Study of Operations Strategy of Fish Feed Company Based on By Products of Capture Fisheries and Agroindustry at CV Babelan Agro Sejahtera Bekasi.

(1)

STUDI STRATEGI OPERASI PERUSAHAAN

PAKAN IKAN BERBASIS PRODUK SAMPINGAN

PERIKANAN TANGKAP DAN AGROINDUSTRI

PADA CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI

MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini yang berjudul Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri Pada CV. Babelan Agrosejahtera Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Maret 2014

Muhamad Ikhwan Rahmanto NIM H251100201


(4)

RINGKASAN

MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO. Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan IRAWADI JAMARAN.

Umumnya, pakan ikan diproduksi oleh perusahaan besar, memiliki kualitas standar dan harga yang relatif mahal namun didukung jaringan distribusi luas dan memberikan kemudahan tempo pembayaran kepada pelanggannya. CV Babelan Agro Sejahtera (CV BAS) adalah salah satu dari sedikit industry kecil yang memproduksi pakan ikan dengan kualitas standar dan harga murah, namun jaringan distribusinya masih terbatas. Kondisi ini menuntut CV BAS untuk meningkatkan daya saingnya. Strategi harga murah yang diterapkan CV. BAS didukung oleh strategi pengadaan bahan baku murah berkualitas yang berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri.

Tujuan penelitian ini adalah merumuskan kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri agar biaya minimal, dan merumuskan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk. Obyek penelitian ini adalah aktivitas operasional CV. BAS di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Data penelitian ini dikumpulkan dengan pengamatan ke perusahaan, menelaah data sekunder, wawancara mendalam dengan pengelolanya, dan penyampaian kuisioner AHP kepada 1 (satu) orang pengelola perusahaan dan 5 (lima) orang responden ahli agribisnis atau agroindustri yang ditentukan secara purposive sampling. Analisis data yang digunakan meliputi analisis program linier, analisis SWOT, dan Analisis Hirarki Proses (AHP).

Sebelum minimasi, biaya bahan baku pakan ikan sebesar Rp. 2964,00/kg dan setelah minimasi sebesar Rp. 2770/kg. Harga pakan ikan CV. BAS masih sangat kompetitif, sehingga tetap dapat mempertahankan harga. Strategi ini perlu dibarengi dengan mencari alternative bahan baku.

Matriks Internal Eksternal memposisikan bidang operasi CV. BAS berada pada sel IV yang berarti menggambarkan growth and build (tumbuh dan membangun). Perusahan perlu melakukan strategi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk

Matriks SWOT menghasilkan 3 rumusan strategi operasi, yaitu mempertahankan harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan SCM. AHP memberikan urutan prioritas implementasi strategi : pengembangan SCM (0.560), mempertahankan harga (0.225), dan peningkatan kapasistas produksi (0.215). Implementasi strategi tersebut harus memperhatikan 4 kriteria dengan urutan prioritas : kualitas (0.473), pengiriman (0.230), fleksibilitas (0.180), dan biaya (0.113),

Kata Kunci : AHP, analisis SWOT, minimasi bahan baku, program linier, dan strategi operasi


(5)

SUMMARY

MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO. Study of Operations Strategy of Fish Feed Company Based on By Products of Capture Fisheries and Agroindustry at CV Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and IRAWADI JAMARAN.

Generally, fish feed manufactured by a large company , has a standard of quality and price is relatively expensive but supported extensive distribution network and provide ease of payment due to its customers . CV Babelan Agro Sejahtera ( CV BAS ) is one of the few small industries that produce fish feed with standard quality and low price , but still a limited distribution network. These conditions require CV. BAS to increase their competitiveness.

The purpose of this study is to formulate a combination of raw fish feed quality – based on by products of capture fisheries and agroindustry, for minimizing the cost of raw materials, and formulating operations strategy to improve product competitiveness. Object of this study is the operational activity of the CV . BAS in Kampung Jaya subdistrict Kedaung Kedung Babelan Bekasi . Data was collected by observation to the company , analizing secondary data , in-depth interviews with managers , and delivery of AHP questionnaire to 1 ( one ) person managing the company and 5 ( five ) expert respondents that are determined by purposive sampling. Analysis of the data used include linear programming analysis, SWOT analysis, and Analysis Hierarchy Process.

Before minimization, fish feed raw material costs Rp. 2964.00/kg and after minimization of Rp. 2770/kg. These results indicate that the price of fish feed CV. BAS is still very competitive, so as to maintain its price. This strategy needs to be coupled with a search for alternative raw materials.

The result of internal-external matrix to put operations of CV. BAS at cell IV. Its sugest the grow and build. This means CV. BAS should focus on market penetrations, market development, product development (intensive strategy). From the operational perspective, a backwad integrations, forward integration, and horizontal integration should also be considered.

While the results of the SWOT analysis raises three alternative strategy : maintaining prices, increased production capacity, and the development of SCM. The results of the AHP analysis produces the following strategic priorities: (1) the development of SCM (0.560), (2) to maintain prices (0.225), and (3) increasing the capacity of production(0.215). Implementation of these strategies must consider four criteria with priority (1) Quality (0.473), (2) Delivery (0.230), (3) Flexibility (0.180), and (4) Costs (0.113)

Keywords: AHP, linear programming, minimization of raw materials costs, operations strategy, and SWOT analysis


(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

STUDI STRATEGI OPERASI PERUSAHAAN

PAKAN IKAN BERBASIS PRODUK SAMPINGAN

PERIKANAN TANGKAP DAN AGROINDUSTRI

PADA CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI

MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(8)

Penguji luar komisi :


(9)

Judul Tesis : Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri

pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Nama : Muhamad Ikhwan Rahmanto

NIM : H251100201

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc Ketua

Prof Dr Ir Irawadi Jamaran Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dr Ir Abdul Kohar, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


(10)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah, SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi dan penyusunan tesis yang berjudul “Studi Strategi Operasi Perusahaan

Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri

pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi”

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya dihaturkan kepada Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc dan Prof Dr Ir Irawadi Jamaran, selaku Ketua dan Anggota Komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pencerahan dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih dihaturkan pula kepada Prof DR Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA sebagai penguji luar komisi dan Dr Mukhamad Najib, STP, MM selaku penguji program studi yang telah memberikan koreksi, kritik dan saran yang sangat berarti bagi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

Tesis dan studi S2 ini dapat diselesaikan atas izin Allah, SWT, serta dukungan dan bantuan banyak pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : (1) Dirjen Pendidikan Tinggi dan Koordinator Kopertis Wilayah IV yang telah meluluskan permohonan Beasiswa

Pendidikan Pasca Sarjana, (2) Rektor Universitas Islam “45”, yang telah

memberikan dorongan dan ijin studi lanjut, serta Dekan Fakultas Pertanian UNISMA, Ketua Program Studi Agribisnis dan seluruh Dosen yang telah mendorong penulis untuk melanjutkan dan menyelesaikan studi. (3) Sekolah Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Manajemen SPS IPB yang dipimpin DR Ir Abdul Kohar Irwanto MSc dan staf sekretariat (Mas Hermawan dan Mas Ujang) yang telah memberikan layanan akademik yang sangat ramah, serta seluruh Dosen telah memberikan pencerahan. (4) Abdul Qodir, SP selaku pemilik dan pengelola CV. BAS Bekasi yang bersedia menjadikan perusahaannya sebagai obyek riset dan meluangkan banyak waktu hingga penulis dapat melakukan pengamatan dan wawancara mendalam. (5) Dr Ir Nandang Najmulmunir, MS, Dra Is Zunaini Nursinah, MSi, Dr Ir Supriyanto, MP, Ir Haris Budiyono, MT, dan Ir Ridwan Lutfiadi, MT selaku responden ahli AHP yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner. (6) Teman-teman angkatan ke-4 Program Studi Ilmu Manajemen SPS IPB, atas suasana kebersamaan, dan dukungannya.

Amat sulit dibayangkan pelaksanaan studi dan penyusunan tesis ini bila tanpa pengorbanan, dukungan, kesabaran, sikap qana’ah, dan ketulusan isteriku tercinta - Galuh Murti Dewati, S.Sos, serta ketiga putriku tersayang: Mufida Arifah Ikhwan, Zahida Munifah Ikhwan, dan Qotrunnada Karimah Ikhwan. Mohon maaf dan terima kasih banyak sayang. Selanjutnya atas do’a dan dukungan lahir-batin, penulis menyampaikan sungkem dan banyak terima kasih kepada Ibunda Sri Sulastri dan Ayahanda Abu Yazid (alm), serta kepada Ibu dan Bapak Mertua (Ibu Sriwati Mangastuti dan Bapak Moertaki).

