Risiko Produksi Susu Sapi Perah pada PT CIFA Indonesia di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

(1)

BOGOR, JAWA BARAT

CITRA ALIFIANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Risiko

Produksi Susu Sapi Perah Pada PT CIFA Indonesia di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ” adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Citra Alifiani


(4)

(5)

ABSTRAK

CITRA ALIFIANI. Risiko Produksi Susu Sapi Perah pada PT CIFA Indonesia di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Pembangunan peternakan yang merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Peternakan sapi perah menghadapi risiko produksi berupa kehilangan susu yang dihasilkan pada setiap periode produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan PT CIFA Indonesia, menganalisis probabilitas dan dampak masing-masing sumber risiko produksi serta merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan PT CIFA Indonesia. Metode yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak dari sumber risiko adalah z-score dan Value at Risk (VaR). Sumber risiko produksi pada PT CIFA Indonesia adalah penyakit, pakan serta cuaca dan suhu. Berdasarkan probabilitas, sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar adalah sumber risiko penyakit dengan nilai probabilitasnya sebesar 87.49 persen, sumber risiko pakan dengan nilai probabilitasnya sebesar 66.64 persen sedangkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terendah adalah cuaca dan suhu dengan nilai probabilitasnya 16.35 persen. Nilai dampak yang disebabkan oleh sumber risiko penyakit

sebesar Rp 148 627.52 per bulan, sumber risiko pakan nilai dampaknya sebesar Rp 150 912.58 per bulan, dan sumber risiko cuaca dan suhu nilai dampaknya sebesar Rp 54 715.58 per bulan. Penetapan strategi untuk mengurangi nilai probabilitas dan nilai dampak dari masing-masing sumber risiko yang terjadi pada perusahaan yaitu dengan cara mitigasi dan preventif.

Kata Kunci: Risiko,produksi,sapi perah, pemetaan risiko, alternatif strategi ABSTRACT

CITRA ALIFIANI. Risk Production of Dairy Cow in PT CIFA Indonesia in Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Supervised by ANNA FARIYANTI.

Livestock development is an integral part of agricultural development that has an important role in economic activities of Indonesia. Livestock of dairy cow face loss of milk as a production risk in each period of production. The purpose of this study are to identify the sources of production risk faced by PT CIFA Indonesia, to analyzing the probability and impact of each source of production risk and formulate alternative strategies that can be applied to overcome production risk impact by PT CIFA Indonesia. The methods used for calculating the probability and impact are z-score and Value at Risk (VaR). The sources of production risk in PT CIFA are cow diseases, feed and also temperature and weather. The source of risk with the highest probability is diseases with 87.49 percent probability, the sources of risk of feed with 66.64 percent probability, whereas the source of risk with the lowest probability is temperature and weather with

16.35 percent probability. The impact caused by source of risk of diseases is Rp 148 627.52 per month, the impact of the source of risk of feed is Rp 150 912.58 per

month, and the impact of the sources of temperature and weather is Rp 54 715.58 per month. To decrease value of probability and impact for each source of risk in the company those are by mitigation and preventive.


(6)

(7)

RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA PT CIFA

INDONESIA DI KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN

BOGOR, JAWA BARAT

CITRA ALIFIANI

Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(8)

(9)

Judul Skripsi : Risiko Produksi Susu Sapi Perah pada PT CIFA Indonesia di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Citra Alifiani

NIM : H34124069

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Risiko

Produksi Susu Sapi Perah pada PT CIFA Indonesia di Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk kelulusan dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing, Dr Ir Burhanuddin, MM dan Rahmat Yanuar,SP, MSi selaku penguji utama dan penguji akademik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sumanggar, Bapak Dadang, Bapak Oscar dan staf-staf bagian kandang yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Peternakan Sapi Perah 7

Sumber-Sumber Risiko Produksi 8 Penanganan Risiko Produksi 10

Analisis Risiko Bisnis 10

Pengelolaan Risiko 11

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Konsep Risiko 11

Konsep Pengukuran Risiko 12

Konsep Manajemen Risiko 13

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 15

Lokasi Penelitian 15

Data dan Sumber Data 15

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Responden 16 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 17

Analisis Deskriptif 17

Analisis Risiko 17

Analisis Dampak Risiko 19

Pemetaan Risiko 20

Penanganan Risiko 21

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PETERNAKAN SAPI PERAH 22 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 22 Organisasi dan Manajemen Perusahaan 23

Sumberdaya Perusahaan 23

Karyawan 23

Peralatan 25

Permodalan 28

Unit Bisnis 28

Pengadaan Bahan Baku atau Input dan Peralatan 28 Teknis dan Teknologi Produksi 30

Pemasaran 37

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI PERAH 38 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi 38 Analisis Probabilitas Risiko Produksi 43


(14)

Strategi Preventif 55

Strategi Mitigasi 57

SIMPULAN DAN SARAN 58

Simpulan 58

Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 61

RIWAYAT HIDUP 94

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu sapi nasional

tahun 2001-2013 2

2 Konsumsi rumah tangga susu di Indonesia tahun 2009-2012 3 3 Kontribusi Jawa Barat dalam produksi susu ternak sapi perah

nasional tahun 2009 sampai tahun 2013 3 4 Populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bogor 2009-2012 dalam

ekor 4

5 Hasil produksi susu sapi perah pada PT CIFA Indonesia dalam kg 5

6 Jenis dan sumber data 16

7 Daftar karyawan dan bidang pekerjaan pada PT CIFA Indonesia 25 8 Populasi sapi perah pada PT CIFA Indonesia 26 9 Daftar peralatan pada PT CIFA Indonesia 27 10 Jenis, sumber pemasok dan harga bahan baku konsentrat pada PT

CIFA Indonesia 30

11 Komposisi pakan konsentrat pada PT CIFA Indonesia 32 12 Komposisi tambahan mineral pada PT CIFA Indonesia 33 13 Waktu dan volume pemberian pakan konsentrat pada sapi perah 33 14 Waktu dan volume pemberian pakan hijauan pada sapi perah 34 15 Jumlah pemberian pakan pedet yang berumur 1-8 minggu 34 16 Jumlah pemberian pakan pada pedet yang berumur 2-6 bulan 35 17 Jumlah kehilangan susu karena penyakit bulan Mei 2014 pada PT

CIFA Indonesia dalam satuan liter 39 18 Jumlah kehilangan susu karena pakan bulan Mei 2014 pada PT CIFA

Indonesia dalam satuan liter 41 19 Jumlah kehilangan susu karena cuaca dan suhu bulan Mei 2014 pada

PT CIFA Indonesia dalam satuan liter 43 20 Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit bulan Mei 2014 pada

PT CIFA Indonesia 45

21 Perhitungan probabilitas sumber risiko pakan bulan Mei 2014 pada


(15)

22 Perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca dan suhu bulan Mei

2014 pada PT CIFA Indonesia 48 23 Perhitungan dampak sumber risiko penyakit pada PT CIFA Indonesia

dengan tingkat harga Rp 6 000/liter 49 24 Perhitungan dampak sumber risiko pakan pada PT CIFA Indonesia

dengan tingkat harga Rp 6 000/liter 51 25 Perhitungan dampak sumber risiko cuaca dan suhu pada PT CIFA

Indonesia pada tingkat harga Rp 6 000/liter 52 26 Perhitungan status sumber risiko pada PT CIFA Indonesia 53

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik produksi susu dan kadar lemak 8

2 Strategi preventif 14

3 Strategi Mitigasi 14

4 Layout Pemetaan Risiko 21

5 Struktur Organisasi PT CIFA Indonesia 23 6 Layout Pemetaan risiko di PT CIFA Indonesia 54 7 Layout Strategi Preventif di PT CIFA Indonesia 56 8 Layout Strategi Mitigasi di PT CIFA Indonesia 58

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kerangka pemikiran operasional 62 2 Format data eksperimen 62 3 Peta lokasi PT CIFA Indonesia 63 4 Data rekording pengamatan sapi perah di PT CIFA Indonesia selama


(16)

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan peternakan yang merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Kontribusi sektor peternakan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan bagian dari sektor pertanian di Indonesia memiliki kontribusi yang cukup besar. Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2013 yang mencakup sektor peternakan, pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 14.43 persen dari total keseluruhan PDB nasional (BPS, 2013). Angka tersebut menunjukkan bahwa sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan sektor pertanian di Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan peternakan adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang bersumber dari protein hewani yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Salah satu produk unggulan peternakan yang merupakan sumber protein hewani adalah susu. Susu dapat diperoleh dari beberapa komoditas peternakan seperti sapi, kambing, kerbau, domba dan komoditas peternakan lainnya.Susu menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan di Indonesia. Produksi susu dapat ditingkatkan tidak hanya dengan menambah jumlah populasi ternak perah, tetapi bisa pula ditingkatkan dari sisi produktivitasnya (Firman, 2010 dalam Ako,2013).

