Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR PADA
USAHA BAPAK H. APUT, KEBON PEDES, KOTA BOGOR,
JAWA BARAT

IRMA NURMALASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota
Bogor, Jawa Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Irma Nurmalasari
H34124067

ABSTRAK
IRMA NURMALASARI. Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha
Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh SITI
JAHROH.
Sapi perah merupakan komoditas dari subsektor peternakan yang dapat
menghasilkan susu segar sebagai produk utamanya. Usaha peternakan sapi perah
memiliki sumber risiko produksi berupa fluktuasi produktivitas susu. Tujuan
penelitian ini yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, manganalisis
probabilitas dan dampak risiko, serta menganalisis alternatif strategi pada usaha
Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes. Metode yang digunakan dalam
menghitung probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko adalah zscore dan VaR. Sumber risiko yang terdapat pada usaha peternakan sapi perah
Bapak H. Aput yaitu pakan, perubahan cuaca dan suhu, serta penyakit. Dari hasil
analisis probabilitas, sumber risiko pakan memiliki probabilitas tertinggi sebesar
76.11 persen, sedangkan probabilitas terkecil yaitu sumber risiko penyakit sebesar

13.57 persen. Berdasarkan dampak yang diderita, sumber risiko pakan memiliki
dampak terbesar sebesar Rp 14 642 451, sedangkan dampak risiko terkecil yaitu
penyakit sebesar Rp 166 611. Sumber risiko penyakit dapat ditolerir perusahaan
karena dampaknya dibawah batas normal. Alternatif strategi yang digunakan
untuk mengurangi probabillitas dan dampak yaitu strategi preventif dan mitigasi
Kata Kunci: sumber risiko, sapi perah, pemetaan risiko, alternative strategi

ABSTRACT
IRMA NURMALASARI. Risk analysis of fresh milk production at Mr. H. Aput,
Kebon Pedes, Bogor, West Java. Supervised by SITI JAHROH.
A dairy cattle is a livestock commodity which produces fresh milk as its
main product. The dairy bussiness has a source of risk in fluctuated productivity
of milk. This study aims to identify the sources of production risk, to analyze the
probability and its impact, and to analyze the alternative strategies for Mr. H.
Aput dairy bussiness at Blender, Kebon Pedes. This study used z-score and VaR
methods to caculate the probability and the impact from each source of risk. The
sources of risk of Mr. H. Aput dairy bussiness are the feed, weather and
temperature changes, and diseases. Probability analysis showed that the feed risk
had the highest probability of 76.11 percent, and the smallest probability caused
by diseases was about 13.57 percent. Feed risk caused by diseases was about Rp

14 642 451 and the smallest risk caused by diseases was about Rp 166 611. The
sources of risk can be tolerated by the company because the impact was under the
normal limit. Preventive and mitigation strategies can be used as its alternative
strategies to reduce the probability and its impact.
Key Word: sources of risks, risk mapping, probability, alternative strategies.

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR PADA
USAHA BAPAK H. APUT, KEBON PEDES,
KOTA BOGOR, JAWA BARAT

IRMA NURMALASARI

Skripsi
Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Analisis Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha
Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat
: Irma Nurmalasari
: H34124067

Disetujui oleh

Siti Jahroh, PhD
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Risiko Produksi Susu Sapi Segar pada Usaha Bapak H. Aput, Kebon Pedes, Kota
Bogor, Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
kelulusan dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh. PhD selaku dosen
pembimbing, serta kepada dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS dan Arif Karyadi
Uswandi, SP selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan
saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Aput, Ibu
Titin Suprihatin, dan pegawai-pegawai kandang yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepda
Ayah, Ibu serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2014
Irma Nurmalasari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Risiko Produksi Pertanian
Sumber-Sumber Risiko Pertanian
Pengukuran Risiko Pertanian
Strategi Penanganan Risiko Pertanian
KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Sumber-Sumber Risiko Produksi
Manajemen Risiko
Pengukuran Risiko
Konsep Penanganan Risiko
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Tempat Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko
Analisis Dampak Risiko
Pemetaan Risiko
Penanganan Risiko
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Lokasi Perusahaan

Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Sumberdaya Usaha
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya Fisik
Sumberdaya Finansial
Kegiatan Produksi Sapi Perah
Proses Budidaya
ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Sapi Perah

xii
xiv
xiii
xv
xiii
xv
1
1
5
7

7
7
8
8
9
10
10
11
11
11
12
13
13
13
14
16
16
17
17
18

19
19
20
20
21
24
24
25
25
27
27
29
30
33
33
37
37

Analisis Probabilitas Risiko Produksi
Analisis Dampak Risiko Produksi

Pemetaan Risiko Produksi
Strategi Penanganan Risiko Produksi Sapi Perah
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

42
49
53
54
58
58
59
59
61
65

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Kompisisi mineral susu sapi per 100 gram bahan
Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Indonesia tahun
2009 – 2013
Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Jawa Barat tahun
2009– 2013
Jumlah sapi menurut kecamatan pada tahun 2013
Jumlah peternak sapi perah menurut kecamatan tahun 2013
Metode analisis untuk menjawab tujuan dalam penelitian
Jumlah tenaga kerja perusahaan
Jadwal operasional pada usaha peternakan Bapak H. Aput
Tingkat pendidikan tenaga kerja
Jumlah kandang pada usaha peternakan milik Bapak H. Aput
Biaya investasi usaha peternakan Bapak H. Aput
Biaya tetap usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput
Biaya variabel usaha peternakan Bapak H. Aput
Kandungan nutrisi bahan pakan
Jumlah kehilangan susu akibat sumber risiko pakan pada usaha
peternakan sapi perah Bapak H. Aput
Jumlah kehilangan susu akibat perubahan cuaca dan suhu pada usaha
peternakan sapi perah Bapak H. Aput
Jumlah kehilangan susu akibat sumber risiko penyakit pada usaha
peternakan sapi perah Bapak H. Aput
Perhitungan probabilitas sumber risiko pakan pada usaha peternakan
sapi perah Bapak H. Aput 2014
Perhitungan probabilitas sumber risiko perubahan cuaca dan suhu pada
usaha peternakan sapi perah Bapak H. Aput 2014

