Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(1)

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK

PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER

PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL

GUNUNG HALIMUN SALAK

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN dengan judul “Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak” dengan sumber dana dari BOPTN-DIKTI 2013. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Rizqiyyah Yasmin K


(4)

ABSTRAK

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA.

Kawasan Wisata Gunung Bunder terletak di Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Semenjak tahun 2003 kawasan ini masuk ke dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sehingga kawasan ini termasuk ke dalam zona pemanfaatan. Pengalihan status kawasan wisata Gunung Bunder menjadi TNGHS diharapkan memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar maupun pengunjung. Oleh karena itu diperlukan estimasi nilai dan dampak ekonomi serta prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS untuk mengetahui besaran pengaruh keberadaan wisata terhadap masyarakat sekitar dan keberlanjutan wisata tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi wisata dan nilai ekonomi di estimasi dengan menggunakan Individual Travel Cost Method

(ITCM). Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan 3 faktor yang mempengaruhi minat wisata, antara lain (1) lama mengetahui objek wisata (2) umur dan (3) jarak. Nilai ekonomi Gunung Bunder yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu sebesar Rp 3 163 231 383. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut berupa dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan yang diukur dengan metode nilai efek pengganda. Hasil perhitungan nilai efek pengganda menunjukkan nilai keynesian income multiplier

sebesar 1.77, ratio income multiplier tipe 1 sebesar 1.91, dan ratio income multiplier tipe 2 sebesar 2.43. Namun dari total pengeluaran wisatawan terjadi kebocoran ekonomi (economic leakages) sebesar 53.23%. Prospek pengembangan keberlanjutan wisata diidentifikasi berdasarkan aspek fisik, sosial-ekonomi dan spasial yang menunjukkan bahwa kawasan wisata Gunung Bunder memiliki potensi untuk dijadikan kawasan wisata alam yang harus dijaga keberlanjutannya karena dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar.

Kata kunci : Individual Travel Cost Method, Gunung Bunder, Nilai efek pengganda, Taman Nasional Gunung Halimun Salak


(5)

ABSTRACT

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA. Estimation of Economic Value and Economic Impact as well as Development Prospect of Gunung Bunder after The Expansion of Gunung Halimun Salak National Park. Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA.

Gunung Bunder tourism area is located in Gunung Bunder village Pamijahan district Bogor. Since 2003 this location was included in expansion of Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) so that this area belongs to the utilization zone. The diversion status of Gunung Bunder tourism area to the National Park expected to have a benefit impact for the local community and visitors. Therefore, it was necessary to analyze economic value, economic impact and prospects of the development of the tourist area of Gunung Bunder area to determine how much the generated influences from Gunung Bunder existence for surrounding community and the tourism sustainability. Factors that affect the tourism and economic value was estimated by Individual Travel Cost Method. Based on the study, three factors that affect the interests of tourists to visit Gunung Bunder were (1) the period of tourism object determined (2) age, and (3) distance which subsequently obtained the economic value of Gunung Bunder was Rp 3 163 231 383. Economic impact generated from tourism activities could be direct, indirect and induced impacts which measured by the value of the multiplier effect where the results of this research was 1.77 for the keynesian income multiplier, 1.91 for ratio income multiplier type 1, and 2.43 for ratio income multiplier type 2. However from the total tourist expenditure have occurred the economic leakages about 53.23%. The development prospect analyzed based on the physical, socio-economic and spatial aspect which indicates that the tourist area of Gunung Bunder deserve to be a a natural tourism so the sustainability must be maintained because it could provide a positive benefit for the surrounding community.

.

Keywords: Gunung Bunder, Individual Travel Cost Method, Multiplier Effect, Gunung Halimun Salak National Park


(6)

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

RIZQIYYAH YASMIN KHOIRUNNISAA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA PROSPEK

PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG BUNDER

PASCA PERLUASAN TAMAN NASIONAL

GUNUNG HALIMUN SALAK


(8)

(9)

Judul Skripsi : Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Nama : Rizqiyyah Yasmin Khoirunnisaa NIM : H44090091

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing I

Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi serta Prospek Pengembangan Wisata Gunung Bunder Pasca Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Papa tercinta (Dr. Ir. Irzaman, M.Si) dan Mama tercinta (Ir. Linda Safanah Ayu Hamidah) serta adik-adik tersayang (Aufa dan Bilqis) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan dukungan

2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberi arahan, saran, ilmu, dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian

3. Rizal Bachtiar, S.Pi, M.Si dan Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran terkait penelitian 4. Dr. Meti Ekayani S.Hut selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat dan menginspirasi penulis dalam melakukan penelitian 5. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf

terimakasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), dan Kepala Resort Gunung Bunder II 7. Sahabat penelitian terbaik (Fernando dan Laode) terimakasih atas semangat,

kerja sama, dan keceriaannya selama ini

8. Sahabat penulis (Nita, Hastin, Susan, Rahayu, Renita, Miranty, Nadia, Charra, Febriana, Khoirunnisa, Dear, Gugat dan Romil) kalian adalah sahabat-sahabat yang sangat berharga, sahabat satu bimbingan (Nurul, Annisia, Galuh, Sandra dan Dita), serta seluruh sahabat di ESL 46

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi panduan penelitian yang bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi panduan dalam pengembangan suatu kawasan wisata.

Bogor, Februari 2014


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Ruang Lingkup ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Taman Nasional ... 6

2.2 Konservasi ... 7

2.3 Pariwisata ... 8

2.4 Ekowisata ... 9

2.5 Permintaan Wisata ... 10

2.6 Metode Biaya Perjalanan ... 11

2.7 Dampak Ekonomi Pariwisata ... 11

2.8 Persepsi ... 13

2.9 Penelitian Terdahulu ... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

IV METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 19

4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 20

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.4.1 Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung ... 21

4.4.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi ... 21

4.4.3 Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar... 23

4.4.4 Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS ... 24

4.4.5 Hipotesis Penelitian ... 25

V GAMBARAN UMUM ... 26

5.1 Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder... 26

5.2 Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata ... 26


(13)

5.2.2 Curug Cihurang ... 27

5.2.3 Kawah Ratu ... 27

5.3 Karakteristik Responden ... 28

5.3.1 Karakteristik Responden Pengunjung ... 28

5.3.1.1 Sosial Ekonomi Responden Pengunjung ... 29

5.3.1.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata 31 5.3.2 Karakteristik Responden Unit Usaha ... 32

5.3.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja ... 34

VI HASIL DAN PEMBAHASAN... 37

6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata... 37

Gunung Bunder ... 37

6.2 Nilai Ekonomi Kawasan Wisata Gunung Bunder ... 40

6.3 Dampak Ekonomi ... 42

6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung ... 45

6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung ... 46

6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ... 48

6.3.4 Nilai Efek Pengganda ... 50

6.4 Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bunder... 51

6.4.1 Aspek Fisik ... 51

6.4.1.1 Potensi Alam ... 52

6.4.1.2 Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang ... 54

6.4.2 Aspek Sosial-Ekonomi ... 55

6.4.3 Aspek Spasial ... 58

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 61

7.1 Simpulan ... 61

7.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun 2011-2012 ... 2

2 Matriks metode analisis data ... 20

3 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun 2013 ... 29

4 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada Tahun 2013 ... 30

5 Karakteristik berwisata responden pengunjung Gunung Bunder tahun 2013 ... 31

6 Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung Gunung Bunder ... 32

7 Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun 2013 ... 33

8 Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun 2013 ... 35

9 Regresi fungsi permintaan wisata Gunung Bunder ... 38

10 Perhitungan nilai ekonomi wisata Gunung Bunder pada tahun 2012 ... 41

11 Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dengan keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 42

12 Proporsi pengeluaran responden wisatawan dan tingkat kebocoran di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 44