Komoditas peternakan yang penting untuk dikembangkan dalam menghasilkan susu adalah ternak sapi. Sapi adalah salah satu ternak yang populasinya tersebar luas diseluruh dunia, terutama pada sentra pengembangan produksi pertanian. Penyebaran ternak sapi lebih merata dibandingkan domba dan kambing (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Narnun demikian, ternak sapi jarang ditemukan pada lingkungan yang ekstrim, terutama ternak sapi perah yang menghasilkan susu, yang membutuhkan lingkungan atau kondisi wilayah dengan suhu yang rendah atau di daerah pegunungan. Perkembangan populasi dan produksi susu sapi nasional peternakan Tahun 2001-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, secara nasional populasi sapi perah dari tahun 2001 sampai tahun 2013 mengalami pertumbuhan rata-rata 5.44 persen. Demikian pula dengan produksi susu sapi segar dari tahun 2001 sampai tahun 2013 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 6.55 persen. Jumlah produksi susu tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu dengan 981 600 ton. Data tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan populasi sapi perah mengakibatkan meningkatnya jumlah produksi susu yang dihasilkan. Peningkatan populasi sapi perah dan produksi susu sapi nasional menunjukkan bahwa adanya peningkatan permintaan terhadap susu setiap tahunnya.

Permintaan susu yang semakin meningkat, dapat ditunjukkan dari tingkat konsumsi susu masyarakat. Hanya saja tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah, bila dibandingkan dengan negara Kamboja, Malaysia, Singapura, dan India yang merupakan negara-negara tetangga di Asia.


(18)

Tabel 1 Perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu sapi nasional tahun 2001-2013

Tahun Sapi perah (Ribu

Ekor)

Trend (%) Produksi (Ton)

Trend (%)

2001 347 - 479 947 -

2002 358 3.17 493 375 2.3

2003 374 4.47 553 442 12.17

2004 364 -2.75 549 945 -0.63

2005 361 -0.82 535960 -2.54

2006 369 2.22 66 590 15.04

2007 374 1.36 567 682 -7.93

2008 458 22.46 696 953 13.96

2009 475 3.71 827 249 27.87

2010 488 2.74 905 500 9.46

2011 597 22.34 974 700 7.64

2012 612 2.51 959 700 -1.54

2013* 636 3.92 981 600 2.28

Rata-rata 447.15 5.44 699 431 6.55

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, (2013) 2013* : Angka Sementara

Tingkat konsumsi susu Indonesia pada tahun 2003 hanya 6.5 kg/kapita/tahun hanya separuh dari Kamboja yaitu 12.5 kg/kapita/tahun; Malaysia yang saat itu konsumsi susu telah mencapai 23 kg/kapita/tahun sementara di Singapura tingkat konsumsi susu sebesar 26 kg/kapita/tahun, India tingkat konsumsi susu masyarakatnya sudah mencapai 75 kg/kapita/tahun. Sementara untuk Tahun 2007 disebutkan bahwa konsumsi susu di Indonesia saat itu telah mencapai 11 kg/kapita/tahun. Untuk lebih jelasnya konsumsi susu rumah tangga di Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2012 bisa dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 maka dapat diketahui bahwa pertumbuhan konsumsi susu murni pertahunnya tidak meningkat atau sama dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu mencapai 0.156 liter per kapita pertahunnya. Sementara untuk susu cair pabrik setahun meningkat konsumsinya pada tahun 2012 sebesar 27,2 persen dari tahun 2011. Untuk konsumsi susu kental manis terjadi penurunan tingkat konsumsi dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu sebesar 17,47 persen. Penurunan konsumsi juga terjadi pada susu bubuk sebesar dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu sebesar 50 persen, sementara terjadi peningkatan konsumsi susu bubuk bayi dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu pertumbuhan susu bubuk bayi sebesar 3,83 persen. Hal ini menunjukkan masih adanya kesenjangan antara konsumsi susu dalam negeri dan supply susu dalam negeri yang menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor susu (Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS 2012). Peningkatan permintaan terhadap susu sapi perah yang dilihat dari tingkat konsumsi nasional, mengindikasikan bahwa sub sektor peternakan sapi perah memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dalam beberapa tahun ke depan.

Salah satu provinsi yang memiliki karakteristik yang cocok dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah adalah provinsi Jawa Barat yang memiliki lahan relatif luas untuk ketersediaan pakan dalam menjamin pasokan pakan dari geografis (kondisi alam) yang banyak memiliki pegunungan dan


(19)

dataran tinggi (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Tabel 3 memperlihatkan Kontribusi Jawa Barat dalam produksi susu ternak sapi perah nasional.

Tabel 2 Konsumsi rumah tangga susu di Indonesia tahun 2009-2012

Uraian Tahun

2009 2010 2011 2012

Konsumsi Seminggu:

Susu murni (liter/kapita/minggu) 0.002 0.002 0.003 0.003

Susu cair pabrik (250ml/kapita/minggu) 0.016 0.018 0.022 0.028 Susu kental manis

(397gr/kapita/minggu) 0.058 0.064 0.063 0.052

Susu bubuk (kg/kapita/minggu) 0.014 0.015 0.014 0.007

Susu bubuk bayi (400gr/kapita minggu) 0.023 0.023 0.026 0.027 Konsumsi Setahun *):

Susu murni (liter/kapita/tahun) 0.104 0.104 0.156 0.156

Susu cair pabrik (250ml/kapita/tahun) 0.834 0.939 1.147 1.460 Susu kental manis (397gr/kapita/tahun) 3.024 3.337 3.285 2.711

Susu bubuk (kg/kapita/tahun) 0.730 0.782 0.730 0.365

Susu bubuk bayi (400gr/kapita/tahun) 1.199 1.199 1.356 1.408

Meningkatnya produksi susu sapi perah di Provinsi Jawa Barat mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi produksi susu nasional seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Kontribusi Jawa Barat terhadap produksi susu juga terus meningkat, hal ini dibuktikan oleh kecenderungan kontribusi produksi susu Jawa Barat yang meningkat walaupun beberapa kali terjadi sedikit penurunan yaitu pada tahun 2012 yaitu sebesar 281 438 ton yang sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 302 603 ton.

Jawa Barat juga merupakan daerah yang memberi kontribusi terbesar kedua setelah Jawa Timur dalam produksi susu ternak sapi perah nasional. Peternakan sapi perah memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di daerah Jawa Barat baik dari skala usaha besar maupun dalam skala usaha kecil atau peternakan rakyat. Hal tersebut ditunjukkan dengan perkembangan populasi ternak sapi perah di daerah sentral budidaya sapi di daerah Jawa Barat.

Tabel 3 Kontribusi Jawa Barat dalam produksi susu ternak sapi perah nasional tahun 2009 sampai tahun 2013

No Tahun Produksi Nasional (Ton) Produksi Jawa

Barat (Ton) Kontribusi (%)

1 2009 827 249 255 348 30.87

2 2010 905 500 262 117 28.95

3 2011 974 700 302 603 31.05

4 2012 959 700 281 438 29.33

5 2013* 981 600 293 107 29.86

Keterangan : *) Angka sementara

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2013

Salah satu sentral budidaya sapi perah dalam menghasilkan susu, yaitu Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor ini didasarkan adanya

Sumber : BPS (2012)


(20)

perkembangan populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bogor tersebut yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bogor 2009-2012 dalam ekor

Tahun Populasi (Ekor)

2009 7 131

2010 7 288

2011 8 973

2012 9 487

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2013

Dari Tabel 4 terlihat bahwa populasi sapi perah di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya peningkatan jumlah usaha peternakan sapi perah untuk mengimbangi jumlah permintaan akan susu yang meningkat. Disamping itu tingkat konsumsi susu nasional sangat tinggi. Konsumen susu tidak terhitung jumlahnya mulai dari balita hingga lansia (lanjut usia). Sehingga membuka peluang yang sangat besar bagi keberhasilan suatu usaha ternak sapi perah.

Walaupun meningkatnya jumlah populasi dan produksi susu sapi, saat ini produksi susu di Indonesia, hanya mampu memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan konsumsi nasional, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan impor susu dan produk olahannya dari luar negeri. Sedangkan untuk jumlah produksi susu sapi perah yang dihasilkan oleh wilayah Kabupaten Bogor khususnya pada daerah Cisarua. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2013) mengalami peningkatan dari tahun 2011 yaitu 1 876 992 liter dan pada tahun 2012 produksi susu sebesar 2 548 939 liter.

Adanya peningkatan tersebut dikarenakan antara lain oleh peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi, maka permintaan akan hasil ternak sapi perah khususnya susu terus meningkat. Kondisi ini merupakan peluang bisnis ternak sapi perah dan menjadi pendorong bagi usaha ternak sapi perah untuk meningkatkan produksinya.

Usaha agribisnis sapi perah sering menghadapi beberapa kendala faktor risiko. Menurut Suharsono (2008) dalam Ako (2013) bahwa faktor-faktor risiko yang menimbulkan kelainan atau laktasi antara lain (1) bersifat nutrisional yang umumnya karena defisiensi zat makanan dan (2) penyakit menular. Kelainan yang banyak ditemui di lapangan ialah kelainan laktasi karena pakan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan. Defisiensi zat makanan akan menimbulkan penyakit, baik yang berkaitan dengan fungsi kelenjar mamai maupun yang berakibat penurunan produksi susu.

Kemampuan mengelola sumber risiko yang baik sangat diperlukan perusahaan untuk meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan oleh pihak perusahaan. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak sapi perah supaya dapat mencegah perusahaan dari kerugian dan mencegah bahaya-bahaya dari sumber risiko, agar produksi susu sapi perah bisa maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang analisis risiko produksi pada peternakan sapi perah di PT CIFA Indonesia di Kecamatan Cisarua.


