PROFIL PERUSAHAAN Study of Operations Strategy of Fish Feed Company Based on By Products of Capture Fisheries and Agroindustry at CV Babelan Agro Sejahtera Bekasi.

27 Modal dan Aset Perusahaan Modal Usaha Awalnya usaha ini dilakukan dengan modal sendiri yang kecil dan didukung dana investasi dari seorang Saudara sebesar Rp. 15 juta. Dengan modal yang kecil, produksi ikan dilakukan dengan peralatan seadanya dan bahkan mesin yang digunakan masih menyewa. Pada awalnya lahan yang diatasnya didirikan bangunan sederhana untuk pembuatan pakan ikan adalah lahan milik mertua. Selanjutnya setelah mencoba mengajukan pinjaman ke beberapa bank, CV. Babelan Agro Sejahtera berhasil mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri. Sampai saat ini, Bank Mandiri telah mengucurkan pinjaman sebanyak 3 tiga kali sebagaimana tercantum pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Besar pinjaman yang diberikan Bank Mandiri kepada CV. BAS No. Tahun Besar Pinjaman Rp 1. 2006 30.000.000,00 2. 2008 50.000.000,00 3. 2010 60.000.000,00 Kesulitan mendapatkan pinjaman dialami CV, BAS hanya terjadi pada tahap awal. Pinjaman yang kedua dan ketiga relative mudah karena sudah ada kepercayaan. Bahkan saat ini Bank Mandiri telah menawarkan pinjaman yang keempat meskipun pinjaman yang ketiga yang didapat tahun 2010 sampai saat penelitian ini dilakukan belum lunas angsurannya. Aset Perusahaan Sejak akhir tahun 2011 CV. Babelan Agro Sejahtera telah memiliki lahan sendiri dengan luas 500 m2. Di atas lahan tersebut berdiri bangunan permanen untuk pabrik pakan dengan spesifikasi sebagaimana tertera pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Lahan dan Bangunan Perusahaan No. Lahan dan Bangunan Luas m2 Harga Rp. Juta Tahun pembelian pembangunan 1.  Lahan  500 50  2010 2.  Bangunan  Bangunan Utama 12x8 50 2009 akhir  Teras 12x2 2009 akhir  Ruang Oven 4x8 21 2011 akhir  Bangunan oven 1.2x6.8 2011 akhir Sampai dengan tahun 2009 bangunan utama didirikan di atas lahan mertua, setahun kemudian lahan tersebut dibeli, dan pada tahun 2011 akhir bangunan telah dilengkapi dengan ruang oven. Aset berupa sejumlah alat dan mesin sebagai tercantum pada Tabel 14 sebagai berikut : 28 Tabel 14. Mesin dan peralatan produksi pakan ikan No. Nama Mesin dan Alat Kapasitas Produksi Daya Watt Sumber energi Tahun pembelian Harga Rp juta 1. Mesin giling 1 150 kg jam 10000 Listrik PLN Awal 2011 6 2. Mesin giling 2 150 kg jam 23 pk Listrik Diesel Pertengahan 2011 8 3. Mesin cetak pakan 100 kg jam 150 kg jam 10000 Listrik PLN Agt 2009 40 4. Alat pendingin 30 kg 5 mnt 250 Listrik PLN 0.6 5. Oven dilengkapi dengan Blower 90 kg 30 mnt 350 Kayu bakar Listrik PLN Akhir 2011 5. Timbangan2 unit 500 kg 2003 2011 1.6 6. Mesin jahit Listrik PLN 2010 0.75 7. Sekop Secara bertahap, mesin dan alat produksi mengalami peningkatan, sehingga kapasitas produksi meningkat dan kualitas produk juga meningkat. Persalahan yang menonjol adalah belum adanya mesin pencampur dan sering terjadi kerusakan pada mesin cetak ikan. Pengusaha menyadari hal ini, namun upaya untuk mengatasinya, yakni pengadaan mesin pencampur dan penambahan mesin cetak pakan ikan memerlukan investasi yang besar. Hal ini sampai sekarang belum bisa di atasi. Namun tawaran pinjaman dari bank mandiri dan sumber modal sendiri telah diancangkan untuk mengatasi masalah tersebut. Perkembangan Asset Perusahan Sebagaimana digambarkan di atas, asset milik perusahan terus berkembang sejalan dengan perkembangan usaha dan meningkatnya kepercayaan dari Bank Mandiri. Data perkembangan asset dapat disajikan pada Tabel 15 sebagai berikut : Tabel 15 Perkembangan aset perusahaan Tahun Nama aset 2006 