2
2
3
4
4
18
27
28
28
29
31
32
33
34
38
40
42
44
46

20 Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit pada usaha peternakan
sapi perah Bapak H. Aput 2014
21 Perhitungan dampak sumber risiko pakan pada usaha peternakan sapi
perah Bapak H. Aput 2014
22 Perhitungan dampak sumber risiko perubahan cuaca dan suhu pada
usaha peternakan sapi perah Bapak H. Aput 2014
23 Perhitungan dampak sumber risiko penyakit pada usaha peternakan sapi
perah Bapak H. Aput 2014
24 Perhitungan status risiko dari sumber risiko produksi sapi perah

48
50
51
52
53

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Produksi pemerahan susu tanggal 8-21 Maret 2014
Proses pengelolaan risiko dan output yang dihasilkan
Kerangka pemikiran operasional risiko produksi susu sapi segar
Pemetaan Risiko
Strategi preventif
Strategi mitigasi
Hierarki organisasi usaha peternakan Bapak H. Aput
Kandang tipe ganda
Pemberian pakan rumput
Proses pemerahan susu sapi
Recording usaha peternakan sapi perah Bapak H. Aput
Peta risiko sapi perah milik Bapak H. Aput
Usulan strategi preventif pada peta risiko
Usulan strategi mitigasi pada peta risiko

6
14
16
21
22
23
26
30
35
36
36
54
56
58

DAFTAR LAMPIRAN

1
2

Layot kandang peternakan Bapak H. Aput
Dokumentasi saat penelitian

61
62

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris dengan sektor pertanian
sebagai salah satu andalannya. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor
pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan
subsektor perikanan. Kegiatan pertanian itu meliputi pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan perikanan. Peranan sektor pertanian berpengaruh
besar terhadap pembangunan ekonomi, kestabilan sosial dan politik di Indonesia.
Hal ini didasarkan pada kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar
bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Selain itu, masyarakat Indonesia
juga memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap hasil pertanian,
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pangannya. Masyarakat Indonesia juga
memanfaatkan hasil dari subsektor peternakan dalam pemenuhan kebutuhan
pangannya.
Subsektor peternakan di Indonesia meliputi peternakan unggas dan
peternakan mamalia. Sapi merupakan salah satu hewan mamalia yang banyak
diternakkan di Indonesia. Subsektor peternakan dengan komoditi sapi dapat
digunakan menjadi dua, yaitu peternakan sapi potong dan peternakan sapi perah.
Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran
kebutuhan gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsumsi susu dari 6.8
liter/kapita/tahun pada tahun 2005 menjadi 7.7 liter/kapita/tahun pada tahun 2008
(setara dengan 25 g/kapita/hari).1 Pembangunan subsektor peternakan, khususnya
pengembangan usaha sapi perah, merupakan salah satu alternatif upaya
peningkatan penyediaan sumber kebutuhan protein hewani.
Pengembangan peternakan sapi perah pada dasarnya bertujuan
meningkatkan produksi susu dalam negeri untuk mengantisipasi tingginya
permintaan susu. Hal tersebut memberikan peluang bagi peternak, terutama
peternakan sapi perah rakyat untuk lebih meningkatkan produksi, sehingga
ketergantungan akan susu impor dapat dikurangi. Produk susu akan terus
dibutuhkan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk
meningkatkan gizi. Susu mempunyai komposisi yang mudah dicerna dengan
kandungan protein, mineral, vitamin, kalsium yang tinggi serta berbagai macam
zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi yang terdapat dalam susu
menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang sangat esensial dan
fleksibel karena mudah diatur kadar lemaknya. Kandungan nutrisi susu sapi per
100 gram dapat dilihat pada Tabel 1.

1

http://deiwrahaju.wordpress.com/2012/04/27/pengembangan-usaha-sapi-perah-di-indonesia/
April 2014)

(22

2

Tabel 1 Kompisisi mineral susu sapi per 100 gram bahan
Nutrisi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalori
Fosfor
Kalsium
Magnesium
Besi
Natrium
Kalium
Vitamin A
Vitamin B6

Satuan
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
IU
mg

Jumlah
3.3
3.3
4.7
61
93
19
13
0.05
49
152
126
0.04

Sumber : Probiotik Team (2013)

Sapi perah merupakan salah satu hewan yang dibudidayakan untuk diambil
susunya. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah populasi sapi dan produksi susu
sapi segar di Indonesia pada tahun 2009 - 2011 mengalami peningkatan.
Peningkatan jumlah produksi susu sapi segar terbesar terjadi pada tahun 2010
yaitu sebesar 1.77 persen. Sedangkan untuk produksi susu sapi segar pada tahun
2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 0.32 persen.
Namun pada tahun 2013 produksi susu sapi segar nasional kembali meningkat
sebesar 0.47 persen. Penurunan produksi susu sapi segar nasional pada tahun 2012
diakibatkan karena banyaknya sapi betina yang terpotong dan jumlah kelahiran
sapi baru cenderung sebanding. Stagnasi itu disebabkan banyaknya pemotongan
sapi betina karena harga daging sapi yang tinggi. Di akhir 2012 harga susu naik
tajam yang mengakibatkan harga sapi perah juga naik tajam sehingga peternak tak
lagi memotong sapi perah untuk dijual dagingnya. Kondisi tersebut diperkirakan
akan memicu kenaikan produksi susu nasional di 2014.2
Tabel 2 Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Indonesia tahun 2009 –
2013
Jumlah
Populasi
Persentase
Tahun
Produksi susu
Persentase
sapi perah
kenaikan
(000 ton)
produksi susu (%)
(ekor)
populasi (%)
2009
475 000
827.2
2010
488 000
0.46
909.5
1.77
2011
597 000
3.88
974.7
1.4
2012
612 000
0.53
959.7
- 0.32
2013 *)
636 000
0.86
981.6
0.47
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) (diolah)
Keterangan : *) angka sementara