(21)

Perumusan Masalah

Usaha peternakan sapi perah merupakan sektor peternakan yang banyak dilakukan dan dikembangkan di daerah Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usahaternak sapi perah yaitu PT CIFA Indonesia didirikan oleh Bapak H. Djawahir yang berlokasi di Kampung Darussalam, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor berdiri pada tahun 1997 kemudian pada tahun 2012 diambil alih oleh Bapak Sumanggar Sihombing dengan jumlah populasi sapi perah yang dimiliki saat ini mencapai 150 ekor sedangkan jumlah sapi yang berproduksi susu segar (laktasi) sebanyak 81 ekor dari total jumlah sapi keseluruhan.

Susu yang diproduksi sebesar 1 300 liter setiap harinya. Kualitas susu dari hasil uji laboratorium Industri Pengolahan Susu (IPS) termasuk standar A. PT CIFA Indonesia memasarkan hasil produksi susu segarnya ke Cimory dengan harga jual susu Rp 4 900/liter, perusahaan Diamond dengan harga jual susu Rp 5 500/liter dan Nutrifood dengan harga jual Rp 6 000/liter. Dalam melakukan usaha peternakan sapi perah tersebut pada umumnya para peternak mengalami atau menghadapi berbagai risiko, terutama risiko produksi.

Hal tersebut dibuktikan adanya fluktuasi penurunan produktivitas susu sapi perah yang dihasilkan oleh sapi laktasi. Fluktuasi penurunan produktivitas ini juga dialami oleh perusahaan peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yaitu PT CIFA Indonesia. Dengan terjadinya fluktuasi produksi susu sapi perah pada usaha peternakan PT CIFA Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil produksi susu sapi perah pada PT CIFA Indonesia dalam kg

Bulan Hasil susu perkandang

Jumlah Kandang A Kandang B Kandang C Kandang D

Oktober 2013 8 772.5 10 026.8 8 007.7 4 681.3 31 488.3

Nopember 2013 8 307.7 8 964.0 6 974.5 4 657.5 28 936.7

Desember 2013 9 115.1 10 299.6 7 749.0 6 119.2 33 282.9

Januari 2014 10 846.6 12 469.0 9 075.4 5 582.9 37 974.9

Februari 2014 10 508.4 11 372.9 8 601.3 5 385.2 35 867.8

Maret 2014 10 894.2 11 431.0 8 884.8 5 229.7 36 439.7

Sumber : PT. CIFA Indonesia, 2014

Pada Tabel 5 terlihat bahwa produksi susu sapi perah yang dihasilkan setiap bulannya dari masing-masing kandang berfluktuasi, tetapi jika dilihat dari jumlah total susu perah yang dihasilkan mengalami peningkatan dalam periode enam bulan terakhir. Jumlah sapi laktasi setiap kandang berbeda-beda, untuk kandang A dan B masing-masing memiliki sapi laktasi sebanyak 23 ekor dan sapi kering kandang yang tidak menghasilkan susu masing-masing sebanyak 7 ekor. Untuk kandang C memiliki sapi laktasi sebanyak 18 ekor dan sapi kering kandang sebanyak 6 ekor sementara untuk kandang D memilki sapi laktasi sebanyak 13 ekor dan sebanyak 6 ekor sapi kering kandang. Oleh sebab itu untuk meningkatkan produksi susu sapi perah perlu adanya solusi guna mengurangi terjadinya fluktuasi produksi susu sapi perah dan meminimalkan sumber risiko yang dihadapi dalam proses produksi. Berdasarkan hal tersebut perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:


(22)

1. Apa sajakah sumber-sumber risiko produksi susu sapi perah yang dihadapi oleh perusahaan PT CIFA Indonesia?

2. Seberapa besarkah probabilitas atau peluang terjadinya risiko serta kerugian yang dihadapi masing-masing sumber risiko tersebut?

3. Apa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam upaya mengurangi probabilitas dan dampak masing-masing sumber risiko?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan PT CIFA Indonesia.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak masing-masing sumber risiko produksi. 3. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko

produksi yang dihadapi oleh perusahaan PT CIFA Indonesia.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi perusahaan PT CIFA Indonesia, sebagai informasi dan bahan masukan untuk evaluasi dalam menangani risiko produksi susu sapi perah.

2. Bagi pembaca bisa membantu memberikan informasi mengenai risiko produksi seperti dalam usaha peternakan sapi perah.

3. Bagi peneliti bisa sebagai wadah dalam menerapkan teori risiko agribisnis yang dipelajari selama perkuliahan, sebagai sarana dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup regional yaitu peternak anggota KUD Giri Tani di Kampung Paragajen, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Komoditas yang akan diteliti adalah susu sapi. Peternak yang dijadikan contoh dalam penelitian ini adalah peternak yang sudah berbentuk perusahaan yaitu PT. CIFA Indonesia. Kajian masalah yang diteliti adalah identifikasi sumber risiko produksi susu sapi perah. Sumber-sumber risiko yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sumber-sumber risiko yang berasal dari faktor internal dan eksternal pada perusahaan. Penelitian ini menggunakan data produksi susu selama 30 hari pada bulan Mei 2014 dan sapi perah yang diteliti adalah sapi laktasi 2 dan 3. Data susu yang dicatat berasal dari produksi susu setiap hari sapi laktasi 2 dan 3. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data time series selama 30 hari pengamatan. Keterbatasan waktu tersebut


(23)

menyebabkan data hasil produksi susu hanya selama 30 hari pengamatan di bulan Mei 2014 untuk sumber risiko penyakit, pakan serta cuaca dan suhu.

Pengamatan produksi susu selama 30 hari tidak berdasarkan kandang, tetapi berdasarkan produksi susu harian seluruh sapi umur laktasi 2 dan 3 yang ada di PT. CIFA Indonesia. Jika menggunakan produksi susu per kandang akan mengalami kesulitan, karena jumlah populasi sapi laktasi per kandang berbeda, jumlah sapi umur laktasi 1,2,3,4 dan 5 per kandang tidak sama, mengkompilasi (menggabungkan) data menjadi lebih banyak dan menyulitkan dalam analisis data.

TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan Sapi Perah

Ternak perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai produk utamanya. Bangsa sapi perah yang menghasilkan susu dibagi menjadi dua yaitu Bos taurus dan Bos indicus. Jenis sapi perah yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah bangsa sapi Bos taurus yaitu sapi Fries Holland (Ako, 2013). Untuk mendukung pengembangan usaha peternakan sapi perah, diperlukan usaha pembibitan untuk menghasilkan sapi perah yang unggul, manajemen pemeliharaan ternak yang baik dan manajemen pemerahan yang baik supaya susu yang dihasilkan optimal (Ramadhan, 2011).

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah bangsa (asal usul) sapi, keturunan, masa laktasi, umur, kondisi ternak dan ambing, siklus birahi, dan kebuntingan. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah iklim, interval pemerahan, lama masa kering, pengaturan Calving Interval, pemberian obat-obatan, pemberian hormon, penyakit, pergantian pemerah dan makanan (Ako, 2013).

Sapi Perah Masa Produksi

Sapi perah mulai memproduksi susu setelah melahirkan. Setelah sapi perah melahirkan kira-kira setengah jam air susu keluar berupa kolostrum. Berarti sapi perah sudah memasuki masa laktasi atau masa produksi. Masa laktasi dimulai sejak sapi berproduksi hingga memasuki masa kering kandang (Syarif, 2011). Masa laktasi itu berlangsung selama 10 bulan atau sekitar 305 hari, sedangkan masa kering itu biasanya berlangsung selama 2 bulan atau 60 hari. Penyusunan ransum harus memenuhi kebutuhan zat gizi sapi laktasi berdasarkan target produksi dan tahapan masa laktasi : laktasi awal (bulan ke 1 sampai bulan ke 3), laktasi tengah (bulan ke 4 sampai bulan ke 7) dan laktasi akhir (bulan ke 8 sampai bulan ke 10). Pemeliharaan yang layak produksi maksimum tercapai pada minggu


(24)

ke 3 sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Setelah itu, berangsur-angsur turun sampai bulan ke 10. Kadar lemak susu mulai menurun setelah 1-2 bulan masa laktasi. Setelah 2-3 bulan masa laktasi, kadar lemak susu mulai konstan dan pada akhir laktasi akan meningkat sedikit (Ako, 2013).

Soeharsono (2008) dalam Ako (2013) mengemukakan bahwa secara umum kapasitas produksi susu berbeda pada setiap periode laktasi. Artinya. Kemampuan produksi susu meningkkat dari laktasi pertama sampai dengan puncak laktasi ke empat atau ke lima pada umur 6–8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan produksi susu sejalan dengan bertambahnya umur sapi perah. Kemampuan produksi susu pada umur 2 tahun sebesar 70 persen, pada umur 3 tahun sebesar 80 persen, pada umur 4 tahun sebesar 90 persen, dan pada umur 5 tahun sebesar 95 persen dari kemampuan produksi susu sapi perah dewasa pada umur 6–8 tahun. Menurut Aak (2005) bahwa periode laktasi sapi perah yang produksi susunya tertinggi dicapai pada saat sapi perah telah mencapai umur 7-8 tahun. Setelah sapi perah mencapai umur 10 tahun produksi susu mulai berkurang, bahkan kadang-kadang diikuti adanya kesulitan-kesulitan di dalam melahirkan. Untuk lebih jelasnya masa laktasi sapi perah terhadap produksi susu dan kadar lemak terlihat pada gambar 1 (AAK, 2005).

