
(Rahayu 2012).
Di Indonesia terdapat banyak kultivar pamelo, antara lain Giri Matang,
Merah Asam, Putih Asam, Cikoneng ST, Muria Merah, Muria Putih, Bageng Taji,
Nambangan, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Merah, Bali Putih, Jawa,
Gulung, Maria Sigola-gola, Pangkep Merah, dan Pangkep Putih (Susanto et al.
2013). Selain itu dikenal pula pamelo Raja, Ratu dan Pangkep (Direktorat
Tanaman Buah 2003), dan berbagai aksesi yang belum dilepas sebagai varietas.
Diantara beragam aksesi pamelo yang ada di Indonesia, terdapat aksesi berbiji,
potensial tidak berbiji, dan tidak berbiji. Aksesi pamelo berbiji antara lain adalah
Cikoneng, Jawa 2, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Putih, dan Muria
Merah 2. Aksesi potensial tidak berbiji antara lain adalah Nambangan dan Bali
Merah 1, sedangkan aksesi pamelo tidak berbiji adalah Jawa 1, Bali Merah 2,
Bageng Taji, dan Muria Merah 1 (Rahayu 2012).
Muria Merah 1 merupakan kultivar yang paling banyak dibudidayakan di
Kudus, Jawa Tengah. Kultivar pamelo ini berbentuk pyriform dan memiliki bobot
per buah antara 1.2-2.4 kg. Kulit buah bagian luar berwarna hijau kekuningan
dengan ketebalan albedo 15.8-27.8 mm. Daging buahnya lembut berwarna merah
muda dengan jumlah biji 0-10 per buah. Buah ini mengandung vitamin C sebesar
50.27 mg (100 g daging buah)-1, ATT 0.50%, dan PTT 9.8°Brix. Muria Merah 2
berbentuk pyriform dan memiliki bobot per buah antara 1.2-2.2 kg. Kulit buah
bagian luar berwarna hijau kekuningan dan ketebalan albedo 11.0-16.5 mm.
Daging buah berwarna merah muda putih dan jumlah biji 78-194 per buah. Muria
Merah 2 memiliki kandungan vitamin C sebesar 31.5 mg (100 g daging buah)-1,
ATT 0.52%, dan PTT 8.7°Brix (Susanto et al. 2013).
Suatu tanaman dianggap menghasilkan buah tidak berbiji jika mampu
menghasilkan buah tanpa biji sama sekali, biji mengalami aborsi, atau memiliki
sejumlah biji yang tereduksi. Jeruk disebut tidak berbiji jika jumlah biji per buah
kurang dari lima (Varoquaux et al. 2000) dan disebut berbiji sedikit bila jumlah
biji kurang dari 10 (Altaf dan Khan 2007). Pada pamelo yang berukuran besar
dengan jumlah juring relatif banyak (9-19 juring per buah), masih dianggap tidak
berbiji jika jumlah biji per buah kurang dari 10 (Rahayu 2012).
Pelapisan
Pelapis yang dapat dimakan (edible) dapat didefinisikan sebagai pengemas
primer yang dibuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan. Bahan pengemas edible
5
dapat dibuat dari polisakarida, protein, dan lemak. Menurut Pavlath dan Orts
(2009), pelapis edible merupakan semua jenis bahan yang digunakan sebagai
pelapis atau pembungkus berbagai makanan yang bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk, yang dapat dikonsumsi bersama-sama
dengan makanan baik dengan maupun tanpa pembuangan lapisan tersebut. Edible
film mampu mencegah kehilangan air dan secara selektif memungkinkan
pertukaran gas-gas yang penting, seperti oksigen dan karbon dioksida, yang
terlibat dalam proses respirasi.
Bahan pelapis terdiri atas polisakarida, lemak, protein, atau resin. Pelapis
polisakarida bersifat hidrofilik dan intermediet di antara bahan pelapis dalam hal
pertukaran gas dan merupakan penghalang yang kurang baik terhadap kehilangan
air. Di antara pelapis berbahan polisakarida adalah turunan selulosa, turunan gums
(getah), pati, kitosan, pektin, dan karagenan. Pelapis berbahan lemak cenderung
bersifat lebih permeabel terhadap gas namun mampu menyediakan penghalang
yang lebih baik terhadap uap air. Pelapis berbahan lemak terdiri atas lilin dan
minyak, di mana pelapis lilin termasuk lilin lebah, carnauba, candelilla, parafin,
dan shellac, sedangkan pelapis minyak termasuk minyak sayuran (jagung, kedelai,
dan palem-paleman), asam oleat, dan asam asetogliserat. Pelapis berbahan protein
memiliki sifat hidrofilik dan terdiri atas protein hewani dan protein nabati. Pelapis
protein hewani di antaranya adalah gelatin, telur, whey (air dadih), dan kasein,
sedangkan pelapis protein nabati termasuk zein jagung, gluten gandum, kacang
tanah, dan kedelai (Olivas dan Barbosa-Canovas 2009; Baldwin dan Hagenmaier
2012). Pelapis berbahan resin merupakan pelapis yang paling tidak permeabel
terhadap gas dan intermediet dalam hal resistensi terhadap uap air. Pelapis
berbahan resin di antaranya adalah wood rosin dan coumarone indene resin
(Baldwin dan Hagenmaier 2012).
Lilin lebah merupakan hasil sekresi lebah madu saat membangun sarang
lebah. Lilin ini diambil dengan cara mensentrifugasi madu yang berasal dari lilin
sarang lebah kemudian melelehkannya dengan menggunakan air panas,
penguapan, atau penjemuran. Lilin ini kemudian disempurnakan dengan tanah
diatom dan karbon aktif, dan akhirnya diputihkan dengan permanganat atau
bikromat. Lilin lebah bersifat sangat plastis pada suhu ruang namun menjadi
rapuh pada suhu dingin. Lilin ini merupakan pelapis yang paling mudah larut di
antara pelapis berbahan lemak lainnya (Hall 2012).
Lilin yang secara komersial digunakan sebagai pelapis edible merupakan
asam lemak berantai panjang yang berasal dari lilin lebah, parafin, dan carnauba.
Lilin umumnya digunakan untuk melapisi buah dan sayuran untuk menekan
kehilangan air selama penyimpanan dan untuk memperpanjang umur simpan.
Buah dan sayuran pada umumnya memiliki lapisan lilin alami yang membantu
menahan air, karena produk hortikultura mengandung 80% – 90% air. Lilin
diaplikasikan pada produk untuk menggantikan lapisan lilin alami yang hilang
selama pencucian. Pelapisan lilin juga dapat membantu menghambat pertumbuhan
jamur, melindungi dari luka memar, dan meningkatkan penampilan (McHugh dan
Avena-Bustillos 2012).
Lilin lebah banyak digunakan sebagai bahan pelapis buah dan dilaporkan
mampu meningkatkan daya simpan buah. Siahaan (1998) menyatakan bahwa
pelapisan lilin lebah dengan konsentrasi 9% dan 12% mampu menekan
peningkatan susut bobot, menghambat kelunakan buah, dan mempertahankan
6
kualitas visual buah pamelo kultivar Nambangan. Penelitian Shahid dan Abbasi
(2011) menunjukkan bahwa pelapisan dengan menggunakan lilin lebah 5%
mampu mempertahankan bobot, kekerasan, pH jus, padatan terlarut total (PTT),
asam tertitrasi total (ATT), dan asam askorbat dari buah jeruk manis kultivar
Blood Red.
Kitosan juga dapat digunakan sebagai bahan pelapis buah. Kitosan
diproduksi secara komersial melalui deasetilasi kitin yang merupakan elemen
struktural dalam eksoskeleton krustasea (kepiting, udang, dll) dan dinding sel
jamur (Ujang et al. 2011). Kitosan tidak larut dalam air sehingga harus digunakan
larutan pelapis yang terdiri atas asam organik lemah (asam asetat). Kitosan telah
terbukti dapat menjadi pengawet makanan alami, meskipun mekanisme
antimikroba yang terlibat belum dapat dijelaskan dengan baik. Diyakini bahwa
molekul bermuatan positif dari kitosan berinteraksi dengan molekul bermuatan
negatif dari membran sel mikroba yang selanjutnya menyebabkan perubahan
permeabilitas sel mikroba yang dapat menyebabkan kebocoran konstituen sel.
Pelapisan dengan kitosan mampu meningkatkan umur simpan dan menjaga
kualitas buah dan sayuran dengan mengurangi tingkat respirasi, menghambat
perkembangan mikroba, dan menunda pematangan. Kitosan dianggap sebagai
pelapis ideal untuk buah dan sayuran, terutama karena dapat membentuk lapisan
yang baik di permukaan produk dan dapat mengontrol pertumbuhan mikroba (No
et al. 2007).
Penggunaan kitosan sebagai pelapis dilaporkan mampu meningkatkan
ketahanan buah terhadap fungi. Pelapisan jeruk tangor dengan kitosan mampu
mempertahankan kekerasan buah, kandungan asam askorbat, dan kadar air. Selain
itu, buah yang dilapisi dengan kitosan menunjukkan resistensi terhadap serangan
fungi dan kualitas buah dapat dipertahankan lebih lama (Chien et al. 2007).
Penelitian Abdel-Kader et al. (2011) menunjukkan bahwa pelapisan dengan
menggunakan kitosan atau lilin carnauba pada buah grapefruit dapat digunakan
untuk menghambat pembusukan dan memberikan perlindungan yang lama
terhadap buah selama penyimpanan dan proses penanganan.
Kemasan Plastik
Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan hasil
pertanian yang pada umumnya mudah rusak akibat penanganan selama panen,
distribusi, maupun pemasaran. Fungsi kemasan menurut Smith et al. (2005)
adalah untuk menghimpun produk menjadi unit tertentu yang bertujuan untuk
memudahkan penanganan serta untuk melindungi produk selama distribusi,
penyimpanan, dan pemasaran. Kemasan modern untuk buah segar diharapkan
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu (a) kemasan harus memiliki kekuatan
mekanis yang cukup untuk melindungi produk selama penanganan dan
transportasi, (b) bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan kimia yang dapat
berpindah ke produk, (c) kemasan harus memenuhi persyaratan bobot, ukuran,
dan bentuk yang ditentukan oleh bagian penanganan dan pemasaran, (d) kemasan
harus dapat mendinginkan produk dengan cepat. Permeabilitas film plastik
terhadap gas tertentu juga dapat dijadikan salah satu persyaratan penting, (e)
keamanan kemasan serta kemudahan dibuka dan ditutup mungkin penting pada
beberapa situasi pemasaran, (f) kemasan harus menyediakan identitas produk, (g)
7
kemasan harus dapat menahan cahaya atau melewatkan cahaya, tergantung
kebutuhan, (h) kemasan dapat membantu dalam penyajian eceran, (i) kemasan
didesain sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembuangan, penggunaan
ulang, atau pendaurulangan, serta (j) biaya kemasan harus serendah mungkin.