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen 2007 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen 2008 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen 2009 Mesin dan peralatan, bangunan permanen seluas 120 m2 2010 Mesin dan peralatan, lahan 500 m2bangunan permanen seluas 120 m2 2011 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2 2012 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2 Sejak 2006, perusahaan melakukan investasi mesin dan peralatan. Fokus tersebut terus dilakukan sampai dengan tahun 2008. Sejak 2009, perusahaan mulai melakukan investasi bangunan dengan membuat bangunan pabrik yang permanen meskipun di atas lahan pinjaman. Selanjutnya pada tahun 2010 lahan yang dipinjam tersebut dibeli, bahkan termasuk lahan sekitarnya hingga lahan yang dimiliki seluas 500 m2. Terakhir pada akhir tahun 2011 yang lalu, bangunan diselesaikan, yakni bangunan atau ruangan oven seluas 32 m2, berikut membangun alat oven permanen. 29 Proses Produksi Bahan Baku Pakan Ikan Komposisi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan mengalami beberapa kali pergantian. Tepung ikan, dedak, dan vitamin merupakan bahan pakan yang tetapu ada, sedangkan yang lainnya mengalami pergantian. Penyebab pergantian adalah tuntutan peningkatan kualitas pakan, masalah ketersediaan pasokan, dan masalah teknik pembuatan. Bahan baku pakan ikan merupakan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri yang berasal dari Bekasi dan sekitarnya. Pengadaan bahan baku dilakukan dengan cara pesan antar dan sebagian lagi membeli sendiri. Formulasi pakan ikan yang dilakukan CV. BAS menggunakan metode diagonal Pearson’s Square.. Data pembelian bahan baku pakan ikan berikut formulasi komposisi pakan ikan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut : Tabel 16 Pembelian bahan baku pembuatan pakan ikan dan formulasinya. No. Nama Bahan Asal Cara pembelian Frekuensi pembelian kapasitas pembelian Harga satuan Rpkg Komposisi 1. Ikan kering Bekasi, Jakarta Pesan antar mingguan 1.5 -2 ton 3.500 25 2. Bungkil sawit Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1 ton 2.300 16 3. Bungkil kopra Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1 ton 2.300 16 4. Bungkil Kedelai Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1.5 3700 18 5. Tepung Susu Cikarang Pesan antar 2-3 mingguan 1.5 ton 4.500 5 6. Dedak Babelan Beli sendiri 3 harian 1 ton 2.100 35 7. Vitamin Pulogadung Beli sendiri 50 kg 2 mingguan 12.000 0.5 8. Minyak ikan Pulogandung Beli sendiri 50 kg 2 mingguan 7.000 0.5 Kelangsungan dan perkembangan bisnis pakan ikan sangat tergantung dari manajemen pasokan bahan baku, baik dari aspek kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas. Bahan baku yang terdiri dari 8 bahan tersebut belum dapat dikelola dengan baik – sebagaimana terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Keadaan Pasokan Bahan Baku Pakan Ikan No. Nama Bahan Keadaan Pasokan Kuantitas Kualitas Kontinuitas 1. Ikan kering memenuhi kurang Kurang 2. Bungkil sawit memenuhi kurang Kurang 3. Bungkil kopra memenuhi kurang Kurang 4. Bungkil Kedelai memenuhi kurang Kurang 5. Tepung Susu memenuhi kurang Kurang 6. Dedak memenuhi memenuhi Memenuhi 7. Vitamin memenuhi memenuhi Memenuhi 8. Minyak ikan memenuhi memenuhi Memenuhi Catatan :  keadaan kurang untuk kualitas berarti kadang-kadang memenuhi dan kadang-kadang kurang memenuhi  keadaan kurang untuk kontinuitas berarti pasokan kadang-kadang kurang dari jumlah yang dipesan. Nampak pada Tabel 16, bahwa hanya 3 bahan baku yang benar-benar baik keadaan pasokannya, yakni dedak, vitamin, dan minyak ikan. Bahan baku 30 lainnya sebanyak 5 lima, yaitu ikan