13 Dampak ekonomi langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder ... 46

14 Total pengeluaran unit usaha di dalam dan di luar daerah tujuan wisata tahun 2013 ... 47

15 Dampak ekonomi tidak langsung di Kawasan Wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 48

16 Proporsi pengeluaran tenaga kerja di Gunung Bunder tahun 2013... 49

17 Dampak Ekonomi Lanjutan di Gunung Bunder Tahun 2013 ... 49

18 Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan kawasan wisata Gunung Bunder tahun 2013 ... 50

19 Daya tarik wisata Gunung Bunder ... 52

20 Pengetahuan pengunjung mengenai status kawasan Taman Nasional di Gunung Bunder ... 53

21 Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana di Gunung Bunder ... 54

22 Perubahan penghasilan responden unit usaha di Gunung Bunder ... 56

23 Perubahan penghasilan tenaga kerja semenjak penetapan kawasan Gunung Bunder menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak ... 57

24 Peranan dan Fungsi Stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder ... 59


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Alur Berpikir ... 18

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Hasil model regresi frekuensi kunjungan Gunung Bunder... 66

2 Uji normalitas ... 67

3 Uji F ... 67

4 Uji multikolerasi ... 68

5 Uji autokorelasi ... 68

6 Uji heteroskedastisitas ... 69

7 Jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir ... 70

8 Model hasil jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan ... 71

9 Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah) ... 72

10 Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah) ... 75

11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) ... 77

12 Pengeluaran tenaga kerja ... 77

13 Perhitungan efek pengganda ... 78

14 Dokumentasi ... 79


(16)

(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada kawasan tropis dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Keberadaan sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam adalah dengan mengembangkan potensi sumberdaya tersebut ke dalam sektor pariwisata. Potensi sumberdaya alam yang berlimpah merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap sektor pariwisata di Indonesia.

Salah satu daya tarik wisata yang dapat menjadi pilihan alternatif bagi wisatawan adalah kegiatan wisata alam. Potensi keindahan dan kekayaan alam dari suatu kawasan wisata memiliki nilai yang tinggi dalam pasar industri wisata alam. Potensi alam tersebut dapat terus terpelihara apabila kawasan wisata dapat tetap terjaga kelestarian oleh karena itu diperlukan pengelolaan wisata yang dapat menaruh perhatian besar terhadap keberlanjutan sumberdaya. Bentuk pengelolaan wisata yang dapat meminimalisir terjadinya ancaman terhadap keberadaan potensi wisata alam adalah dengan menerapkan ekowisata. Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam pengelolaan ekowisata menurut deklarasi Quebac (2002) diantaranya adalah sesuai dengan prinsip konservasi, mengikutsertakan partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan dan operasional pada kegiatan wisata agar terciptanya kesejahteraan masyarakat, dan dapat memberikan pengetahuan akan arti pentingnya konservasi kepada masyarakat sekitar maupun pengunjung (Nugroho 2011).

Taman nasional merupakan salah satu bagian dari pengembangan ekowisata di kawasan pelestarian alam untuk mendukung upaya konservasi dan tidak merusak ekosistem. Salah satu kawasan taman nasional yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan ekosistem yang menawarkan wisata ekologis adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terletak di tiga bagian daerah yang berbeda namun berada dalam satu kesatuan yaitu Kabupaten Bogor, Lebak, dan Sukabumi. Kawasan wisata di TNGHS yang berada di Kabupaten Bogor dikenal dengan


(18)

nama kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Pada tahun 2003 wilayah ini masuk dalam kawasan perluasan Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003.

Kawasan wisata GSE memiliki beberapa sub-kawasan objek wisata alam yakni Gunung Bunder, air terjun (curug), dan pemandian air panas. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata beragam dan lokasinya mudah dicapai. Kawasan wisata Gunung Bunder memiliki atraksi wisata yang terdiri dari

camping ground, pendakian Kawah Ratu dan Curug Cihurang. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di kawasan wisata Gunung Bunder pada tahun 2011-2012 tergolong cukup besar sehingga objek wisata ini potensial untuk dikembangkan (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata di Gunung Bunder tahun 2011-2012

No Bulan Jumlah Pengunjung (orang/tahun)

2011 2012

1 Januari 3 950 4 000

2 Februari 1 200 1 100

3 Maret 2 000 1 500

4 April 2 150 1 500

5 Mei 2 000 2 000

6 Juni 2 300 2 000

7 Juli 2 350 2 500

8 Agustus 1 200 6 000

9 September 6 500 1 500

10 Oktober 2 000 2 000

11 November 2 150 1 850

12 Desember 2 000 1 550

Total 29 800 27 500

Rata- rata per tahun 28 650

Sumber : Resort Gunung Salak II 2013

Adanya kegiatan wisata di Gunung Bunder akan membawa sejumlah dampak bagi masyarakat sekitar. Kegiatan wisata yang melibatkan masyarakat tentunya akan memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat sekitar sekitar dengan adanya aliran uang dari wisatawan ke masyarakat. Hal ini memberikan dampak positif dan negatif baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampak positif diantaranya adalah dapat menciptakan atau meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat. Dampak dari aspek sosial dan lingkungan adalah dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat sekitar dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam membangun


(19)

komunikasi dengan banyak pihak terkait wisata juga memberikan nilai tambah dalam menjaga lingkungan. Dampak negatif yang mungkin terjadi dengan adanya keberadaan kawasan wisata adalah rusaknya sumber-sumber hayati ataupun tercemarnya lingkungan di sekitar kawasan wisata (Yoeti 2008).

Status pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini dikelola oleh taman nasional mempunyai fungsi untuk perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan konservasi sumberdaya alam. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian mengenai pengembangan wisata di Gunung Bunder saat ini perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengembangan yang dapat dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder. Pengembangan tersebut dapat diamati melalui pendekatan ekonomi sehingga perlu diketahui bagaimana nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Gunung Bunder untuk mengetahui pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan bagi pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder agar tetap lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

1.2 Perumusan Masalah

Kawasan wisata Gunung Bunder sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Pada tahun 2003, kawasan wisata Gunung Bunder termasuk ke dalam kawasan perluasan TNGHS sehingga pengembangan wisata yang dilakukan harus berada pada koridor konservasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung keberlanjutan dan kelestarian sumber daya alam yang ada di lokasi wisata. Berdasarkan kondisi tersebut kawasan wisata Gunung Bunder saat ini berada dalam zona pemanfaatan yang merupakan bagian dari kawasan taman nasional dimana letak, kondisi dan potensi alamnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan parwisata alam dan jasa lingkungan.

Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, panorama alam pegunungan yang indah, dan iklim yang sejuk. Potensi kawasan Gunung Bunder menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Potensi obyek wisata yang ditawarkan di kawasan wisata Gunung Bunder diantaranya: 1) camping ground; 2) pendakian Kawah Ratu; dan


(20)

3) Curug Cihurang. Adanya potensi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan tersebut tidak hanya diharapkan dapat terjaga kelestariannya namun juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, perhitungan manfaat ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder perlu dilakukan. Manfaat yang ditimbulkan dari adanya keberadaan wisata Gunung Bunder dapat dilihat dari adanya aktivitas wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu penting bagi pengelola untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung sehingga dapat diketahui informasi mengenai karakteristik pengunjung yang dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan selanjutnya.

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana prospek pengembangan wisata dari adanya perubahan status kawasan Gunung Bunder menjadi TNGHS. Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas maka pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder ?

2. Bagaimana estimasi dari nilai ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder setelah perluasan TNGHS ?

3. Bagaimana estimasi dampak ekonomi yang timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar ? 4. Bagaimana prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca

perluasan TNGHS ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan kawasan wisata Gunung Bunder.