Kemasan dapat tersusun dari berbagai jenis bahan, antara lain kayu, kain,
kertas, dan plastik. Plastik banyak digunakan sebagai bahan kemasan produk
hortikultura karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu relatif murah, merupakan
penghalang yang baik terhadap air dan gas, dapat disegel untuk mencegah
kebocoran, cocok untuk pengisian dengan kecepatan tinggi, kuat, memudahkan
penanganan, ringan, dan melekat erat dengan produk sehingga tidak
membutuhkan ruang yang banyak selama penyimpanan dan distribusi (Fellows
2000). Smith et al. (2005) membagi bahan kemasan plastik menjadi selulosa,
polietilen, polyester, poliamida, polipropilen, polistiren, polivinil klorida,
poliviniliden klorida, etilen vinil asetat, etilen vinil alkohol, dan ionomer.
Polietilen merupakan polimer yang paling umum digunakan pada kemasan
makanan. Polietilen diproduksi melalui polimerisasi etilen. Terdapat 3 jenis utama
plastik polietilen, yaitu high-density polyethylene (HDPE), low-density
polyethylene (LDPE), dan linear low-density polyethylene (LLDPE). Penggunaan
polietilen sebagai bahan kemasan dirangkum pada Tabel 1.
Tabel 1 Kemasan berbahan polietilen
Jenis Plastik
ULDPE (Ultra LowDensity Polyethylene)
LLDPE (Linear LowDensity Polyethylene)
LDPE (Low-Density
Polyethylene)
MDPE (Medium-Density
Polyethylene)
HDPE (High-Density
Polyethylene)
Penggunaan
Karung berkekuatan tinggi, karung goni, plastik
mulsa, kemasan untuk keju, daging, dan kopi
Kemasan makanan, karung berkekuatan rendahmedium, kemasan tekstil
Kemasan untuk produk pertanian, wrap, bubble wrap
Tas khusus untuk barang dagangan, amplop plastik,
kemasan untuk produk terolah minimal
Kemasan makanan (produk susu dan air minum),
kosmetika, produk medis, dan bahan kimia rumah
tangga
Sumber: McKeen (2013)
Menurut Smith et al. (2005) low-density polyethylene (polietilen densitas
rendah; LDPE) dapat disegel menggunakan panas, bebas bau, dan menyusut bila
dipanaskan. Film LDPE merupakan penghalang air yang baik namun memiliki
permeabilitas gas yang relatif tinggi. Plastik LDPE relatif lebih murah daripada
film plastik lainnya dan digunakan secara luas untuk berbagai pengemasan. Highdensity polyethylene (polietilen densitas tinggi; HDPE) memiliki rantai cabang
yang lebih sedikit daripada LDPE. Hal ini berakibat pada sifat yang lebih kuat,
lebih tebal, fleksibilitas dan transparansi yang lebih rendah, serta permeabilitas
terhadap gas dan air yang lebih buruk daripada LDPE. Linear low-density
polyethylene (polietilen densitas linear rendah; LLDPE) memiliki susunan
molekul yang lebih tinggi secara linear dan merupakan kombinasi transparansi
LDPE dan kekuatan HDPE. Menurut Fellows (2000), stretch-wrapping dapat
dilakukan dengan menggunakan film LDPE yang lebih tipis daripada shrinkwrapping (25-38 µm dibandingkan dengan 45-75 µm) atau menggunakan LLDPE
8
dengan ketebalan 17-24 µm. LLDPE memiliki kekuatan dan daya tahan yang
lebih baik daripada LDPE. Sifat menempel pada LDPE maupun LLDPE hanya
terdapat pada satu sisi untuk memaksimalkan pelekatan antara film dengan produk
dan meminimalkan pelekatan antar kemasan yang berdekatan.
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait penggunaan kemasan plastik
untuk memperpanjang daya simpan dan meningkatkan kualitas buah selama
distribusi dan pemasaran. Sonkar dan Ladaniya (1999) menyatakan bahwa
wrapping baik menggunakan heat-shrinkable (LDPE) maupun stretch-cling
(LLDPE) pada jeruk mandarin mampu menekan laju kehilangan air, respirasi,
pelunakan buah, dan asam tertitrasi total buah. Namun, penerimaan konsumen
secara umum dan rasa buah paling tinggi tercatat pada perlakuan stretch-cling
daripada heat-shrinkable. Rodov et al. (2000) menyatakan bahwa susut bobot
terendah dan kekerasan buah tertinggi tercatat pada perlakuan wrapping pada
grapefruit. Penggunaan plastik polietilen juga secara umum lebih baik untuk
mengontrol susut bobot daripada pelapisan menggunakan lilin. Tabatabaekoloor
(2012) melaporkan bahwa wrapping dengan menggunakan polietilen mampu
mempertahankan bobot buah jeruk Thompson selama penyimpanan. Wrapping
juga mampu mempertahankan kekerasan buah serta penampilan buah.
3 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2014. Percobaan
pada Muria Merah 1 (tanpa biji) dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2014,
sedangkan percobaan pada Muria Merah 2 (berbiji) dilakukan pada bulan AprilJuli 2014. Pemanenan buah dilakukan di Kudus, sedangkan pengujian kualitas
buah dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, IPB, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 2 kultivar pamelo, yang terdiri atas pamelo
berbiji dan tanpa biji. Kultivar pamelo berbiji yang digunakan adalah kultivar
Muria Merah 2 sedangkan kultivar pamelo tanpa biji yang digunakan adalah
Muria Merah 1. Bahan pelapis yang digunakan adalah lilin lebah dan kitosan
sedangkan bahan pengemas yang digunakan adalah plastik wrap. Analisis kualitas
buah dilakukan dengan menggunakan larutan iodium 0.01 N, larutan NaOH 0.1
N, aquades, phenolphthalein, dan larutan amilum 1%.
Alat yang digunakan yaitu penetrometer untuk mengukur kekerasan buah,
refraktometer untuk mengetahui padatan terlarut total, mikroskop, serta peralatan
titrasi untuk mengukur asam tertitrasi total dan kandungan vitamin C. Alat
penunjang lainnya yaitu alat pemanas, timbangan analitik, blender, kain saring,
pisau, cutter, gunting, label, dan alat tulis.
9
Metode
Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan terpisah, dimana pada setiap
percobaan dilakukan pelapisan dan pengemasan plastik pada buah pamelo. Pada
percobaan pertama dan kedua, pelapisan dan pengemasan plastik diaplikasikan
berturut-turut pada pamelo Muria Merah 2 (berbiji) dan Muria Merah 1 (tanpa
biji). Rancangan penelitian yang digunakan dalam masing-masing penelitian
adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktorial dengan dua faktor,
pelapisan dan pengemasan. Terdapat 4 taraf pelapisan; tanpa pelapis (W0),
pelapisan menggunakan 10% lilin lebah (W1), pelapisan menggunakan 5% lilin
lebah (W2), dan pelapisan menggunakan 1.5% kitosan (W3); dan 3 taraf
pengemasan; tanpa kemasan (P0), dikemas menggunakan plastik wrap kuning
transparan (P1), dan dikemas menggunakan plastik wrap putih transparan (P2).
Percobaan dilakukan dalam 3 ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan.
Terdapat 11 buah dalam setiap unit percobaan, dimana 3 buah digunakan untuk
analisis non-destruktif dan 8 buah digunakan untuk analisis destruktif. Total buah
yang dianalisis pada tiap kultivar adalah 396 buah. Model umum dari rancangan
percobaan tersebut adalah :
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan pelilinan ke-i, pengemasan ke-j, dan
ulangan ke-k
μ
= nilai rataan umum
αi
= pengaruh perlakuan pelilinan ke-i
βj
= pengaruh perlakuan pengemasan ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan pelilinan ke-i dan pengemasan ke-j
εijk = pengaruh galat percobaan pada perlakuan pelilinan ke-i, perlakuan
pengemasan ke-j, dan ulangan ke-k
i
= 1, 2, 3, 4
j
= 1, 2, 3
k
= 1, 2, 3
Data parametrik yang diperoleh diuji menggunakan uji F pada taraf nyata
(α) = 0.05. Jika hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh
secara signifikan, dilakukan uji lanjut Duncan multiple range test (DMRT). Data
non-parametrik yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.
Pelaksanaan Percobaan
Buah pamelo yang digunakan dalam penelitian ini dipetik di lahan petani
yang berada di Kudus pada umur buah 24 sampai 26 minggu setelah berbunga
(MSB). Buah yang dipetik diseragamkan berdasarkan ukuran dan warna kulit
buah. Setelah dipanen, dilakukan sortasi buah di lahan petani sebelum dilakukan
pengemasan. Buah yang telah dipanen kemudian dimasukkan ke dalam karung
plastik dan dikirim ke laboratorium. Buah dikirim menggunakan transportasi darat
dengan jasa pengiriman ekspedisi selama 1 hari pada suhu ruang (27 sampai
30 °C) menuju Bogor. Setelah tiba (2 hari setelah panen), buah disortasi supaya
seragam dan bebas dari kerusakan fisik. Setelah proses sortasi, buah dicuci dengan
air dan dikeringanginkan selama semalam. Langkah selanjutnya adalah aplikasi
10
pelapisan pada buah dengan merendam buah di dalam larutan pelapis selama 60
detik, kemudian buah dikeringanginkan selama ± 24 jam dan dikemas. Buah
pamelo disimpan dalam ruangan dengan kisaran suhu 24 sampai 27 °C dengan
kelembaban 70 sampai 80%.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter fisik, kimia, dan sensori.
Karakter fisik terdiri atas susut bobot, kelunakan, dan pengamatan visual buah.