Semoga karya yang amat sederhana dan sangat banyak kekurangan ini masih mampu memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bogor, Maret 2014


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA

3 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian Obyek dan Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan Responden Analisis Data

4 PROFIL PERUSAHAAN

Sejarah Pendirian dan Perkembangan Perusahaan Modal dan Aset Perusahaan

Proses Produksi Tenaga Kerja Pemasaran

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Minimasi Biaya Bahan Baku

Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis Matriks IFE

Analisis Matriks EFE Analisis Matriks IE Analisis Matriks SWOT

Analisis Pengembangan Strategi CV BAS Implikasi Penelitian

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii xii xiii 1 1 5 6 6 6 7 17 17 18 18 19 19 19 26 26 27 29 34 35 35 35 38 41 42 42 43 44 49 51 51 51 52 55


(12)

DAFTAR TABEL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Lima Provinsi dengan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Terbanyak Tahun 2011

Jumlah Penyerapan Pakan Ikan Berdasarkan Lokasi Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat

Perbandingan Penelitian terdahulu dan

Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data Pendidikan dan Pekerjaan Responden

Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Matriks IFE dan EFE

Contoh Matriks SWOT Nilai level hirarki

Matrik Perbandingan Kriteria Nilai Indeks Random

Besar Pinjaman yang Diberikan Bank Mandiri kepada CV BAS Lahan dan Bangunan Perusahaan

Mesin dan Peralatan Produksi Pakan Ikan Perkembangan Aset Perusahaan

Pembelian Bahan baku pembuatan pakan ikan Keadaan Pasokan Bahan Baku Pakan Ikan Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan

Perbandingan formulasi dan Harga Pakan Ikan Sebelum dan Sesudah Minimasi

Hasil Analisis Matriks IFE Hasil Analisis Matriks EFE

Matriks Strategi Hasil Analisis SWOT

Matriks Implementasi Strategi Berdasarkan Kriteria

2 2 15 18 19 20 22 23 24 24 25 27 27 28 28 29 29 34 36 38 41 42 44 49

DAFTAR GAMBAR

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Hubungan antara masalah dan keputusan bisnis Elemen-elemen struktur industry

Kerangka Konsep Penelitian Matriks IE

Tahapan Proses Pengolahan Pakan Ikan

Hasil Olah Data Minimasi Bahan Baku Pakan Ikan dengan software POM for WINDOWS

Hasil Matriks IE

Konstruksi Analisis Hierarki Proses Hasil Analisis Hierarki Proses

1 11 17 22 31 37 43 45 46


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 2 3 4 5

Outline Profil Perusahaan

Informasi Bahan Baku Pakan Ikan

Identifikasi Lingkungan Internal dan eksternal

Kuisioner Penilaian Prioritas Strategi Operasi CV.BAS Hasil Olah Data AHP

48 49 50 51 56


(14)

Latar Belakang

Pengelolaan suatu bisnis membutuhkan keputusan-keputusan yang tepat sehingga mampu membuat kinerja perusahaan semakin meningkat. Keputusan yang tepat perlu mendapat dukungan informasi yang berkualitas. Menurut Davis (2001) informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang. Informasi dibedakan menjadi informasi kualitatif dan informasi kuantitatif. Keputusan bisnis perlu didukung oleh kedua jenis informasi tersebut, sehingga masalah yang muncul dapat diselesaikan secara komprehensif. Gaspersz (2011) memberikan ilustrasi mengenai hubungan antara masalah bisnis dan keputusan bisnis – sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Hubungan antara masalah dan keputusan bisnis

Keputusan bisnis yang efektif sebagai sebuah solusi harus dimulai dari identifikasi permasalahan bisnis yang berupa kesenjangan antara kinerja bisnis aktual (realisasi) dengan target bisnis yang ditetapkan (rencana). Contoh masalah bisnis adalah menurunnya penjualan, terjadinya peningkatan biaya produksi, penurunan kulitas produk, pengadaan bahan baku kurang stabil, proses produksi kurang lancar, dan sebagainya. Pencarian solusi memerlukan dukungan informasi yang relevan dan memadai, baik informasi kualitatif maupun informasi kuantitatif. Informasi kualitatif dapat bersumber dari intuisi dan pengalaman para pengelola bisnis, sedangkan informasi kuantitatif didasarkan pada fakta dan data aktual yang ada.

Tugas utama manajer adalah membuat keputusan yang mampu meningkatkan kinerja dari organisasi. Dengan demikian tugas manajer dalam organisasi adalah membuat keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah bisnis sehingga diharapkan dari keputusan itu akan memungkinkan organisasi bisnis mencapai tujuannya seperti meningkatkan produktivitas, memperluas pangsa pasar (market share), meningkatkan keuntungan, mengurangi biaya, dan

Informasi Kualitatif (pengalaman bisns, intuisi)

Apa Masalah

Bisnis

INFORMASI

Informasi Kuantitatif (Berdasarkan analisis data)

Keputusan Bisnis Efektif


(15)

lain-lain, yang pada prinsipnya akan meningkatkan kinerja bisnis dalam situasi ekonomi yang sangat kompetitif (hiper competitif) sekarang ini. (Gaspersz, 2011)

Suasana kompetitif juga terjadi pada bisnis pakan ikan. Pakan ikan diperlukan dalam usaha perikanan budidaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ikan. Secara umum perikanan budidaya mencakup budidaya laut, tambak, kolam, jaring apung, dan sawah. Lima provinsi dengan produksi perikanan budidaya terbanyak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Lima provinsi dengan jumlah produksi perikanan budidaya terbanyak pada tahun 2011

No. Provinsi

Jumlah Produksi Perikanan (Ton) Laut Tambak Kolam Karamba Jaring

Apung Sawah Total 1. Sulawesi Selatan 1.024.310 600.241 6.273 194 - 2.255 1.633.274

2. Sulawesi Tengah 734.635 42.057 4.394 273 - 19 781.378

3. Jawa Timur 412.738 177.682 115.086 676 9.281 341 715.865

4. Jawa Barat 7.934 179.980 295.715 491 185.428 25.556 695.104

5. Sulawesi Tenggara 588.745 54.921 4.169 - - - 647.836

Total Indonesia 4.605.827 1.602.748 1.127.127 131.383 375.430 86.448 7.928.962 Sumber : Dirjen Perikanan Budidaya KKP (2012)

Provinsi Jawa Barat menempati urutan keempat dalam produksi perikanan budidaya, dengan jumlah produksi sebesar 695.104 ton. Khusus untuk perikanan budidaya darat, Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama dengan jumlah produksi mencapai 295.715 ton untuk kolam dan 185.428 ton untuk jaring apung. Kontribusi Jawa Barat sebagai sentra Perikanan budidaya darat mencapai 29.48 % dari total produksi perikanan budidaya darat nasional.

Kebutuhan pakan ikan untuk perikanan budidaya darat di Jawa Barat

sangat besar. Jawa Barat merupakan konsumen pakan

ikan terbesar di Indonesia atau 40 persen dari total kebutuhan pakan ikan nasional. Menurut Indrajaya (2009), dari kebutuhan pakan sebanyak 1,7 juta ton, sekitar 1,6 juta ton di antaranya digunakan untuk budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) dengan sebaran sebagaimana Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jumlah penyerapan pakan ikan berdasarkan lokasi budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat

No. Lokasi Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat

Jumlah Penyerapan Pakan Ikan (ton)

1. Waduk Cirata (Cianjur) 1.100.000

2. Waduk Jatiluhur (Purwakarta) 450.518

3. KJA Wilayah Bogor 487

4. KJA Wilayah Ciamis 13.15 Sumber : Indrajaya (2009)

Data di atas menunjukkan bahwa potensi pasar pakan ikan di Provinsi Jawa Barat sebagian besar terserap untuk keperluan budidaya ikan keramba jaring apung. Wajar bila banyak produsen pakan ikan yang memiliki jaringan distribusi di sekitar beberapa lokasi keramba jaring apung di atas.

Kabupaten Bekasi – sebagai lokasi perusahaan CV. Babelan Agro Sejahtera (CV. BAS) memiliki potensi perikanan darat yang sangat kecil bila dibanding dengan Provinsi Jawa Barat. Demikian pula dengan Kota Bekasi yang jaraknya sangat dekat dengan lokasi perusahaan memiliki potensi perikanan darat


(16)

yang lebih kecil lagi. Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat (2012), potensi perikanan budidaya Kabupaten Bekasi hanya sekitar 0.016 % dari potensi perikanan darat provinsi Jawa Barat. Sedangkan potensi perikanan budidaya Kota Bekasi hanya sekitar 0.011 % dari potensi perikanan darat provinsi Jawa Barat. Selain potensinya yang kecil, lokasi budidaya perikanan darat di Kabupaten dan Kota Bekasi juga menyebar, sehingga kurang menguntungkan bila dijadikan sebagai sasaran utama pasar pakan ikan produksi CV. BAS.

Perkembangan bisnis budidaya ikan memerlukan dukungan industri penyedia sarana produksi, antara lain industri pakan ikan. Keberadaan dan perkembangan budidaya keramba jaring apung di beberapa waduk di Provinsi jawa Barat telah mendorong perkembangan pabrik-pabrik pakan di daerah Kabupaten/Kota Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten/Kota Cirebon.

Harga pakan ikan produksi pabrik-pabrik tersebut umumnya sangat tinggi. Menurut Indrajaya (2012), produksi pakan ikan dan udang masih bergantung pada impor. Hingga kini produsen pakan harus mengimpor sampai 70 persen bahan baku. Salah satu bahan baku yang dimaksudkan adalah tepung bungkil kedelai yang diimpor 2,5 juta ton tahun lalu. Bahan baku impor lainnya adalah tepung ikan.