2. Mengestimasi nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder.


(21)

3. Mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata Gunung Bunder bagi masyarakat sekitar.

4. Menilai prospek pengembangan wisata di Gunung Bunder.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder yang terletak di Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji manfaat ekonomi yaitu dampak ekonomi yang terjadi dengan kerberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden yang digunakan dalam penelitian ini terbatas atas pengunjung lokal, unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata dan tenaga kerja yang mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya kawasan wisata serta stakeholder terkait pengelolaan. Penelitian ini membahas nilai ekonomi dan dampak ekonomi serta prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder. Nilai ekonomi diestimasi dengan menaksir surplus konsumen berdasarkan metode individual travel cost method. Data jumlah pengunjung yang dijadikan acuan untuk perhitungan dampak ekonomi berasal dari rata-rata jumlah kunjungan tahun 2011-2012. Penelitian ini membahas besaran dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat setempat dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata GSE khususnya di areal wisata Gunung Bunder. Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder hanya terbatas dari unit usaha kecil yang berasal dari masyarakat di sekitar lokasi wisata sampai pada tingkat tenaga kerja. Penelitian ini juga membahas prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS berdasarkan aspek fisik, spasial dan aspek sosial-ekonomi.


(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional

Definisi taman nasional menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,dan rekreasi alam. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya menyatakan bahwa taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman flora dan fauna dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari. Kegiatan yang diperbolehkan untuk dilakukan di kawasan taman nasional diantaranya adalah penelitian, pendidikan, kegiatan yang dapat menunjang budi daya, budaya, dan wisata alam sedangkan semua kegiatan yang akan berdampak negatif terhadap fungsi ekosistem taman nasional tidak diperbolehkan untuk dilakukan yaitu seperti mengubah bentang alam kawasan secara permanen, atau yang akan mengakibatkan satwa terancam punah

Kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang terdiri atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lain menurut keperluan. Fasilitas wisata dapat dibangun di zona pemanfaatan intensif, sesuai dengan rencana pengelolaan dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan. Terkait kegiatan pariwisata dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat.

Sistem pengelolaan taman nasional dilakukan dengan zonasi yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial. ekonomi, dan budaya masyarakat. Pedoman zonasi taman nasional diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun 2006. Sistem zonasi dalam taman nasional dapat dibagi menjadi :


(23)

1. Zona inti, merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi.

2. Zona rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.

3. Zona pemanfaatan, adalah bagian dari taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.

4. Zona lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus.

Penentuan tata batas zonasi taman nasional tidak hanya dilakukan oleh pihak balai taman nasional saja tetapi melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Masyarakat dan Mitra Kerja. Begitu pula dalam hal pengelolaan pihak balai taman nasional memiliki wewenang penuh dalam mengelola kawasan taman nasional tetapi dalam hal kebijakan yang menyangkut kawasan juga turut melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti yang disebutkan diatas.

2.2 Konservasi

Definisi konservasi berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,


(24)

Kawasan konservasi dibagi menjadi kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa sedangkan kawasan pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam sedangkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan tidak digunakan istilah kawasan konservasi, tetapi hutan konservasi yang terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan taman buru.

2.3 Pariwisata

Definisi pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya)

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.

Wahab (1992) menyatakan bahwa pariwisata dapat dipandang sebagai suatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang didalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyeberangan orang-orang orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, motivasi, tekanan-tekanan, kepuasan, kenikmatan dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pariwisata juga mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam Negara penerima wisatawan. Pariwisata mengandung tiga unsur, yakni: manusia (sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan).


(25)

Suwantoro (2004) mendefinisikan bahwa pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Pengertian pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah tetapi bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya.

2.4 Ekowisata

Ekowisata secara konseptual merupakan konsep pengembangan dan penyelengaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan serta berintikan partisipatif aktif masyarakat dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran berdampak negatif minimum terhadap lingkungan, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan daerah dan diberlakukan pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya (Sekartjakrarini 2004)

Yoeti (2008) menyatakan bahwa ekowisata berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata sehingga ekowisata dapat dipandang dari tiga perspektif yaitu:

1. Ekowisata sebagai produk yang merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam.

2. Ekowisata sebagai pasar yang merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan.

3. Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan yang merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekan dan merupakan ciri khas ekowisata.


(26)

Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari pengembangan kawasan konservasi. Jasa ekowisata dianggap sebagai pintu masuk, sebagai suatu pendekatan ekonomi, yang menelaah dan mengkaji manfaat sumber daya alam dan lingkungan dalam kaidah-kaidah konservasi. Jasa ekowisata adalah sektor riil terdepan yang mengemas jasa lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat bagi banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (Nugroho 2011).

2.5 Permintaan Wisata

Menurut Wahab (1992) Permintaan wisata dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu seseorang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum memiliki waktu luang untuk bepergian sebagai wisatawan 2) permintaan aktual atau nyata (actual demand), yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu. Middleton (2001) dalam Vanhove (2005) merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata kedalam sembilan faktor, antara lain: faktor ekonomi, perbandingan harga, faktor demografi, faktor geografi, kondisi sosial dan budaya, mobilitas, pemerintah atau peraturan pemerintah, media komunikasi, dan teknologi informasi dan komunikasi.

Permintaan dapat diartikan sebagai hubungan fungsional yang menunjukkan jumlah barang yang akan dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu. Permintaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi ekonomi dan sisi sosial psikologis. Sisi ekonomi menyangkut gejala-gejala permintaan dan hubungannya dengan keseluruhan factor-faktor ekonomi, sedangkan sisi sosial psikologis meninjau persoalan dari sisi manusia sebagai konsumen dalam menentukan pilihannya untuk membeli barang sesuai kebutuhan yang dipengaruhi oleh tiga variable yaitu kualitas produk, harga, dan manfaat produk (Yoeti 2008).


(27)

2.6 Metode Biaya Perjalanan

Fauzi (2006) menyatakan bahwa metode biaya perjalanan atau travel cost method yang digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji tentang semua biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi yang diinginkan. Tujuan dasar dari travel cost method adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga dari sumber daya alam tersebut. Asumsi dasar dari travel cost method adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas misalnya rekreasi bersifat dapat dipisahkan. Terdapat dua teknik yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan travel cost method yaitu:

1. Pendekatan sederhana melalui zonasi (Zonal Travel Cost Method / ZTCM). 2. Pendekatan individualdengan menggunakan data sebagian besar dari survey

(Individual Travel Cost Method / ITCM).

Pada awal perkembangannya, penggunaan metode biaya perjalanan untuk menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan zonal, namun belakangan ini metode biaya perjalanan yang digunakan telah beralih menjadi pendekatan individual. Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei.

2.7 Dampak Ekonomi Pariwisata

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, maupun biologi. Dampak pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh pembangunan selalu lebih luas daripada menjadi sasaran pembangunan yang direncanakan. Dampak dapat bersifat biofisik, dapat juga bersifat sosial-ekonomi dan budaya. Misalnya, dampak pembangunan pariwisata


(28)

ialah berubahnya nilai budaya penduduk di daerah obyek wisata itu dan ditirunya tingkah-laku wisatawan oleh penduduk (Soemarwoto 2009).

Dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam suatu bentuk kontribusi alam atau manfaat produk wisata berbasiskan alam terhadap ekonomi suatu wilayah. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk taman nasional, hotel, campground, restoran, atraksi, transportasi dan retail (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan, (4) pemerintah melalui berbagai pajak dan dan retribusi (Fretchling 1987).

Stynes et al. (2000) menjelaskan bahwa pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak lanjutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan lanjutan biasanya disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa. Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan di sektor-sektor yang mensuplai barang dan jasa kepada komponen usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung. Sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata.

Menurut Murphy (1985) ukuran multiplier merupakan komponen penting dalam memperkirakan dampak ekonomi pariwisata bagi masyarakat, karena merefleksikan seberapa besar pengaruh dari setiap pembelanjaan pengunjung berada di dalam sistem ekonomi wilayah sebelum mengalami kebocoran. Efek


(29)

pengganda uang terus sampai akhirnya 'kebocoran' dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (impor).