2

http://www.jpnn.com/read/2013/12/26/207574/Produksi-Susu-Sapi-Bakal-Tumbuh2014)

(22

April

3

Salah satu sentra usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah Jawa
Barat. Provinsi Jawa Barat mempunyai karakteristik yang cocok dalam
pengembangan usaha peternakan sapi perah. Hal ini karena provinsi Jawa Barat
memiliki pegunungan yang tinggi dan lahan hijauan yang cukup luas, sehingga
sangat baik untuk membudidayakan sapi perah. Peternakan sapi perah idealnya
dilakukan di daerah dataran tinggi, sebab cuaca dan suhu udara dapat
mempengaruhi produktivitas susu sapi segar yang dihasilkan oleh sapi perah.
Pada Tabel 3 diketahui bahwa jumlah populasi sapi perah di Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan. Dengan
meningkatnya jumlah populasi sapi perah maka jumlah produksi susu juga
semakin meningkat. Namun, pada tahun 2012 jumlah populasi sapi perah di
Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0.6 persen, sehingga
mempengaruhi jumlah produksi susu sapi segar. Hal ini mengakibatkan jumlah
produksi susu sapi segar pada tahun 2012 mengalami penurunan sebasar 1.52
persen.
Tabel 3 Jumlah populasi dan produksi susu sapi perah di Jawa Barat tahun 2009 –
2013
Jumlah
Persentase
Persentase
Tahun
Populasi sapi
Produksi susu
kenaikan
produksi susu
perah (ekor)
(ton)
populasi (%)
(%)
2009
117 337
255 348
2010
120 475
0.48
262 177
0.49
2011
139 970
2.97
302603
2.9
2012
136 054
-0.6
281 438
-1.52
2013 *)
143 382
1.12
293 107
0.84
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) (diolah)
Keterangan : *) angka sementara

Kota Bogor memiliki lahan terbatas untuk membudidayakan usaha ternak
sapi perah. Sehingga para peternak rakyat yang ingin membesarkan usahanya
terhalang oleh luas lahan. Selain itu, lokasi peternakan sapi perah yang berada di
tengah-tengah Kota Bogor banyak membuat masyarakat sekitar terganggu oleh
kotoran dan pencemaran udaranya. Kota Bogor memiliki 6 kecamatan, yaitu
Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Utara,
Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal.
Kecamatan Tanah Sareal memiliki jumlah sapi perah terbanyak di Kota Bogor
yaitu sebesar 504 ekor, dengan jumlah sapi jantan sebanyak 88 ekor dan sapi
betina sebanyak 416 ekor. Kecamatan Bogor Selatan merupakan jumlah sapi
terbesar setelah Kecamatan Tanah Sareal, yaitu dengan jumlah sapi sebanyak 179
ekor dari 9 ekor jantan dan 170 ekor betina. Kemudian Kecamatan Bogor Barat,
Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah serta Kecamatan Bogor
Utara. Sehingga jumlah sapi perah yang terdapat di Kota Bogor yaitu sebanyak
722 ekor yang terdiri dari sapi jantan sebanyak 103 ekor dan sapi betina sebanyak
619 ekor. Data jumlah sapi menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.

4

Tabel 4 Jumlah sapi menurut kecamatan pada tahun 2013
Jumlah sapi perah
Kecamatan
Jumlah (ekor)
Jantan (ekor)
Betina (ekor)
Bogor Selatan
9
170
179
Bogor Timur
2
8
10 189
Bogor Utara
0
7
7
Bogor Tengah
4
4
8
Bogor Barat
0
14
14
Tanah Sareal
88
416
504
Total
103
619
722
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2014)

Selain lahan yang terbatas, pemeliharaan sapi perah pada peternak rakyat di
Kota Bogor masih menggunakan teknologi yang bersifat sederhana, dimana
pengetahuan dalam pemeliharaan sapi perah peternak masih didapat secara turun
temurun. Setiap usaha khususnya usaha peternakan sapi perah, tujuan utamanya
yaitu menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan. Kemungkinan untuk
meningkatkan keuntungan peternak sebaiknya memiliki manajemen yang baik,
seperti meningkatkan frekuensi pemerahan, serta pemberian pakan yang cukup
dan berkualitas. Jumlah peternak sapi perah di Kota Bogor sebanyak 75 peternak.
Kecamatan Tanah Sareal memiliki jumlah peternak sapi perah terbanyak dengan
jumlah 39 peternak. Data jumlah peternak sapi perah menurut Kecamatan tahun
2013 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah peternak sapi perah menurut kecamatan tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6

Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal
Total

Peternak sapi perah (orang)
31
1
1
1
2
39
75

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2013)

Usaha peternak sapi perah di Kota Bogor dilakukan secara mandiri maupun
dalam suatu kelompok. Salah satu kelompok usaha peternakan sapi perah yang
termasuk produsen terbesar dalam memproduksi susu segar adalah peternakan
milik Bapak H. Aput. Usaha sapi perah ini menjadi besar karena adanya dukungan
dari beberapa faktor, seperti adanya permintaan susu sapi segar dan distribusi
yang telah dimiliki oleh Bapak H. Aput. Permintaan terhadap susu sapi segar yang
dihasilkan, tidak berasal hanya dari kota Bogor, tetapi juga dari Kabupaten Bogor.
Setiap kegiatan atau usaha tidak dapat dipisahkan dari risiko-risiko yang
jenis dan karakteristiknya berbeda-beda. Dalam usaha peternakan sapi perah milik

5

Bapak H. Aput juga dapat memiliki risiko. Adapun jenis risiko yang dianggap
memiliki pengaruh paling besar dalam risiko usaha peternakan sapi perah milik
Bapak H. Aput ini adalah risiko produksi pemerahan susu sapi segar. Oleh karena
itu, akan dilakukan penelitian mengenai analisis risiko produksi pemerahan susu
sapi segar pada usaha Bapak H. Aput.