Menurut Azwar (2010), tingginya harga pakan dibandingkan harga jual ikan menjadi kendala besar dalam pengembangan perikanan budidaya. Kondisi itu berakibat profit yang diterima petani semakin kecil dan dkhawatirkan dapat mempengaruhi intensitas usaha yang nantinya dapat menurunkan target produksi. Penggunaan bahan baku lokal (BBL) sebagai sumber pakan perlu ditingkatkan, dengan biaya yang murah tentunya dapat mendorong peningkatkan produksi. Selama ini hampir 90 persen pakan yang beredar untuk budidaya ikan dipasok dari industri pakan yang dalam proses pembuatannya mengandalkan bahan baku impor. Ketergantungan bahan baku impor sangat sulit menjaga kestabilan harga pakan, harapan untuk menekan harga pakan adalah mengurangi ketergantungan bahan baku impor, pemakaian masih sangat terbatas, kendalanya karena sulit mendapatkan dalam jumlah besar disamping kualitas tidak stabil. BBL lebih banyak dimanfaatkan oleh pabrikan skala menengah dan kecil karena kapasitas produksi tidak besar dan umumnya dibuat untuk kebutuhan sendiri atau kelompok. Ketersediaan bahan baku sumber protein cukup banyak tersedia di Indonesia tapi pemanfaatannya belum optimal. Penelitian untuk memanfaatkan beberapa bahan baku lokal sudah ada dan ada yang sedang dilakukan, namun rekomendasi pemakaiannya dalam ransum masih terbatas, karena adanya faktor-faktor pembatas. Upaya perbaikan kualitas beberapa bahan baku tersebut sudah dan sedang diteliti agar pemakaiannya dapat ditingkatkan.

Umumnya produsen pakan ikan adalah perusahaan besar yang memiliki kualitas produk standar, jaringan distribusi luas dan modal yang kuat sehingga mampu memberikan fasilitas kemudahan tempo pembayaran. Fenomena yang terjadi di salah satu sentra petani ikan jaring apung di Waduk Cirata dan Saguling Jawa Barat menunjukkan bahwa keunggulan perusahaan besar tersebut mampu mempengaruhi sebagian besar petani ikan untuk membeli pakan ikan produksinya bahkan menjadi pelanggan, meskipun harganya mahal. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan petani ikan. Apalagi kenaikan harga pakan cenderung lebih cepat dibanding dengan kenaikan harga ikan hasil panenannya.


(17)

CV. BAS adalah satu-satunya industri kecil pakan ikan di Kabupaten dan Kota Bekasi. Berdasarkan pengamatan pasar yang dilakukan pihak CV. BAS di lokasi keramba jaring apung waduk Saguling dan Cirata, dalam beberapa tahun terakhir tidak ada lagi pakan ikan produksi industri kecil yang beredar. Meskipun harus bersaing dengan perusahaan besar, CV. BAS memilih sasaran pasar pakan ikan utamanya di lokasi keramba jaring apung di beberapa waduk besar sebagai sentra perikananan darat Provinsi Jawa Barat.

CV. BAS adalah perusahaan skala kecil yang memproduksi pakan ikan sejak tahun 2003. Saat berdiri, sudah banyak pelaku usaha sejenis yang umumnya adalah perusahaan berskala besar dengan keunggulan seperti di atas. Sebagai perusahaan skala kecil dan pengikut , CV. BAS dituntut untuk mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Pakan ikan berkualitas dengan harga yang lebih murah dari harga pasaran pada umumnya menjadi pilihan strategi untuk dapat bersaing. Strategi ini dipilih karena petani ikan memerlukan pakan dengan harga murah, karena dalam budidaya ikan proporsi biaya pakan mencapai lebih dari 60 persen dari total biaya.

Strategi harga murah ini dapat dijalankan oleh CV. BAS karena mendapatkan bahan baku yang murah. Bahan baku yang dipakai berbasis lokal dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Meskipun telah menerapkan strategi ini, tidak dengan serta merta produknya lantas mudah diterima di pasaran. Dominasi perusahaan besar pakan ikan sebagaimana digambarkan di atas tidak mudah ditembus.

Situasi ekonomi yang demikian menuntut perusahaan memiliki keunggulan kompetitif. David (2011), menjelaskan bahwa memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang sebuah organisasi dan itulah inti pembahasan dari manajemen strategis. Keunggulan kompetitif adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan saingan. Ketika suatu perusahaan-perusahaan dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dibuat oleh perusahaan saingan, atau memiliki sesuatu yang amat diinginkan oleh perusahaan saingan, itu dapat merepresentasikan keunggulan kompetitif.

Pendekatan untuk memperoleh, mempertahankan, dan bahkan mengembangkan keunggulan kompetitif merupakan ranah dari strategi bisnis. Sedangkan strategi korporasi berbicara tentang bagaimana cara perusahaan mendapatkan uang. Selanjutnya rincian pembagian sumberdaya pada tingkat operasional akan dicakup pada strategi fungsional. Dengan demikian pada level strategi fungsional terdapat strategi SDM, Strategi Keuangan, Strategi Operasi/Produksi/Manufaktur, dan Strategi Pemasaran.

Lingkungan bisnis yang semakin dinamis menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam memperebutkan pangsa pasar. Tuntutan konsumen terhadap produk yang berkualitas, spesifikasi yang sesuai, harga yang rendah, dan layanan pengiriman yang cepat harus dipenuhi oleh produsen. Dinamika inilah yang menuntut perusahaan harus memiliki keunggulan di semua fungsi, yakni keunggulan di bidang pemasaran, sumberdaya manusia, keuangan, dan operasi. Keunggulan di bidang operasi hanya dapat dilakukan bila kemampuan operasi dipakai sebagai kekuatan bersaing dalam bisnis dengan cara menjadikan strategi operasi sebagai bagian integral dari strategi bisnis. Untuk itu


(18)

strategi bisnis harus memberikan informasi kepada semua fungsi di dalam organisasi yang mendukung strategi operasi.

Perumusan Masalah

Kinerja operasi CV. BAS belum optimal. Berdasarkan kapasitas mesin dan produktivitas tenaga kerja, perusahaan ini mampu memproduksi pakan sebesar 1 ton per hari. Faktanya, produksi baru mencapai maksimal 750 kg per hari. Belum lagi bila dikaitkan dengan potensi pasar pakan ikan murah berkualitas yang masih besar, seharusnya CV. BAS berupaya meningkatkan lagi kemampuan produksinya. Obsesi perusahaan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi belum dapat diwujudkan karena kemampuan memasarkan produk masih rendah, pasokan bahan baku belum stabil, dan proses produksi belum stabil.

Rendahnya kemampuan memasarkan produk menyebabkan volume penjualan masih rendah pula. Hampir semua pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah untuk memenuhi pesanan. Selain itu jaringan distribusi juga masih sangat terbatas. Upaya meningkatkan jaringan distribusi dengan menjalin kerjasama dengan koperasi petani ikan dan agen pakan ikan belum membuahkan hasil yang signifikan. Obsesi untuk memasarkan produk dengan cara membuka toko sendiri juga belum dapat direalisasikan. Kondisi ini membuat CV. BAS belum mengambil keputusan untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

CV. BAS harus berupaya mendapatkan pasokan bahan baku berkualitas dengan harga murah dengan cara mencarinya dalam wujud produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri yang ada di Bekasi dan sekitarnya. Sampai saat ini pasokan bahan baku utama, yakni bahan baku sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai, bungkil sawit, dan bungkil kopra dalam kondisi belum stabil. Untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini, secara kuantitas pasokan sudah mencukupi, tapi akan kurang mencukupi bila perusahaan hendak meningkatkan kapasitas produksinya. Selain itu kualitas bahan baku juga kurang stabil. Saat musim hujan misalnya, kualitas ikan kering cenderung menurun, yaitu kadar air yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan CV. BAS harus melakukan proses pengeringan yang lebih lama. Selain itu kadar protein juga cenderung menurun sehingga. Hal ini harus diatasi dengan menambah bahan pakan lain dengan kandungan protein yang tinggi agar kualitas pakan tetap terjaga. Ketidak stabilan juga terkait dengan kontinuitas. Faktor cuaca biasanya mempengaruhi hasil tangkapan ikan para nelayan, sehingga pasokan ikan kering ke CV. BAS tidak stabil. Ketidakstabilan ini memerlukan solusi dengan mencari alternatif bahan baku yang lebih stabil dengan tetap memperhatikan standar kualitas pakan dan harga yang murah. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi atas formulasi pakan ikan yang diterapkan selama ini.

Proses produksi belum stabil dikarenakan kerusakan mesin terutama mesin cetak ikan yang masih kadang-kadang terjadi. Kerusakan yang dapat ditangani sendiri tidak menjadi masalah yang berarti karena hanya memerlukan waktu sebentar. Lain halnya bila perbaikan harus di bawa ke bengkel dan memerlukan waktu lebih dari sehari, ini akan menunda waktu proses dalam tempo di luar batas toleransi. Permasalahan semacam ini selain menunda waktu proses pengolahan pakan ikan, juga menyebabkan menurunnya kualitas pakan ikan. Hal ini


(19)

dikarenakan proses pencetakan pakan ikan sekaligus merupakan proses pengeringan pakan ikan, sehingga tertundanya proses pencetakan sama dengan tertundanya proses pengeringan campuran pakan yang berakibat menurunkan kualitasnya. Solusi atas masalah ini adalah dengan menambah jumlah mesin cetak pakan ikan, sehingga bila yang satu rusak, dapat di pakai yang satunya lagi. Kemampuan modal atau akses mendapatkan modal sebenarnya memungkinkan CV. BAS untuk melakukan penambahan mesin cetak pakan ikan, namun hal itu dipandang belum layak dilakukan karena harus seiring dengan program peningkatan kapasitas produksi, padahal peningkatan kapasitas produksi sulit dilakukan karena masih kecilnya volume penjualan dan belum stabilnya pasokan bahan baku pakan ikan.