Karakter kimia terdiri atas padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT),
rasio PTT:ATT, dan kandungan vitamin C. Karakter sensori dilakukan untuk
mengetahui kesukaan panelis terhadap rasa dan penampilan buah. Pengamatan
karakter eksternal dan internal dilakukan setiap 2 minggu, mulai dari 0 minggu
setelah perlakuan (MSP) hingga 12 MSP. Uji organoleptik dilakukan pada 4, 8,
dan 12 MSP.
1. Karakter Fisik
Susut Bobot
Buah pamelo yang telah dikemas diamati perubahan bobotnya dengan cara
mengukur dengan menggunakan timbangan analitik. Penghitungan susut bobot
dilakukan berdasarkan persentase penurunan bobot buah sejak awal penyimpanan
hingga akhir penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut
bobot adalah sebagai berikut:
Wo-Wt
x 100%
Susut bobot (%) =
Wo
Dimana:
Wo = bobot buah pada 0 MSP (g)
Wt = bobot buah pada t MSP (g)
Kelunakan Buah
Pengukuran kelunakan buah dilakukan dengan alat penetrometer elektrik,
berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap kulit pamelo. Nilai kelunakan
diperoleh dari rata-rata 3 kali pengukuran, masing-masing pada ujung, tengah, dan
pangkal buah. Tusukan dilakukan selama 5 detik, dengan beban yang digunakan
adalah 50 g. Angka yang terbaca setelah penusukan selama 5 detik dinyatakan
sebagai tingkat kelunakan buah dan dinyatakan dalam mm (50 g)-1 (5 detik)-1.
Semakin besar angka yang diperoleh, semakin tinggi tingkat kelunakan buah.
Pengamatan Visual
Pengamatan dilakukan dengan membagi buah menjadi 8 bagian kemudian
diamati tingkat kekerutan kulit buah dan warna kulit buah. Persentase kekerutan
dan warna kuning digunakan untuk menilai tingkat kekerutan buah. dan warna
kulit buah
2. Karakter Kimia
Padatan Terlarut Total (PTT)
Padatan terlarut total diukur dengan menggunakan refraktometer digital.
Daging buah yang diamati diambil sarinya lalu diteteskan pada lensa
refraktometer (AOAC 1995). Angka yang diperoleh dinyatakan dalam °Brix.
11
Asam Tertitrasi Total (ATT)
Daging buah pamelo dihaluskan kemudian disaring dengan menggunakan
kain saring untuk mendapatkan sarinya. Kemudian diambil 10 g sari buah pamelo
dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml kemudian dilarutkan dengan aquades
sampai tanda tera lalu dikocok. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat dan diberi 3 tetes
indikator phenolphthalein kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N
sampai berubah warna menjadi merah muda (pink) (AOAC 1995). Penghitungan
asam tertitrasi total dilakukan dengan menggunakan rumus:
ATT (%) =
V x N x fp x BE
x 100%
W
Dimana:
ATT = Asam Tertitrasi Total (%)
V
= volume NaOH 0.1 N (ml)
N
= normalitas larutan NaOH
fp
= faktor pengencer (volume labu takar/ml filtrat yang diambil)
BE = bobot ekuivalen
W = bobot contoh (g)
Rasio PTT:ATT
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara kandungan PTT dan
ATT setiap perlakuan.
Kandungan Vitamin C
Pengukuran kandungan vitamin C (asam askorbat) dilakukan berdasarkan
metode titrasi iodium. Sari buah jeruk diambil sebanyak 25 ml dan ditera ke
dalam 250 ml dengan menambahkan aquades. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat
dengan pipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berukuran 100 ml.
Setelah itu ditambahkan 2 ml larutan amilum 1% sebagai indikator. Kemudian
dititrasi dengan 0.01 N larutan iodium standar sampai terbentuk warna biru ungu
yang konstan (AOAC 1995). Kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus:
Vit. C (mg/100g bahan) =
ml I2 0.01 N x 0.88 x fp x 100
bobot contoh (g)
3. Karakter Sensori
Pelaksanaan uji organoleptik mengacu pada Rienoviar dan Nashrianto
(2010). Pengujian organoleptik dilakukan oleh 20 orang panelis tidak terlatih,
dimana panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap
tingkat kesukaan atau ketidaksukaan. Uji hedonik dilakukan terhadap peubah
kemanisan, kemasaman, kemulusan kulit, dan warna kulit buah pamelo pada 5
skala kesukaan, dimana 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 =
suka, dan 5 = sangat suka.
12
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses metabolisme yang terjadi selama penyimpanan menyebabkan
berbagai perubahan kualitas buah. Terjadi peningkatan susut bobot dan
peningkatan kelunakan kulit buah pamelo kultivar terpilih sepanjang periode
penyimpanan. Perubahan visual juga terjadi pada kulit buah, yaitu perubahan
warna kulit dari kehijauan pada awal penyimpanan menjadi kekuningan pada
akhir penyimpanan. Terjadi peningkatan kekerutan kulit buah pamelo dari mulus
menjadi keriput. Perubahan kimiawi juga terjadi selama periode penyimpanan,
yaitu peningkatan kadar PTT dan rasio PTT:ATT serta penurunan kadar ATT dan
kandungan vitamin C. Tingkat kesukaan panelis terhadap kualitas rasa dan
kualitas visual buah juga mengalami penurunan seiring bertambahnya periode
penyimpanan.
Buah tanpa pelapis dan buah yang dilapisi dengan kitosan hanya dapat
disimpan hingga 8 MSP pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah
tanpa biji. Perlakuan pelapisan lilin lebah dan wrapping mampu memperpanjang
masa simpan buah pamelo pamelo Muria Merah berbiji hingga 12 MSP dan buah
pamelo Muria Merah tanpa biji hingga 10 MSP. Menurut Pascall dan Lin (2013)
kitosan merupakan pelapis dengan bahan dasar polisakarida yang memiliki sifat
menahan oksigen yang baik tetapi merupakan penghalang air yang buruk,
sedangkan lilin lebah merupakan pelapis dengan bahan dasar lipid dan mampu
menahan kelembaban dengan baik. Kemampuan menahan air yang kurang baik
pada pelapis kitosan menyebabkan kehilangan air yang besar yang selanjutnya
menurunkan daya simpan buah.
Karakter Fisik
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa susut bobot buah pamelo semua
kultivar meningkat sepanjang periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dan
wrapping secara umum mampu mempertahankan bobot buah selama periode
penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan menggunakan lilin lebah memiliki
buah dengan susut bobot 18.37%, dan 18.09% berturut-turut pada kultivar Muria
Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada akhir periode penyimpanan.
Perlakuan wrapping juga mampu mempertahankan bobot buah. Buah pamelo
kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji berturut-turut memiliki
susut bobot 17.10%, dan 18.09% (Tabel 2 dan Tabel 3).
Hasil yang serupa dijumpai pada grapefruit (Rodov et al. 2000), jeruk
manis (Shahid dan Abbasi 2011), dan tangerine (Boonyakiat et al. 2012; Hassan
et al. 2014). Buah yang diberi perlakuan pelapisan memiliki persentase susut
bobot lebih rendah daripada buah yang tidak dilapis. Perlakuan pengemasan
plastik pada lemon (Cohen et al. 1990; Piga et al. 1997), mandarin (Tariq et al.
2004), dan jeruk manis (D’Aquino et al. 2001; Rab et al. 2010; Tabatabaekoloor
2012) juga dilaporkan menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap
penghambatan laju susut bobot buah.
Susut bobot terutama terjadi akibat kehilangan air melalui proses
transpirasi. Tingginya laju transpirasi menyebabkan desikasi, layu, menurunnya
kekerasan buah, dan menurunkan kualitas visual buah akibat pengerutan. Menurut
13
Ladaniya (2008), buah jeruk mengandung 80-85% air dan kulit buah jeruk
kehilangan air lebih cepat daripada daging buah selama penyimpanan. Pelapisan
dan pengemasan mampu menekan laju transpirasi buah sehingga laju kehilangan
air dapat ditekan dan mempertahankan kualitas visual buah. Pelapisan dan
pengemasan berfungsi sebagai penghalang antara buah dengan lingkungan luar.
Adanya penghalang ini menghambat kehilangan air dari dalam buah dan
selanjutnya menekan susut bobot buah.
Tabel 2 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo
Muria Merah berbiji sepanjang periode penyimpanan
Perlakuan
2
Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan)
4
6
8
10
12
Pelapisan
Tanpa Pelapisan
12.34 a
14.21 a
18.17 a
22.12 a
Lilin Lebah 10%
6.28 b
7.28 b
9.02 b
10.30 b 14.00 a 19.90 a
Lilin Lebah 5%
6.84 b
7.95 b
9.59 b
12.22 b 14.84 a 16.83 a
Kitosan
11.68 a
13.41 a
17.60 a
20.85 a
Pengemasan
Tanpa Wrapping
12.09 a
13.96 a
17.99 a
21.75 a
Wrap Kuning
7.08 b
8.10 c
10.31 c
13.28 b 14.05 a 16.10 a
Wrap Putih
8.68 b
10.08 b
12.49 b
14.43 b 14.82 a 18.10 a
Interaksi
*
*
*
*
tn
tn
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu
Setelah Perlakuan.
Tabel 3 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo
Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan
Perlakuan
2
Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan)
4
6
8
10
Pelapisan
Tanpa Pelapisan
11.41 a
16.26 a
19.90 a
24.84 a
Lilin Lebah 10%
5.84 c
7.26 d
10.50 d
14.70 c
18.05 a
Lilin Lebah 5%
7.60 b
10.54 c
12.20 c
16.14 c
18.14 a
Kitosan
10.89 a
13.83 b
18.38 b
22.00 b
Pengemasan
Tanpa Wrapping
10.49 a
14.78 a
19.26 a
23.19 a
Wrap Kuning
7.73 b
10.16 b
12.87 b
17.66 b
17.98 a
Wrap Putih
8.59 b
10.98 b
13.62 b
17.41 b
18.20 a
Interaksi
**
*
(Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘MURIA MERAH’ BERBIJI DAN TANPA BIJI
DAN UPAYA MEMPERBAIKI DAYA SIMPANNYA
TITISTYAS GUSTI AJI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakteristik Buah Jeruk
Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan
Upaya Memperbaiki Daya Simpannya adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Titistyas Gusti Aji
NIM A252120311
RINGKASAN
TITISTYAS GUSTI AJI. Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.)
Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki Daya
Simpannya. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO, DEWI SUKMA, dan
SINTHO WAHYUNING ARDIE.
Indonesia memiliki banyak kultivar pamelo yang berpotensi untuk
dikembangkan, di antaranya ada kultivar berbiji, potensial tidak berbiji, dan tanpa
biji. Penanganan pascapanen yang tepat dibutuhkan agar buah berkualitas tinggi
dapat tersedia lebih lama di pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1)
mengevaluasi perubahan fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan
tanpa biji dengan aplikasi pelapisan dan pengemasan selama penyimpanan, dan 2)
mengidentifikasi pengaruh pelapisan dan pengemasan serta interaksinya terhadap
umur simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB, dari bulan April sampai Agustus 2014. Penelitian terdiri
atas 2 percobaan terpisah, dimana pada setiap percobaan dilakukan pelapisan dan
wrapping pada buah pamelo. Pada percobaan pertama dan kedua, pelapisan dan
pengemasan plastik diaplikasikan berturut-turut pada pamelo Muria Merah 2
(berbiji) dan Muria Merah 1 (tanpa biji). Rancangan percobaan yang digunakan
dalam masing-masing percobaan adalah rancangan kelompok lengkap teracak
faktorial dengan dua faktor, pelapisan dan pengemasan. Faktor pertama adalah
pelapisan terdiri atas tanpa pelapisan, lilin lebah 10%, lilin lebah 5%, dan kitosan.
Faktor kedua adalah wrapping terdiri atas tanpa wrapping, wrapping dengan
plastik wrap kuning bening, dan wrapping dengan plastik wrap putih bening.
Buah pamelo menunjukkan peningkatan susut bobot, PTT, dan rasio
PTT:ATT dan penurunan kekerasan buah, ATT, dan vitamin C selama
penyimpanan pada suhu kamar. Buah pamelo Muria Merah berbiji memiliki
penurunan bobot, kelunakan kulit buah, tingkat warna kuning pada kulit, tingkat
kekerutan kulit, ATT, dan rasio PTT:ATT yang lebih tinggi sedangkan PTT dan
vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan pamelo Muria Merah tanpa biji
sepanjang periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan lilin lebah baik 5%
dan 10% dikombinasikan wrapping dengan plastik wrap secara signifikan
menekan susut bobot buah dan mempertahankan kekerasan buah dibandingkan
dengan perlakuan kontrol (tanpa pelapisan dan wrapping). Namun, pelapisan dan
wrapping tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas internal buah pamelo
Muria Merah berbiji dan tanpa biji. Berdasarkan susut bobot, kekerasan buah, dan
preferensi panelis, lilin lebah 5% dan 10% dapat digunakan untuk perlakuan
pelapisan. Plastik wrap kuning bening dan putih bening juga dapat digunakan
untuk mempertahankan kualitas buah selama penyimpanan. Pelapisan dengan lilin
lebah 5% atau 10% yang dikombinasikan dengan wrapping dengan plastik wrap
kuning bening atau putih bening dapat memperpanjang masa simpan buah pamelo
Muria Merah berbiji hingga 4 minggu dan Muria Merah tanpa biji hingga 2
minggu, serta mempertahankan kualitas buah pamelo selama penyimpanan
Kata kunci: pelapisan, pengemasan plastik, kualitas fisik buah, kualitas kimia
buah
SUMMARY
TITISTYAS GUSTI AJI. Characterictics of Seeded and Seedless ‘Muria Merah’
Pummelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Fruit and Efforts to Improve Its Shelf Life.
Supervised by SLAMET SUSANTO, DEWI SUKMA, dan SINTHO
WAHYUNING ARDIE.
Indonesia has many pummelo cultivars that are potential to be developed,
among them there are seeded, potential seedless, and seedless cultivars. Proper
postharvest handling is needed so that high quality fruits can be available longer
in the market. The aims of this study were: 1) to evaluate the physical and
chemical change of seeded and seedless Muria Merah pummelo fruit with waxing
and wrapping application during storage, and 2) to identify the effect of waxing
and wrapping as well as its interaction on shelf life of seeded and seedless Muria
Merah pummelo fruit. This research was conducted at Postharvest Laboratory,
Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB, Bogor,
from April until August 2014. This study consisted of 2 experiments, and in each
experiment, coating and plastic packaging were applied on pummelo fruit. In the
first and second experiment, coating and plastic packaging were applied to Muria
Merah 2 (seeded) and Muria Merah 1 (seedless), respectively. The research design
used in each group is complete randomized factorial design with two factors,
waxing and packaging. This research was arranged in a randomized complete
block design with two factors and three replications. The first factor was waxing
treatment consisted of without waxing, 10% bees wax, 5% bees wax, and chitosan.
The second factor was wrapping treatment consisted of without wrapping,
wrapping using transparent yellow plastic wrap, and wrapping using transparent
white plastic wrap.
Pummelo showed an increase in weight loss, TSS, and TSS:TA ratio and a
decrease in fruit firmness, TA, and vitamin C storage in room temperature. Seeded
Muria Merah showed higher weight loss, yellow peel, wrinkled peel, ATT content,
and PTT:ATT ratio than seedless Muria Merah during storage. Seeded Muria
Merah has lower fruit firmness, PTT content, and vitamin C content than seedless
Muria Merah. Waxing treatment using 5% and 10% bees wax or wrapping
treatment using plastic wraps significantly suppressed weight loss and maintained
the firmness of pummelo fruit compared to the control treatment (without waxing
and wrapping). However, waxing and wrapping treatments did not significantly
affect the internal quality of Muria Merah pummelo fruit. Based on the fruit’s
weight loss, fruit firmness, and panelist preferences, 5% and 10% bees wax can be
used as coating treatment. Both transparent yellow and white plastic wrap can also
be used to maintain fruit weight, firmness, and appearance during storage. Coating
using 10% or 5% bess wax which combined with wrapping using transparent
yellow or transparent white plastic wrap can extend the shelf life of seeded Muria
Merah fruit until 4 weeks and seedless Muria Merah fruit until 2 weeks and
maintain its quality during storage.
Keywords: coating, plastic packaging, fruit physical properties, fruit chemical
properties
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KARAKTERISTIK BUAH JERUK PAMELO
(Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘MURIA MERAH’ BERBIJI DAN TANPA BIJI
DAN UPAYA MEMPERBAIKI DAYA SIMPANNYA
TITISTYAS GUSTI AJI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Ketty Suketi, MSi
Judul Tesis : Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck)
‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki
Daya Simpannya.
Nama
: Titistyas Gusti Aji
NIM
: A252120311
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc
Ketua
Dr Dewi Sukma, SP MSi
Anggota
Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Maya Melati, MS, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 2 September 2016
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Agustus 2014 ini
adalah pascapanen, dengan judul Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis
(L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki
Daya Simpannya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, dan
Dr Dewi Sukma, SP MSi serta Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi
selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan, saran, dan motivasi
kepada penulis.
2. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku Ketua Program Studi Agronomi dan
Hortikultura atas bimbingan dan arahan kepada penulis.
3. Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku penguji luar komisi atas saran dan arahan
kepada penulis.
4. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dana penelitian yang
dibiayai oleh DIKTI melalui Hibah Penelitian Kompetensi Nasional Tahun
2014 yang diketuai oleh Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc.
5. Mama Endang Siswati, Papa Sumarsono, Adik Ciptaning Weargo Jati,
Adik Linuwih Aluh Prastiti, serta keluarga atas doa, dukungan, bantuan,
dan kasih sayang untuk penulis.
6. Bapak Agus dan Ibu Ismi selaku staf Laboratorium Pascapanen
Departemen AGH IPB yang telah banyak membantu selama penelitian.
7. Bapak Sukimin beserta keluarga di Magetan, Bapak Sujadi beserta
keluarga di Kudus atas bantuan dan dukungan untuk penulis.
8. Wahyu Fikrinda, Atika Romalasari, Ummu Kalsum, Hafith Furqoni, dan
teman-teman Pascasarjana AGH 2012 atas dukungan, bantuan, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis.
9. Mas Satrio Harjono atas doa dan motivasi untuk penulis.
Naskah tesis ini sebagian telah dimasukkan ke jurnal AGRIVITA. Penulis
berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, September 2016
Titistyas Gusti Aji
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
v
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian
1
1
2
3
3
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pamelo
Pelapisan
Kemasan Plastik
3
3
4
6
3 METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Metode
Pelaksanaan Percobaan
8
8
8
9
9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter Fisik
Karakter Kimia
Karakter Sensori
12
12
21
25
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
28
28
29
DAFTAR PUSTAKA
29
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL
1. Kemasan berbahan polietilen
2. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji sepanjang periode
penyimpanan
3. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%)
buah pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode
penyimpanan
4. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji
pada 2-8 MSP
5. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm
(50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji pada 012 MSP
6. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm
(50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah tanpa biji pada
0-10 MSP
7. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50
g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria
Merah tanpa biji pada 2-8 MSP
8. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode
penyimpanan
9. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%)
buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode
penyimpanan
10. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%)
buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji
pada 2-8 MSP
11. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah
pamelo Muria Merah berbiji selama periode penyimpanan
12. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah
pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan
13. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit (%
kuning) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah
tanpa biji pada 2-8 MSP
14. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan
kemasaman buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode
penyimpanan
15. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan
kemasaman buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama
periode penyimpanan
16. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit dan
kekerutan buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode
penyimpanan
7
13
13
14
15
15
16
17
17
19
20
20
21
26
26
27
17. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit dan
kekerutan buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode
penyimpanan
27
DAFTAR GAMBAR
1. Buah pamelo Muria Merah berbiji dengan berbagai kombinasi
perlakuan pada 8 MSP
2. Buah pamelo Muria Merah tanpa biji dengan berbagai
kombinasi perlakuan pada 8 MSP
3. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kandungan PTT
dan ATT buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b)
dan Muria Merah tanpa biji (c dan d). PTT ATT
4. Pengaruh pelapisan (kiri) dan wrapping (kanan) terhadap rasio
PTT:ATT buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b)
dan Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama periode
penyimpanan
5. Pengaruh pelapisan (kiri) dan wrapping (kanan) terhadap
kandungan vitamin C buah pamelo kultivar Muria Merah
berbiji (a dan b) dan Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama
periode penyimpanan
18
18
22
24
25
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) merupakan salah satu dari 60 jenis
tanaman buah yang menjadi komoditas binaan Direktorat Jenderal Pertanian
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No: 511/Kpts/PD.310/9/2006. Pamelo
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia karena karakteristiknya yang khas,
yaitu berukuran besar, memiliki rasa segar, dan masa simpan yang lama (Susanto
2004). Selain keunggulan tersebut, pamelo juga mengandung zat-zat yang
bermanfaat bagi tubuh. Tsai et al. (2007) menyatakan bahwa jus pamelo adalah
sumber antioksidan, termasuk di dalamnya vitamin C, fenolik, dan karotenoid,
dan menunjukkan kemampuan pengikatan yang baik terhadap berbagai bentuk
radikal bebas. Penelitian Oyedepo (2012) menyebutkan bahwa buah pamelo
memiliki sifat hipoglikemik dan hipolipidemik, sehingga berguna untuk
menurunkan kadar gula darah dan menurunkan kadar lipid dalam darah.