Gambar 1 Grafik produksi susu dan kadar lemak

Sumber-Sumber Risiko Produksi

Kegiatan pertanian merupakan bisnis dimana petani tidak dapat menentukan secara pasti berapa hasil produksi yang akan dihasilkan dengan penggunaan input tertentu. Hasil produksi yang berbeda-beda pada setiap periode produksi merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap petani. Hal ini disebabkan karena pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh petani. Menurut Drollette (2009) risiko yang dihadapi oleh petani disebabkan oleh bermacam-macam sumber seperti cuaca, hama, penyakit, kualitas input serta


(25)

kesalahan pekerja. Risiko produksi pada produksi pertanian lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan bisnis lainnya. Dalam usaha pertanian, hasil yang diperoleh dapat lebih besar atau lebih kecil dari hasil yang diperhitungkan, karena ada faktor risiko dalam kegiatan produksi pertanian.

Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor alam seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumber-sumber risiko tersebut merupakan Sumber-sumber risiko dalam teknis budidaya. Dilihat dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output. Sumber-sumber risiko diatas dapat menghambat kegiatan produksi sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan perkiraan dan dapat terjadi fluktuasi produksi pada setiap periode produksi. Pertanian memiliki beberapa sub sektor yang dapat mengalami risiko produksi, salah satu sub sektor tersebut adalah sektor peternakan. Pada sektor peternakan terjadinya kegagalan dalam proses produksi atau budidaya disebabkan oleh adanya serangan hama, predator, penyakit, perubahan cuaca dan penanganan yang kurang baik.

Ditinjau dari usaha di bidang peternakan sebagian besar sumber risiko adalah pemberian pakan, sapi laktasi, kualitas air dan air dan tenaga kerja. Hasil penelitian Anggraini (2003), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam usaha peternakan sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor menyimpulkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi produksi susu sapi perah antara lain fluktuasi penerimaan susu, fluktuasi penerimaan non susu, fluktuasi biaya pakan, fluktuasi penjualan susu, fluktuasi harga susu, fluktuasi sapi laktasi, Variabel-variabel ini menyebabkan terjadinya fluktuasi produksi pada usaha produksi susu sapi perah.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kurniawati (2012) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah kasus peternak anggota kelompok ternak Mekar Jaya Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang menyebabkan fluktuasi produksi. Sumber-sumber risiko antara lain laktasi sapi produksi, pakan konsentrat, hijauan, ampas tahu, mineral, air dan penggunaan tenaga kerja. Hasil penelitian Wulandari (2011) menjelaskan bahwa faktor risiko produksi pada peternakan susu kambing Darull Fallah disebabkan oleh kondisi kandang yang kurang baik, pergantian pemerahan, jumlah pakan, penyakit dan peranakan kambing. Amelia (2012) menjelaskan bahwa sumber risiko dalam usaha peternakan ayam ras broiler adalah kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian diatas risiko yang dihadapi oleh peternak ayam ras broiler yaitu mortalitas ayam, sehingga menyebabkan kerugian bagi pengusaha ternak. Sumber risiko yang memberikan dampak kerugian terbesar bagi peternak adalah penyakit sedangkan menurut Solihin (2009) risiko produksi pada peternakan disebabkan oleh kualitas input yang kurang baik, seperti kualitas sarana produksi peternakan (sapronak) mempengaruhi mortalitas dalam usaha budidaya ayam ras pedaging, kualitas sapronak juga berpengaruh terhadap indeks prestasi produksi ayam. Risiko produksi dalam usaha peternakan ayam broiler juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan, vaksin, kondisi cuaca tidak menetu, dan tenaga kerja (Nugraha 2011). Obat-obatan dan vaksin menjadi faktor-faktor yang dapat mengurangi risiko, sedangkan tenaga kerja yang kurang baik dan


(26)

kondisi cuaca yang tidak menetu dapat menjadi sumber risiko produksi ayam broiler. Sementara itu hasil penelitian Maulida (2013) menjelaskan bahwa beberapa sumber risiko produksi yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan sapi perah adalah penyakit, pakan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak, pola berfikir budaya jangka pendek peternak tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang.

Penanganan Risiko Produksi

Risiko produksi dalam pertanian ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara hasil yang diperhitungkan dengan hasil yang diperoleh, selain itu fluktuasi hasil produksi yang dihasilkan pada setiap periode juga dapat menjadi indikator adanya risiko produksi (Drollette, 2009). Untuk mengurangi kerugian yang dialami oleh petani maka perlu dilakukan penanganan risiko. Adapun tahapan dalam penanganan risiko adalah:

Analisis Risiko Bisnis

Risiko yang terjadi oleh suatu usaha dapat diukur dengan menggunakan metode analisis variance, standard deviation dan coefficient variation yang artinya semakin tinggi atau rendahnya risiko yang terjadi oleh suatu usaha ditentukan oleh semakin besar atau kecilnya variance, standard deviation dan

coefficient variation yang diperoleh. Selain itu, perlu juga mengetahui expected return dari usaha tersebut dan memiliki saling berhubungan satu sama lain dengan tiga metode yang dijelaskan diatas.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang risiko produksi banyak peneliti yang menggunakan ketiga metode diatas untuk mengukur tingkat risiko dari usaha yang sedang diteliti seperti Wulandari (2011), Nugraha (2011) dan Amelia (2012) menggunakan metode analisis variance, standard deviation dan

coefficient variation dalam menganalisis risiko produksi. Metode analisis

variance, standard deviation dan coefficient variation juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar risiko dalam usaha peternakan seperti yang dilakukan Solihin (2009) dalam penelitian Risiko produksi dan harga dalam peternakan ayam broiler.

Selain itu, ada metode lain yang sering digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dalam melakukan analisis risiko seperti metode yang digunakan Pinto (2011) dalam pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan ayam ras pedaging adalah dengan terlebih dahulu mengidentifikasi sumber-sumber risiko. Tahap selanjutnya adalah menghitung probabilitas masing-masing sumber risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (z-score). Dampak yang disebabkan oleh risiko dapat dihitung dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Setelah ditemukan probabilitas dan dampak dari masing-masing risiko maka tahapan selanjutnya adalah menentukan status risiko. Status risiko ini penting untuk menentukan prioritas dalam penanganan risiko.


(27)

Pengelolaan Risiko

Adanya risiko dapat mengakibatkan keuntungan yang di dapat oleh perusahaan tidak maksimum atau bahkan mengalami kerugian. Untuk itu perusahaan perlu mengelola risiko agar dapat meminimalkan dampak risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Pada kegiatan usaha pertanian ada beberapa strategi pengelolaan risiko yang dapat dilakukan antara lain diversifikasi produk, transfer atau pengalihan risiko, memelihara aset yang berhubungan dengan produksi untuk mencegah risiko. Pengelolaan risiko dengan cara diversifikasi produk yaitu strategi mengurangi risiko dengan cara membagi aset ke dalam beberapa unit bisnis. Dengan adanya pengelolaan risiko dengan cara diversifikasi dapat menghindari atau mengurangi perusahaan dari kerugian yang sangat besar karena adanya risiko. Selain itu, ada cara lain untuk membagi risiko dengan pihak lain yaitu dengan cara melakukan asuransi.

Pasaribu dkk (2010) dalam Simanjuntak (2013) mengungkapkan bahwa tahun 2008 dan tahun 2009 telah dilakukan uji coba asuransi peternakan. Komoditi yang dijamin pada uji coba tersebut dalah sapi potong dimana kematian sapi yang ditanggung oleh asuransi adalah sapi yang mati karena sakit dan hilang. Solihin (2009) dan Wulandari (2011) menjelaskan bahwa strategi preventif merupakan strategi untuk mengurangi risiko produksi pada peternakan. Upaya preventif yang disarankan dapat berupa perbaikan sumberdaya dan manajemen pemeliharaan ternak, sehingga dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh adanya suatu sumber risiko.

Amelia (2011) mengatakan bahwa strategi diversifikasi produk usaha pertanian dapat mengurangi risiko dalam usaha peternakan ayam broiler, yaitu dengan upaya preventif dan mitigasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam mendukung penelitian yang dilakukan berdasarkan pengetahuan dan penalaran yang dipelajari dari ilmu-ilmu sebelumnya atau dari sumber-sumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya.

Konsep Risiko

Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Istilah risiko identik dengan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987) risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Jika dikaji lebih lanjut kondisi yang tidak pasti


(28)

dikarenakan jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir, keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan, keterbatasan pengetahuan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Elton dan Gruber (1995) risiko adalah kejadian atau peristiwa yang potensi untuk terjadi yang mungkin dapat menimbulkan kerugian pada suatu perusahaan. Risiko bersifat dinamis dan memiliki interdepensi satu sama lain. Pengertian risiko menurut Harwood et al (1999) adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Ada jenis-jenis risiko secara umum dibagi menjadi 2 yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni yaitu risiko yang hanya mengandung suatu kemungkinan, yaitu kemungkinan rugi saja seperti bencana alam sedangkan risiko spekulatif yaitu risiko yang mengandung dua kemungkinan yang menguntungkan atau yang merugikan, seperti kegiatan bisnis.