Nampak CV. BAS mengalami dilema dalam mengembangkan bisnisnya. Uraian permasalahan di atas menunjukkan bahwa strategi operasi yang dijalankan perusahaan belum tepat. Berangkat dari uraian di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana formulasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri agar biaya minimal ?

2. Bagaimana strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk ?

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan :

1. Rumusan formulasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas - berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri – agar biaya minimal.

2. Rumusan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi Pengusaha, secara umum sebagai pertimbangan dalam mengevaluasi dan mengembangkan strategi operasi perusahaan, dan secara khusus mengevaluasi kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas - berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri – agar biaya minimal sebagai upaya peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan keunggulan perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.

2. Secara akademis, memperkaya khasanah riset tentang manajemen strategi operasi.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Secara umum penelitian ini membahas bidang operasi CV. BAS.

2. Secara khusus penelitian ini membahas pengelolaan bahan baku CV. BAS yang berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri.

3. Alat análisis yang dipakai adalah Linear Programming, Analisis SWOT, dan Analytichal Hierarchie Process.


(20)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Industri Pakan Ikan

Industri pakan ikan yang mampu menghasilkan produk standar dengan harga murah memiliki peluang usaha yang sangat menguntungkan. Karena industri pakan mempunyai peran yang sangat penting dalam budidaya perikanan darat yang dikelola secara intensif mengingat tidak kurang dari 70 % total biaya produksi terserap oleh pakan. Meskipun pertumbuhan industri pakan sangat pesat seiring dengan permintaan komoditas ikan di pasar domestik dan luar negeri, ternyata bangun industrinya dikuasai hanya oleh beberapa perusahaan besar antara lain Comfeed, Phokphand, Sinta. Kelompok usaha tersebut saat ini mengusasi jaringan bahan baku, prosesing dan pemasaran. Dengan telah dikuasainya jaringan tersebut berdampak langsung pada trend elastisitas harga yang tidak menguntungkan bagi petani. (Srihati dan Sukirno 2003)

Mengacu kepada temuan Srihati dan Sukirno (2003), sebagian besar biaya produksi usaha pakan ikan digunakan untuk pengadaan bahan baku yang mencapai 87 % dan 52 % dari biaya bahan baku terserap oleh tepung ikan atau biaya tepung ikan memiliki porsi sebesar 45 % dari total biaya produksi. Biaya kacang kedelai sebagai sumber protein pakan ikan lainnya juga cukup tinggi, yakni memcapai 17 % dari total biaya produksi.

Menurut Handajani dan Widodo (2010) salah satu kelemahan penyusunan pakan ikan selama ini adalah kurang mengoptimalkan potensi pakan lokal. Umumnya sebagain bahan pakan terutama sumber protein masih impor seperti bungkil kedelai dan tepung ikan. Akibatnya harga bahan pakan tersebut relative mahal. Alasan yang umum dipakai untuk pembenaran impor adalah belum adanya bahan pakan tersebut di daerah lokal dan/atau standarisasi kualitas bahan pakan yang relative stabil. Sementara potensi bahan pakan lokal sampai saat ini belum tergarap dengan baik.

Untuk memilih bahan baku perlu memperhatikan yaitu persyaratan teknis dan persyaratan sosial ekonomis. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah : mempunyai nilai gizi tinggi, tidak mengandung racun, sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan di alam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan. Seperti diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor, omnivor dan karnivor. Sedangkan persyaratan sosial ekonomis yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah mudah diperoleh mudah diolah harganya relatif murah bukan merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan dan sedapat mungkin memanfaatkan limbah industri pertanian (Gusrina, 2008).

Melengkapi dua persyaratan tersebut, Handajani dan Widodo (2010), menyatakan bahwa setiap kali menyusun pakan selalu harus memperhatikan tiga faktor utama yang akan mempengaruhi pemilihan bahan pakan dalam rangka menjaga kualitas dan kuantitas pakan tersebut. Ketiga hal tersebut adalah : (1)


(21)

harga bahan pakan penyusun pakan ikan (2) ketersediaan bahan pakan dan (3) kebutuhan zat makanan ikan.

Menurut Murtidjo (2007), sebelum dilakukan pengolahan pakan ikan, perlu dilakukan analisis nutrisi makanan ikan meliputi : (1) Dasar penyusunan makanan ikan, (2) Daftar Analisis Bahan Makanan Ikan, (3) Pedoman Batas Penggunaan Bahan Makanan Ikan, (4) Spesifikasi Nutrisi Makanan Ikan, (5) Metode Penyusunan Pakan Ikan. Penggunaan daftar analisis bahan pakan ikan diperlukan sebagai acuan agar pakan yang dibuat memenuhi kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan. Namun demikian, menurut Sukria dan Krisnan (2009),hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan aspek nutrisi maupun teknologi pengolahannya masih berkutat pada skala penelitian atau skala lapangan yang terbatas, maka kecukupan nutrisi tidak bisa hanya didasarkan pada informasi sekunder. Pengusaha pakan ikan perlu melakukan pengukuran kandungan nutrisi terhadap bahan pakan dan produk jadinya.

Batasan penggunaan masing-masing bahan pakan biasanya didasarkan pada alasan teknis dan ekonomi. Secara teknis penggunaan masing-masing bahan pakan memerlukan batasan minimal atau maksimal untuk memperoleh performa pakan yang optimal. Misalnya kandungan lemak yang terlalu tinggi menyebabkan pakan cepat tengik, atau kandungan serat yang tinggi menyebabkan pakan mudah hancur. Secara ekonomi, penggunaan bahan pakan harus mempertimbangkan harganya sehingga diperoleh kombinasi bahan pakan dengan harga minimal.

Produk pakan ikan yang dihasilkan harus memiliki kandungan nutrisi sesuai kebutuhan ikan. Pellet yang baik memiliki kadar air maksimal 10 % kandungan abu dan serat kasar maksimal 5 % Sedangkan kandungan protein, lemak,dan karbohidrat tergantung pada susunan bahan bakunya. Sebagai patokan untuk pellet pakan ikan sebaiknya kadar proteinnya lebih dari 25%, lemak 5% - 7%, dan karbohidrat 16% - 18%. (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011).

Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri

Produk Sampingan merupakan produk yang dihasilkan dalam joint production namun produk tersebut relative harganya atau nilainya atau kuantitasnya lebih rendah dibanding yang lain (Halim, 2007). Selanjutnya Carter dan Milton (2009) menjelaskan bahwa produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas yaitu produk sampingan yang dijual dalam bentuk asal (tanpa diproses lebih lanjut) dan produk sampingan yang membutuhkan proses lebih lanjut agar produk tersebut dapat dijual.

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, (Undang-Undang Nomor. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2004 tentang perikanan.). Selanjutnya, di dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum secara bebas.


(22)

Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan tangkap, binatang atau tanaman air masih belum merupakan milik seseorang sebelum binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut.

Aktivitas perikanan tangkap menghasilkan produk sampingan yang terdiri dari hasil tangkapan sampingan, ikan yang tak layak konsumsi, dan ikan tidak utuh atau terpotong. Hasil Tangkap Sampingan (HTS) atau bycatch diartikan sebagai ikan hasil tangkapan non target pada suatu perikanan tangkap tertentu (Pauly, 1984; Alverson et.al, 1994 dalam Widodo et.al, 2010). Lebih lanjut Widodo, et.al (2010) menjelaskan bahwa ikan non target dapat berupa bukan spesies tujuan atau jenis ikan target tapi ukurannya di bawah standar yang diinginkan yaitu berupa ikan yuwana atau ikan muda. Menurut Faubiany (2008), ikan yang tidak layak konsumsi dan ikan yang terpotong dikarenakan buruknya sanitasi dan penanganan pasca penangkapan.

Pengertian Agroindustri pertama kali dijelaskan oleh Austin (1981), An agroindustri is an enterprise that processes agricultural raw material, including ground and tree crops as well as livestock. The degree of processing can vary tremendously, ranging from the cleaning, mixing, and chemical alteration theat create a textured vegetable food.

Secara lebih detail, Anonim, 1983 dalam Mangunwidjaya dan Sailah (2005), agroindustri didefinisikan sebagai kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Agroindustri dengan demikian mencakuo Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatann dan Mesin Pertanian (IPMP), dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP). IPHP meliputi IPHP tanaman pangan, tanaman perkebunan, hasil hutan, perikanan, dan peternakan.

Agroindustri khususnya industri pengolahan hasil pertanian menghasilkan produk sampingan. Produk sampingan yang dihasilkan dalam agroindustri dapat dilihat pada Pohon Industri yang disusun oleh LIPI. Dedak adalah produk sampingan dari penggilingan padi, kelapa, kelapa sawit, dan kedelai ketika diolah menghasilkan produk sampingan berupa bungkil.