2.8 Persepsi

Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki pengaruh terhadap konsep diri seperti:

1. Pengetahuan: apa yang kita ketahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya. 2. Pengharapan: gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan

maumelakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa.

3. Evaluasi: kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaiman seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan kita tentang dia.

Adapun persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (1999) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Adapun alat untuk memahaminya, yaitu kesadaran kognisi. Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini komunikasi non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh dan lain sebagainya) atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada di balik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab kondisi saat ini. Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa berbeda dari persepsi pada umumnya, persepsi sosial sangat menggantungkan diri pada komunikasi. Persepsi seseorang tentang sesuatu sangat tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya.

2.9 Penelitian Terdahulu

Agustina (2009) dalam penelitiannya menganalisis Persepsi dan Preferensi pengunjung serta dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah. Dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan diluar objek wisata sebesar ± 60-70 persen, dimana sekitar 40 persen dihabiskan


(30)

untuk biaya transportasi. Artinya dampak ekonomi yang berasal dari tingkat pembelanjaan pengunjung masih rendah. Dampak ekonomi langsung (direct impact) yang berasal dari unit usaha berkisar 38-43 persen sedangkan dampak tidak langsung (indirect impact) yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah berkisar 0-6 persen. Dampak ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai pengganda (multiplier) yang dihasilkan di sejumlah lokasi relatif rendah, nilai keynesian income multiplier tertinggi adalah 1.96, ratio income multiplier

tipe 1 tertinggi adalah 1.65 dan ratio income multiplier tipe 2 tertinggi sebesar 2.00.

Susilowati (2009) melakukan penelitian mengenai Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan pendekatan travel cost method. Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi Tahura Ir. H. Djuanda. Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 24 926 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 3 193 579 412.

Sihombing (2011) melakukan penelitian mengenai Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu : biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 297 777 778. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5 142 622 222. Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-masyarakat dan aspek spasial.


(31)

Dritasto dan Anggraeni (2013) melakukan penelitian mengenai Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai keynesian income multiplier sebesar 0.28 , nilai ratio income multiplier tipe I yang telah didapatkan sebesar 1.35, ratio income multiplier tipe IIsebesar 1.59. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha

Penelitian mengenai nilai ekonomi dan dampak ekonomi sudah cukup banyak dilakukan. Beberapa aspek dalam penelitian ini mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder adalah keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini termasuk ke dalam TNGHS belum cukup diketahui oleh masyarakat sehingga penelitian ini juga mengkaji bagaimana prospek pengembangan wisata dari suatu kawasan wisata alam yang saat ini termasuk ke dalam wilayah TNGHS.


(32)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kawasan GSE di TNGHS merupakan kawasan konservasi yang memiliki beragam kekayaan sumberdaya alam yang dapat dikembangkan sebagai objek pariwisata alam yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Penetapan kawasan GSE sebagai salah satu kawasan TNGHS tentunya akan mempengaruhi kebijakan yang dilakukan di kawasan wisata. Salah satu kawasan wisata di GSE adalah kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder tidak terlepas dari keterkaitan aktivitas wisatawan dan masyarakat sekitar lokasi wisata. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dari adanya kegiatan wisata selain itu pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS juga perlu dilakukan.

Aktivitas wisata yang dilakukan akan menunjukkan bagaimana permintaan wisata Gunung Bunder dan nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Permintaan wisata tersebut dapat diamati dengan melihat faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi permintaan wisata Gunung Bunder yang dianalisis dengan analisis regresi linear berganda sedangkan nilai ekonomi dapat diestimasi dengan metode individual travel cost method. Aktivitas wisata yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sekitar membuat keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder memberikan dampak yang positif bagi perekonomian masyarakat. Dampak ekonomi tersebut dapat diketahui dengan mengestimasi nilai dari dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung

(indirect impact) dan dampak lanjutan (induced impact). Perhitungan ketiga dampak ekonomi tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dalam perekonomian masyarakat sekitar yang dinilai melalui analisis multiplier.

Sejalan dengan visi TNGHS dalam menjamin kelestarian fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan maka perlu dilakukan penilaian prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder guna melihat seberapa jauh pengaruh penetapan taman nasional di kawasan wisata tersebut terhadap tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial. Aspek fisik mengkaji penilaian sarana dan prasarana di kawasan wisata Gunung Bunder


(33)

dengan tujuan agar dapat mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang perlu ditingkatkan. Aspek sosial-ekonomi digunakan untuk melihat sberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata. Adapun aspek spasial, dilakukan dengan menganalisis pengelolaan yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata. Selain itu penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, mengestimasi nilai ekonomi serta menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan. Penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis prospek pengembangan wisata agar dapat memberikan masukkan bagi pengembangan wisata yang lebih baik. Adapun alur berpikir peneliti dapat disederhanakan pada Gambar 1.


(34)

Gambar 1 Kerangka alur berpikir Keterangan: batasan penelitian

Kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor

Gunung Bunder sebagai wisata Alam yang Potensial

Analisis Multiplier Langsung (Direct) Tidak Langsung (Indirect) Lanjutan (Induced)

Nilai dampak Ekonomi

Aspek Sosial-Ekonomi

Rekomendasi Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Wisata Gunung

Bunder Dampak Ekonomi

Pengunjung Masyarakat Prospek

Pengembangan Aspek Fisik Aspek Spasial Analisis Deskriptif Menilai prospek pengembangan wisata Gunung Salak

Endah Permintaan Wisata Travel Cost Method (TCM) Surplus Konsumen Nilai Ekonomi

Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Faktor-faktor yang mempenga- ruhi Permintaan wisata

Pemanfaatan Pengembangan

Regresi

linear


(35)

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan GSE, Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kawasan GSE merupakan kawasan yang termasuk ke dalam perluasan TNGHS sehingga status tersebut akan mempengaruhi pengelolaan wisata saat ini. Hal ini sangat berpeluang untuk meningkatkan manfaat wisata berbasiskan prinsip pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Obyek wisata yang dijadikan lokasi penelitian di kawasan GSE adalah Kawasan Wisata Gunung Bunder.

Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2013. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data cross section yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden melalui kuesioner. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Adapun responden penelitian ini adalah pengunjung, masyarakat yang mempunyai unit usaha, tenaga kerja lokal, dan pengelola kawasan wisata Gunung Bunder. Data primer yang dikaji adalah mengenai karakteristik pengunjung serta penilaian terhadap wisata di Gunung Bunder, pendapatan unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal. Data sekunder yang diperoleh meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, status, letak dan luas, keadaan fisik serta potensi wisata), peraturan perundang-undangan, jumlah kunjungan pengunjung dari data Resort II TNGHS serta data dari lembaga-lembaga lain yang sesuai dengan penelitian seperti Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor.


(36)

4.3 Teknik Penarikan Sampel

Responden yang dijadikan penelitian adalah responden wisatawan lokal, pemilik unit usaha, dan tenaga kerja yang mendapatkan manfaat dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden wisatawan yang dipilih berdasarkan pengamatan dan observasi lapang menggunakan metode non probability sampling

yaitu dengan teknik purposive sampling. Hal ini disesuaikan untuk mengidentifikasi tipe-tipe tertentu dari sejumlah sampel dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yaitu berdasarkan keterwakilan dari unsur demografi dan sosial.Responden pengunjung yang dipilih adalah sebanyak 80 orang dengan kriteria yang dimaksud diantaranya merupakan wisatawan lokal, berusia diatas 15 tahun, dan dapat mewakili unsur demografi dan motivasi kunjungan. Unit usaha dan tenaga kerja yang dijadikan responden adalah sebanyak 30 unit usaha dan 10 orang tenaga kerja dengan kriteria dapat mewakili semua jenis unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata Gunung Bunder.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang didapatkan selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan program SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data

1 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata

Wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Analisis Regresi linear berganda

2 Mengestimasi nilai ekonomi dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata di Gunung Bunder

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

Individual Travel Cost Method (ITCM)

3 Mengestimasi dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar

Wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Keynesian income multiplier

4 Menganalisis penilaian prospek pengembangan wisata di kawasan Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS

Wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel.