Di Indonesia terdapat banyak kultivar pamelo, antara lain Giri Matang,
Merah Asam, Putih Asam, Cikoneng ST, Muria Merah, Muria Putih, Bageng Taji,
Nambangan, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Merah, Bali Putih, Jawa,
Gulung, Maria Sigola-gola, Pangkep Merah, dan Pangkep Putih (Susanto et al.
2013). Selain itu dikenal pula pamelo Raja, Ratu dan Pangkep (Direktorat
Tanaman Buah 2003), dan berbagai aksesi yang belum dilepas sebagai varietas.
Diantara beragam kultivar pamelo yang terdapat di Indonesia, terdapat beberapa
yang potensial menghasilkan buah tanpa biji. Aksesi pamelo berbiji antara lain
adalah Cikoneng, Jawa 2, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Putih, dan
Muria Merah 2. Aksesi potensial tidak berbiji antara lain adalah Nambangan dan
Bali Merah 1, sedangkan aksesi pamelo tidak berbiji adalah Jawa 1, Bali Merah
2, Bageng Taji, dan Muria Merah 1 (Rahayu 2012). Muria Merah merupakan
kultivar pamelo yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Menurut Susanto et al. (2013) terdapat beberapa kultivar Muria Merah, yaitu
Muria Merah 1, Muria Merah 2, dan Muria Merah 3. Muria Merah 1 merupakan
kultivar yang paling banyak dibudidayakan di Kudus dan merupakan kultivar
yang menghasilkan buah tanpa biji. Kultivar Muria Merah 2 dan Muria Merah 3
merupakan jenis kultivar berbiji dan relatif jarang dibudidayakan di Kudus. Buah
pamelo Muria Merah 1 memiliki daging buah yang lembut berwarna merah muda,
dengan rasa manis dan mengandung banyak air. Buah ini memiliki proporsi dapat
dimakan sebesar 52.2%. Buah pamelo Muria Merah 2 memiliki daging buah
berwarna merah muda putih dengan rasa asam dan proporsi dapat dimakan
sebesar 42.9%. Buah pamelo Muria Merah 1 dan Muria Merah 2 memiliki potensi
untuk dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu pangan fungsional. Menurut
Tsai et al. (2007), pamelo berdaging buah merah merupakan sumber antioksidan
yang baik dan menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menangkap berbagai
jenis radikal bebas.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperpanjang masa
simpan buah adalah pelapisan. Lilin lebah dan kitosan termasuk pelapis edibel
yang banyak digunakan sebagai bahan pelapis. Menurut Pavlath dan Orts (2009),
pelapis edibel merupakan semua jenis bahan yang digunakan sebagai pelapis atau
2
pembungkus berbagai makanan yang bertujuan untuk memperpanjang umur
simpan produk, yang dapat dikonsumsi bersama-sama dengan makanan baik
dengan maupun tanpa pembuangan lapisan tersebut. Pelapisan lilin mampu
mempertahankan kualitas fisik dan kimia buah pamelo kultivar Nambangan
(Siahaan 1998) dan buah jeruk manis kultivar Blood Red (Shahid dan Abbasi
2011). Penggunaan kitosan sebagai pelapis juga mampu meningkatkan ketahanan
buah terhadap cendawan. Pelapisan dengan kitosan mampu mempertahankan
kualitas buah jeruk tangor (Chien et al. 2007) dan grapefruit (Abdel-Kader et al.
2011) selama penyimpanan.
Metode pengemasan plastik juga dapat diaplikasikan untuk menjaga
kualitas buah selama penyimpanan. Pengemasan buah dengan film polimer yang
memiliki permeabilitas terhadap gas tertentu menciptakan kondisi atmosfer
termodifikasi di sekitar produk. Hal ini memungkinkan kontrol gas dan
selanjutnya dapat mempengaruhi proses fisiologis buah (Lange 2000). Rusmono
(1999) melaporkan bahwa plastik white stretch dan stretch memiliki permeabilitas
yang berbeda terhadap gas oksigen dan karbondioksida yang kemudian
mempengaruhi masa simpan buah-buahan. Wrapping yang diaplikasikan pada
tangelo mampu memberikan efek menguntungkan tidak hanya menjaga kualitas
namun juga meningkatkan sifat organoleptik buah (D’Aquino et al. 1998). Sonkar
dan Ladaniya (1999) melaporkan bahwa wrapping baik menggunakan heatshrinkable (LDPE) maupun stretch-cling (LLDPE) pada jeruk mandarin mampu
menekan laju kehilangan air, respirasi, pelunakan buah, dan asam tertitrasi total
buah. Pengemasan juga berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk
membeli suatu produk. Menurut Silayoi dan Speece (2007), penilaian konsumen
terhadap kualitas produk sebagian besar dipengaruhi oleh karakteristik produk
yang tercermin dari kemasan. Terdapat segmentasi yang kuat pada konsumen
terhadap unsur-unsur kemasan. Sebagian besar konsumen berorientasi pada
estetika visual, sementara segmen kecil berfokus pada detil produk pada label.
Chandran et al. (2009) menyatakan bahwa opasitas (keburaman) kemasan
mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membeli dan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap kualitas. Penggunaan plastik transparan memungkinkan
konsumen untuk melihat kualitas visual dan menilai karakteristik suatu produk.
Sampai saat ini kajian penanganan pascapanen jeruk pamelo di Indonesia
masih terbatas. Pengetahuan mengenai karakteristik pascapanen dan metode
penanganan buah diperlukan untuk mempertahankan kualitas buah dan
memperpanjang umur simpan buah pamelo. Berbagai teknologi untuk
memperlambat kemunduran pascapanen dapat dikembangkan dengan memahami
karakteristik alami buah dan kemunduran mutu pascapanen yang terjadi.
Perumusan Masalah
Indonesia memiliki beragam kultivar pamelo, di antaranya terdapat
kultivar berbiji, potensial tidak berbiji, dan tanpa biji. Adanya sifat musiman buah
berakibat pada kebutuhan akan penanganan pascapanen yang tepat agar buah
dapat tersedia di pasar dalam waktu yang lebih lama. Selama penyimpanan, buah
pamelo mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun kimia. Pengetahuan
mengenai perubahan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo selama
penyimpanan dibutuhkan untuk mengembangkan berbagai teknologi pascapanen
3
untuk menghambat kemunduran mutu pascapanen. Salah satu metode untuk
mempertahankan kualitas buah setelah dipanen adalah pelapisan dan pengemasan
plastik. Informasi mengenai pelapisan dan pengemasan plastik dalam
meningkatkan daya simpan buah pamelo masih terbatas. Potensi keragaman
pamelo Indonesia dan metode penanganan pascapanen yang tepat merupakan
informasi yang berarti bagi berbagai pihak terkait untuk meningkatkan daya
simpan buah dan mempertahankan kualitas buah selama penyimpanan.
Tujuan Penelitian
1.
2.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengevaluasi perubahan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria
Merah berbiji dan tanpa biji yang diberi pelapisan dan dikemas plastik selama
penyimpanan.
Mengidentifikasi pengaruh pelapisan dan pengemasan plastik serta
interaksinya terhadap daya simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan
tanpa biji.
Hipotesis
1.
2.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
Terdapat perbedaan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah
berbiji dan tanpa biji yang diberi pelapisan dan dikemas plastik selama
penyimpanan.
Terdapat setidaknya satu jenis pelapis dan pengemasan plastik yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan daya simpan buah
pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan informasi mengenai perubahan
karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji
selama penyimpanan. Informasi mengenai metode pascapanen, terutama pelapisan
dan pengemasan plastik, serta pengaruhnya terhadap peningkatan daya simpan
buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji juga dapat diperoleh melalui
penelitian ini.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pamelo
Pamelo berasal dari Malesia, kemudian menyebar ke Indo-Cina, Cina
Selatan, Jepang Selatan, India Barat, Mediterania dan Amerika Tropik
(Niyomdham 1992). Di Indonesia, sentra produksi pamelo utama terdapat di
Kabupaten Magetan, sedangkan sentra produksi potensial antara lain di
4
Kabupaten Sumedang, Pati, Kudus, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dan
Bireun (Aceh) (Rahayu 2012).
Buah pamelo berukuran besar, dengan diameter rata-rata 15-22 cm,
bahkan ada yang lebih dari 30 cm, dengan warna kulit kuning. Daging buah
berwarna putih, kekuningan atau merah muda. Bobot buah rata-rata sekitar 1-2 kg,
kadang-kadang dapat mencapai 9 kg (Christman 2008). Biji pamelo tidak banyak,
berukuran besar dengan permukaan keriput, warnanya kekuningan, dan memiliki
embrio tunggal (Niyomdham 1992). Buah pamelo berbiji umumnya berbentuk
spheroid (seperti bola), dan ellipsoid, sedangkan yang tidak berbiji berbentuk
pyriform (seperti buah pir). Kondisi ini membuat buah pamelo tidak berbiji tidak
selalu memiliki bagian dapat dimakan yang lebih besar dibanding buah berbiji,
karena pada bentuk pyriform bagian atas buah hanya berisi mesokarp dan epikarp
(Rahayu 2012).