Minimasi Biaya Bahan Baku

Untuk menghasilkan barang dan jasa, semua jenis organisasi menjalankan tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini merupakan hal penting, bukan hanya untuk proses produksi, tetapi juga demi kelangsungan hidup sebuah organisasi. Fungsi-fungsi ini adalah sebagai berikut : (1). Pemasaran yang menghasilkan permintaan, paling tidak, menerima pemesanan untuk esbuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak ada penjualan). (2) Produksi/Operasi yang menghasilkan produk, dan (3) Keuangan/Akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang (Heizer dan Render 2009). Fungsi operasional diperlukan untuk merangkai aktifitas yang menciptakan nilai produk berupa barang maupun jasa melalui proses transformasi input menjadi output secara optimal.


(23)

Lebih lanjut Heizer dan Render (2009), menjelaskan bahwa banyak keputusan manajemen operasi berkaitan dengan usaha menggunakan sumber daya organisasi dengan cara yang paling efektif. Sumber daya biasanya meliputi permesinan, suatu teknik matematis yang dirancang untuk membantu para manajer operasi dalam merencanakan dan membuat keputusan yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya. Salah satu contoh penerapan program linier yang berhasil adalah pemilihan bauran komposisi makanan untuk menghasilkan kombinasi makanan

Berdasarkan temuan Srihati dan Sukirno (2003), sebagian besar biaya produksi usaha pakan ikan digunakan untuk pengadaan bahan baku yang mencapai 87 persen dan selanjutnya 52 persen dari biaya bahan baku terserap oleh tepung ikan, maka minimasi biaya bahan baku pakan ikan penting untuk dilakukan melalui pengaturan komposisi bahan baku penyusun pakan ikan.

Program Linier (Linier Programing) merupakan salah satu teknik riset operasional (Operation Research) yang digunakan paling luas dan diketahui baik. Ia merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Program linier banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain (Mulyono 2007). Program linier adalah suatu cara penyelesaian persoalan pengalokasian sumber daya yang terbatas di antara beberapa alternatif solusi, dengan cara yang mungkin dilakukan, untuk mencapai hasil yang optimal atau hasil yang terbaik.

Menurut Heizer dan Render (2009), semua persoalan Program Linier (PL) mempunyai empat sifat umum, yaitu :

1. Persoalan PL bertujuan memaksimalkan atau meminimalkan kuantitas (pada umumnya berupa keuntungan atau biaya). Sifat umum ini disebut fungsi tujuan (objective function) dari suatu persoalan PL. Pada umumnya, tujuan utama suatu perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan pada jangka panjang. Dalam kasus sistem distribusi suatu perusahaan angkutan atau penerbangan, tujuan pada umumnya berupa meminimalkan biaya.

2. Adanya batasan (constraints) atau kendala yang membatasi tingkat sampai di mana sasaran dapat dicapai. Sebagai contoh, keputusan untuk memproduksi banyaknya unit dari setiap produk pada suatu lini produk perusahaan dibatasi oleh tenaga kerja dan permesinan yang tersedia. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan atau meminimalkan suatu kuantitas (fungsi tujuan) bergantung pada sumber daya yang jumlahnya terbatas (batasan).

3. Harus ada beberapa alternatif tindakan yang dapat diambil. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan menghasilkan tiga produk yang berbeda, manajemen dapat menggunakan PL untuk memutuskan bagaimana cara mengalokasikan sumber dayanya yang terbatas (tenaga kerja, permesinan, dan seterusnya). Jika tidak ada alternatif yang dapat diambil, maka PL tidak diperlukan.

4. Tujuan dan batasan dalam permasalahan pemrograman linier harus dinyatakan dalam pertidaksamaan atau persamaan linier. Programa Linier memiliki model matematis yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Selain itu ditambah dengan batasan berupa syarat non-negatif.


(24)

Strategi Operasi

Keunggulan bersaing merupakan dasar bagaimana perusahaan mampu menciptakan nilai untuk pembeli yang melebihi cost yang dikeluarkan perusahaan untuk penciptaan nilai tersebut (Porter 1985). Nilai merupakan apa yang diinginkan oleh pembeli yang mempunyai keinginan untuk membayar, aliran penciptaan nilai yang superior yaitu bagaimana perusahaan menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaingnya untuk mendapatkan manfaat yang sama atau memberikan manfaat yang unik dengan harga yang lebih tinggi. Dua dasar keunggulan bersaing ini adalah adanya cost leadership dan differentiation.

Menurut Porter (1985) ada 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam suatu industri: (1) ancaman masuknya pendatang baru, (2) kekuatan tawar menawar pemasok, (3) kekuatan tawar menawar pembeli, (4) Ancaman produk substitusi, dan (5) persaingan dalam industri. Untuk menyusun rancangan strategi yang baik dan agar dapat menduduki posisi yang kompetitif dalam industrinya maka perusahaan harus dapat meminimumkan dampak kelima kekuatan tersebut. Situasi persaingan dalam suatu industri ditunjukkan Gambar 2.

Gambar 2 Element-element struktur industri (Porter 1985)

Kelima kekuatan persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri. Kekuatan persaingan akan menjadi dasar bagi penyusun strategi dalam perumusan strategi perusahaan yang tujuannya adalah agar perusahaan mendapatkan posisi dalam industri yang membuat mereka survive. Menurut Grant (1999) strategi memiliki 3 tingkat, yaitu strategi korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional. Salah satu strategi yang berada pada strategi fungsional adalah strategi produksi atau operasi. Selanjutnya

New Entrants Buyers Suppliers Substitutes Industry Competitors Intensity of Rivalry Threat of Substitutes Threat of New Entrants Bargaining Power of Suppliers Bargaining Power of Buyers

Determinants of Buyer Power

Bargaining Leverage

• Buyer concentration vs. firm concentration

• Buyer volume

• Buyer switching costs relative to firm switching costs

• Buyer information

• Ability to backward integrate

• Substitute products

• Pull-through

Price Sensitivity

•Price/total purchases

• Product differences

• Brand identity

• Impact on quality/ performance

• Buyer profits

• Decision maker’s

incentives

Determinants of Substitution Threat

• Relative price performance of substitutes

• Switching costs

• Buyer propensity to substitute

Rivalry Determinants

•Industry growth

• Fixed (or storage) costs / value added

• Intermittent overcapacity

• Product differences

• Brand identity

• Switching costs

• Concentration and balance

• Informational complexity

• Diversity of competitors

• Corporate stakes

• Exit barriers

Entry Barriers

•Economies of scale

• Proprietary product differences

• Brand identity

• Switching costs

• Capital requirements

• Access to distribution

• Absolute cost advantages Proprietary learning curve Access to necessary inputs Proprietary low-cost product design

• Government policy

• Expected retaliation

Determinants of Supplier Power

• Differentiation of inputs

• Switching costs of suppliers and firms in the industry

• Presence of substitute inputs

• Supplier concentration

• Importance of volume to supplier

• Cost relative to total purchases in the industry

• Impact of inputs on cost or differentiation

• Threat of forward integration relative to threat of backward integration by firms in the industry


(25)

menurut Slack and Lewis (2011) dalam James (2011) strategi operasi adalah pola total keputusan yang membentuk kapabilitas jangka panjang dari setiap jenis usaha dan kontribusi mereka terhadap strategi keseluruhan, melalui rekonsiliasi kebutuhan pasar dan sumber daya operasi.

Strategi operasi memerlukan manajemen sebagaimana strategi korporasi dan strategi bisnis. Wheelen dan Hunger (2010) menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategik mencakup scanning lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi baik bersifat jangka pendek atau panjang, evaluasi dan kontrol. Setiap organisasi harus menggunakan konsep dan teknik manajemen strategis dalam lingkungan industri yang dijalankannya dengan pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai peristiwa.

Menurut Gaspersz (2005), perencanaan strategic manufacturing lebih sering berhubungan dengan isu-isu internal dari pada isu-isu eksternal. Bagimanapun juga, isu eksternal paling penting yang perlu dipertimbangkan dalam strategi manufacturing adalah isu-isu yang berkaitan dengan pemasok (supplier issues) serta pemahaman tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Selanjutnya menurut Ellitan dan Anatan (2008) beberapa peneliti menyatakan bahwa strategi manufaktur mewakili prioritas kompetitif. Prioritas kompetitif ini meliputi biaya(cost), kualitas (quality), fleksibilitas (flexibility), dan pengiriman (delivery). Keempat dimensi strategi tersebut bukanlah strategi yang saling meniadakan satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling memperkuat. Strategi biaya adalah produksi dan distribusi sebuah produk dengan biaya terendah dan sumber daya tersisa (waste resources) yang minimum. Strategi ini mencerminkan prioritas perusahaan pada efisiensi biaya agar mampu berkompetisi berbasis pada biaya. Strategi kualitas didefinisikan sebagai aktivitas perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi atau memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk merespon perubahan cepat dalam produk, jasa dan proses. Sedangkan strategi pengiriman didefinisikan sebagai keandalan dalam memenuhi jadwal pengiriman yang diminta dan dijanjikan, atau kecepatan dalam merespon pemesanan konsumen

Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunites), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian, perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi dalam kondisi yang ada saat ini yang disebut dengan analisis situasi (Rangkuti 2008).