Hardwood et al (1999) mengklasifikasikan sumber risiko menjadi risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Risiko sosial pada umumnya bersumber dari masyarakat. Risiko sosial ditunjukkan oleh terjadinya tindakan oleh masyarakat yang dapat menimbulkan kerugian seperti, pencurian, peperangan, huru-hara, dan aksi perusakan. Risiko fisik dapat bersumber dari fenomena alam dan tingkah laku manusia. Risiko ekonomi dapat bersumber dari situasi dari keadaan ekonomi yang sedang berlaku pada periode waktu tertentu seperti, inflasi, resesi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar domestik terhadap mata uang asing. Kountur (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa kategori risiko berdasarkan atas sudut pandang seseorang melihatnya, diantaranya berdasarkan 28 penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan, dan kejadian yang terjadi.

Konsep Pengukuran Risiko

Secara umum investor tidak mengetahui adanya ukuran kuantitatif berapa besar risiko yang diinginkan dan dihadapi. Model risiko dan pengembalian cenderung mengukur risiko dalam bentuk volatility atau standard deviation. Artinya risiko dapat dilihat sebagai fluktuasi dari pengembalian yang diharapkan, atau simpangan baku pengembalian dari rata-rata pengembalian (expected return). Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation

merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai variance

dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat.

Dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko dapat dihitung dengan mencari nilai coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return.


(29)

Menurut Robison dan Barry (1987) pentingnya mengukur risiko antara lain untuk mengetahui tingkat relatif dan kepentingannya, serta untuk memperoleh informasi dan menetapkan kombinasi pengelolaan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Menurut Elton dan Gruber (1995) ada beberapa teknik untuk mengukur risiko berdasarkan dari jenis risikonya seperti dengan menggunakan teknik probabilitas.

Konsep Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh perusahaan atau seseorang yang melakukan kegiatan bisnis secara menyeluruh untuk bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Menurut Harwood et al (1999) manajemen risiko dalam perusahaan besar memelihara pencatatan dari bermacam-macam jenis. Diantaranya yang paling penting adalah kontrak asuransi, termasuk tanggal jatuh temponya pencatatan valuasi yang menunjukan nilai dan alokasi semua kekayaan, catatan personalia, analisis secara keseluruhan dari tipe kerugian yang berbeda yang dihadapi oleh perusahaan dan data kerugian sebelumnya.

Menurut Elton dan Gruber (1995) manajemen risiko pada dasarnya melakukan proses-proses berikut ini: identifikasi risiko, evaluasi dan pengukuran risiko serta pengeloalan risiko. Menurut Kountur (2008) manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian.

Konsep Penanganan Risiko

Strategi penanganan risiko digunakan untuk mengendalikan risiko yang mungkin terjadi. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadapi risiko maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah atau meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko. Menurut Kountur (2008) penangan risiko dilakukan dengan cara menghindari risiko, mengendalikan risiko, pemisahan,

polling atau kombinasi dan pemindahan risiko. Strategi penanganan risiko dapat dibedakan menjadi dua Kountur (2008) yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.

a. Preventif

Strategi preventif merupakan strategi yang dilakukan untuk menghindari risiko, cara menghindari risikonya dengan menggeser garis ke bawah dr risiko yang lebih tinggi ke risiko yang lebih rendah. Strategi preventif cocok dilakukan apabila probabilitas risiko besar yang dihadapi suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Strategi preventif dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: membuat atau memperbaiki sistem prosedur,


(30)

mengembangkan sumber daya manusia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Contoh penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 2.

b. Mitigasi

Strategi mitigasi merupakan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk menekan dampak atau kerugian akibat risiko yang ada. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Contoh penanganan risiko dengan menggunakan strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Kerangka Pemikiran Operasional

PT CIFA Indonesia menghadapi risiko dalam menjalankan bisnisnya. Risiko yang dihadapi disebabkan pengaruh cuaca dan iklim, serangan penyakit dan pakan. Adanya risiko yang terjadi akan mengakibatkan (berdampak) pada profit yang tidak maksimum yang diperoleh PT CIFA Indonesia. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko yang tepat untuk diterapkan pada PT CIFA Indonesia. Besarnya tingkat risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha dapat dianalisis dengan analisis risiko yang digunakan untuk mengetahui keragaan tingkat risiko usaha tesebut.

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Probabilitas (%) Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Probabilitas (%) Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Gambar 2 Strategi preventif


(31)

Untuk memperbaiki kinerja perusahaan maka perlu dianalisis risiko yang dihadapi perusahaan khususnya risiko produksi. Dengan melakukan analisis terhadap risiko perusahaan dapat mengetahui kerugian yang ditanggung perusahaan karena disebabkan oleh risiko produksi. Kerugian yang disebabkan oleh risiko produksi dapat dilihat dari adanya penyimpangan antara produksi yang direncanakan oleh perusahaan dengan produksi actual yang dihasilkan oleh perusahaan setiap periode produksi. Oleh karena itu, untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dapat digunakan berbagai macam metode yang umum digunakan yaitu menghitung probabilitas, dampak, status risiko, dan pemetaan risiko. Setelah dianalisis akan diperoleh hasil yang akan menjadi alternatif manajemen risiko atau penanganan risiko yang bisa digunakan sebagai pertimbangan mengatasi risiko oleh PT CIFA Indonesia. Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi pada PT CIFA Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT CIFA Indonesia yang terletak di Kampung Paragajen, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pengalaman dan pertimbangan bahwa PT CIFA Indonesia merupakan salah satu perusahaan peternakan sapi perah yang berdiri cukup lama dengan populasi sapi perah yang cukup banyak, cukup berhasil dan bisa bertahan dalam menjalankan usahanya di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Kegiatan yang berlangsung meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data. Pengumpulan data pada PTCIFA Indonesia berlangsung selama 1 bulan pada bulan Mei 2014.

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung. Wawancara dilakukan kepada pemilik usaha peternakan, karyawan peternakan dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan sapi perah yang berada di daerah Kecamatan Cisarua. Data primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan sapi perah yang langsung dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi perusahaan, jurnal sapi perah, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan, buku-buku, internet dan literatur yang relevan. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak diperoleh melalui proses wawancara. Data produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series.


(32)

Tabel 6 Jenis dan sumber data

No Jenis Data Sumber Data

1 Data Primer:

1. Pengambilan analisis risiko produksi susu seperti data sumber daya manusia, produksi susu, sapronak, pemasaran dan harga jual produk susu.

2. Karakteristik produksi susu sapi perah

Pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pihak manajemen PT CIFA Indonesia.

2 Data sekunder:

1. Data Perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu sapi nasional, Populasi ternak sapi perah di provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bogor serta produksi susu di Jawa Barat dan Kabupaten Bogor.

2. Data konsumsi rumah tangga susu di Indonesia.

Badan Pusat Statistik, Direktorat jenderal peternakan, Dinas peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor, skripsi terdahulu, pustaka dan literatur.

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Responden

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan manajer perusahaan, bagian manajemen dan karyawan budidaya sapi perah. Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung di lokasi penelitian tentang produksi hasil susu dan berbagai sumber risiko yang dihadapi perusahaan. Wawancara dan diskusi dilakukan dengan manajer perusahaan tentang risiko yang biasa muncul terkait dengan kegiatan produksi susu. Sumber data sekunder dari pihak perusahaan berupa informasi data mengenai gambaran umum perusahaan, data produksi harian, penggunaan vitamin dan obat-obatan, penggunaan pakan, harga jual susu dan data terkait yang mendukung penelitian.

Pengambilan responden untuk penelitian ini menggunakan metode

purposive atau judgement sampling. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui jelas produksi dan risiko yang sering dihadapi perusahaan yaitu manajer produksi dan staf-staf bagian manajemen produksi pada PT CIFA Indonesia. Data produksi susu sapi yang diambil berasal dari seluruh sapi perah laktasi 2 dan 3 dari kandang A, B, C dan D yang berjumlah 39 ekor sapi. Alasan memilih sapi perah umur laktasi 2 dan 3, karena produksi susu yang dihasilkan pada sapi umur laktasi tersebut paling tinggi dibandingkan pada umur sapi laktasi umur 1, 4 dan 5.

Hasil pencatatan produksi susu tidak dilakukan melalui teknik sampling karena semua data produksi susu yang dicatat berasal dari 39 ekor sapi laktasi 2 dan 3. Pada saat pencatatan data produksi susu yang dihasilkan selama 30 hari pengamatan, produksi susu pagi hari dan sore hari dijumlahkan dari 39 ekor sapi, kemudian hasil produksi susu ditotal selama 30 hari pengamatan. Setelah diketahui nilai total tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan pencatatan hasil produksi susu aktual dikurangi dengan standar hasil susu yang ditentukan perusahaan; sehingga hasil kehilangan susu setiap harinya dapat diketahui dan data dicatat ke dalam masing-masing sumber risiko. Cara menentukan dan memilah data pengamatan kehilangan susu masing-masing sumber risiko penyakit, pakan serta cuaca dan suhu dengan melakukan pengamatan langsung ke


(33)

kandang dan berdiskusi dengan bagian Keswan, karyawan bagian kandang, serta karyawan bagian pakan.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Semua data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan

Microsoft Excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko yang diterapkan di PT CIFA Indonesia. Adapun metode analisis yang digunakan meliputi analisis risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis risiko dilakukan dengan melihat penyimpangan yang terjadi antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang terjadi. Untuk menilai tingkat risiko tersebut beberapa ukuran yang digunakan antara lain nilai rata-rata kejadian berisiko, menghitung nilai standar deviasi, menghitung nilai Z-score dan batas normal (X), mencari probabilitas, dampak risiko dengan menggunakan Value at Risk (VaR), pemetaan risiko dan penanganan risiko yang dihadapi perusahaan.