Di Indonesia terdapat banyak kultivar pamelo, antara lain Giri Matang,
Merah Asam, Putih Asam, Cikoneng ST, Muria Merah, Muria Putih, Bageng Taji,
Nambangan, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Merah, Bali Putih, Jawa,
Gulung, Maria Sigola-gola, Pangkep Merah, dan Pangkep Putih (Susanto et al.
2013). Selain itu dikenal pula pamelo Raja, Ratu dan Pangkep (Direktorat
Tanaman Buah 2003), dan berbagai aksesi yang belum dilepas sebagai varietas.
Diantara beragam aksesi pamelo yang ada di Indonesia, terdapat aksesi berbiji,
potensial tidak berbiji, dan tidak berbiji. Aksesi pamelo berbiji antara lain adalah
Cikoneng, Jawa 2, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Putih, dan Muria
Merah 2. Aksesi potensial tidak berbiji antara lain adalah Nambangan dan Bali
Merah 1, sedangkan aksesi pamelo tidak berbiji adalah Jawa 1, Bali Merah 2,
Bageng Taji, dan Muria Merah 1 (Rahayu 2012).
Muria Merah 1 merupakan kultivar yang paling banyak dibudidayakan di
Kudus, Jawa Tengah. Kultivar pamelo ini berbentuk pyriform dan memiliki bobot
per buah antara 1.2-2.4 kg. Kulit buah bagian luar berwarna hijau kekuningan
dengan ketebalan albedo 15.8-27.8 mm. Daging buahnya lembut berwarna merah
muda dengan jumlah biji 0-10 per buah. Buah ini mengandung vitamin C sebesar
50.27 mg (100 g daging buah)-1, ATT 0.50%, dan PTT 9.8°Brix. Muria Merah 2
berbentuk pyriform dan memiliki bobot per buah antara 1.2-2.2 kg. Kulit buah
bagian luar berwarna hijau kekuningan dan ketebalan albedo 11.0-16.5 mm.
Daging buah berwarna merah muda putih dan jumlah biji 78-194 per buah. Muria
Merah 2 memiliki kandungan vitamin C sebesar 31.5 mg (100 g daging buah)-1,
ATT 0.52%, dan PTT 8.7°Brix (Susanto et al. 2013).
Suatu tanaman dianggap menghasilkan buah tidak berbiji jika mampu
menghasilkan buah tanpa biji sama sekali, biji mengalami aborsi, atau memiliki
sejumlah biji yang tereduksi. Jeruk disebut tidak berbiji jika jumlah biji per buah
kurang dari lima (Varoquaux et al. 2000) dan disebut berbiji sedikit bila jumlah
biji kurang dari 10 (Altaf dan Khan 2007). Pada pamelo yang berukuran besar
dengan jumlah juring relatif banyak (9-19 juring per buah), masih dianggap tidak
berbiji jika jumlah biji per buah kurang dari 10 (Rahayu 2012).
Pelapisan
Pelapis yang dapat dimakan (edible) dapat didefinisikan sebagai pengemas
primer yang dibuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan. Bahan pengemas edible
5
dapat dibuat dari polisakarida, protein, dan lemak. Menurut Pavlath dan Orts
(2009), pelapis edible merupakan semua jenis bahan yang digunakan sebagai
pelapis atau pembungkus berbagai makanan yang bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk, yang dapat dikonsumsi bersama-sama
dengan makanan baik dengan maupun tanpa pembuangan lapisan tersebut. Edible
film mampu mencegah kehilangan air dan secara selektif memungkinkan
pertukaran gas-gas yang penting, seperti oksigen dan karbon dioksida, yang
terlibat dalam proses respirasi.
Bahan pelapis terdiri atas polisakarida, lemak, protein, atau resin. Pelapis
polisakarida bersifat hidrofilik dan intermediet di antara bahan pelapis dalam hal
pertukaran gas dan merupakan penghalang yang kurang baik terhadap kehilangan
air. Di antara pelapis berbahan polisakarida adalah turunan selulosa, turunan gums
(getah), pati, kitosan, pektin, dan karagenan. Pelapis berbahan lemak cenderung
bersifat lebih permeabel terhadap gas namun mampu menyediakan penghalang
yang lebih baik terhadap uap air. Pelapis berbahan lemak terdiri atas lilin dan
minyak, di mana pelapis lilin termasuk lilin lebah, carnauba, candelilla, parafin,
dan shellac, sedangkan pelapis minyak termasuk minyak sayuran (jagung, kedelai,
dan palem-paleman), asam oleat, dan asam asetogliserat. Pelapis berbahan protein
memiliki sifat hidrofilik dan terdiri atas protein hewani dan protein nabati. Pelapis
protein hewani di antaranya adalah gelatin, telur, whey (air dadih), dan kasein,
sedangkan pelapis protein nabati termasuk zein jagung, gluten gandum, kacang
tanah, dan kedelai (Olivas dan Barbosa-Canovas 2009; Baldwin dan Hagenmaier
2012). Pelapis berbahan resin merupakan pelapis yang paling tidak permeabel
terhadap gas dan intermediet dalam hal resistensi terhadap uap air. Pelapis
berbahan resin di antaranya adalah wood rosin dan coumarone indene resin
(Baldwin dan Hagenmaier 2012).
Lilin lebah merupakan hasil sekresi lebah madu saat membangun sarang
lebah. Lilin ini diambil dengan cara mensentrifugasi madu yang berasal dari lilin
sarang lebah kemudian melelehkannya dengan menggunakan air panas,
penguapan, atau penjemuran. Lilin ini kemudian disempurnakan dengan tanah
diatom dan karbon aktif, dan akhirnya diputihkan dengan permanganat atau
bikromat. Lilin lebah bersifat sangat plastis pada suhu ruang namun menjadi
rapuh pada suhu dingin. Lilin ini merupakan pelapis yang paling mudah larut di
antara pelapis berbahan lemak lainnya (Hall 2012).
Lilin yang secara komersial digunakan sebagai pelapis edible merupakan
asam lemak berantai panjang yang berasal dari lilin lebah, parafin, dan carnauba.
Lilin umumnya digunakan untuk melapisi buah dan sayuran untuk menekan
kehilangan air selama penyimpanan dan untuk memperpanjang umur simpan.
Buah dan sayuran pada umumnya memiliki lapisan lilin alami yang membantu
menahan air, karena produk hortikultura mengandung 80% – 90% air. Lilin
diaplikasikan pada produk untuk menggantikan lapisan lilin alami yang hilang
selama pencucian. Pelapisan lilin juga dapat membantu menghambat pertumbuhan
jamur, melindungi dari luka memar, dan meningkatkan penampilan (McHugh dan
Avena-Bustillos 2012).
Lilin lebah banyak digunakan sebagai bahan pelapis buah dan dilaporkan
mampu meningkatkan daya simpan buah. Siahaan (1998) menyatakan bahwa
pelapisan lilin lebah dengan konsentrasi 9% dan 12% mampu menekan
peningkatan susut bobot, menghambat kelunakan buah, dan mempertahankan
6
kualitas visual buah pamelo kultivar Nambangan. Penelitian Shahid dan Abbasi
(2011) menunjukkan bahwa pelapisan dengan menggunakan lilin lebah 5%
mampu mempertahankan bobot, kekerasan, pH jus, padatan terlarut total (PTT),
asam tertitrasi total (ATT), dan asam askorbat dari buah jeruk manis kultivar
Blood Red.
Kitosan juga dapat digunakan sebagai bahan pelapis buah. Kitosan
diproduksi secara komersial melalui deasetilasi kitin yang merupakan elemen
struktural dalam eksoskeleton krustasea (kepiting, udang, dll) dan dinding sel
jamur (Ujang et al. 2011). Kitosan tidak larut dalam air sehingga harus digunakan
larutan pelapis yang terdiri atas asam organik lemah (asam asetat). Kitosan telah
terbukti dapat menjadi pengawet makanan alami, meskipun mekanisme
antimikroba yang terlibat belum dapat dijelaskan dengan baik. Diyakini bahwa
molekul bermuatan positif dari kitosan berinteraksi dengan molekul bermuatan
negatif dari membran sel mikroba yang selanjutnya menyebabkan perubahan
permeabilitas sel mikroba yang dapat menyebabkan kebocoran konstituen sel.
Pelapisan dengan kitosan mampu meningkatkan umur simpan dan menjaga
kualitas buah dan sayuran dengan mengurangi tingkat respirasi, menghambat
perkembangan mikroba, dan menunda pematangan. Kitosan dianggap sebagai
pelapis ideal untuk buah dan sayuran, terutama karena dapat membentuk lapisan
yang baik di permukaan produk dan dapat mengontrol pertumbuhan mikroba (No
et al. 2007).
Penggunaan kitosan sebagai pelapis dilaporkan mampu meningkatkan
ketahanan buah terhadap fungi. Pelapisan jeruk tangor dengan kitosan mampu
mempertahankan kekerasan buah, kandungan asam askorbat, dan kadar air. Selain
itu, buah yang dilapisi dengan kitosan menunjukkan resistensi terhadap serangan
fungi dan kualitas buah dapat dipertahankan lebih lama (Chien et al. 2007).
Penelitian Abdel-Kader et al. (2011) menunjukkan bahwa pelapisan dengan
menggunakan kitosan atau lilin carnauba pada buah grapefruit dapat digunakan
untuk menghambat pembusukan dan memberikan perlindungan yang lama
terhadap buah selama penyimpanan dan proses penanganan.