(37)

4.4.1 Analisis deskriptif mengenai karakteristik pengunjung

Analisis karakteristik pengunjung dilakukan dengan wawancara kepada responden terkait untuk mengumpulkan data-data berupa jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah tanggungan, domisili, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan intensitas wisata pada periode waktu tertentu.

4.4.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata Gunung Bunder dan estimasi nilai ekonomi

Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi permintaan diestimasi dengan pendekatan biaya perjalanan atau individual travel cost method. Metode yang digunakan dalam pengelolaan data adalah metode regresi linier berganda. Adapun fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +

е………(1)

Keterangan :

Y = Jumlah kali kunjungan (kali kunjungan) X1 = Biaya perjalanan (Rp)

X2 = Pendapatan total (Rp) X3 = Umur (tahun)

X4 = Jarak (km)

X5 = Tingkat pendidikan (tahun)

X6 = Lama mengetahui Obyek Wisata (tahun)

е = error term

Dalam regresi linier berganda perlu dilakukan uji parameter untuk mengetahui mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain adalah :

1. Uji Normalitas

Menurut Gujarati (2007) Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data menyebar normal secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata sebesar nol dan dinotasikan dengan ei ~ N(0, σ2).


(38)

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Gujarati (2007), multikolinearitas merupakan hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Kolinearitas seringkali terjadi pada model yang memiliki R2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Model memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF lebih besar dari 10.

3. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang mengalami masalah heteroskedastisitas.Konsekuensi dari heteroskedastisitas salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan melakukan regresi nilai standar residual terhadap variabel bebas dalam model. Jika P-value lebih besar dari taraf nyata yang dipakai (α) maka model tersebut

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.Sebaliknya, jika P-value lebih kecil dari

taraf nyata yang dipakai (α) maka model tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error).Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW). Masalah autokorelasi umumnya terdapat pada data time series, sehingga penelitian ini tidak dilakukan uji autokolinearitas karena menggunakan data cross section (Gujarati 2007).

Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lain. Dihitung dengan rumus: BP = TR + DC + KR + LL………(2) Keterangan :


(39)

TR = Biaya transportasi (Rp/orang/hari) DC = Biaya dokumentasi (Rp)

KR = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) LL = Biaya lain-lain (Rp)

Analisis nilai ekonomi dilakukan dengan teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP dengan demikian, maka untuk mendapakan nilai ekonomi perlu diketahui nilai dari surplus konsumen. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula :

WTP ≈ Consumer Surplus ≈ �2

2�1………(3)

Dimana nilai N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi 2006).

4.4.3 Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar

Informasi yang didapat dari responden akan memberikan informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung dan ikutan (induced impact) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat local terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META 2001):

1. Keynesian local income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact).

Secara matematis dirumuskan :

Keynesian income multiplier = �+�+�


(40)

Ratio income multiplier, Tipe I = �+�

� ………..…….…(5)

Ratio income multiplier, Tipe II = �+�+�

� ……….……..(6)

Keterangan:

E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)

D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)

Identifikasi yang dilakukan terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata dapat menunjukkan produk atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola dan Pemerintah Daerah untuk pengembangan objek wisata tersebut.

4.4.4 Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS

Penetapan suatu kawasan pelestarian menjadi kawasan wisata alam baik pada Taman Nasional maupun Taman Wisata Alam akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di dalam kawasan, yakni pengembangan kegiatan harus selaras dengan tujuan pengelolaan pada taman nasional dan taman wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian terhadap prospek pengembangan kegiatan wisata di taman nasional dan taman wisata alam ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial (Adirahmanta 2005).

Prospek pengembangan wisata dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu dengan memaparkan potensi wisata alam, sarana dan prasarana penunjang, pengelolaan lokasi, aksesibilitas, dan kegiatan promosi kawasan wisata Bunder. Prospek pengembangan tersebut akan dikaji dalam tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi, dan aspek spasial. Hal tersebut dilakukan guna menggambarkan pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini. Setelah Perluasan TNGHS, kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan menjadi suatu kawasan wisata alam berkelanjutan yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keanekareagaman hayati dan masyarakat. Untuk itu penilaian prospek


(41)

pengembangan penting untuk dilakukan guna memberikan gambaran kebijakan yang harus dilakukan dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder kedepannya.

4.4.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian disusun untuk mempermudah proses analisis (Juanda 2007). Hipotesis tersebut disesuaikan berdasarkan rancangan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Biaya perjalanan ke lokasi wisata dan jarak tempuh dan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder

2. Total pendapatan, tingkat pendidikan, umur dan lama mengetahui obyek wisata berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder.

Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan


(42)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Kawasan Wisata Gunung Bunder

Kawasan wisata Gunung Bunder merupakan suatu kawasan wisata dalam ruang lingkup Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE) TNGHS (Lampiran 15). Kawasan GSE merupakan kawasan yang berada di bagian barat Kota Bogor , berupa hutan yang memiliki udara yang bersih dan sejuk serta pemandangan alam yang khas. Adapun wilayah kawasan GSE secara geografis terletak pada 106o 36’ 30” BT sampai 106o 45’ 55” BT dan 6o 31’ 0” LS sampai 6o 47’ 15” LS. Luas keseluruhan wilayah kawasan GSE adalah 168,8 km2, meliputi kecamatan Pamijahan dengan luas 80.9 km2, Kecamatan Ciampea 55.6 km2 dan Kecamatan Tamansari 33.2 km2. Batas Kawasan GSE dengan daerah sekitar adalah Desa Pamijahan sebelah utara, Desa Gunung Picung sebelah timur, Kabupaten Sukabumi sebelah selatan, dan Desa Ciasihan sebelah barat (Disbudpar 2003).

Kawasan wisata Gunung Salak Endah awalnya merupakan kawasan hutan yan berstatus hutan lindung dikenal sebagai Hutan Lindung Gunung Salak (HL-GS) yang merupakan gabungan dari lima kelompok hutan yaitu hutan Gunung Salak Utara, Gunung Salak selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Salak Kendang Kulon, dan Ciampea. Masing-masing kawasan tersebut memperoleh pengesahan tata batas pada tanggal 3 Mei 1941, 5 November 1906, 7 November 1934, 8 Juni 1916 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 92/Kpts/Um/8/1945 Tanggal 31 Agustus 1954.

Adapun Kawasan Wisata yang dijadikan tempat penelitian merupakan kawasan wisata yang dikenal dengan nama kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder sebelum dijadikan TNGHS dilakukan oleh Perum Perhutani. kawasan wisata Gunung Bunder yang dikelola oleh Perum Perhutani tersebut terdiri dari 3 objek wisata yaitu Bumi Perkemahan Gunung Bunder (camping ground), Curug Cihurang dan Kawah Ratu.

5.2 Potensi, Sarana, dan Prasarana Objek Wisata

Terdapat tiga objek wisata yang berada di Kawasan wisata Gunung Bunder yaitu Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Curug Cihurang dan Kawah Ratu. Pada


(43)

awalnya ketiga Objek wisata tersebut dikelola dan dikembangkan oleh Perum Perhutani dalam ruang lingkup kawasan wisata Gunung Bunder kemudian pengelolaan saat ini dialihkan kepada TNGHS. Gambaran umum mengenai ketiga objek wisata tersebut dijelaskan dalam keterangan berikut ini.