Analisis Deskriptif

Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan pada PT CIFA Indonesia. Analisis manajemen risiko produksi berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan sudah efektif untuk meminimalisir risiko produksi. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab adanya risiko produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada perusahaan. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan manajer produksi dan staf-staf bagian manajemen produksi.

Analisis Risiko

Cara untuk mengetahui ukuran risiko yang terjadi dengan melakukan kemungkinan terjadi dan dampak sebuah risiko agar mengetahui risiko yang dihadapi oleh perusahaan. cara yang digunakan untuk mengukur risiko adalah dengan melihat besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar dan z-score. Metode tersebut dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi susu sapi perah. Data yang digunakan yaitu data produksi susu sapi perah selama satu bulan yaitu pada bulan Mei dimana dilakukannya pencatatan susu yang dihasilkan setiap harinya pada pagi hari dan sore hari. Menurut Kountur (2008), beberapa tahap yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha peternakan produksi susu sapi perah pada PT CIFA Indonesia.


(34)

a. Menghitung produksi susu sapi perah yang hilang berdasarkan sumber risiko

Risiko produksi susu sapi perah diindikasikan dengan adanya fluktuasi pada setiap periode produksi. Fluktuasi produksi susu sapi perah disebabkan oleh beberapa faktor dimana faktor-faktor tersebut disebut dengan sumber risiko. Informasi fluktuasi produksi susu sapi perah berdasarkan sumber risiko diperoleh dengan bertanya langsung kepada peternak ataupun karyawan, dengan melakukan pencatatan susu sapi perah yang dihasilkan setiap harinya pada pagi dan sore hari. Sumber risiko yang terjadi pada produksi susu sapi perah dapat dicari melalui perbandingan antara jumlah standar hasil produksi susu sapi perah dari pihak perusahaan dengan hasil produksi susu sapi perah yang actual. Adanya informasi produksi susu sapi yang hilang berdasarkan sumber risiko seperti, adanya penyakit, perubahan cuaca dan pakan dapat diperoleh melalui eksperimen yang berupa dilakukan pencatatan sumber-sumber risiko yang mengakibatkan produksi susu sapi perah hilang selama bulan Mei 2014. Pencatatan produksi susu sapi perah yang hilang sangat diperlukan agar data yang dihasilkan nanti dapat dibuktikan secara akurat berdasarkan eksperimen yang dilakukan. Format pencatatan mengenai produksi susu sapi yang hilang dapat dilihat pada lampiran 2.

b. Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penurunan produksi susu sapi perah adalah:

Dimana:

= Nilai rata-rata hasil produksi susu (Liter)

xi= Data produksi susu pada setiap periode (Liter)

n = Jumlah periode

c. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

Dimana:

s = Standar deviasi hasil produksi susu (liter)

xi= Produksi susu pada setiap periode (liter) = Nilai rata-rata produksi susu (liter)

n = Jumlah periode

d. Analisis Metode Nilai Standar (Z-Score) dan batas normal (X)

Menurut Kountur (2008), suatu kejadian diindikasikan sebagai risiko apabila memiliki peluang kejadian atau tingkat probabilitas dan menimbulkan kerugian. Dalam penelitian ini, analisis tingkat probabilitas digunakan untuk mengukur


(35)

tingkat probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Adanya perhitungan batas normal (X) dapat menunjukkan elemen yang penting dalam memperhitungkan nilai z-score. Nilai X akan berpengaruh terhadap probabilitas masing-masing sumber risiko. Jika nilai X berubah, maka probabilitas dari masing-masing sumber risiko akan berubah. Rumus dalam perhitungan batas risiko yang masih dalam taraf normal adalah :

Setelah menemukan batas normal (X), tahapan selanjutnya adalah mencari nilai z-score dari masing-masing sumber risiko. Nilai z-score dari masing-masing sumber risiko dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Dimana :

X : Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal (ekor) Mr : Rata-rata pada masing-masing sumber risiko (%)

Α : Rata-rata pada masing-masing produktivitas z : Nilai z-score

: Nilai rata-rata dari produktivitas susu s : Standar deviasi dari produktivitas susu

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai

z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal). Setelah nilai z-score dari produksi diketahui, maka selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko yang melebihi batas normal yang ditetapkan.

e. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari produksi susu sapi perah di PT CIFA Indonesia diketahui, maka selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan kondisi fluktuasi susu yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko yang melebihi batas normal yang ditetapkan.

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko yaitu Value at Risk (VaR). Value at Risk (VaR) merupakan kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Dalam penggunaan Value at Risk (VaR) untuk mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi


(36)

susu sapi perah yang dianggap kejadian tersebut merugikan berupa fluktuasi produksi susu sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Value at Risk

(VaR) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Dimana :

VaR : Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kehilangan susu (Rp)

: Nilai rata-rata dampak yang disebabkan masing-masing sumber risiko (Rp)

Mi : Kehilangan susu pada masing-masing sumber risiko (liter)

P : Tingkat harga susu (Rp)

z : Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen

s : Standar deviasi kerugian akibat adanya kehilangan susu (Rp) n : Banyaknya kejadian berisiko

Analisis Strategi

Pemetaan Risiko

Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Sebelum merumuskan strategi penanganan risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Dampak risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dalam menentukan status risiko diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat probabilitas dengan dampak yang ditimbulkan risiko sehingga dapat diketahui posisi dari sumber-sumber risiko produksi di PT CIFA Indonesia dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Batas antara probabilitas serta dampak besar dan kecil dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata dari tiga sumber risiko tersebut yang terdiri dari penyakit , pakan , perubahan cuaca dan suhu . Penelitian ini yang menjadi batas antara probabilitas serta dampak besar kecil merupakan rata-rata hasil dari penjumlahan ke tiga hal tersebut yang dibagi pada jumlah periode dalam produksi susu sapi perah. Contoh gambar layout pemetaan risiko.

Dapat dilihat Gambar 4 dijelaskan bahwa risiko-risiko yang berada di kuadran 1 menggambarkan tingkat probabilitas sedang hingga besar dan dampak risiko yang dihasilkan dengan tingkat yang kecil hingga sedang. Risiko yang terjadi pada kuadran 1 tidak terlalu mengganggu tujuan dan target perusahaan. Risiko pada kuadran 2 memiliki tingkat probabilitas dan dampak risiko dengan tingkat yang sedang hingga besar. Risiko yang terjadi pada kuadran 2 akan


(37)

menyebabkan terancamnya tujuan perusahaan. Risiko pada kuadran 3 memiliki tingkat probabilitas dan dampak risiko dengan tingkat yang kecil hingga sedang. Risiko yang terjadi pada kuadran 3 jangan diabaikan dan pihak manajemen perusahaan harus tetap waspada supaya sumber risiko tidak bergeser ke kuadran lain. Risiko pada kuadran 4 memiliki tingkat probabilitas yang kecil hingga sedang, tetapi memiliki dampak risiko dengan tingkat yang sedang hingga besar. Bila suatu risiko terjadi pada kuadran 4, maka tujuan dan target perusahaan tidak tercapai.

Gambar 4 Layout pemetaan risiko

Penanganan Risiko

Setelah dilakukan pemetaan dari sumber risiko dapat diketahui penyebab sumber risiko tersebut apakah berada di kuadran 1, 2, 3 dan 4. Kemudian melakukan penanganan terhadap sumber risiko agar tidak merugikan pihak perusahaan. Strategi penanganan risiko dapat dilakukan dengan menerapkan strategi preventif dan startegi mitigasi.

a. Penghindaran Risiko (Preventif)

Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah strategi

preventif. Strategi preventif dilakukan untuk mengurangi probabilitas terjadinya sebuah risiko. Strategi ini digunakan untuk melakukan perbaikan sistem dan perbaikan sumberdaya manusia. Selain itu, strategi preventif dapat juga digunakan untuk menangani sumber risiko yang memiliki probabilitas besar yang dapat dilihat pada gambar diatas yaitu berada pada kuadran 1 dan 2. Pada penanganan risiko dengan cara menggunakan strategi preventif ini risiko yang terjadi pada kuadran 1 dan kuadran 4 yaitu sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas 20 persen akan bergeser menuju kuadran 3 dan kuadran 4 yaitu kuadran yang memiliki probabilitas dibawah 20 persen.

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Probabilitas (%) Besar

Kecil


(38)

b. Pengendalian Risiko (Mitigasi)

Strategi mitigasi dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Apabila dilihat pada gambar diatas risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Kemudian strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga sumber risiko yang memiliki dampak diatas batas normal yaitu kuadran 2 dan kuadran 4 akan bergeser ke kuadran yang memiliki dampak dibawah batas normal kuadran 1 dan kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode seperti metode diversifikasi, metode penggabungan, metode integrasi vertikal, metode kontrak produksi, metode kontrak pemasaran dan asuransi (Harwood et al 1999).

Definisi Operasional

1. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periodewaktu selama kegiatan produksi susu sapi perah.