Kemasan Plastik
Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan hasil
pertanian yang pada umumnya mudah rusak akibat penanganan selama panen,
distribusi, maupun pemasaran. Fungsi kemasan menurut Smith et al. (2005)
adalah untuk menghimpun produk menjadi unit tertentu yang bertujuan untuk
memudahkan penanganan serta untuk melindungi produk selama distribusi,
penyimpanan, dan pemasaran. Kemasan modern untuk buah segar diharapkan
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu (a) kemasan harus memiliki kekuatan
mekanis yang cukup untuk melindungi produk selama penanganan dan
transportasi, (b) bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan kimia yang dapat
berpindah ke produk, (c) kemasan harus memenuhi persyaratan bobot, ukuran,
dan bentuk yang ditentukan oleh bagian penanganan dan pemasaran, (d) kemasan
harus dapat mendinginkan produk dengan cepat. Permeabilitas film plastik
terhadap gas tertentu juga dapat dijadikan salah satu persyaratan penting, (e)
keamanan kemasan serta kemudahan dibuka dan ditutup mungkin penting pada
beberapa situasi pemasaran, (f) kemasan harus menyediakan identitas produk, (g)
7
kemasan harus dapat menahan cahaya atau melewatkan cahaya, tergantung
kebutuhan, (h) kemasan dapat membantu dalam penyajian eceran, (i) kemasan
didesain sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembuangan, penggunaan
ulang, atau pendaurulangan, serta (j) biaya kemasan harus serendah mungkin.
Kemasan dapat tersusun dari berbagai jenis bahan, antara lain kayu, kain,
kertas, dan plastik. Plastik banyak digunakan sebagai bahan kemasan produk
hortikultura karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu relatif murah, merupakan
penghalang yang baik terhadap air dan gas, dapat disegel untuk mencegah
kebocoran, cocok untuk pengisian dengan kecepatan tinggi, kuat, memudahkan
penanganan, ringan, dan melekat erat dengan produk sehingga tidak
membutuhkan ruang yang banyak selama penyimpanan dan distribusi (Fellows
2000). Smith et al. (2005) membagi bahan kemasan plastik menjadi selulosa,
polietilen, polyester, poliamida, polipropilen, polistiren, polivinil klorida,
poliviniliden klorida, etilen vinil asetat, etilen vinil alkohol, dan ionomer.
Polietilen merupakan polimer yang paling umum digunakan pada kemasan
makanan. Polietilen diproduksi melalui polimerisasi etilen. Terdapat 3 jenis utama
plastik polietilen, yaitu high-density polyethylene (HDPE), low-density
polyethylene (LDPE), dan linear low-density polyethylene (LLDPE). Penggunaan
polietilen sebagai bahan kemasan dirangkum pada Tabel 1.
Tabel 1 Kemasan berbahan polietilen
Jenis Plastik
ULDPE (Ultra LowDensity Polyethylene)
LLDPE (Linear LowDensity Polyethylene)
LDPE (Low-Density
Polyethylene)
MDPE (Medium-Density
Polyethylene)
HDPE (High-Density
Polyethylene)
Penggunaan
Karung berkekuatan tinggi, karung goni, plastik
mulsa, kemasan untuk keju, daging, dan kopi
Kemasan makanan, karung berkekuatan rendahmedium, kemasan tekstil
Kemasan untuk produk pertanian, wrap, bubble wrap
Tas khusus untuk barang dagangan, amplop plastik,
kemasan untuk produk terolah minimal
Kemasan makanan (produk susu dan air minum),
kosmetika, produk medis, dan bahan kimia rumah
tangga
Sumber: McKeen (2013)
Menurut Smith et al. (2005) low-density polyethylene (polietilen densitas
rendah; LDPE) dapat disegel menggunakan panas, bebas bau, dan menyusut bila
dipanaskan. Film LDPE merupakan penghalang air yang baik namun memiliki
permeabilitas gas yang relatif tinggi. Plastik LDPE relatif lebih murah daripada
film plastik lainnya dan digunakan secara luas untuk berbagai pengemasan. Highdensity polyethylene (polietilen densitas tinggi; HDPE) memiliki rantai cabang
yang lebih sedikit daripada LDPE. Hal ini berakibat pada sifat yang lebih kuat,
lebih tebal, fleksibilitas dan transparansi yang lebih rendah, serta permeabilitas
terhadap gas dan air yang lebih buruk daripada LDPE. Linear low-density
polyethylene (polietilen densitas linear rendah; LLDPE) memiliki susunan
molekul yang lebih tinggi secara linear dan merupakan kombinasi transparansi
LDPE dan kekuatan HDPE. Menurut Fellows (2000), stretch-wrapping dapat
dilakukan dengan menggunakan film LDPE yang lebih tipis daripada shrinkwrapping (25-38 µm dibandingkan dengan 45-75 µm) atau menggunakan LLDPE
8
dengan ketebalan 17-24 µm. LLDPE memiliki kekuatan dan daya tahan yang
lebih baik daripada LDPE. Sifat menempel pada LDPE maupun LLDPE hanya
terdapat pada satu sisi untuk memaksimalkan pelekatan antara film dengan produk
dan meminimalkan pelekatan antar kemasan yang berdekatan.
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait penggunaan kemasan plastik
untuk memperpanjang daya simpan dan meningkatkan kualitas buah selama
distribusi dan pemasaran. Sonkar dan Ladaniya (1999) menyatakan bahwa
wrapping baik menggunakan heat-shrinkable (LDPE) maupun stretch-cling
(LLDPE) pada jeruk mandarin mampu menekan laju kehilangan air, respirasi,
pelunakan buah, dan asam tertitrasi total buah. Namun, penerimaan konsumen
secara umum dan rasa buah paling tinggi tercatat pada perlakuan stretch-cling
daripada heat-shrinkable. Rodov et al. (2000) menyatakan bahwa susut bobot
terendah dan kekerasan buah tertinggi tercatat pada perlakuan wrapping pada
grapefruit. Penggunaan plastik polietilen juga secara umum lebih baik untuk
mengontrol susut bobot daripada pelapisan menggunakan lilin. Tabatabaekoloor
(2012) melaporkan bahwa wrapping dengan menggunakan polietilen mampu
mempertahankan bobot buah jeruk Thompson selama penyimpanan. Wrapping
juga mampu mempertahankan kekerasan buah serta penampilan buah.
3 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2014. Percobaan
pada Muria Merah 1 (tanpa biji) dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2014,
sedangkan percobaan pada Muria Merah 2 (berbiji) dilakukan pada bulan AprilJuli 2014. Pemanenan buah dilakukan di Kudus, sedangkan pengujian kualitas
buah dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, IPB, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 2 kultivar pamelo, yang terdiri atas pamelo
berbiji dan tanpa biji. Kultivar pamelo berbiji yang digunakan adalah kultivar
Muria Merah 2 sedangkan kultivar pamelo tanpa biji yang digunakan adalah
Muria Merah 1. Bahan pelapis yang digunakan adalah lilin lebah dan kitosan
sedangkan bahan pengemas yang digunakan adalah plastik wrap. Analisis kualitas
buah dilakukan dengan menggunakan larutan iodium 0.01 N, larutan NaOH 0.1
N, aquades, phenolphthalein, dan larutan amilum 1%.
Alat yang digunakan yaitu penetrometer untuk mengukur kekerasan buah,
refraktometer untuk mengetahui padatan terlarut total, mikroskop, serta peralatan
titrasi untuk mengukur asam tertitrasi total dan kandungan vitamin C. Alat
penunjang lainnya yaitu alat pemanas, timbangan analitik, blender, kain saring,
pisau, cutter, gunting, label, dan alat tulis.
9
Metode
Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan terpisah, dimana pada setiap
percobaan dilakukan pelapisan dan pengemasan plastik pada buah pamelo. Pada
percobaan pertama dan kedua, pelapisan dan pengemasan plastik diaplikasikan
berturut-turut pada pamelo Muria Merah 2 (berbiji) dan Muria Merah 1 (tanpa
biji). Rancangan penelitian yang digunakan dalam masing-masing penelitian
adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktorial dengan dua faktor,
pelapisan dan pengemasan. Terdapat 4 taraf pelapisan; tanpa pelapis (W0),
pelapisan menggunakan 10% lilin lebah (W1), pelapisan menggunakan 5% lilin
lebah (W2), dan pelapisan menggunakan 1.5% kitosan (W3); dan 3 taraf
pengemasan; tanpa kemasan (P0), dikemas menggunakan plastik wrap kuning
transparan (P1), dan dikemas menggunakan plastik wrap putih transparan (P2).
Percobaan dilakukan dalam 3 ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan.
Terdapat 11 buah dalam setiap unit percobaan, dimana 3 buah digunakan untuk
analisis non-destruktif dan 8 buah digunakan untuk analisis destruktif. Total buah
yang dianalisis pada tiap kultivar adalah 396 buah. Model umum dari rancangan
percobaan tersebut adalah :
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan pelilinan ke-i, pengemasan ke-j, dan
ulangan ke-k
μ
= nilai rataan umum
αi
= pengaruh perlakuan pelilinan ke-i
βj
= pengaruh perlakuan pengemasan ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan pelilinan ke-i dan pengemasan ke-j
εijk = pengaruh galat percobaan pada perlakuan pelilinan ke-i, perlakuan
pengemasan ke-j, dan ulangan ke-k
i
= 1, 2, 3, 4
j
= 1, 2, 3
k
= 1, 2, 3
Data parametrik yang diperoleh diuji menggunakan uji F pada taraf nyata
(α) = 0.05. Jika hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh
secara signifikan, dilakukan uji lanjut Duncan multiple range test (DMRT). Data
non-parametrik yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.
Pelaksanaan Percobaan
Buah pamelo yang digunakan dalam penelitian ini dipetik di lahan petani
yang berada di Kudus pada umur buah 24 sampai 26 minggu setelah berbunga
(MSB). Buah yang dipetik diseragamkan berdasarkan ukuran dan warna kulit
buah. Setelah dipanen, dilakukan sortasi buah di lahan petani sebelum dilakukan
pengemasan. Buah yang telah dipanen kemudian dimasukkan ke dalam karung
plastik dan dikirim ke laboratorium. Buah dikirim menggunakan transportasi darat
dengan jasa pengiriman ekspedisi selama 1 hari pada suhu ruang (27 sampai
30 °C) menuju Bogor. Setelah tiba (2 hari setelah panen), buah disortasi supaya
seragam dan bebas dari kerusakan fisik. Setelah proses sortasi, buah dicuci dengan
air dan dikeringanginkan selama semalam. Langkah selanjutnya adalah aplikasi
10
pelapisan pada buah dengan merendam buah di dalam larutan pelapis selama 60
detik, kemudian buah dikeringanginkan selama ± 24 jam dan dikemas. Buah
pamelo disimpan dalam ruangan dengan kisaran suhu 24 sampai 27 °C dengan
kelembaban 70 sampai 80%.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter fisik, kimia, dan sensori.