kering, bungkil sawit, bungkil kopra, bungkil kedelai, dan tepung susu secara kuantitas memenuhi, namun kadang- kadang kualitasnya kurang memenuhi dan belum tentu kontinu. Pengadaan bahan baku ikan kering belum stabil, baik dari sisi kualitas,dan kontinuitas. Kondisi ini terjadi karena ikan kering yang dijadikan bahan baku adalah ikan-ikan kecil dan cacat yang tidak layak konsumsi yang dikumpulkan dari para nelayan. Sisi lain aktivitas perikanan tangkap sangat tergantung dari musim. Hasil tangkapan nelayan yang tidak menentu berimbas pada tidak stabil jumlah ikan kecil dan cacat. Selama ini, bahan baku ini menjadi andalan CV. BAS untuk mendapatkan sumber protein pakan ikan yang memadai dengan harga murah. Upaya menambah sumber bahan baku ini telah dilakukan, namun belum sesuai kebutuhan. Upaya untuk mengatasi masalah kualitas ikan kering, yakni kadar air yang masih tinggi telah ada upaya yaitu dengan mengeringkan lagi bahan baku ikan kering, karena biasanya kadar airnya masih perlu diturunkan. Sedangkan untuk mengatasi masalah kuantitas, perusahaan mengambil langkah untuk menambah stok tepung ikan dalam jumlah yang layak yakni dengan membeli ikan kering dalam jumlah besar pada saat barang tersedia dan segera mengeringkan dan menggiling menjadi tepung ikan. Masalah kontinuitas masih menjadi masalah yang belum bisa diatasi secara optimal. Upaya untuk mencari alternatif bahan baku pakan ikan berbasis lokal dan produk sampingan masih terus dilakukan. Saat survey ini dilakukan misalnya, CV. BAS mencoba menggunakan tepung bulu ayam sebagai substitusi tepung ikan dan sekaligus meningkatkan kandungan protein pakan ikan. Beberapa kali percobaan dengan variasi kandungan tepung bulu ayam telah dicoba, namun belum memenuhi kualifikasi teknis, yakni tepung bulu ayam belum bisa tercampur dengan baik, sehingga pelet mudah pecah. Spesifikasi Produk Pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah jenis pakan ikan yang tenggelam. Memproduksi pakan ikan yang tenggelam memerlukan teknologi yang lebih sederhana dibandingkan pakan ikan yang terapung. Dengan demikian total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan tenggelam lebih kecil dibanding total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan terapung. Pakan ikan yang tenggelam ini sering dikhawatirkan petani ikan karena dianggap tidak dimakan ikan. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, pemberian pakan perlu jadwal yang tepat sehingga ketika pakan ditebar ke kolam, ikan dalam keadaan membutuhkan pakan sehingga pakan tersebut tidak sempat tenggelam karena langsung dimakan ikan. CV. BAS memproduksi pakan ikan dalam bentuk pelet dengan panjang 1 cm dan diameter 3 m dan 2.5 mm. Variasi diameter ini dapat dipenuhi dengan mengganti komponen mesin cetak ikan, yaitu berupa lempengan besi tempat keluarnya pelet. Mencetak pelet dengan diameter 2.5 mm memerlukan waktu yang lebih lama dibanding mencetak pelet dengan diameter 3 mm. Pelet dengan dua macam diameter tersebut memiliki komposisi kandungan nutrisi yang sama. Pelet produksi CV. BAS memiliki kandungan protein kasar sebesar 25 persen. Kandungan protein sesungguhnya berkisar 27-30 , namun untuk menjaga kemungkinan penurunan kualitas selama distribusi, perusahaan menyatakan kandungan proteinnya sebesar 25 persen. Untuk keperluan budidaya ikan, 31 paremeter nutrisi yang paling penting dalam pakan ikan adalah protein. Dalam pemasaran pakan ikan, kandungan protein inilah yang seringkali menjadi tolok ukur kualitas pakan ikan. Dengan komponen bahan baku dan formulasi yang dibuat, pakan ini cukup memadai untuk pemeliharaan ikan di dalam jaring apung yang meliputi ikan patin, ikan