2. Standard deviation merupakan penyimpangan dari return yang diharapkan darimemproduksi susu sapi perah.

3. Z-score merupakan alat untuk menguji probabilitas distribusi normal.

4. VaR merupakan kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PETERNAKAN SAPI

PERAH

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

CV Cisarua Integrated Farming (CIF) berdiri atas dasar keinginan untuk mengembangkan usaha dibidang agribisnis peternakan sapi perah melalui manajemen yang terprogram–tertata–tersusun (T3) dengan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana. CV Cisarua Integrated Farming didirikan oleh Bpk. Drs. H. Djawahir pada tahun 1997 di daerah Puncak tepatnya di Kampung Paragajen, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Awal usaha yang dirintis dengan kepemilikan 10 ekor sapi dengan tenaga kerja 3 orang. Pada saat itu selain sebagai hobi, sapi–sapi tersebut juga dapat menghasilkan nilai tambah dari produksi susu yang dijual.

Untuk lebih memaksimalkan usaha peternakannya, pada tahun yang sama CV Cisarua Integrated Farming bergabung dengan anggota KUD Giri Tani yang berada di Desa Cibeureum. Pada tahun 1999 jumlah sapi berkembang mencapai 50 ekor sapi produktif. Terkait dengan kebijakan pemerintah mengenai peternakan di daerah puncak, pemilik juga mengalihkan beberapa ekor sapi ke daerah Kawasan Usahaternak (KUNAK) di daerah Cemplang Leuwiliang Bogor. CV


(39)

Cisarua Integrated Farming juga mulai mengembangkan usahanya dengan membuat produk olahan susu pasteurisasi dengan daerah pemasaran wilayah Cisarua dan sekitarnya.

Pada bulan Maret 2012 CV Cisarua Integrated Farming telah beralih kepemilikan Bpk. Sumanggar Sihombing dan berganti nama menjadi PT CIFA Indonesia berdasarkan akte notaris no 09 03 1 46 861334 tanggal 9 september tahun 2013 nama notaris Dra Nurjanah, MM. Pada saat ini populasi sapi perah di peternakan ini telah mencapai 150 ekor, dan luas lahan sebesar 7 hektar yang terdiri dari 2 hektar untuk perluasan lahan budidaya sapi perah yang berada di wilayah Desa Cibeureum, dan 5 hektar untuk lahan hijauan rumput yang berlokasi di desa Citeko yang berjarak 7 km dari Desa Cibeureum.

Organisasi dan Manajemen Perusahaan

Struktur organisasi merupakan rangkaian hubungan antara orang–orang yang memiliki hubungan dari bagian teratas hingga terbawah dan memiliki tugas, wewenang serta tanggung jawab yang berbeda pada masing–masing kedudukan. PT CIFA Indonesia memiliki struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5 :

Sumberdaya Perusahaan

Karyawan

Perusahaan memiliki 29 karyawan yang di dalamnya sudah termasuk staf manajemen dan karyawan bagian lapang yang tingkat pendidikannya mulai dari

Manager Farm

Direktur Farm

Ka. Divisi Kompos

Pengembangan Bisnis

Chilling Unit Pengurus Lahan

Rumput

Admin &Keuangan

Ka. Divisi Keswan Operator Kandang

Ka. Produksi Pakan

Driver Direktur Utama

Sumanggar Sihombing


(40)

Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Perusahaan PT CIFA Indonesia pengelolanya di pegang oleh seorang manajer yang dibantu oleh supervisor

budidaya sapi perah dan supervisor pakan konsentrat serta staf administrasi dan keuangan. Pemilik perusahaan mengawasi jalannya usaha dan mendelegasi tanggung jawab kegiatan produksi kepada manajer Farm. Tugas manajer Farm

yaitu merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengendalikan program perusahaan. Tugas supervisor budidaya sapi perah yaitu mengawasi jalannya kegiatan produksi pada divisi budidaya sapi perah sekaligus sebagai petugas kesehatan hewan. Inseminasi Buatan (IB) dan pemeriksaan kebuntingan (PKB) yang bertanggungjawab langsung kepada manajer Farm dan tugas supervisor pakan konsentrat yaitu mengawasi jalannya kegiatan produksi pada unit bisnis pakan konsentarat. Sedangkan tugas dari staf administasi dan keuangan yaitu membantu manajer dalam pengelolaan keuangan perusahaan serta pengelolaan input-input dari budidaya sapi perah dan pengelolaan bahan baku pakan konsentrat.

Pada unit bisnis sapi perah, waktu kerja karyawan mulai dari pukul 04.30– 07.00 WIB, kegiatan yang dilakukan seperti memandikan sapi, memberikan pakan konsentrat, melakukan proses pemerahan, memberikan pakan rumput dan mengangkut susu ke mobil pick up untuk diantar ke Cimory. Setelah pemberian pakan rumput karyawan berisitirahat dan melanjutkan kegiatan mengambil rumput atau ngarit untuk kebutuhan pakan hijauan. Karyawan akan mulai bekerja lagi pada jam kerja siang dimulai pada pukul 14.00–16.00 WIB, kegiatan yang dilakukan meliputi memandikan sapi dan membersihkan kandang, memberikan pakan konsentrat, melakukan proses pemerahan, dan mengangkut susu ke mobil pickup untuk diantar ke Cimory. Karyawan mendapatkan jatah hari libur satu hari dalam seminggu.

Pembagian gaji diberikan berdasarkan tugas dan jabatan karyawan pada perusahaan. Pada umumnya karyawan perusahaan berasal dari daerah sekitar peternakan, pergantian karyawan di PT CIFA Indonesia sangat dihindarkan karena karyawan pada saat ini dalam setiap bagian sudah memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya sapi perah dan pengelolaan produksi pakan konsentrat. Syarat penting bagi karyawan yang bekerja di perusahaan adalah mempunyai kondisi badan sehat dan kuat bekerja.

Sebagian besar karyawan yang dipekerjakan di peternakan sudah menguasai berbagai teknis mengenai pemeliharaan sapi perah. Hal tersebut terjadi karena setiap karyawan rata-rata sudah pernah melakukan semua pekerjaan di setiap lini bidang pemeliharaan sapi perah pada waktu awal mereka bekerja. Bila ada satu karyawan yang tidak masuk kerja pada satu bagian tertentu, maka karyawan bagian lain dapat menggantikan tugasnya. Pembagian tugas dan nama karyawan pada PT CIFA Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.

Pada Tabel 7 menunjukan bahwa karyawan bagian produksi terdiri dari staf pemerahan sapi perah, pemberian pakan, kebersihan kandang, dan peralatan susu. Bagian jaga malam dan produksi pakan ternak tidak terlalu mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi. Tetapi, keterampilan dan pengalaman menjadi hal yang sangat penting karena pada proses produksi ini lebih bersifat teknis. Rata- rata karyawan yang ada hanya tamatan SD, namun mereka sudah berpengalaman.


(41)

Tabel 7 Daftar karyawan dan bidang pekerjaan pada PT CIFA Indonesia

No. Nama Pekerjaan

1. Ramous Sihombing Direktur

2. Riga Hutabarat Pengembangan Bisnis

3. Dadang Suryana Manager Farm

4. Usfyan Oscario Bagian Admin dan Keuangan

5. H. Saiman Ka. Divisi Keswan

6. Eko Kuswoyo Ka. Divisi Kompos

7. Cardi Ka. Divisi Pakan

8 Ade Purnama Bagian Divisi Pakan

9. Musa Ferdiansyah Staf Operator Kandang 10. Bubun Sulianjana Staf Operator Kandang

11. Ajam Sugandi Staf Operator Kandang

12. Nurhayat Staf Operator Kandang

13. Supriyadi Staf Operator Kandang

14. Adin Staf Operator Kandang

15. Ujang Mahrom Staf Operator Kandang

16. Oji Prayoga Staf Operator Kandang

17. Tatang Sanjaya Staf Operator Kandang

18. Hoerudin Staf Operator Kandang

19. Iip Supian Staf Operator Kandang

20. Supianudin Staf Operator Kandang

21. Asep Rohendi Staf Operator Kandang

22. Sudrajat Staf Bagian Pengurus Lahan Rumput

23. Dolip Staf Bagian Pengurus Lahan Rumput

24. H. Ahmad Staf Bagian Pengurus Lahan Rumput

25. Ade hidayat Staf Jaga Malam

26. Didin Abidin Staf Jaga Malam

27. Sofian Bagian Driver

28. Deni Karyana Bagian Chilling unit

29. H. Koumudin Bagian Penanganan Limbah

Sumber : PT CIFA Indonesia, Maret 2014

Peralatan

Pemilikan peralatan merupakan asset dan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Peralatan tersebut dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Aset yang dimiliki oleh PT CIFA Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Lahan Peternakan

Peternakan PT CIFA Indonesia memiliki luas lahan ± 15.500 m² yang digunakan untuk bangunan yang meliputi kandang, perumahan karyawan atau mess, villa, aula, gudang pakan hijau, pabrik pakan konsentrat dan gudang penyimpanan bahan baku pakan konsentrat serta penampungan air.

b. Sapi

Perkembangan populasi pada PT CIFA Indonesia dapat dilihat pada bulan Desember 2013 memiliki populasi sapi sebanyak 111 ekor sedangkan pada tahun 2014 dilihat pada periode Januari sampai Maret populasi sapi berjumlah 141 ekor.