Perumusan Masalah

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput didirikan pada tahun
1996 dan berlokasi di Jalan Kebon Pedes, Gang Blender, RT 06 RW 09,
Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Jawa Barat. Usaha peternakan
sapi perah ini memproduksi susu sebagai produk utamnya. Luas lahan usaha
peternakan milik Bapak H. Aput sebesar 1 000 meter², dengan jumlah kandang
sebanyak 4 kandang. Jumlah total ternak sapi perah yang dimiliki Bapak H. Aput
sebanyak 63 ekor. Jumlah tersebut meliputi sapi laktasi sebanyak 42 ekor, pedet
sebanyak 3, jantan 14 ekor, dan dara sebanyak 4 ekor. Selain sapi perah Bapak H.
Aput juga memilik sapi potong sebanyak 15 ekor. Setiap harinya usaha
peternakan sapi perah Bapak H. Aput dapat memproduksi susu segar sebanyak
330-350 liter. Kegiatan produksi pada usaha peternakan sapi perah milik Bapak H.
Aput belangsung selama proses pemerahan susu. Setiap harinya proses pemerahan
dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Harga jual susu yang
diproduksi oleh usaha peternakan Bapak H. Aput adalah sebesar Rp 6 000 per
liter. Susu hasil produksi usaha peternakan Bapak H. Aput dijual dan dipasarkan
langsung kepada konsumen. Para konsumen dari susu tersebut datang langsung
ketempat lokasi usaha untuk mengambil susu untuk dibeli. Selain itu susu juga
dipasarkan ke koperasi KBPS.
Faktor yang diindikasikan mempengaruhi penerimaan dari usaha peternakan
Bapak H. Aput adalah jumlah produksi susu setiap harinya. Jumlah produksi susu
yang berfluktuasi tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa hal pada saat
proses pemerahan berlangsung. Pada saat sebelum proses produksi berlangsung,
selain itu kegiatan pra dan pasca produksi dapat diindikasikan sebagai faktor yang
mempengaruhi kualitas susu sapi yang diproduksi oleh usaha peternakan sapi
perah milik Bapak H. Aput. Data fluktuasi dapat dilihat pada Gambar 1.

6

Produksi Pemerahan Susu

Gambar 1 Produksi pemerahan susu tanggal 8-21 Maret 2014
Sumber : Wawancara dengan pemilik

Gambar di atas menunjukan fluktuasi produksi susu pada usaha peternakan
sapi perah milik Bapak H. Aput. Produktivitas tersebut diperoleh dari hasil
pencatatan hasil pemerahan selama 2 minggu terhitung mulai tanggal 8 Maret
sampai 21 Maret 2014. Jumlah produksi susu tersebut dihasilkan dari jumlah sapi
laktasi sebanyak 42 ekor. Fluktuasi produktivitas susu tersebut dapat dikurangi
atau diperkecil, ketika sumber-sumber risiko pada saat proses pemerahan
berlangsung dapat teridentifikasi. Selanjutnya dampak risiko dari setiap sumber
risiko juga dapat diketahui setelah kemungkinan terjadinya risiko diketahui.
Berdasarkan hal yang telah dijelaskan tersebut maka akan dilakukan penelitian
mengenai sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha Bapak H.
Aput. Hasil identifikasi tersebut dapat digunakan untuk menghitung probabilitas
dan dampak dari setiap sumber yang ada. Dengan demikian strategi penanganan
risiko dapat dilakukan sesuai dengan dampak dan kemungkinan terjadinya risiko.
Berdasarkan uraian di atas maka beberapa permasalahan dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah antara lain :
1) Apa saja sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha Bapak H.
Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat?
2) Berapa besar probabilitas dan dampak risiko dari setiap sumber risiko
produksi yang ada pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota
Bogor, Jawa Barat?
3) Bagaimana alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko
produksi yang terjadi pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes,
Kota Bogor, Jawa Barat?

7

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu :
1) Menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha Bapak
H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat.
2) Menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari setiap sumber risiko
produksi yang ada pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota
Bogor, Jawa Barat.
3) Menganalisis alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko
produksi yang terjadi pada usaha Bapak H. Aput di Blender, Kebon Pedes,
Kota Bogor, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya :
1. Bagi penulis, diharapkan dapat menerapkan ilmu risiko yang diperoleh dalam
perkuliahan sekaligus sebagai referensi bisnis yang dapat dilakukan di sektor
budidaya peternakan.
2. Bagi perusahaan, sebagai referensi bisnis dan bahan pertimbangan dalam
produktifitas.
3. Bagi pembaca, sebagai tambahan informasi dan wawasan untuk dijadikan
bahan rujukan dalam penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian
Usaha yang dikelola oleh Bapak H Aput didirikan pada tahun 1996 dan
berlokasi di jalan Kebon Pedes Gang Blender RT 02 RW 09, Kelurahan Kebon
Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Jawa Barat. Luas lahan usaha peternakan milik
Bapak H. Aput sebesar 1 000 meter², dengan jumlah kandang sebanyak 4
kandang. Jumlah total ternak sapi perah milik Bapak H. Aput sebanyak 63 ekor.
Jumlah tersebut meliputi sapi laktasi sebanyak 42 ekor, pedet sebanyak 3, jantan
14 ekor, dan dara sebanyak 4 ekor. Kota Bogor merupakan usaha yang bergerak
pada komoditi peternakan sapi perah. Dalam hal ini penulis hanya terfokus untuk
menganalisis risiko produksi susu sapi segar pada usaha Bapak H. Aput dengan
sapi yang berlaktasi 2 dan 3 sebanyak 13 ekor. Hasil analisis tersebut untuk
mengetahui sumber-sumber risiko produksi, besar probabilitas dan dampk risko
serta strategi penanganan risiko yang terdapat pada usaha peternakan sapi perah
Bapak H. Aput. Pada proses identifikasi sumber-sumber risiko menghadapi
beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Hal-hal yang