(26)

David (2011) menjelaskan bahwa matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat strategi sebagai berikut:

a. Strategi SO (Strenghts-Opportunities), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang.

b. Strategi ST (Strenghts-Threats) merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.

c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) sebagai strategi yang menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan.

d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Analisis Hirarki Proses

Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam pengambilan suatu keputusan pada sebuah hirarki fungsional dengan imput utamanya adalah persepsi manusia. Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik aspek kualitatif maupun kuantitatif pikiran manusia,aspek kualitatif untuk mendefenisikan persoalan dan hirarkinya sedangkan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. (Saaty 1993)

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Setelah itu, dari berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin dan Maghfiroh 2010).

Lebih lanjut, Marimin dan Maghfiroh (2010) menjelaskan bahwa secara grafis persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat (hierarki). AHP dimulai dengan goal atau sasaran lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. Terdapat berbagai bentuk hierarki keputusan yang disesuaikan dengan substansi dan persoalan yang hanya dapat diselesaikan dengan AHP. Melalui AHP, pengguna dapat memberikan bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria. Bobot tersebut diberikan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Selanjutnya, perbandingan berpasangan tersebut diubah menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif.

Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah (Saaty 1993) :

1. Kesatuan : AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur

2. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks

3. Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear


(27)

4. Penyusunan hierarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat

5. Pengukuran : AHP member suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas

6. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas

7. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif

8. Tawar menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka

9. Penilaian dan consensus : AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi mensistensiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda

10. Pengulangan proses : AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang strategi operasi yang dikaitkan dengan optimasi/minimasi/maksimasi dengan alat analisis seperti program linier, SWOT, dan AHP telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu bila dilihat dari sisi ranah penelitian maupun alat analisis yang digunakan. Bila ranah penelitian dibedakan berdasarkan level atau cakupan bisnis, yaitu unit bisnis atau sub unit operasi/produksi, dan ranah riset dibedakan menjadi strategi dan optimasi/minimasi/maksimasi, serta alat analisis mencakup programa linier, SWOT, dan AHP, maka posisi penelitian ini terhadap penelitian yang lalu dapat dilihat pada Tabel 3.

Abbas, BS, Herman RT, dan Shinta (2008) melakukan penelitian dengan judul : Analisis Produksi Menggunakan Model Optimasi Linear Programming Pada PT. MAST. Penelitian dengan fokus aktivitas produksi ini dilakukan untuk menentukan jumlah produksi ban yang optimsl agar keuntungan maksimal dan mengetahui faktor yang mempengaruhi jumlah produksi yang optimal tersebut. Data-data seperti data umum produk, data kebutuhan bahan baku, data produksi dan penjualan, data harga produk, data bahan baku, data siklus waktu kerja, data upah tenaga kerja di analisis program linier. Hasilnya adalah kombinasi produksi yang dihasilkan oleh program linier memberikan keuntungan yang lebih besar dan faktor-faktor yang mempengaruhi optimasi produksi adalah kapasitas bahan baku, jam kerja mesin dan tenaga kerja, kapasistas produksi, jumlah hari kerja/bulan.

Purba (2010), melakukan riset “Optimasi Usaha Pengolahan Ikan (UPI) Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi”. Data diolah dan dianalisis dengan analisis kelayakan usaha, penetapan critical control point, dan optimasi unit pengolahan ikan. Hasilnya adalah UPI skala menengah layak untuk di kembangkan karena nilai RC ratio lebih dari satu, payback periode relatif singkat, kinerja keungannya baik dan bankable. Hasil analisis optimasi dengan program


(28)

linier menunjukkan bahwa UPI skala menengah di Sukabumi yang dapat dikembangkan sebanyak 41 unit, terdiri dari UPI ikan asin sebanyak 8 unit, UPI pindang ikan besar sebanyak 4 unit, UPI pindang ikan kecil sebanyak 2 unit, UPI bakso ikan sebanyak 3 unitUPI abon ikan sebanyak 22 unit, dan UPI kerupuk kulit sebanyak 2 unit

Tabel 3 Perbandingan ranah dan alat analisis penelitian terdahulu dan penelitian yang diilaksanakan

Judul dan Tahun Penelitian

Ranah Alat Analisis

Unit Bisnis

Sub unit Operasi

Strategi Optimasi/ Maksimasi

/Minimasi

Programa Linier

SWOT AHP Lainnya

Analisis Produksi Mengguna-kan Optimasi Linear Programming pada PT MAST, 2008

√ √ √

Optimasi Usaha Pengolahan Ikan Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi Jabar, 2010

√ √ √ √

Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pengembangan Usaha Produk Fish Jelly (Studi Kasus Pada PT “XP” di Jakarta), 2010

√ √ √ √ √ √ √

Strategi Operasional untuk Meningkatkan Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Dodol Buah Studi Kasus : PD “X” Kabupaten Garut Jawa Barat. 2011

√ √ √ √

Analysis of Indonesia Agroindustry Competitiveness in Nanotechnology Develop-ment Perspective Using SWOT-AHP Method.2011

√ √ √ √

Penelitian yang akan dilaksanakan

√ √ √ √ √ √

Bastaman (2009) meneliti dengan judul “Strategi Operasional untuk Meningkatkan Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Dodol Buah pada PD “X” di Garut”. Analisis data meliputi analisis pendapatan, analisis fungsi produksi, analisis nilai tambah, dan analisis SWOT. Hasilnya adalah bisnis yang dijalankankan perusahaan telah efisien, dengan rata-rata nilai tambah sebesar 19.75 5, rata-rata imbalan untuk pemilik sebesar 65.84 % dan rata-rata imbalan untuk tenaga kerja sebesar 34.16 %, penggunaan semua faktor produksi berpengaruh nyata dan positif. Berdasarkan matriks IE perusahaan berada pada kwadran II (grow and build) sehingga perlu menerapkan strategi intensif melalui pemeliharaan mutu produk. Peningkatan kemampuan produksi, pengembangan skala usaha, dan peningkatan ketersediaan bahan baku. Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dijalankan perusahaan adalah mempertahankan harga produk, yang komperitif, membuka distributor/agen baru di tempat strategis, promosi efisien dan efektif, meningkatkan kinerja pemasaran, meningkatkan dan mempertahankan mutu produk, memperluas dan mempertahankan pasar yang


(29)

sudah diraih, mempertahankan harga jual produk di pasaran, dan memperbaiki saluran distribusi.

Ismarsudi (2010) melakukan riset tentang optimasi produksi dan strategi pengembangan usaha pada PT “XP” di Jakarta. Fokus riset pada produk fish jelly ini menggunakan sejumlah alat analisis, yaitu Metode Perbandingan Eksponensial untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak, Linier Programming untuk mengalokasikan sumberdaya guna mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya, dan Analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kecocokan di antara mereka. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pertama, berdasarkan analisis MPE, peringkat produk berturut-turut adalah sebagai berikut : fish finger, bakso ikan, kakinaga, sosis ikan, dan otak-otak ikan. Kedua hasil program linier terhadap dua produk unggulan, fish finger memberikan keuntungan sebesar Rp.31.800,00 / kg dengan kombinasi produk yang efisien untuk masing-masing sebanyak 25 % dan 75 %. Ketiga hasil evaluasi faktor eksternal dan internal mengGambarkan perusahaan dalam posisi agresif. Selanjutnya hasil analisis SWOT diperoleh gabungan kekuatan dan peluang sehingga memperoleh kwadran S-O (Strength-Opportunity) yang menyatakan bahwa menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan relasi yang sudah terjalin harus dijaga dan ditingkatkan. Pengembangan usaha dengan meningkatkan jumlah produksi dengan teknik baru untuk memperoleh peningkatan kuantutas dan kualitas mutu produk yang dapat bersaing. Dengan demikian penetrasi pasar, pengembangan produk, integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integraso horizontal, diversifikasi konglomerat, diversifikasi horizontal, atau kombinasi semuanya bisa layak digunakan, tergantung kondisi spesifik yang dihadapi perusahaan.

Rochman et al (2011), melakukan penelitian dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP untuk menentukan strategi. Penelitian dengan judul Analysis of Indonesia Agroindustry Competitiveness in Nanotechnology Development Perspective Using SWOT-AHP Method dilakukan pada lima agroindustri yang dianggap potensial untuk mengembangkan nanoteknologi di Indonesia. Analisis SWOT-AHP dilakukan untuk menentukan posisi keunggulan bersaing masing-masing industri. Faktor internal yang didominasi oleh pengembangan master teknologi dan ketersediaan bahan baku serta energi memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dibandingkan faktor eksternal yaitu dampak ekonomi bagi industri seperti peningkatan nilai tambah produk-produk yang menggunakan nanoteknologi serta peningkatan jangkauan pasar. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai referensi bagi stakeholders terkait untuk memformulasikan strategi dalam rangka peningkatan agroindustri nasional melalui pengembangan nanoteknologi.

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menguatkan dan menambah khasanah kajian strategi operasi. Bila umumnya strategi operasi didasarkan pada data kualitatif, misalnya dengan analisis swot, maka analisis swot dalam penelitian ini didukung data kuantitatif yang menggunakan analisis program linier.