(42)

Perkembangan populasi sapi yang terdapat di perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Populasi sapi perah pada PT CIFA Indonesia

Komponen Sapi Jumlah

Desember 2013 Maret 2014

Laktasi Bunting 12 14

Laktasi IB Belum Bunting 33 37

Laktasi Belum Bunting 27 27

Kering Kandang 21 26

Dara Kosong 4 19

Dara Bunting 0 0

Dara IB 7 4

Lepas Sapih 0 6

Belum Lepas Sapih 13 7

Jantan Dewasa 1 1

Total 111 141

Sumber : PT CIFA Indonesia, Maret 2014.

Total populasi sapi 2014 di PT CIFA Indonesia dari induk sapi laktasi sapi perah 78 ekor, dara bunting 19 ekor, pedet betina 12 ekor, lepas sapih 6 ekor, jantan 1 ekor, dara kosong 1 ekor, dara IB 4 ekor, dan kering kandang 26 ekor.

c. Kandang

Sistem perkandangan yang dimiliki perusahaan bertipe petak-petak (tiestall) yang membujur dari utara ke selatan. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan hijauan serta konsetrat, tempat air minum dan saluran air untuk pembuangan kotoran ke tempat penampungan. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktifitas sapi perah, maka sistem pemeliharaan PT CIFA Indonesia terdiri dari 4 bagian yang disesuaikan dengan pemeliharaan sapi perah yang dibuat berdasarkan Kandang yang disesuaikan dengan pengelompokan kerja. Kandang sapi diatur sebagai berikut :

1. Kandang A

Kandang A memiliki total populasi sapi perah sebanyak 40 ekor yang terdiri dari sapi laktasi 1 sebanyak 7 ekor, laktasi 2 sebanyak 6 ekor, laktasi 3 sebanyak 6 ekor, laktasi 4 sebanyak 2 ekor, sapi kering sebanyak 18 ekor dan banteng 1 ekor. Tenaga kerja yang bertanggung jawab 4 orang. Kandang A berukuran 35 m x 9 m.

2. Kandang B

Kandang B memiliki total populasi sapi perah sebanyak 40 ekor yang terdiri dari sapi laktasi 1 sebanyak 8 ekor, laktasi 2 sebanyak 8 ekor, laktasi 3 sebanyak 4 ekor, laktasi 4 sebanyak 1 ekor dan sapi kering sebanyak 19 ekor. Tenaga kerja yang bertanggung jawab 4 orang. Kandang B berukuran 37 m x 8 m.

3. Kandang C

Kandang C memiliki total populasi sapi perah sebanyak 30 ekor yang terdiri dari sapi laktasi 1 sebanyak 7 ekor, laktasi 2 sebanyak 4 ekor, laktasi 3 sebanyak 4 ekor, laktasi 4 sebanyak 1 ekor, laktasi 5 sebanyak 4 ekor dan sapi kering sebanyak 10 ekor. Tenaga kerja yang bertanggung jawab 4 orang. Kandang C berukuran 30 m x 7 m.


(1)

Tanggal 26 Mei 2014

No. Sapi

Produksi susu Aktual (liter) Standar

Perusahaan (liter)

Jumlah Kehilangan (liter) Total

5371 22,5 18 4,5

5416 19 18 1

5358 17,5 18 0

5380 10 18 0

5409 18,5 18 0,5

0616 18,5 18 0,5

5399 17 18 0

0612 16,8 18 0

5362 13,6 18 0

5427 22,5 18 4,5

5397 11 18 0

5364 14 18 0

5365 23 18 5

5433 12 18 0

5360 11,2 18 0

0603 23,6 18 5,6

1933 16 18 0

5381 11,4 18 0

5395 20,6 18 2,6

5376 17,2 18 0

5396 17,4 18 0

5383 23,6 18 5,6

5386 24,4 18 6,4

5391 12 18 0

5415 19,5 18 1,5

5352 9 18 0

5384 10,5 18 0

5370 17 18 0

5388 20 18 2

5401 16,5 18 0

5378 20 18 2

0607 20,2 18 2,2

5438 4 18 0

5435 16,4 18 0

5434 10,8 18 0

5442 11,2 18 0

5373 9 18 0

5410 14,6 18 0

5417 19 18 1

Total 200,9 216 39,9


(2)

Tanggal 27 Mei 2014

No. Sapi

Produksi susu Aktual (liter) Standar

Perusahaan (liter)

Jumlah Kehilangan (liter) Total

5371 21 18 3

5416 19 18 1

5358 19 18 1

5380 10 18 0

5409 16 18 0

0616 19,5 18 1,5

5399 16,5 18 0

0612 18 18 0

5362 12 18 0

5427 22,5 18 4,5

5397 11 18 0

5364 15 18 0

5365 23,6 18 5,6

5433 12,4 18 0

5360 15,2 18 0

0603 23 18 5

1933 16,2 18 0

5381 12,2 18 0

5395 19,8 18 1,8

5376 17 18 0

5396 23,4 18 5,4

5383 24 18 6

5386 25,6 18 7,6

5391 12 18 0

5415 22,2 18 4,2

5352 9 18 0

5384 12 18 0

5370 16 18 0

5388 20 18 2

5401 17,5 18 0

5378 19,5 18 1,5

0607 17,5 18 0

5438 4 18 0

5435 16,6 18 0

5434 8,5 18 0

5442 9,3 18 0

5373 13 18 0

5410 14 18 0

5417 19 18 1

Total 199,5 216 51,1


(3)

Tanggal 28 Mei 2014

No. Sapi

Produksi susu Aktual (liter) Standar

Perusahaan (liter)

Jumlah Kehilangan (liter) Total

5371 21,5 18 3,5

5416 19 18 1

5358 20 18 2

5380 9 18 0

5409 13,5 18 0

0616 18,5 18 0,5

5399 17 18 0

0612 17 18 0

5362 11,5 18 0

5427 22 18 4

5397 10 18 0

5364 15,5 18 0

5365 23,5 18 5,5

5433 12,2 18 0

5360 15 18 0

0603 23,6 18 5,6

1933 16 18 0

5381 12 18 0

5395 19,4 18 1,4

5376 17 18 0

5396 23,5 18 5,5

5383 24 18 6

5386 25,2 18 7,2

5391 12 18 0

5415 18 18 0

5352 11 18 0

5384 11 18 0

5370 15 18 0

5388 20,5 18 2,5

5401 17 18 0

5378 20,5 18 2,5

0607 17,8 18 0

5438 4 18 0

5435 16 18 0

5434 12 18 0

5442 12 18 0

5373 13,5 18 0

5410 15 18 0

5417 19 18 1

Total 194,5 216 49,2


(4)

Tanggal 29 Mei 2014

Produksi susu Aktual (liter) Standar Jumlah

No. Sapi Total Perusahaan (liter) Kehilangan (liter)

5371 21,5 18 3,5

5416 18,6 18 0,6

5358 21,7 18 3,7

5380 9 18 0

5409 17,5 18 0

0616 19 18 1

5399 17,5 18 0

0612 17 18 0

5362 12 18 0

5427 24 18 6

5397 10 18 0

5364 14,5 18 0

5365 25 18 7

5433 12 18 0

5360 14,8 18 0

0603 23 18 5

1933 16 18 0

5381 12 18 0

5395 19,7 18 1,7

5376 17,2 18 0

5396 18 0

5383 23,6 18 5,6

5386 25 18 7

5391 11,6 18 0

5415 18,5 18 0,5

5352 10 18 0

5384 11 18 0

5370 15 18 0

5388 20 18 2

5401 18 18 0

5378 20 18 2

0607 16 18 0

5438 3,5 18 0

5435 12,7 18 0

5434 9 18 0

5442 12 18 0

5373 12 18 0

5410 15 18 0

5417 18,3 18 0,3

Total 202,3 216 45,9


(5)

Tanggal 30 Mei 2014

No. Sapi

Produksi susu Aktual (liter) Standar

Perusahaan (liter)

Jumlah Kehilangan (liter) Total

5371 22,5 18 4,5

5416 20 18 2

5358 22 18 4

5380 10 18 0

5409 17 18 0

0616 19 18 1

5399 17,5 18 0

0612 16,5 18 0

5362 12 18 0

5427 24 18 6

5397 10,5 18 0

5364 15 18 0

5365 23 18 5

5433 12,2 18 0

5360 15 18 0

0603 23 18 5

1933 16,2 18 0

5381 12 18 0

5395 20,1 18 2,1

5376 18,2 18 0,2

5396 18 0

5383 24 18 6

5386 25 18 7

5391 11,7 18 0

5415 20 18 2

5352 10 18 0

5384 11 18 0

5370 14 18 0

5388 20 18 2

5401 18 18 0

5378 20 18 2

0607 16,7 18 0

5438 4 18 0

5435 16,9 18 0

5434 10,4 18 0

5442 12 18 0

5373 12 18 0

5410 14,3 18 0

5417 17,5 18 0

Total 206 216 44,8


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 16 Desember tahun 1990 di Bogor Provinsi Jawa

Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara, dari pasangan

bapak Ir. H. Sujendro Edy Nugroho, MM dan ibu Dra. Hj. Yani Nurdiani.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Negeri 027 Sungai

Kunjang Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 2003, pendidikan Sekolah

menengah pertama di SMPN 2 Bogor, Jawa Barat diselesaikan pada tahun 2006

dan pendidikan menegah atas di SMAN 3 Bogor, Jawa Barat dan lulus pada tahun

2009.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program keahlian Manajemen

Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 dan lulus pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan ke jenjang strata satu di Program Alih Jenis Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.