bawal dan ikan nila. Pernah ada petani ikan lele yang mencobanya, tapi kurang cocok, karena kadar proteinnya kurang sehingga lambat dalam pembesaran ikan lele. Produk dengan hanya satu macam kandungan protein seperti ini menyebabkan keterbatasan pasar. Dengan demikian, perlu melakukan strategi pengembangan produk untuk memperluas jangkauan pasar. Tahapan Proses Produksi Pakan ikan yang memerlukan 8 bahan baku yang diproduksi dengan tahapan proses pengolahan sebagaimana terlihat pada gambar 5. Ikan Rucah Kering Bahan Baku Lainnya Tepung Ikan Pelet Ikan Gambar 5. Tahapan Proses Pengolahan Pakan Ikan Penggilingan I Penggilingan II Penimbangan Pencampuran Pengeringan Pencetakan Pendinginan Pengemasan Bahan Baku Lainnya terdiri dari : 1. Bungkil kelapa atau Bungkil sawit 2. Dedak 3. Tepung susu 4. Vitamin 5. Minyak Ikan 32 1. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air bahan baku berupa ikan rucah kering sebelum digiling. Meskipun ikan dibeli dalam keadaan kering, namun sering kali tingkat kekeringannya belum cukup, sehingga perlu dikeringka lagi. Dalam keadaan matahari bersinar terang, proses pengeringan dilakukan dengan menjemur ikan di lantai jemur. Namun demikian oven juga diperlukan untuk mempercepat pengeringan. Dalam kondisi sinar matahari tidak bersinar terang, misal ketika mendung atau hujan atau pada soremalam hari, pengeringan sangat mengandalkan oven. Oven yang dipakai berjumlah satu unit. Oven ini masih bersifat tradisional, mirip seperti tungku besar, menggunakan bahan bakar kayu. Oven ini sengaja dipilih karena disekitar lokasi banyak tersedia bahan bakar kayu, sehingga biaya energi lebih murah. 2. Penggilingan I Penggilingan I adalah penggilingan ikan kering menjadi tepung ikan. Penggilingan dilakukan dengan mesin giling bertenaga listrik. 3. Penimbangan Semua bahan baku ditimbang sesuai dengan komposisi bahan yang telah ditetapkan sebagai persiapan untuk pencampuran. 4. Pencampuran Semua bahan baku yang telah disiapkan sesuai dengan berat yang ditentukan dicampur di atas lantai dengan menggunakan sekop. Pencampuran ini masih dilakukan secara manual, belum menggunakan mesin pencampur mixer bertenaga listrik. Menurut perhitungan pengelola, mencampur secara manual cukup efektif dan lebih ekonomis dibanding dengan mesin. Investasi mesin pencampur dinilai oleh pemilik belum layak dilakukan. 5. Penggilingan II Penggilingan tahap ke-2 dilakukan untuk menghaluskan semua bahan baku pakan yang telah dicampur. Seperti pada penggilingan I, penggilingan ke-2 juga menggunakan mesin bertenaga listrik. 6. Pencetakan Semua bahan baku yang telah dicampur dan digiling dimasukkan ke mesin cetak pakan ikan bertenaga listrik. Pakan ikan berbentuk silinder dengan panjang 1 cm dan diameter 2 -3 mm. Mesin ini memiliki kapasitas 100 kgjam untuk pakan ikan berdiameter 2 mm dan 150 kgjam untuk pakan ikan berdiameter 3 mm. 7. Pendinginan Pakan ikan yang tekah dicetak dalam keadaan panas, sehingga perlu didinginkan. Alat pendingin pakan ikan ini sederhana, dan merupakan rakitan dari pemilik usaha ini. Prinsip kerjanya adalah pakan ikan yang baru dicetak dalam keadaan panas didinginkan dengan cara dikipasi. Kipas yang digunakan adalah kipas angin biasa. Alat ini bisa mengatur sedemikian rupa sehingga pakan ikan yang masih panas dapat dikipasi secara berurutan seperti air yang mengalir. 8. Pengemasan Pakan ikan yang telah dingin dikemas dengan karung plastic dan dijahit dengan mesin jahit karung bertenaga listrik. Masing-masing kemasan berisi pakan ikan seberat 50 kg. Pakan ikan jadi berupa pelet. 