(30)

3 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian

CV. Babelan Agro Sejahtera adalah industri kecil pakan ikan yang harus bersaing dengan perusahaan besar dalam memasarkan produknya. CV. BAS berupaya mewujudkan daya saingnya dengan memproduksi pakan dengan kualitas standar dan harga produk yang lebih murah. Untuk mewujudkannya CV. BAS berupaya menekan biaya operasional, terutama biaya bahan baku. Upaya yang dilakukan CV. BAS adalah mencari bahan baku pakan ikan berkulitas dan murah berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Riset ini untuk merumuskan kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri, minimasi biaya bahan baku, dan merumuskan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk. Kerangka pemikiran penelitian dimuat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian DESKRIPSI

PERUSAHAAN

LINGKUNGAN EKSTERNAL

MATRIKS IFE

ANALISIS MINIMASI BIAYA BAHAN BAKU

PAKAN IKAN

RUMUSAN ALTERNATIF KOMBINASI BAHAN BAKU PAKAN IKAN

IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL BIDANG OPERASI

RUMUSAN PENGEMBANGAN STRATEGI OPERASI

PERUSAHAAN MATRIKS SWOT

A H P LINGKUNGAN

INTERNAL

IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL

BIDANG OPERASI


(31)

Tahapan awal adalah mengevaluasi kombinasi bahan baku pakan ikan berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri, untuk minimasi biaya bahan baku dengan tetap memperhatikan kualitas. Analisis ini menggunakan programa linier, yakni metode simpleks

Tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan operasional CV. BAS. Hasil ini digabungkan dengan tahapan awal dijadikan acuan untuk melakukan analisis SWOT untuk merumuskan strategi operasi CV. BAS. Analisis SWOT dilakukan dengan diskusi mendalam dengan pengelola yang sekaligus pemilik perusahaan.

Tahapan terakhir adalah menentukan prioritas strategi dengan AHP yang melibatkan pengelola perusahaan dan sejumlah responden ahli agribisnis atau agroindustri. Penentuan prioritas strategi didasarkan pada kriteria strategi operasi meliputi biaya, mutu, fleksibilitas, dan pengiriman.

Obyek dan Lokasi Penelitian

Obyek penelitian ini adalah manajemen operasional CV. Babelan Agro Sejahtera (CV. BAS) yang berlokasi di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Selain mengamati aktivitas operasional dan mewawancarai pengelola perusahaan, penelitian ini juga memerlukan wawancara mendalam dan terstruktur dengan responden ahli terdiri dari pengelola dan responden ahli agribisnis dan agroindustri untuk mengisi kuisioner AHP.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data meliputi data primer dan data sekunder untuk menyusun profil perusahaan, deskripsi lingkungan internal dan eksternal, kebutuhan dan harga bahan baku, data-data mengenai faktor produksi, data mengenai asset dan omset perusahaan. Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data terdapat pada Tabel 4. berikut ini.

Tabel 4 Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data

No Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan Data

1. Profil Perusahaan CV. BAS (Data Sekunder dan Primer)

Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan

2. Aset dan Omset CV. BAS (Data Sekunder dan Primer)

Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan

3. Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksteral

CV. BAS (Data Sekunder dan Primer)

Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan

4. Kebutuhan Bahan Baku CV. BAS (Data Sekunder dan Primer)

Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan

5. Prioritas Strategi pengembangan Operasi

Pengelola dan Responden Ahli


(32)

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara berikut :

a. Studi kepustakaan dilakukan terhadap buku, dan laporan hasil kajian yang relevan dengan masalah yang diteliti.

b. Penelusuran Data Sekunder, yakni catatan dan laporan perusahaan meliputi data-data yang telah dicatat atau menjadi laporan perusahaan meliputi jenis-jenis data sebagaimana tertera pada Tabel 2 di atas.

c. Wawancara, baik wawancara biasa maupun wawancara mendalam (Indepth interview) dilaksanakan dengan pengelola perusahaan untuk mendapatlan data-data sebagaimana diuraikan pada Tabel 2 di atas.

d. Pengamatan, untuk mengamati aktivitas operasional CV. BAS dalam melakukan produksi pakan ikan.

e. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada pengelola perusahaan dan responden ahli agribisnis atau agroindustri. Wawancara terstruktur ini dilakukan dalam kerangka AHP untuk penentuan prioritas pengembangan strategi operasi CV. BAS.

Teknik Penentuan Responden

Penentuan responden AHP dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling), karena responden yang bersangkutan memiliki keahlian dan kompeten di bidangnya. Responden yang dipilih adalah para ahli atau praktisi agribisnis yang berasal dari internal perusahaan dan akademisi/konsultan. Responden AHP dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 5 Pendidikan dan pekerjaan responden AHP

No. Responden Pendidikan Aktivitas

1. Responden 1 S1 Agribisnis Pemilik dan Pengelola CV. BAS 2. Responden 2 S3 – Ekonomi

Sumberdaya Alam

Akademisi, Konsultan Agribisnis dan Pengembangan Wilayah

3. Responden 3 S3 – Teknik Pertanian Akademisi, Pengurus KADIN Kabupaten Bekasi

4. Responden 4 S2 – Manajemen Industri Akademisi, Wirausaha Agribisnis

5. Responden 5 S2 – Tekno Ekonomi Akademisi, Konsultan Manajemen Strategis 6. Responden 6 S2 – Manajemen

Agribisnis

Akademisi, Wirausaha Agribisnis.

Analisis Data Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan profil perusahaan, lingkungan internal dan eksternal perusahaan berdasarkan wawancara, pengamatan, dan data sekunder. Hasil analisis ini ditampilkan dalam bentuk deskripsi yang dilenkapi dengan Tabel dan grafik.


(33)

Metode Simpleks untuk Minimasi Biaya Bahan Baku Pakan Ikan Model tersebut dapat ditulis dalarn bentuk standar sebagai berikut : Fungsi Tujuan :

Maximize/Minimie Z = c1x1 + c2x2 + ……. + cnxn

Kendala :

a11x1 + a12x2+ ……. + a1nxn≤ b1 atau > b1

a21x1 + a22x2+ ……. + a2nxn ≤ b2 atau > b2

:

am1x1 + am2x2+ …….+ amnxn≤ bm atau > bm

x1, x2, ………, Xn ≥ 0

Konstruksi metode simpleks yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Formulasi Persoalan

Tujuan : Minimasi Biaya

Variabel Keputusan : Jumlah beberapa bahan baku yang harus dibeli per periode pembelian, seperti tepung ikan, tepung bulu ayam, tepung susu, bungkil sawit, bungkil kelapa, dedak, vitamin, dan sebagainya.

Kendala : Batas maksimal atau minimal kandungan nutrisi pakan ikan meliputi protein, lemak, karbohidrat, kalori, mineral, dan sebagainya.

2. Tabel Observasi

Hasil observasi bahan baku pakan ikan disusun dalam bentuk Tabel sebagai berikut :

Tabel 6 Hasil observasi bahan baku pakan ikan Bahan Baku

(X)

Harga (Rp/kg)

Kandungan Protein (%)

Batas Maksimal/Minimal Kandungan Bahan Pakan (%)

Bahan Baku 1 (X1) C1 a11 b2

Bahan Baku 2 (X2) C2 a12 b3

… … … …

Bahan Baku n (Xn) Cn a1n bn

Batas Maks/Min

Kandungan Protein b1

3. Formulasi model matematis : Tujuan :

Minimie Z = c1x1 + c2x2 + ……. + cnxn

Kendala :

a11x1 + a12x2+ ……. + a1nxn≤ b1 atau > b1

a21x1 + a22x2+ ……. + a2nxn ≤ b2 atau > b2

:

am1x1 + am2x2+ …….+ amnxn≤ bm atau > bm


(34)

4. Evaluasi dan Perhitungan :

Evaluasi dilakukan dengan memeriksa kebenaran langkah 1-3 di atas. Bila sudah benar, maka dilanjutkan perhitungan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software POMforWINDOWS dan Management Scientis

5. Rekomendasi

Hasil perhitungan didapat informasi komposisi bahan baku dan biaya produksi berdasarkan persyaratan kandungan nutrisi. Dengan metode simpleks ini, dapat disusun formulasi pakan ikan berdasarkan kualitas pakan yang dikehendaki agar dapat menekan biaya pembelian bahan baku.

Analisis SWOT

Analisa data internal dan eksternal yang menjadi faktor kunci dan terkait dengan manajemen operasi CV. BAS. Data tersebut dianalisis dengan matriks IFE, EFE dan Matriks SWOT sebagai berikut :

1. Analisis faktor internal dan eksternal (IFE – EFE)

Menurut David (2011), matriks IFE dan EFE dikembangkan dalam 5 langkah :

1) Membuat daftar faktor-faktor eksternal dan internal utama sebagaimana yang disebutkan dalam proses audit eksternal. Masukkan 10-20 faktor, termasuk peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya.

2) Setiap faktor tersebut bobot berkisar 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan nyatanya suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan.

3) Memberilkan peringkat 1-4 pada setiap faktor eksternal dan internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut, di mana 4 = respon sangat bagus, 3 = respon di atas rataan, 2 = respon rataan, 1 = respon di bawah rataan. Untuk peluang maupun kekuatan diberi skor 3-4 dan untuk kelemahan maupun ancaman menerima skor 1 dan 2.

4) Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot.

5) Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total untuk organisasi.

Dalam matriks EFE, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Rataan skor bobot adalah 2,5. Skor bobot 4,0 megindikasikan bahwa sebuah organisasi merespon secara sangat baik peluang dan ancaman yang ada di industrinya. Skor total 1,0 menandakan bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul.

Sedangkan dalam matrik IFE, skor bobot total di bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang nyata berada di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Model matriks EFE dan IFE ditunjukkan pada Tabel 7.


(35)

Tabel 7 Matriks IFE dan matriks EFE Faktor Internal /Eksternal Utama Bobot (a) Peringkat (b) Nilai Tertimbang (a x b)

Kekuatan/Peluang 1. ... 2. ... n. ... Kelemahan/ Ancaman

1. ... 2. ... n. ... Total

2.Analisis Matriks Internal – Eksternal (IE)

Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :

Skor Bobot Total IFE

Kuat 3.0-4.0 Sedang 2.0-2.99 Lemah 1.0-1.99 Sk o r B o b o t T o tal E

FE 4.0 3.0 2.0 1.0

Tinggi

3.0-4.0 3.0 I II III

Menengah

2.0-2.99 2.0 IV V VI

Lemah

1.0-1.99 1.0 VII VIII IX Implikasi Strategi :

Sel I, II, IV : Tumbuh dan berkembang

Integrasi ke Belakang, Integrasi ke Depan, Integrasi Horizontal, Penetrasi pasar, Pengembangan pasar, Pengembangan produk. Sel III, V, VII : Menjaga dan Mempertahankan

Penetrasi pasar, Pengembangan produk I, Sel VI, VIII, IX : Panen atau divestasi

Penciutan, Divestasi

Gambar 4 Matriks IE

Menurut David (2011), matrik didasarkan pada dua (2) dimensi kunci, skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0-1,99 menunjukkan posisi internal adalah lemah; skor 2,0-2,99 posisinya dianggap sedang; dan skor 3,0-4,0 adalah posisi kuat. Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0-1,99 adalah posisi rendah; skor 2,0-2,99 dianggap posisi sedang; dan skor 3,0-4,0 adalah posisi tinggi.

3. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)

Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal maka akan diperoleh peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal serta kekuatan


(36)

dan kelemahan sebagai faktor strategis internal. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk masing-masing faktor kemudian dilakukan analisis SWOT.

Dalam mengembangkan alternatif strategi digunakan matriks SWOT untuk membantu dalam melakukan pencocokkan antar kekuatan dan peluang (strategi SO), kekuatan dan ancaman (strategi ST), peluang dan kelemahan (strategi WO) serta kelemahan dan ancaman (strategi WT). Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 8. Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan matriks SWOT adalah sebagai berikut (David 2011):

a. membuat daftar peluang eksternal; b. membuat daftar ancaman eksternal; c. membuat daftar kekuatan internal; d. membuat daftar kelemahan internal;

e. mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi SO;

f. mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WO;

g. mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi ST; dan

h. mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WT.

Tabel 8 Contoh matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

KEKUATAN (STRENGTH) KELEMAHAN (WEAKNESS) PELUANG

(OPPORTUNITIES)

Strategi S-O (Progresif) Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O (Korektif) Mengatasi kelemahan untuk

memanfaatkan peluang ANCAMAN (THREATS) Strategi S-T (Diversifikasi)

Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T (Defensif) Mengatasi kelemahan untuk

menghindari ancaman Sumber : David (2011)

Analisis Hirarki Proses (AHP)

Terdapat tiga (3) prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis (Marimin dan Maghfiroh 2010).

a. Penyusunan Hirarki dan Penilaian Setiap Level Hirarki

Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokok, unsur pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya lagi secara hirarki. Susunan hirarkinya terdiri dari goal, kriteria dan alternatif. Nilai level hirarki dapat dilhat pada Tabel 8.


(37)

Tabel 9 Nilai level hirarki

Nilai Keterangan

1 Faktor Vertikal sama penting dengan Faktor Horizontal

3 Faktor Vertikal lebih penting dari Faktor Horizontal

5 Faktor Vertikal jelas lebih penting Faktor Horizontal

7 Faktor Vertikal sangat jelas lebih penting dari Faktor Horizontal

9 Faktor Vertikal mutlak lebih penting dari Faktor Horizontal

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur yang berdekatan

1/ (2-9) Kebalikan dari keterangan nila 2 – 9

Catatan : Penilaian dilakukan melalui perbandingan berpasangan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.

b. Penentuan Prioritas

Untuk setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk menentukan prioritas. Proses perbandingan berpasangan dimulai pada puncak hirarki (goal) digunakan untuk melakukan pembandingan yang pertama lalu dari level tepat di bawahnya (kriteria), ambil unsur-unsur yang akan dibandingkan. Elemen disusun dalam sebuah matriks perbandingan seperti pada Tabel 10. Dalam matrik ini, unsur K1 dalam kolom vertikal dengan unsur K1, K2, K3 dalam baris horizontal dan seterusnya.

Tabel 10 Matriks perbandingan kriteria

Goal K1 K2 K3

K1 K2 K3

c. Konsistensi Logis

Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang, jika lebih dari 10%, maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.

Berikut ini adalah persamaan matematika yang digunakan untuk pengolahan data AHP (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

1. Penghitungan Bobot (Vektor) Prioritas

Vektor prioritas (VP) atau bobot (W) dari setiap elemen dalam satu level hirarki terhadap elemen tertentu diatasnya dihitung dengan rumus sebagai berikut:

�� = �� �� =1

Dimana: VE = vektor eigen = rata-rata geometrik satu baris metrik

�� = �=1

2. Penghitungan Nilai Eigen ( atau VB)

� atau � = � ��

Dimana VA = vektor antara VA = (� ) (VP)


(38)

3. Penghitungan Nilai Eigen Maksimum (maks atau VBmaks) � � � = =1�

4. Penghitungan Konsistensi (Ratio Consistency)

Tolak ukur konsistensi dinyatakan oleh nilai Indeks konsistensi (CI) dan nisbah konsistensi (CR). Keduanya menyatakan konsistensi jawaban responden yang berpengaruh pada kesahihan hasil. Nilai CI dan CR tidak seragam dipengaruhi oleh responden dan tingkat kepakarannya.

� = � � � −

−1

� = �

��, bila CR ≤ 10% dinyatakan konsisten Dimana: � � � = nilai eigen maksimum

n = jumlah elemen yang diperbandingkan (ukuran matriks) CR = rasio konsistensi

RI = indeks random

Tabel 11. Nilai Indeks Random (RI)

Ukuran Matriks Indeks Random (RI) Ukuran Matriks Indeks Random (RI)

1,2 0,00 8 1,41

3 0,58 9 1,45

4 0,90 10 1,49

5 1,12 11 1,51

6 1,24 12 1,48

7 1,32 13 1,56

Sumber: Oak Ridge Laboratory dalam Marimin dan Maghfirah (2010)

5. Matriks Pendapat Gabungan

Matriks pendapat gabungan (g) merupakan matrik baru yang elemen matriknya (� ) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu (� ) yang rasio konsistensinya memenuhi persyaratan.

� = � =1

Dimana : � = elemen matriks gabungan pada baris ke-i kolom ke-j m = jumlah pengolah data

� = elemen matriks individu pada baris ke-i kolom ke-j

Hasil pendapat gabungan tersebut kemudian dihitung dengan prosedur yang sama seperti perhitungan vektor prioritas gabungan. Komponen hierarki yang memiliki nilai eigen prioritas gabungan tertinggi pada setiap level, merupakan komponen prioritas pertama. Alternatif strategi prioritas adalah alternatif strategi yang memiliki eigen vektor prioritas tertinggi. Penyelesaian perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Super Decision dan Microsoft Exce 2007.


(1)

(2)

(3)

(4)

5. Olah Data Gabungan 4 Responden

a. Matriks Perbandingan dan Prioritas Kriteria berdasarkan Tujuan


(5)

(6)

Yogyakarta dengan mengambil program studi Teknologi Industri Pertanian, dan diselesaikannya pada bulan Februari 1997. Tahun 2010 penulis menjalani Tugas Belajar pada Program Studi Ilmu Manajemen dengan peminatan Manajemen Produksi dan Operasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan sponsor BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional RI.

Setelah lulus S1, yakni pada bulan Juni 1997, penulis mulai bekerja pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam “45” Bekasi. Selain itu, pada institusi yang sama, penulis juga menjadi staf pengajar tidak tetap pada Program Studi Agribisnis. Selanjutnya sejak Bulan Februari 1988, Penulis diangkat sebagai Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Islam “45” hingga saat ini. Selain menjadi staf pengajar, penulis juga terlibat sebagai tim peneliti untuk berbagai kegiatan kajian dan sebagai tenaga ahli dalam berbagai bentuk kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Penulis menikah dengan Galuh Murti Dewati S.Sos pada tanggal 6 Juli 1999, dan saat ini telah mendapat amanah 3 (tiga) anak perempuan, yaitu Mufida Arifah Ikhwan (lahir 14 Januari 2001), Zahida Munifah Ikhwan (lahir 7 Juli 2002), dan Qotrunnada Karimah Ikhwan (lahir 17 Agustus 2009).