Karakter fisik terdiri atas susut bobot, kelunakan, dan pengamatan visual buah.
Karakter kimia terdiri atas padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT),
rasio PTT:ATT, dan kandungan vitamin C. Karakter sensori dilakukan untuk
mengetahui kesukaan panelis terhadap rasa dan penampilan buah. Pengamatan
karakter eksternal dan internal dilakukan setiap 2 minggu, mulai dari 0 minggu
setelah perlakuan (MSP) hingga 12 MSP. Uji organoleptik dilakukan pada 4, 8,
dan 12 MSP.
1. Karakter Fisik
Susut Bobot
Buah pamelo yang telah dikemas diamati perubahan bobotnya dengan cara
mengukur dengan menggunakan timbangan analitik. Penghitungan susut bobot
dilakukan berdasarkan persentase penurunan bobot buah sejak awal penyimpanan
hingga akhir penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut
bobot adalah sebagai berikut:
Wo-Wt
x 100%
Susut bobot (%) =
Wo
Dimana:
Wo = bobot buah pada 0 MSP (g)
Wt = bobot buah pada t MSP (g)
Kelunakan Buah
Pengukuran kelunakan buah dilakukan dengan alat penetrometer elektrik,
berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap kulit pamelo. Nilai kelunakan
diperoleh dari rata-rata 3 kali pengukuran, masing-masing pada ujung, tengah, dan
pangkal buah. Tusukan dilakukan selama 5 detik, dengan beban yang digunakan
adalah 50 g. Angka yang terbaca setelah penusukan selama 5 detik dinyatakan
sebagai tingkat kelunakan buah dan dinyatakan dalam mm (50 g)-1 (5 detik)-1.
Semakin besar angka yang diperoleh, semakin tinggi tingkat kelunakan buah.
Pengamatan Visual
Pengamatan dilakukan dengan membagi buah menjadi 8 bagian kemudian
diamati tingkat kekerutan kulit buah dan warna kulit buah. Persentase kekerutan
dan warna kuning digunakan untuk menilai tingkat kekerutan buah. dan warna
kulit buah
2. Karakter Kimia
Padatan Terlarut Total (PTT)
Padatan terlarut total diukur dengan menggunakan refraktometer digital.
Daging buah yang diamati diambil sarinya lalu diteteskan pada lensa
refraktometer (AOAC 1995). Angka yang diperoleh dinyatakan dalam °Brix.
11
Asam Tertitrasi Total (ATT)
Daging buah pamelo dihaluskan kemudian disaring dengan menggunakan
kain saring untuk mendapatkan sarinya. Kemudian diambil 10 g sari buah pamelo
dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml kemudian dilarutkan dengan aquades
sampai tanda tera lalu dikocok. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat dan diberi 3 tetes
indikator phenolphthalein kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N
sampai berubah warna menjadi merah muda (pink) (AOAC 1995). Penghitungan
asam tertitrasi total dilakukan dengan menggunakan rumus:
ATT (%) =
V x N x fp x BE
x 100%
W
Dimana:
ATT = Asam Tertitrasi Total (%)
V
= volume NaOH 0.1 N (ml)
N
= normalitas larutan NaOH
fp
= faktor pengencer (volume labu takar/ml filtrat yang diambil)
BE = bobot ekuivalen
W = bobot contoh (g)
Rasio PTT:ATT
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara kandungan PTT dan
ATT setiap perlakuan.
Kandungan Vitamin C
Pengukuran kandungan vitamin C (asam askorbat) dilakukan berdasarkan
metode titrasi iodium. Sari buah jeruk diambil sebanyak 25 ml dan ditera ke
dalam 250 ml dengan menambahkan aquades. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat
dengan pipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berukuran 100 ml.
Setelah itu ditambahkan 2 ml larutan amilum 1% sebagai indikator. Kemudian
dititrasi dengan 0.01 N larutan iodium standar sampai terbentuk warna biru ungu
yang konstan (AOAC 1995). Kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus:
Vit. C (mg/100g bahan) =
ml I2 0.01 N x 0.88 x fp x 100
bobot contoh (g)
3. Karakter Sensori
Pelaksanaan uji organoleptik mengacu pada Rienoviar dan Nashrianto
(2010). Pengujian organoleptik dilakukan oleh 20 orang panelis tidak terlatih,
dimana panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap
tingkat kesukaan atau ketidaksukaan. Uji hedonik dilakukan terhadap peubah
kemanisan, kemasaman, kemulusan kulit, dan warna kulit buah pamelo pada 5
skala kesukaan, dimana 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 =
suka, dan 5 = sangat suka.
12
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses metabolisme yang terjadi selama penyimpanan menyebabkan
berbagai perubahan kualitas buah. Terjadi peningkatan susut bobot dan
peningkatan kelunakan kulit buah pamelo kultivar terpilih sepanjang periode
penyimpanan. Perubahan visual juga terjadi pada kulit buah, yaitu perubahan
warna kulit dari kehijauan pada awal penyimpanan menjadi kekuningan pada
akhir penyimpanan. Terjadi peningkatan kekerutan kulit buah pamelo dari mulus
menjadi keriput. Perubahan kimiawi juga terjadi selama periode penyimpanan,
yaitu peningkatan kadar PTT dan rasio PTT:ATT serta penurunan kadar ATT dan
kandungan vitamin C. Tingkat kesukaan panelis terhadap kualitas rasa dan
kualitas visual buah juga mengalami penurunan seiring bertambahnya periode
penyimpanan.
Buah tanpa pelapis dan buah yang dilapisi dengan kitosan hanya dapat
disimpan hingga 8 MSP pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah
tanpa biji. Perlakuan pelapisan lilin lebah dan wrapping mampu memperpanjang
masa simpan buah pamelo pamelo Muria Merah berbiji hingga 12 MSP dan buah
pamelo Muria Merah tanpa biji hingga 10 MSP. Menurut Pascall dan Lin (2013)
kitosan merupakan pelapis dengan bahan dasar polisakarida yang memiliki sifat
menahan oksigen yang baik tetapi merupakan penghalang air yang buruk,
sedangkan lilin lebah merupakan pelapis dengan bahan dasar lipid dan mampu
menahan kelembaban dengan baik. Kemampuan menahan air yang kurang baik
pada pelapis kitosan menyebabkan kehilangan air yang besar yang selanjutnya
menurunkan daya simpan buah.
Karakter Fisik
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa susut bobot buah pamelo semua
kultivar meningkat sepanjang periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dan
wrapping secara umum mampu mempertahankan bobot buah selama periode
penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan menggunakan lilin lebah memiliki
buah dengan susut bobot 18.37%, dan 18.09% berturut-turut pada kultivar Muria
Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada akhir periode penyimpanan.
Perlakuan wrapping juga mampu mempertahankan bobot buah. Buah pamelo
kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji berturut-turut memiliki
susut bobot 17.10%, dan 18.09% (Tabel 2 dan Tabel 3).
Hasil yang serupa dijumpai pada grapefruit (Rodov et al. 2000), jeruk
manis (Shahid dan Abbasi 2011), dan tangerine (Boonyakiat et al. 2012; Hassan
et al. 2014). Buah yang diberi perlakuan pelapisan memiliki persentase susut
bobot lebih rendah daripada buah yang tidak dilapis. Perlakuan pengemasan
plastik pada lemon (Cohen et al. 1990; Piga et al. 1997), mandarin (Tariq et al.
2004), dan jeruk manis (D’Aquino et al. 2001; Rab et al. 2010; Tabatabaekoloor
2012) juga dilaporkan menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap
penghambatan laju susut bobot buah.
Susut bobot terutama terjadi akibat kehilangan air melalui proses
transpirasi. Tingginya laju transpirasi menyebabkan desikasi, layu, menurunnya
kekerasan buah, dan menurunkan kualitas visual buah akibat pengerutan. Menurut
13
Ladaniya (2008), buah jeruk mengandung 80-85% air dan kulit buah jeruk
kehilangan air lebih cepat daripada daging buah selama penyimpanan. Pelapisan
dan pengemasan mampu menekan laju transpirasi buah sehingga laju kehilangan
air dapat ditekan dan mempertahankan kualitas visual buah. Pelapisan dan
pengemasan berfungsi sebagai penghalang antara buah dengan lingkungan luar.
Adanya penghalang ini menghambat kehilangan air dari dalam buah dan
selanjutnya menekan susut bobot buah.
Tabel 2 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo
Muria Merah berbiji sepanjang periode penyimpanan
Perlakuan
2
Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan)
4
6
8
10
12
Pelapisan
Tanpa Pelapisan
12.34 a
14.21 a
18.17 a
22.12 a
Lilin Lebah 10%
6.28 b
7.28 b
9.02 b
10.30 b 14.00 a 19.90 a
Lilin Lebah 5%
6.84 b
7.95 b
9.59 b
12.22 b 14.84 a 16.83 a
Kitosan
11.68 a
13.41 a
17.60 a
20.85 a
Pengemasan
Tanpa Wrapping
12.09 a
13.96 a
17.99 a
21.75 a
Wrap Kuning
7.08 b
8.10 c
10.31 c
13.28 b 14.05 a 16.10 a
Wrap Putih
8.68 b
10.08 b
12.49 b
14.43 b 14.82 a 18.10 a
Interaksi
*
*
*
*
tn
tn
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu
Setelah Perlakuan.
Tabel 3 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo
Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan
Perlakuan
2
Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan)
4
6
8
10
Pelapisan
Tanpa Pelapisan
11.41 a
16.26 a
19.90 a
24.84 a
Lilin Lebah 10%
5.84 c
7.26 d
10.50 d
14.70 c
18.05 a
Lilin Lebah 5%
7.60 b
10.54 c
12.20 c
16.14 c
18.14 a
Kitosan
10.89 a
13.83 b
18.38 b
22.00 b
Pengemasan
Tanpa Wrapping
10.49 a
14.78 a
19.26 a
23.19 a
Wrap Kuning
7.73 b
10.16 b
12.87 b
17.66 b
17.98 a
Wrap Putih
8.59 b
10.98 b
13.62 b
17.41 b
18.20 a
Interaksi
**
*