5.2.1 Bumi Perkemahan Gunung Bunder

Bumi Perkemahan Gunung Bunder merupakan objek wisata yang terletak pada ketinggian 830 mdpl dengan temperatur udara 18-23oC. Objek Wisata ini diresmikan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1982 dengan luas sekitar ± 30 Ha yang terletak di lereng gunung Gunung Salak. Kondisi alamnya terdiri dari hutan pinus yang awalnya merupakan hutan produksi milik Perum Perhutani.

Adapun areal ini terdapat gerbang pintu masuk dengan failitas pos tiket,

visitor centre dan kantor resort. Areal Bumi Perkemahan dibagi dalam beberapa zona dengan topografi datar dan bergelombang. Vegetasi berupa hutan homogeny

dengan jenis Pinus, Rasamala, Tepus dan Meranti. Fasilitas umum yang berada di Bumi Perkemahan terdiri dari Toilet, Musholla dan Warung Makan (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009).

5.2.2 Curug Cihurang

Curug Cihurang berada dalam areal kawasan Wisata Gunung Bunder yang merupakan Kawasan Wisata Air Terjun dengan tinggi air terjun sebesar 10 m dengan kolam air terjun seluas 10 m x 7,5 m. Areal penerimaan dengan bangunan pos jaga, pusat informasi, toilet, shelter dan mushola. Fasilitas areal parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Fasilitas lain berupa camping ground dengan topografi relatif datar dan terdapat warung makan. Akses jalan berbatu dengan lebar ± 1 m. Vegetasi berupa Pinus, Meranti, Rasamala, dan Anthurium (Laporan Akhir Proyek Pengelolaan TNGHS 2009).

5.2.3 Kawah Ratu

Obyek wisata Kawah ratu terletak pada keetinggian ± 1.3348 mdpl dengan suhu berkisar antara 10o-20oC. Obyek wisata Kawah Ratu memiliki daya tarik


(44)

pendakian yang cocok untuk dijadikan wisata hiking. Selain itu kawah ratu memiliki daya tarik lain yang berupa panorama alam yang indah serta terdapat areal Kawah Mati I yang berjarak sekitar 1.330 mdpl dan Kawah Mati II yang berjarak 1.335 di sebelah utara Kawah Ratu. Sarana yang terdapat di Kawah Ratu diantaranya terdapat akses jalan dengan lebar 2.5 m, warung, papan informasi dan areal terbuka dengan luas ± 0.1 Ha yang bertopografi landai.

Pengunjung yang datang rata-rata memiliki motivasi untuk mendaki dan

hiking. Setiap pengunjung dianjurkan untuk ditemani oleh Pemandu Wisata yang mana pemandu wisata (guide) tersebut merupakan tenaga kerja yang dibina oleh TNGHS yang sudah terlatih dan mengetahui kawasan Kawah Ratu. Guide tersebut merupakan tenaga kerja yang dinamakan volunteer.

5.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu diantaranya pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder, pemilik unit usaha yang ada di kawasan wisata dan tenaga kerja lokal. Hasil dari wawancara dengan responden dapat menyimpulkan karakteristik dari masing-masing kelompok responden.

5.3.1 Karakteristik Responden Pengunjung

Responden pengunjung yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang. Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini dibedakan menjadi karakteristik sosial dan ekonomi pengunjung yaitu diantaranya jenis kelamin, umur, asal daerah, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan tingkat pendapatan. Karakteristik lain yang diamati adalah karakteristik dalam berwisata untuk mengetahui berapakah sebaran frekuensi kunjungan pengunjung dalam berwisata ke Gunung Bunder, motivasi wisata apa yang melatarbelakangi pengunjung untuk melakukan wisata, cara kedatangan pengunjung dan lama kunjungan.


(45)

5.3.1.1 Sosial Ekonomi Responden Pengunjung

Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Gunung Bunder diamati dengan melihat faktor-faktor sosial ekonomi dari masing-masing responden. Hal tersebut dilakukan untuk melihat jenis karakteristik apa saja yang paling dominan dalam status sosial ekonomi pengunjung. Karakteristik responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pada tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 65 81.25

Perempuan 15 18.75

Jumlah 80 100.00

2. Umur (Tahun)

15-25 36 45.00

26-35 21 26.25

36-45 16 20.00

>46 7 8.75

Jumlah 80 100.00

3. Asal Daerah

Bogor 49 61.25

Depok 2 2.50

Jakarta 17 21.25

Tanggerang 7 8.75

Bekasi 5 6.25

Jumlah 80 100

4 Informasi Objek wisata

Informasi dari Teman 58 72.50

Informasi dari Internet 5 6.25

Informasi dari Surat Kabar 1 1.25

Informasi dari Keluarga 13 16.25

Informasi dari sumber lain 3 3.75

Jumlah 80 100.00

Sumber: Data Primer, diolah 2013

Jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 81.25%. Selanjutnya umur responden yang paling dominan berkisar antara 15 sampai 25 tahun yaitu sebesar 45.00%. Sebagian besar responden pengunjung Gunung Bunder berstatus belum menikah yaitu sebanyak 56.25% dengan jenis pekerjaan responden yang paling dominan adalah bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 27.50 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden adalah kelompok umur yang produktif dan dinamis sehingga menyukai atraksi wisata yang dapat memulihkan pikiran dari ritinitas pekerjaan.


(46)

Sebanyak 61.25% pengunjung berasal dari Bogor sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar pengunjung berasal dari daerah yang dekat dengan kawasan wisata. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar mendapatkan informasi mengenai objek wisata dari teman yaitu sebanyak 72.5% sehingga kedatangan mereka dikarenakan unsur kedekatan lokasi dan akses yang lebih cepat dijangkau. Kedatangan pengunjung dari luar daerah Bogor sebanyak 38.75 % yaitu terdiri berasal kota Depok, Jakarta, Bekasi dan Tanggerang hal tersebut dikarenakan 4 kota tersebut letaknya tidak terlalu jauh dari kota bogor sehingga kawasan wisata Gunung Bunder menjadi pilihan mereka untuk berwisata.

Tabel 4 Karakteristik responden pengunjung Gunung Bunder berdasarkan faktor sosial ekonomi lanjutan (demografi) pada tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Status Pernikahan

Menikah 35 43.75

Belum Menikah 45 56.25

Jumlah 80 100.00

2. Pendidikan Terakhir

SD 5 6.25

SMP 7 8.75

SMA 40 50.00

Perguruan Tinggi 28 35.00

Jumlah 80 100.00

3. Pekerjaan Pokok

PNS 5 6.25

Karyawan Swasta 22 27.5

Pelajar/mahasiswa 11 13.75

Wiraswasta 21 26.25

Buruh 2 2.5

Guru 5 6.25

Lainnya 14 17.5

Jumlah 80 100.00

4. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan)

< 500.000 1 1.25

500.001 – 1.500.000 27 33.75

1.500.001 – 2.500.000 15 18.75

2.500.001 – 3.500.000 15 18.75

3.500.001 – 4.500.000 3 3.75

> 4.500.000 19 23.75

Jumlah 80 100.00

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata responden pengunjung mempunyai status belum menikah dengan pendidikan terakhir responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder adalah SMA yaitu sebanyak 50%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder memiliki


(47)

pendapatan yang beragam dimana tingkat pendapatan paling dominan berkisar antara Rp 500 001 sampai Rp 1 500 000 yaitu sebanyak 33.75%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden pengunjung yang datang memiliki penghasilan yang cukup sehingga pengelola kawasan dapat mengembangkan penawaran wisata yang sesuai dengan standar ekonomi.

5.3.1.2 Karakteristik Responden Pengunjung dalam berwisata

Karakteristik berwisata responden pengunjung di kawasan wisata Gunung Bunder dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir, jumlah rombongan, jenis rombongan dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden.