8

menjadi keterbatasan tersebut terkait mengenai pengujian laboratorium untuk
mengetahui kandungan-kandungan dari beberapa hal yang diindikasikan menjadi
sumber risiko. Beberapa hal yang diindikasikan tersebut meliputi kandungan air
dan kandungan pakan pada peternakan. Analisis risiko yang digunakan analisis
risiko produksi dan alternatif strategi penanganan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA

Risiko Produksi Pertanian
Risiko merupakan kejadian yang memungkinkan membuat para pelaku
usaha mengalami suatu kegagalan atau kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis,
setiap keputusan selalu mengandung risiko. Risiko yang dihadapi setiap pelaku
usaha tentunya akan berbeda-beda, tergantung dari jenis kegiatan usaha yang
dilakukan. Terutama dalam kegiatan pertanian, dimana petani tidak dapat
menentukan secara pasti berapa hasil produksi yang akan dihasilkan dengan
penggunaan input tertentu. Risiko tidak dapat dihindari, tapi harus dihadapi
dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu
kerugian. Risiko dapat datang setiap saat. Agar risiko tidak menghalangi, maka
risiko harus dikelola secara baik. Oleh karena itu, setiap kegiatan atau usaha harus
jeli dalam menanggapi dan meminimalisir risiko.
Risiko produksi di bidang pertanian memiliki risiko yang lebih besar dari
pada risiko kegiatan bisnis lainnya. Terdapat beberapa macam risiko, diantaranya
risiko produksi, risiko harga, dan risiko pasar. Dalam usaha pertanian, khususnya
untuk risiko produksi sering menjadi risiko yang paling signifikan terhadap
pendapatan. Hal ini disebabkan dari hasil produksi pertanian yang mudah rusak
dan busuk serta banyaknya faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
petani.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Elsera
(2009), Permana (2011), dan Wisdya (2009), diketahui bahwa indikasi adanya
risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih, bunga potong mawar, dan
produksi anggrek phaleonopsis dapat dilihat dengan adanya fluktuasi atau variasi
jumlah produksi ataupun produktivitas. Risiko produksi tersebut mengakibatkan
kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dengan adanya risiko produksi,
hasil panen yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, dalam arti mengalami
penurunan produksi. Permana (2011), menganalisis risiko produksi dalam
pengembangan usaha yang dihadapi pada PT Momenta Agrikultura (Amazing
Farm) dapat dilihat dari masa tanam berlangsung dengan produktivitas tertinggi
terjadi pada bulan Febuari yaitu sekitar 16.44 tangkai per meter² dan produktivitas
terendah terjadi bulan September yaitu berkisar 5.50 tangkai per meter².

9

Sumber-sumber Risiko Pertanian
Dari hasil suatu produksi yang berfluktuasi pada setiap periode produksinya,
merupakan suatu risiko yang dihadapi oleh setiap para petani. Hal ini karena
pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan.Dalam suatu usaha mengetahui sumber-sumber risiko yang terjadi
merupakan salah satu hal yang sangat penting, sehingga pelaku usaha dapat
memberikan solusi atau kebijakan dalam penanganan risiko tersebut. Secara garis
besar sumber-sumber risiko di bidang agribisnis terdapat di bagianhilir yaitu
perubahan cuaca, serangan hama predator serta penyakit. Sumber-sumber risiko
tersebut dapat menghambat suatu kegiatan produksi yang mengakibatkan hasil
produksi tidak sesuai dengan perkiraan. Menentukan sumber risiko sangat
penting, karena mempengaruhi cara penanganannya.
Sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki
risiko produksi. Adanya kegagalan dalam budidaya atau proses produksi
disebabkan oleh adanya serangan hama, penyakit, perubahan cuaca dan
keterampilan tenaga kerja, sama dalam penelitian Elsera (2009), Permana (2011)
dan Wisdya (2009). Kondisi perubahan iklim yang sulit diprediksi dan perubahan
cuaca yang terlalu cepat memberikan dampak buruk terhadap tingkat
produktivitas jamur tiram, bunga potong mawar dan produksi anggrek
Phaleonopsis.
Salah satu sumber risiko di bidang perternakan yaitu kepadatan ruang yang
diungkapkan dalam penelitian Pinto (2011), dan Wisdya (2009). Pinto (2011),
pengelolaan usaha ternak khususnya pada ayam broiler dihadapkan pada suatu
risiko, oleh karena itu pelaku bisnis harus disertai dengan pengetahuan dan
kemampuan dalam memilimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik
sangat diperlukan oleh para peternak dalam meminimalkan suatu risiko, sehingga
usaha tersebut dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan.
Selain itu, dalam subsektor pertanian di bidang perikanan juga memiliki
risiko produksi. Rizky (2010), menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang
diidentifikasi sebagai sumber risiko produksi pada usaha pembenihan lele dumbo
di Family Jaya 1, yaitu kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk,
perubahan suhu air yang bersifat ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi
produktivitas induk betina dalam menghasilkan telur, hama yang menjadi predator
bagi benih yang sedang dipelihara, serta serangan penyakit pada benih lele
dumbo.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang merupakan referensi bagi peneliti,
dapat disimpulkan bahwa risiko produksi produksi pada usaha peternakan
cenderung dipengaruhi oleh cuaca, karena cuaca sangat berpengaruh langsung
terhadap produktivitas. Selain itu hama dan penyakit juga sangat berpengaruh
signifikan bagi risiko produksi.