33 Kapasitas Produksi Berdasarkan fasilitas bangunan, alat dan mesin pengolahan, serta produktivitas tenaga kerja, CV. BAS mampu memproduksi pakan ikan sebesar 1 ton per hari. Namun rata-rata produksi hanya 600 – 700 kg per hari. Upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi telah dilakukan, yakni dengan cara meningkatkan kapasitas mesin untuk meningkatkan produktivitas, menambah jumlah tenaga kerja untuk meningkatkan kapasitas penanganan bahan dan operasional alat dan mesin, dan meningkatkan kualitas manajemen pasokan bahan baku untuk mendapatkan bahan baku dalam jumlah yang cukup, berkelanjutan, dan berkualitas. Permasalahan yang masing sering muncul dalam upaya peningkatan kapasitas produksi adalah : 1. Pengadaan Bahan baku belum stabil – sebagaimana telah diuraikan di atas. 2. Mesin pencetak pakan ikan terkadang rusak Proses pembuatan pakan ikan terkadang harus berhenti karena kerusakan mesin pencetak pakan ikan. Kerusakan akan semakin menghambat bila tidak bisa ditangani sendiri. Selama ini pakan ikan yang telah dicampur harus segera dicetak maksimal 2 hari. Lebih dari itu mutu produk menurun. Upaya untuk mengatasi ini adalah dengan menambahkan campuran pakan lama lewat dua hari sedikit demi sedikit ke dalam campuran pakan baru atau menambahkan tepung susu pada campuran pakan lama. Upaya yang didambakan adalah menambah mesin cetak pakan dengan kualitas yang lebih baik. Bila memiliki 2 unit mesin cetak, maka bila rusak satu masih bisa didikapai yang satunya lagi, sehingga produksi tidak terhenti. 3. Permintaan pasar pakan ikan masih fluktuatif. Dalam situasi tidak ada kendala bahan baku – terutama tepung ikan dan tidak kendala kerusahan mesin cetak ikan, bukan berarti pakan ikan akan leluasa untuk diproduksi. Ada permasalahan lain yang masih terjadi, yaitu permintaan pasar yang fluktuatif. Dalam setahun permintaan pasar pakan ikan memiliki masa ramai pada bulan April – November dan masa agak sepi pada bulan Desember – Maret. Terutama pada masa agak sepi inilah perusahaan tidak bisa leluasa mengoptimalkan kapasitas produksi karena permintaan pasar yang terbatas. Hal ini memang masih menjadi kelemahan dalam pemasaran pakan ikan ini yang masih mengandalkan produksi berdasarkan order dan jaringan distribusi yang sangat tetbatas. Pengendalian Mutu Pakan Ikan Mutu pakan ikan sangat tergantung dari mutu bahan baku. CV. BAS menggunakan bahan baku berbasis produk lokal dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Pilihan ini menuntut pengendalian mutu yang ketat. Upaya yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku yang akan dipakai. Untuk mendapat bahan baku, ada 2 cara yang selama ini berlangsung, yakni CV.BAS secara pro aktif mencari bahan baku, atau merespon tawaran bahan baku dari pemasok. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, pengelola CV.BAS secara empiris dapat menduga kualitas bahan baku. Sedangkan untuk lebih akurat, dilakukan uji laboratorium terhadap kandungan nutrisi bahan baku. Bahan baku yang perlu mendapat perhatian serius adalah ikan 34 kering. Begitu sampai di perusahaan, kadar air ikan kering harus diperiksa. Bila kurang kering, ikan harus segera dikeringkan atau dioven dan kemudian digiling. Pengendalian mutu selama proses yang perlu dilakukan adalah perlunya senantiasa menjaga kebersihan ruangan proses dan antisipasi penundaan proses produksi akibat kerusakan mesin. Kerusakan mesin yang kadang terjadi adalah mesin cetak, sehingga bahan baku yang telah dicampur terlambat dicetak. Keterlambatan pencetakan pakan ikan ini akan menurunkan kualitas pakan secara serius. Bila proses produksi berjalan normal, selama ini tidak ada permasalahan yang berarti pada kualitas produk. Pengusaha masih berpatokan bahwa pakan yang dihasilkan telah cukup