Tabel 5 Karakteristik berwisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder Tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Frekuensi Kunjungan (kali/tahun)

1 – 2 64 80.00

3 – 4 6 7.50

> 4 10 12.50

Jumlah 80 100.00

2. Jumlah Rombongan

< 10 orang 57 71.25

11 - 20 orang 10 12.50

21 - 30 orang 10 12.50

> 30 orang 3 3.75

Jumlah 80 100.00

3. Jenis Rombongan

Sendiri 0 0.00

Kelompok/Teman 32 40.00

Rombongan Keluarga 22 27.50

Rombongan Instansi 5 6.25

Rombongan Sekolah/pendidikan 21 26.25

Jumlah 80 100.00

4. Jenis Kendaraan

Kendaraan Pribadi 64 80.00

Kendaraan Sewa 8 10.00

Kendaraan Umum 2 2.50

Sepeda 6 7.50

Jumlah 80 100.00

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa pengunjung telah melakukan wisata ke kawasan Gunung Bunder sebanyak satu sampai dua kali dalam satu tahun ini, dengan mayoritas jumlah rombongan sebanyak kurang dari sepuluh orang atau sebanyak 71.25%. Mayoritas jenis rombongan pengunjung adalah rombongan kelompok atau teman hal tersebut dikarenakan kawasan wisata Gunung Bunder


(48)

dapat menampung banyak pengunjung wisata sehingga banyak yang mengajak kelompok atau temannya untuk mendatangi kawasan wisata Gunung Bunder. Jenis kendaraan yang dipergunakan oleh pengunjung mayoritas adalah kendaraan pribadi yaitu sebanyak 80% hal tersebut dikarenakan keberadaan angkutan umum yang melalui jalur Kawasan Wisata Gunung Bunder sangat terbatas adapun angkutan umum lain yang melewati kawasan tersebut merpakan angkutan umum yang disewakan sehingga pengunjung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Karakteristik motivasi pengunjung dalam berwisata dapat dibagi menjadi dua karakteristik yaitu dengan melihat motivasi kunjungan dan tujuan kunjungan ke kawasan wisata Gunung Bunder. Karakteristik motivasi wisata tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik motivasi wisata responden pengunjung kawasan wisata Gunung Bunder

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Motivasi Kunjungan

Keinginan Sendiri 26 32.50

Acara Keluarga 21 26.25

Acara Kantor 29 36.25

Acara Sekolah 4 5.00

Jumlah 80 100.00

2. Tujuan Kunjungan

Rekreasi 68 85.00

Penelitian 2 3.00

Bekerja 4 5.00

Lainnya 6 7.50

Jumlah 80 100.00

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Pada umumnya pengunjung datang dengan keinginan sendiri yaitu sebesar 32.50%. Rata-rata pengunjung memiliki motivasi wisata dengan tujuan untuk melakukan rekreasi yaitu sebesar 85% hal tersebut dikarenakan umumnya pengunjung memilih kawasan wisata Gunung Bunder untuk berkumpul bersama teman, keluarga atau instansi sehingga tujuan utama mereka adalah rekreasi. 5.3.2 Karakteristik Responden Unit Usaha

Keberadaan kawasan wisata akan membuka peluang untuk masyarakat mendirikan unit usaha di dalamnya sehingga akan memberikan manfaat baik sosial maupun ekonomi terhadap masyarakat yang mempunyai unit usaha.


(49)

Keberadaan unit usaha di kawasan wisata juga akan memudahkan transaksi pengunjung sehingga akan mendukung sektor pariwisata. Adapun unit usaha yang berada di kawasan wisata Gunung Bunder terdiri dari unit usaha kecil dimana mayoritas pemilik unit usaha adalah masyarakat asli yang tinggal di sekitar kawasan wisata. Unit usaha yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 unit usaha dengan jenis dan karakteristik yang bervariasi, karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik pemilik unit usaha Gunung Bunder tahun 2013

Sumber : Data Primer, diolah (2013)

Unit usaha di kawasan wisata Gunung Bunder umunya sudah beroperasi semenjak pengelolaan dilakukan oleh Perum Perhutani yaitu semenjak tahun 1998 saat itu nama daerah wisata Gunung Bunder adalah Wana Wisata Gunung Bunder (WWGB) sehingga rata-rata responden unit usaha mendirikan unit usaha lebih dari 9 tahun atau sebesar 40%. Jenis usaha yang memiliki presentase tertinggi adalah jenis usaha warung yaitu sebesar 65.7% hal ini dikarenakan keberadaan warung disesuaikan dengan kondisi kawasan wisata dan kebutuhan wisatawan.

Karakteristik Jumlah (unit) Persentase (%)

1. Pendiri Unit Usaha

Masyarakat Asli 30 100.00

Bukan Masyarakat Asli 0 0.00

Jumlah 80 100.00

2. Lama Mendirikan Unit Usaha

1-3 tahun 5 16.67

4-6 tahun 7 23.33

7-9 tahun 6 20.00

> 9 tahun 12 40.00

Jumlah 30 100.00

3. Jenis Unit Usaha

Warung 24 65.70

Asongan 3 2.90

Bensin dan Bengkel 1 2.90

Soto 1 2.90

Jagung Bakar 1 5.70

Jumlah 30 100.00

4. Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu)

2 hari 8 26.67

7 hari 22 73.33

Jumlah 30 100.00

5.Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan)

< 500.000 0 0.00

500.001 – 1.500.000 11 36.67

1.500.001 – 2.500.000 13 43.33

2.500.001 – 3.500.000 3 10.00

3.500.001 – 4.500.000 2 6.67

> 4.500.000 1 3.33


(50)

Unit usaha warung juga banyak dipilih oleh pengunjung untuk bersantai atau berkumpul dengan rombongan. Selanjutnya, jenis unit usaha umumnya beroperasi setiap hari yaitu sebanyak 73.33% dari total keseluruhan respoden unit usaha hal tersebut dikarenakan unsur kedekatan tempat tinggal dengan keberadaan unit usaha sehingga mayoritas pemilik unit usaha membuka warungnya setiap hari. Mayoritas pendapatan unit usaha rata-rata berkisar antara Rp 1 500 000 sampai dengan Rp 2 500 000 per bulannya yaitu sebanyak 43.33% dari total keseluruhan responden unit usaha.

5.3.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja

Pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini dijadikan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memberikan peluang untuk masyarakat sekitar dalam pengelolaan kawasan wisata. Hal ini dapat dilihat karena sebagianbesar tenaga kerja di kawasan wisata Gunung Bunder merupakan masyrakat asli yang menjadi volunteer di kawasan wisata Gunung Bunder sehingga pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitar. Tugas dari volunteer adalah untuk membantu TNGHS dalam pengelolaan kawasan secara lestari. Volunteer tersebut merupakan tenaga kerja sukarela sebagai bentuk kerja sama TNGHS dengan masyarakat sekitar. Tenaga kerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 responden yang telah mewakili masing-masing jenis tenaga kerja yang ada, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik responden tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 8.