10

Pengukuran Risiko Pertanian
Pengukuran risiko yaitu untuk menentukan derajat kepentingan dan untuk
memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi
peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang
diperlukan berkenaan dengan risiko yang perlu diukur, yaitu frekuensi atau jumlah
kerugian yang akan terjadi serta keparahan dari kerugian itu. Dalam masingmasing dimensi bertujuan untuk mengetahui rata-rata nilai dalam periode, variasi
nilai serta dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian.
Dalam penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan metode diatas
yaitu, Elsera (2009), Permana (2011), dan Wisdya (2009), melakukan analisis
penilaian risiko produksi berdasarkan ukuran dengan menggunakan Expected
Return. Pengukuran risiko produksi berdasarkan penilaian dari hasil perhitungan
Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Pengukuran nilai
produksi tersebut dapat menunjukkan besarnya risiko yang terjadi.
Selain menggunakan metode analisis diatas, terdapat metode lain yang
sering digunakan oleh penelitian terdahulu dalam melakukan analisis risiko. Pada
penelitian Rizky (2010), Pinto (2011) dan Simanjuntak (2013) sebelum
melakukan pemetaan terhadap sumber-sumber risiko, harus melakukan
identifikasi sumber-sumber risiko. Selanjutnya yaitu menghitung probabilitas
pada sumber-sumber risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (z-score),
serta menganalisis dampak risiko dengan menggunakan analisis Value at Risk
(VaR). Jika probabilitas dan dampak risiko sudah diketahui, tindakan selanjutnya
yaitu menentukan status risiko dan peta risiko untuk menentukan prioritas dalam
penanganan risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan
risiko, untuk mengetahui risiko mana yang lebih krusial dari risiko lainnya,
sedangkan peta risiko yaitu gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga
dapat mengetahui dimana posisi risiko terhadap peta.

Strategi Penanganan Risiko Pertanian

Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian manajemen dapat
melakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan
dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan
lebih tepat sesuai dengan status risikonya. Strategi penanganan risiko merupakan
siasat untuk menjaga dan melindungi kemampuan suatu usaha dalam memberikan
suatu hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari kejadian yang tidak
dapat dikendalikan. Risiko produksi memiliki pengaruh yang kuat terhadap
pilihan strategi penanganan risiko.
Petani memiliki banyak pilihan dalam menangani risiko usahanya, seperti
dalam penelitian Wisdya (2009), strategi penanganan risiko dalam produksi
anggrek dengan diversifikasi pada lahan yang ada untuk menutupi kegagalan dari
salah satu kegiatan usahatani yang dijalankan. Maka diversifikasi usahatani
merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam meminimalkan risiko dan

11

menjaga dari terjadinya fluktuasi produksi. Selain diversifikasi dalam alternatif
strategi risiko dapat juga melakukan kerjasama penyediaan bibit dengan
konsumen dan pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot. Tujuannya yaitu
untuk mengurangi risiko produksi dari ketidaksediaan bibit dan memanfaatkan
tanaman yang rusak.
Selain strategi penanganan diversifikasi, dalam usaha pertanian dapat juga
menggunakan strategi preventif dan mitigasi seperti dalam penelitian Rizky
(2010), dan Pinto (2011).Strategi preventifyang diusulkan Pinto B (2011), ada 4
macam yaitu, memasang jaring kawat pada seluruh bagian kandang, pemakaian
ventilasi bantuan, meningkatkan kedisiplinan anak kandang dan mendisiplinkan
anak kandang dalam membuka tutup tirai. Sedangkan strategi preventif yang
diusulkan dalam penelitian Rizky (2010) adalah melakukan pembuatan naungan
pada kolam pemeliharaan benih, pemasangan aerator untuk menjaga pasokan
oksigen, pemasangan jaring pada kolam pemeliharaan benih, serta melakukan
pengontrolan terhadap hama predator.
Selain menggunakan strategi preventif,Rizky (2010) dan Pinto (2011),
menggunakan strategi mitigasi. Kemal (2010),menggunakan strategi mitigasi
dengan memberikan pakan kepada induk lele dumbo secara intensif. Sedangkan
dalam penelitian Pinto(2011), strategi mitigasibagi peternakan ayam broiler untuk
mengurangi dampak dari sumber risiko penyakit dengan memberi obat atau
vaksin secara selang seling.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan
teori-teori yang relevan dengan masalah.Kumpulan pengetahuan dan teori-teori
tersebut dipelajari dari sumber-sumber bacaan serta penelitian sebelumnya
Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan relevan dengan penelitian ini.

Konsep Risiko
Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang
dapat menimbulkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah usaha yang
secara rasional ditunjukkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
dari risiko yang dihadapi. Risiko tidak cukup dihindari, tapi harus dihadapi
dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu
kerugian. Menurut Kountur (2008), ada tiga unsur penting dari suatu kejadian
yang dianggap sebagai risiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian, (2) Kejadian
tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa terjadi dan bisa tidak, (3) jika
sampai terjadi, maka akan menimbulkan kerugian. Risiko dapat diartikan sebagai

12

bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
(future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada
saat ini.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan risiko, misalnya risiko
keuangan, risiko operasional, risiko kredit, dan risiko bisnis yang menunjukkan
kategori risiko. Risiko juga dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab
timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan atau kejadian
yang terjadi (Kountur, 2008) :
1. Risiko dari sudut pandang penyebab
Risiko dari sudut pandang penyebab, terdapat dua macam risiko yaitu risiko
keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh terjadinya
perubahan harga, perubahan tingkat bunga, atau perubahan mata uang asing.
Sedangkan risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti
manusia, teknologi dan alam.
2. Risiko dari sudut pandang akibat
Risiko ini dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan, seperti risiko murni
dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah apabila suatu kejadian berakibat hanya
merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan risiko
murni adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga
memungkinkan terjadinya keuntungan.
3. Risiko dari sudut pandang aktivitas
Aktivitas yang dapat menimbulkan risiko, seperti aktivitas pemberian kredit
oleh bank risikonya disebut risiko kredit. Banyaknya risiko dari sudut pandang
aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada.
4. Risiko dari sudut pandang kejadian
Risiko dari sudut pandang kejadian sebaiknya berdasarkan kejadiannya,
misalnya adalah kebakaran maka disebut “risiko kebakaran”. Agar risiko dapat
dikelola dengan baik seharusnya berdasarkan kejadiannya.