memadai sebagai pakan ikan bagi petani ikan dan jarang terhaji complain dari pelanggan. Namun demikian karena masih sedikit jumlah pengusaha pakan ikan skala kecil dan ketatnya persaingan dengan pengusaha pakan ikan besar, sudah seharusnya pengusaha berpikir tentang standarisasi kualitas pakan ikan. Termasuk diversifikasi produk pakan ikan berdasar kandungan nutrisi sebagai upaya untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar. Tenaga Kerja Idealisme pengusaha untuk merekrut tenaga kerja putus sekolah atau berpendidikan hanya lulus SD yang ada di sekitar lokasi tentu memiliki resiko. Resikonya adalah ketrampilan pekerja juga kurang memadai sehingga harus melatih dan mendampingi secara ketat. Sampai saat ini, kendali perusahaan masih sepenuhnya dipegang oleh pemilik. Sehari hari pemilik mengurus pengadaan bahan baku, keuangan, pemasaran dan mengendalikan produksi. Pernah dicoba untuk mendelegasikan sebagian pengeloaan usaha kepada salah satu pekerja, tapi belum sesuai dengan harapan. Sampai saat ini semua pekerja masih berada pada kualifikasi operator. Sisi lain, ada permasalahan secara mental, terutama pekerja yang masih bujangan. Kebiasaan begadang pada saat hajatan, nonton layar tancep, dan nonton dangdut masih sering dillakukan. Bila hal ini terjadi, pekerja malas bekerja pada saat malam hari, bahkan juga malas bekerja saat siang hari. Dilihat dari jumlah tenaga kerja, CV. BAS memiliki perkembangan meskipun tidak pesat. Sejak usaha dimulai tahun 2003, perkembangan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 18 sebagai berikut : Tabel 18 Perkembangan jumlah tenaga kerja No. Tahun Banyaknya Tenaga Kerja 1. 2003-2006 2 2. 2007 3 3. 2008-2009 4 4. 2010-2012 5 Catatan : Pemilik yang sekaligus direktur tidak dihitung sebagai tenaga kerja Saat ini dengan jumlah pekerja sebanyak 5 orang, operasional produksi dijalankan dengan 2 shift, yaitu shift siang melibatkan 3 orang pekerja dan shift malam melibatkan 2 pekerja. Pekerja shift malam diberikan upah 2 kali lipat 35 daripada pekerja shift siang. Pekerja shift siang melakukan pekerjaan utama berupa penggilingan, pencetakan, dan pendinginan Pekerja shif malam melakukan pekerjaan utama yaitu pengeringan dan penggilingan. Pemasaran. Pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah pakan ikan tenggelam dengan kadar protein sebesar 24 . Besaran kadar tersebut merupakan kadar protein pakan ikan yang dinyatakan kepada pembeli. Kadar yang sebenarnya dari hasil pemeriksaan lebih tinggi 2-3 . Sedangkan kalau dari hasil perhitungan formulasi pakan ikan, kadarnya mencapai 29.196 . Pernyataan kadar protein dibawah kadar yang sebenarnya tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan kadar protein selama distribusi. Pakan ikan yang diproduksi dengan merek dagang Babelan Agro Sejahtera dipasarkan di daerah Bandung dan Cianjur, yakni petani ikan di Waduk Cirata dan Saguling. Umunya merupakan petani ikan bawal, patin, dan nila. Daerah tersebut merupakan sentra petani ikan jaring apung. Konsumen di kedua wilayah tersebut biasanya memesan pakan ikan lewat telepon dan produk diantar oleh CV. BAS. Sebagian dipasarkan di Bekasi dan Bogor. Saat dilakukan penelitian CV. BAS sedang diajak kerja sama distribusi oleh sebuah koperasi petani ikan di Bandung dan agen di daerah Klaten Jawa Tengah. Pemasaran pakan ikan semuanya berdasarkan pesanan. Untuk luar daerah Bekasi, seluruh pesanan diantar oleh CV. BAS. Sedangkan pembeli dari Bekasi mengambil barang dengan kendaraan sendiri. Saat ini, pakan ikan dengan jenis dan kualitas yang sama dengan CV. BAS dan beredar di Waduk Saguling dan Cirata dijual dengan harga Rp.5.500,00- Rp.5.700,00 per kg. Sedangkan CV. BAS masih mampu menjual pakan ikan dengan harga Rp.4.500,00 per kg. Melihat perbedaan harga yang sangat signifikan tersebut, potensi pasar pakan ikan murah bermutu yang diproduksi oleh CV. BAS masih besar. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan keluhan petani ikan akan semakin mahalnya harga pakan ikan. Saat penelitian ini dilakukan, telah ada permintaan kerjasama distribusi pakan ikan, yakni dari koperasi petani ikan di daerah Bandung dan agen pakan ikan di daerah Klaten Jawa Tengah. Melihat potensi tersebut, perusahaan harus segera mengambil langkah- langkah perbaikan kinerja pemasarannya. Perusahaan perlu melakukan strategi intensif, yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Minimasi Biaya Bahan Baku

Pakan ikan yang diproduksi oleh perusahaan besar umumnya memiliki harga yang relative mahal. Sebagai industri kecil pakan ikan yang harus berkompetisi dengan industri besar dalam memasarkan produknya, CV. BAS berupaya memproduksi pakan ikan dengan kualitas standar dan harga jual yang murah sebagai strateginya. Standar pakan ikan yang utama adalah kandungan 36 protein, yaitu sebesar 25 . Pakan kualitas standar dan harga murah diharapkan mampu menjawab keluhan petani ikan akan mahalnya harga pakan ikan. Untuk mewujudkannya, maka biaya operasional perusahaan harus ditekan. Karena biaya operasional perusahaan didominasi oleh biaya pengadaan bahan baku dengan proporsi lebih dari 70 persen, maka biaya pengadaan bahan baku harus dapat ditekan semaksimal mungkin. Hal yang bisa dilakukan oleh CV. BAS adalah mengevaluasi formula bahan baku penyusun pakan ikan, sedemikian rupa hingga kualitas bahan baku tetap mampu memenuhi standar kualitas pakan ikan dan biaya pengadaannya lebih kecil. Untuk itu dilakukan analisis minimasi biaya bahan baku dengan metode simpleks. Metode simpleks sebagai salah satu metode di dalam programa linier diimpelementasikan dalam kasus ini dengan sistematika sebagai berikut :

1. Formulasi persoalan Tujuan

: Minimasi Biaya Pembelian Bahan Baku Variabel Keputusan : Persentase masing-masing bahan baku pakan ikan, yaitu tepung ikan, bungkil sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan. Kendala :  Batas minimal kandungan protein  Batas maksimal komponen tepung ikan, bungkil sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan.  Jumlah kandungan vitamin dan minyak ikan 2. Tabel Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Hasil observasi bahan baku pakan ikan dapat disajikan pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Bahan Baku X Harga Rpkg Kandungan Protein Batasan Kandungan Bahan Pakan Ikan Tepung Ikan X1 3500 50 maksimal 100 Bungkil sawitkopra X2 2300 21 maksimal 25 Bungkil kedelai X3 3700 46 maksimal 35 Tepung susu X4 4500 32 maksimal 10 Dedak X5 2100 10 maksimal 35 Vitamin X6 12000 sama dengan 0.5 Minyak Ikan X7 7000 Sama dengan 0.5 Batas Minimal Kandungan Protein 29.196 Catatan :  Kandungan protein dan batasan kandungan bahan pakan ikan mengacu kepada berbagai sumber dan CV.BAS  Batas minimal kandungan protein mengacu kepada hasil perhitungan kandungan protein hasil formulasi CV.BAS yang menggunakan metode diagonal.  Kandungan protein merupakan indikator standar kualitas pakan yang utama. Sebelum dihitung, CV BAS menyatakan bahwa pakan ikan produksinya mengandung protein sebesar 25 , meskipun hasil uji laboratorium menunjukkan angka antara 27-30 . Setelah dihitung berdasarkan kandungan protein masing-masing bahan baku, ternyata kandungan protein pakan sebesar 29,196 . Angka ini kemudian dipakai sebagai standar kandungan protein minimal dalam proses perhitungan minimasi biaya bahan baku pakan ikan.