(51)

Tabel 8 Karakteristik responden tenaga kerja Gunung Bunder tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 18 100.00

Perempuan 0 0.00

Jumlah 18 100.00

2. Umur (Tahun)

15-19 2 20.00

20-24 1 10.00

25-29 1 10.00

30-35 2 20.00

36-40 0 0.00

> 40 4 40.00

Jumlah 10 100.00

3. Pendidikan Terakhir

SD 4 40.00

SMP 4 40.00

SMA 2 20.00

Jumlah 10 100.00

4. Status Kependudukan

Masyarakat asli 8 80.00

Bukan masyarakat asli 2 20.00

Jumlah 10 100.00

5. Status Pekerjaan di Bidang Pariwisata

Pekerjaan utama 10 100.00

Pekerjaan sampingan 0 0.00

Jumlah 10 100.00

6. Jenis Pekerjaan

Volunteer dan pemandu wisata 3 30.00

Volunteer dan sewa alat berkemah 1 10.00

Volunteer 4 40.00

Parkir 2 20.00

Jumlah 10 100.00

7. Lama Bekerja

1 tahun 2 20.00

2 tahun 1 10.00

> 2 tahun 7 70.00

Jumlah 10 100.00

8. Tingkat Pendapatan

<500 000 2 20.00

500 001 – 1 000 000 8 80.00

>1 000 001 – 2 000 000 0 0.00

> 2 000.000 0 0.00

Jumlah 10 100.00

Sumber : Data Primer, dioleh (2013)

Rata-rata usia responden adalah lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 40%. Mayoritas responden merupakan lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yaitu masing-masing sebanyak 40%. Responden tenaga kerja menjadikan pekerjaan di sektor wisata menjadi pekerjaan utama mereka yaitu rata-rata bekerja sebagai volunteer di kawasan wisata umumnya mereka sudah bekerja selama lebih dari 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan Balai TNGHS baru memulai perekrutan


(52)

volunteer semenjak tahun 2007 atau setelah ditetapkannya GSE menjadi TNGHS. Rata-rata pendapatan tenaga kerja berkisar antara Rp 500 000 hingga Rp 1 000 000 yaitu sebanyak 80%. Umumnya tenaga kerja bekerja sebagai volunteer

Taman Nasional yang bekerja secara sukarela atau tanpa imbalan tetapi mereka tetap diberikan upah untuk pengelolaan kebersihan dan perawatan kawasan wisata dimana sitem pengupahannya adalah bagi hasil per harinya. Kondisi tempat tinggal yang dekat dengan tempat bekerja menjadikan responden mendapatkan manfaat yang positif bagi keadaan ekonomi sehingga mereka menyatakan bahwa dengan pendapatan tersebut cukup untuk kebutuhan sehari-hari.


(1)

Keterangan Resp I (a) C1 (b) C2 © C3 (d) C4 (e) C5 (f) C6 (g) C7 (h) C8 (i) Total pengeluaran (j) (j=b+c+d+e+f +g+h+i) Pendapatan (k) (k=a-j) Bengkel dan

bensin 25 3600000 0 2800000 300000 100000 0 30000 0 0 3230000 370000

Jumlah 1 3600000 0 2800000 300000 100000 0 30000 0 0 3230000 370000

Rata-rata 3600000 0 2800000 300000 100000 0 30000 0 0 3230000 370000

Jagung bakar 26 1800000 0 500000 0 0 0 60000 0 90000 650000 1150000

Jumlah 1 1800000 0 500000 0 0 0 60000 0 90000 650000 1150000

Rata-rata 1800000 0 500000 0 0 0 60000 0 90000 650000 1150000

Soto 27 800000 0 200000 0 0 0 0 0 20000 220000 580000

Jumlah 1 800000 0 200000 0 0 0 0 0 20000 220000 580000

Rata-rata 800000 0 200000 0 0 0 0 0 20000 220000 580000

Asongan 28 29 30 1000000 1000000 800000 0 0 0 320000 320000 280000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 320000 320000 280000 680000 680000 520000

Jumlah 3 2800000 0 920000 0 0 0 0 0 0 920000 1880000

Rata-rata 933333 306667 0 0 0 0 0 0 306667 626667

Keterangan :

I : Penerimaan C1 : Upah karyawan C2 : Pembelian Bahan baku C3 : Pemeliharaan alat C4 : Listrik

C5 : Kredit

C6 : Transportasi lokal C7 : Pajak


(2)

Lampiran 11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah)

Pekerjaan Pendapatan

Perbulan Rata-rata Pendapatan Pendapatan Total Perbulan Rata-rata Pendapatan Total

Volunteer dan Pemandu

wisata 800 000 2800000

2 266 667 Volunteer dan Pemandu

wisata 800 000 2800000

Volunteer dan Pemandu

wisata 760 000 786 667 1200000

Volunteer dan Sewa alat

Kemah 1 000 000 1 000 000 1400000 1 400 000

Volunteer 560 000 1000000

840 000

Volunteer 560 000 560000

Volunteer 600 000 600000

Volunteer 740 000 615 000 1200000

Parkir 480 000 480000

480 000

Parkir 480 000 480 000 480000

Lampiran 12 Pengeluaran Tenaga kerja

Tenaga Kerja Biaya Pangan/Bulan (a) Biaya Transportasi/Bulan (b) Biaya Sekolah

Anak/Bulan (c) TOTAL

Volunteer dan

Pemandu wisata 1 500 000 40 000 300 000 1840 000

Volunteer dan

Pemandu wisata 900 000 20 000 50 000 970 000

Volunteer dan

Pemandu wisata 900 000 30 000 20 000 950 000

Rata-rata 1 100 000 30 000 123 333 1 253 333

Proporsi 0.878 0.024 0.098 1

Volunteer dan

Sewa alat Kemah 1 500 000 60 000 300 000 1 860 000

Rata-rata 1 500 000 60 000 300 000 1 860 000

Proporsi 0.806 0.032 0.161 1

Volunteer 1 200 000 40 000 240 000 1 480 000

Volunteer 450 000 40 000 0 490 000

Volunteer 600 000 40 000 300 000 940 000

Volunteer 600 000 40 000 180 000 820 000

Rata-rata 712 500 40 000 180 000 932 500

Proporsi 0.764 0.043 0.193 1

Parkir 300 000 0 0 300 000

Parkir 240 000 0 0 240 000

Rata-rata 270 000 0 0 270 000

Proporsi 1 0 0 1

Keterangan :

a

:

Biaya pangan/bulan

b

:

Biaya transportasi/bulan


(3)

Lampiran 13 Perhitungan efek pengganda

E

=

Rp 49 438 764

D

=

Rp 36 051 670

N

=

Rp 32 791 338

U

=

Rp 18 603 332

Keynesian income multiplier

=

+

+

=

36

051

670

+

32

791

338

+

18

603

332

49

438

764

= 1.77

Ratio income multiplier

Tipe I

=

+

=

36

051

670

+

32

791

338

36

051

670

= 1.91

Ratio income multiplier

Tipe II

=

+

+

=

36

051

670

+

32

791

338

+

18

603

332

36

051

670


(4)

Lampiran 14 Dokumentasi

Dokumentasi 1 Pintu Gerbang TNGHS Gunung Bunder

Dokumentasi 2 Keindahan hutan Gunung Bunder

Dokumentasi 3 Kondisi Hutan Gunung Bunder Dokumentasi 4 Keindahan alam Kawah Ratu

Dokumentasi 5 Keindahan Curug Cihurang Dokumentasi 6 Masyarakat yang menjadi volunteer

Dokumentasi 7 Unit Usaha Warung Dokumentasi 8 Aktivitas yang dilakukan di Camping Ground


(5)

Lampiran 14 Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 14 September 1991

dari Ayah Irzaman dan Ibu Linda Safanah Ayu Hamidah. Penulis adalah putri

pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah

Atas Negeri (SMAN) 10 Bogor dan pada tahun 2009 penulis diterima melalui

Ujian Talenta Masuk (UTM) IPB dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan keaagamaan

dan kemahasiswaan yaitu diantaranya menjadi Sekretaris Divisi Media Dakwah

dan Fotografi Forum Remaja Islam (FORMASI) Fakultas Ekonomi dan

Manajemen pada tahun 2010-2011 dan staf Divisi

Public Relation

di

Resources

and Environmental Economics Student Association (REESA)

masa kepengurusan

2010-2011. Pengalaman penulis lainnya adalah menjadi finalis FEM Ambassador

2012, finalis

News Reporter

pada acara IPB

Youth Journalist

2012 (RCTI

Goes

To Campus)

dan

internship reporter

Green TV

IPB.

Penulis juga aktif sebagai

panitia dan MC dalam beberapa kegiatan di IPB, seperti FEM mengajar,

Recycle

,

Sportakuler dan

The 9

th

Economic Contest.