Sumber-sumber Risiko Produksi
Sumber penyebab kerugian dapat di klarifikasikan sebagai risiko sosial
dan risiko fisik. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi
cara penanganannya.
1. Risiko Sosial
Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang
menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari
harapan kita.
2. Risiko Fisik
Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagaimana adalah fenomena alam,
sedangkan lainnya disebabkan kesalahan manusia. Cuaca, iklim adalah risiko
yang serius.

13

Manajemen Risiko
Penentuan suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan disebut
manajemen risiko. Keberadaan manajemen risiko adalah antisipasi atas semakin
kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi.
Menurut Kountur (2008), manajemen risiko merupakan cara bagaimana
menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risikorisiko tertentu. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi
manajemen. Agar pelaksanaan manajemen risiko bisa dilakukan dengan efektif di
dalam perusahaan, dianjurkan untuk membentuk suatu unit yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan manajemen risiko. Ada beberapa fungsi manajemen yang
sudah lazim dikenal yaitu membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan
dan melakukan pengendalian. Manajemen risiko memiliki tujuan yaitu untuk
mengontrol dampak risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Selain itu manajemen
risiko bertujuan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko, bukan
untuk meningkatkan expected return. Dengan adanya manajemen risiko,
perusahan dapat membuat suatu metode tertentu agar usaha yang dijalankan dapat
mempertimbangkan risiko yang dihadapi.

Pengukuran Risiko
Dalam menangani risiko-risiko yang ada didalam perusahaan, diperlukan
suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolahan risiko. Proses
pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil dari identifikasi risiko. Menurut Kountur (2008), Pengukuran
risiko bertujuan untuk menghasilkan status risiko dan peta risiko. Status risiko
adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko untuk mengetahui mana risiko
yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang
lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta
untuk mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dalam peta risiko ini
akan tampak statusnya. Status risiko dapat digunakan sebagai alat untuk
menentukan prioritas dalam penanganan risiko.
Pengukuran risiko yang dapat dilakukan yaitu dengan perhitungan
probabilitas yang menggunakan distribusi normal (z-score) serta Value at Risk.
Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya risiko serta
dampak kerugian risiko.

Konsep Penanganan Risiko
Salah satu aspek penting di dalam manajemen risiko perusahaan adalah
penanganan risiko. Penanganan risiko dilakukan untuk mengetahui bagaimana
cara dalam menghadapi risiko-risiko yang dihadapi perusahaan agar kerugian
perusahaan menjadi seminimal mungkin. Sebelum menangani risiko, yang harus
dilakukan yaitu membuat peta risiko. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui
strategi penanganan risiko yang paling tepat untuk dilaksanakan. Menurut

14

Kountur (2008), ada 2 strategi penanganan risiko, yaitu strategi preventif dan
strategi mitigasi. Preventif dilakukan untuk menghindari risiko. Strategi preventif
dilakukan untuk mengurangi probabilitas terjadinya risiko dan menangani sumber
risiko yang memiliki probabilitas terbesar. Sedangkan mitigasi dilakukan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dapat
dilakukan dengan menggunakan metode diversifikasi, metode penggabungan dan
pengaihan risiko. Menurut Kountur (2008), penanganan risiko adalah memberikan
usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah
terpetakan. Berikut adalah Gambar proses pengelolahan risiko :

PROSES

OUTPUT
IDENTIFIKASI
RISIKO

EVALUASI

Daftar
Risiko

PENGUKURAN
RISIKO

1. Peta Risiko
2. Status Risiko

PENANGANAN
RISIKO

Usulan
(Penanganan
Risiko)

Gambar 2 Proses pengelolaan risiko dan output yang dihasilkan
Sumber: Kountur (2008)

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput merupakan salah satu
usaha agribisnis yang bergerak di bidang peternakan. Penelitian ini akan
membahas mengenai hasil produksi sapi perah yaitu susu sapi segar. Komoditi
susu merupakan produksi utama dalam usaha Bapak H. Aput. Dalam menjalankan
bisnisnya, peternakan diindikasikan menghadapi risiko produksi. Hal tersebut
karena terjadi fluktuasi produktifitas pada usaha Bapak H. Aput. Fluktuasi
produktifitas tersebut terjadi karena adanya kemungkinan terdapatnya beberapa
sumber risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan sapi perah milik
Bapak H. Aput. Fluktuasi produktifitas tersebut mempengaruhi jumlah
penerimaan dari usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput. Besarnya
dampak yang dihadapi oleh usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput
dapat diketahui apabila kemungkinan terjadinya setiap sumber risiko juga sudah

15

diketahui. Oleh karena itu akan menarik apabila dilakukan penelitian mengenai
analisis risiko produksi pemerahan susu sapi segar pada usaha peternakan sapi
perah milik Bapak H. Aput
Identifikasi sumber-sumber risiko dilakukan untuk selanjutnya dihitung
kemungkinan terjadinya. Selanjutnya setelah probabilitas terjadinya sumber risiko
diketahui, maka dapat dihitung dampak yang diakibatkan oleh setiap sumber
risiko yang terjadi pada usaha tersebut. Harga jual susu tidak diindikasikan
sebagai salah satu sumber risiko karena harga berlaku pada usaha peternakan ini
cukup stabil dan tidak berfluktuasi. Hasil penghitungan kemungkinan probabilitas
dan dampak risiko produksi dapat digunakan untuk mengetahui keadaan status
dari setiap sumber risiko yang ada. Berdasarkan status risiko tersebut kemudian
dilakukan pemetaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui alternatif strategi
yang sesuai diaplikasikan untuk setiap sumber risiko produksi yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa nilai standar (z-score) untuk
mengukur probabilitas. Sedangkan untuk mengukur dampak dapat digunakan
Value at Risk. Selain itu, penelitian ini juga ditunjang melalui observasi,
wawancar serta diskusi untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber-sumber
risiko yang terjadi. Penentuan alternatif strategi dilakukan berdasarkan letak
sumber risiko produksi pada peta risiko. Dimana sumbu y pada peta risiko
menggambarkan probabilitas terjadinya risiko dan sumbu x menggambarkan
dampak yang ditimbulkan dari setiap sumber risiko. Alur kerangka pemikiran
operasional dapat dilihat pada Gambar 3.

16

Usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput

Fluktuasi produktivitas susu sapi segar

Diidentifikasikan adanya sumber-sumber
risiko produksi susu sapi Segar :
1. Pakan.
2. Perubahan cuaca dan suhu
3. Penyakit

Identifikasi probabilitas
sumber risiko (Z-score)

Identifikasi dampak
sumber risiko (VaR)

Status risiko

Pemetaan risiko

Alternatif strategi penanganan risiko

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi susu sapi segar

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada unit usaha peternakan sapi perah milik Bapak
H. Aput yang terletak di jalan Kebon Pedes, gang Blender RT 06 RW 09,
Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Jawa Barat. Peternakan sapi
perah milik Bapak Haji Aput ini memiliki lahan seluas 1 000 meter². Pemilihan
lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa peternakan sapi perah bapak H. Aput ini merupakan produsen sapi perah

17

yang cukup besar di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini juga tepat untuk
menganalisis risiko produksi pemerahan susu sapi segar, karena lokasinya yang
berada di tengah-tengah kota. Alasan lain pemilihan lokasi tersebut yaitu karena
selama ini belum ada yang melakukan penelitian mengenai analisis risiko
produksi pada peternakan Bapak H. Aput. Kegiatan penelitian akan dilaksanakan
selama satu bulan yaitu pada bulan Mei tahun 2014.

Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.Data primer diperoleh dari
pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara langsung dengan
pemilik.Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi kegiatan dan
usaha yang dijalankan.Data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik
responden. Karakteristik responden digunakan untuk memberikan gambaran
umum mengenai kondisi ternak sapi perah.Data sekunder diperoleh melalui
penelusuran studi pustaka dari berbagai literatur baik dari buku, internet, Badan
pusat statistik (BPS), Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor dan berbagai pustaka lainnya seperti
majalah, jurnal, dan skripsi terdahulu yang relevan dengan topik penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Sumber pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung atau observasi di
lapangan serta melakukan wawancara langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan berupa kuesioner kepada pemilik usaha peternakan sapi perah untuk
memperoleh data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, manajemen risiko
dalam perusahaan dan harga-harga input dan output. Metode pengumpulan data
sekunder dilakukan melalui pencarian di internet dan studi literatur yang relevan.
Alat pengumpul data yang digunakan yaitu daftar pertanyaan (kuesioner), alat
pencatat, dan alat dokumentasi elektronik (kamera digital).
Pengumpulan data dan pengambilan responden pada penelitian ini dilakukan
secara sengaja (purposive), yaitu dengan wawancara dan diskusi dengan pemilik
dan penanggung jawab produksi yang memiliki kapabilitas untuk memberikan
data-data yang akurat tentang peternakan sapi perah di daerah tersebut. Sapi perah
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sapi yang berlaktasi 2 dan 3. Karena
pada saat sapi berlaktasi 2 dan 3 susu yang dihasilkan relatif tinggi.

18

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini hasil pengkajian dan pembahasan dilakukan dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data ini akan diolah dan dianalisis
menggunakan beberapa metode analisis. Metode analisis yang digunakan dalam
menjawab tujuan penelitian ditunjukkan pada Tabel 6.

No
1

2

3

Tabel 6 Metode analisis untuk menjawab tujuan dalam penelitian
Tujuan Penelitian
Jenis Data Sumber Data Metode
Analisis
Menganalisis sumber-sumber Kualitatif Wawancara,
Analisis
risiko produksi yang terdapat dan
kuisioner dan deskriptif
pada usaha Bapak H. Aput di kuantitatif diskusi
Blender, Kebon Pedes, Kota
Bogor, Jawa Barat.
Menganalisis probabilitas dan Kuantitatif Produktivitas Analisis
dampak risiko dari setiap
susu
sapi risiko
sumber risiko produksi yang
segar
ada pada usaha Bapak H. Aput
berdasarkan
di Blender, Kebon Pedes, Kota
penyebab dan
Bogor, Jawa Barat.
harga jual
Menganalisis alternatif strategi Kualitatif Wawancara,
Analisis
yang
dilakukan
untuk
kuisioner dan deskriptif
mengatasi risiko produksi yang
diskusi
terjadi pada usaha Bapak H.
Aput di Blender, Kebon Pedes,
Kota Bogor, Jawa Barat.

Berdasarkan Tabel 6, metode analisis data yang digunakan yaitu analisis
deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan dalam menjawab tujuan
penelitian yang kedua, yaitu menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari
setiap sumber risiko produksi yang ada pada usaha peternakan sapi perah Bapak
H. Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat. Data yang digunakan
untuk analisis probabilitas dan dampak risiko yaitu data kuantitatif. Sumber data
kuantitatif yaitu laporan mengenai biaya, pendapatan dan penerimaan usaha
peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput per periode dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai data yang dicari. Sedangkan analisis deskriptif
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan ketiga, yaitu
menganalisis sumber-sumber risiko produksi dan menganalisis alternatif strategi
yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi pada usaha Bapak H.
Aput di Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat.

19

Analisis Deskriptif
Analisi deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kondisi serta
suatu peristiwa pada mada mendatang. Tujuan analisis deskriptif yaitu membuat
deskripsi dan gambaran umum perusahaan. Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang
dilakukan oleh usaha peternakan sapi perah milik Bapak H. Aput dalam
meminimalisir risiko dan ketidkpastian yang dihadapi dalam usahanya. Metode
analisis ini dilakukan den