Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan yang Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp.

KOMBINASI CACING SUTRA DAN PAKAN BUATAN YANG
DITAMBAH PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA
IKAN LELE Clarias sp.

LUSSY ANGGRAINY

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi kombinasi cacing sutra dan
pakan buatan yang ditambah probiotik pada pemeliharaan larva ikan LeleClarias
sp.adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Lussy Anggrainy
NIM C14110084

ABSTRAK
LUSSY ANGGRAINY. Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan yang
Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp.. Dibimbing
oleh DEDI JUSADI dan MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi pemberian
cacing sutra, pakan buatan dan probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias
sp.Larva ikan leleumur satu hari(d1) berukuran 0,5±0,03 cm ditebar ke dalam 15
wadah plastik berdiameter 40 cm yang diisi air setinggi 15 cm. Larva lele umur d2
diberi artemia. Mulai d3 sampai d8, larva ikan lele diberipakan sesuai perlakuan,
yaitu (C) cacing sutra, (PB + C) pakan buatan + cacing sutra, (PB + Pr + C) pakan
buatan + probiotik + cacing sutra, (PB) pakan buatan, (PB + Pr) pakan buatan +
probiotik.Mulai d9 sampai d14 larva ikan lele diberi pakan buatan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perlakuanpakan cacing sutra memiliki sintasan
yang paling tinggi (95%), komposisi ikan akhir perlakuan cacing sutra juga

didominasi dengan ukuran M (72,5%). Sedangkan perlakuan pakan buatan
memiliki sintasan paling rendah (73,4 %), dan didominasi oleh ikan ukuran S
(99,5%). Protein efisiensi rasio cacing sutra dan pakan buatan tidak berbeda nyata.
Di sisi lain, pemberianprobiotikpada pakan buatan dapatmeningkatkan protein
efisiensirasiodanpertumbuhan larva ikanlele.
Kata kunci: Larva,Clarias sp., cacing sutra, pakanbuatan, probiotik

ABSTRACT
Lussy Anggrainy. The Combination of Sludge Worm, Artificial Dietand
Probioticas a Diet for Larval Clarias sp.. Supervised by DEDI JUSADI and
MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI.
This study was conducted to evaluate sludge worm, artificial diet and
probioticas a diet of larval Clarias sp. One day old larvae with total length of 0.5
± 0.03 cm were stocked into a 15 plastic container diameter of 40 cm and filled
with water up to 15 cm. D2 Clariaslarvae were fed on Artemiasalina. From d3 till
d8,the larvae were fed on either sludge worm, artificial diet plus sludge worm,
artificial dietplus probiotics plus sludge worm, artificial diet, or artificial diet plus
probiotics. During the period of d9 till d14, they were fed on artificial diet.
Results showed that larvae fed on sludge worm had significantly the highest
survival rate (95 %); size distribution of lavae in this groups was also dominated

by the large fish (72.5 %). On the other hand, larvae fed on artificial diet had the
lowest survival rate (73.4 %), and was dominated by the small fish (99.5%).
Protein efficiency ratio between sludge worm and artificial diet treatments were
not significantly different. However, the addition of probioticinto the artificial diet
enhanced the protein efficiency ratio and the growth of larvae.
Key word: Larvae, Clarias sp., sludge worm, artificial diet, probiotic.

KOMBINASI CACING SUTRA DAN PAKAN BUATAN YANG
DITAMBAH PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA
IKAN LELE Clarias sp.

LUSSY ANGGRAINY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam karya tulis ini adalah“Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan
yang Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan LeleClarias sp.”Terima
kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:
1. Ayahanda Ir. Toni Sanjoyo, Ibunda Pupu Maspuroh, Shandy Purwanto dan
Dicky Sucipto atas doa, cinta, kasih sayang, dan dukunganyang tak pernah
berhenti mengalir.
2. Dosen pembimbing I yaitu bapak Dr Dedi Jusadi dan dosen pembimbing
II yaitu Dr Muhammad Agus Suprayudi atas segala masukan dan
dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas.
3. Dr Dinamela W. S Si. M Si selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir Mia
Setiawati, M Si selaku dosen perwakilan Ketua Program Studi.
4. Terima kasih pula kepada Pak Wasjan, Mba Retno, Kang Yosi yang

sangat banyak membantu dalam penelitian ini.
5. Teruntuk anggota Rambo Fish Farm Senior dan Rambo Fish Farm Junior
terimakasih atas larva ikan untuk penelitian, waktu, tempat dan dukungan
yang diberikan.
6. Sahabat Fullhouse tercinta Tami, Hilda, Farida, Fadilatun, Raden yang
telah memberi warna selama kuliah.
7. Teman-teman Muka Lele Aci, Abda, Aji, Aldi, Asep, Daus, Dewi, Faaza,
Faiz F, Furqon, Hilda, Ida, Mukhlis, Mumi, Raden, Riska, Rosi, Wawan,
Wikke, Wildan dan Ica yang telah mendukung penelitian saya.
8. Mahasiswa budidaya perairan angkatan 48.
9. Dan terakhir terima kasih kepada beasiswa PPA/BBM 2013-2014 yang
telah banyak membantu.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga
bagi pembaca.

Bogor, Juli 2015
Lussy Anggrainy

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. vi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... vi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
METODE ................................................................................................................ 2
Pemeliharaan Larva ............................................................................................. 2
Manajemen Pemberian Pakan ............................................................................. 2
Panen ................................................................................................................... 4
Parameter Uji ....................................................................................................... 4
Analisis Kimia ..................................................................................................... 5
Analisis Data ....................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Hasil..................................................................................................................... 5
Pembahasan ......................................................................................................... 9
KESIMPULAN ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 21


DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.

Kualitas air media budidaya selama pemeliharaan...................................... 2
Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan. ...................................... 3
Hasil analisis proksimat masing-masing pakan (%). ................................... 4
Jumlah pemberian pakan naupli artemia, cacing sutra dan pakan
buatan selama pemeliharaan 14 hari ............................................................ 6
Jumlah protein bobot basah yang dikonsumsi larva lele selama
pemeliharaan 14 hari ................................................................................... 6

Hasil pengukuran parameter kelangsungan hidup (%), protein
efisiensi rasio dan koefisien keragaman panjang (%) ikan akhir
selama pemeliharaan.................................................................................... 7
Hasil pengukuran parameter persentasi ikan pada akhir pemeliharaan ....... 7
Rataan panjang (cm) ikan lele di akhir penelitian ....................................... 8
Bobot rataan (g) ikan lele di akhir penelitian .............................................. 8
Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan
probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama
pemeliharaan 15 ........................................................................................... 9

DAFTAR LAMPIRAN
1. Prosedur analisa proksimat ........................................................................ 13
2. Anova dan hasil uji Duncan ...................................................................... 14
3. Analisis Usaha ........................................................................................... 19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada budidaya larva lele sampai 7 - 9 hari, larva ikan membutuhkan pakan
alami berupa cacing sutra.Pemenuhan kebutuhan cacing sutra hanya
mengandalkan dari hasil tangkapan alam.Namun ketersediaan cacing sutra di alam

tidak tersedia sepanjang tahun.Pada saat musim penghujan ketersediaan cacing
sutra menurun, karena cacing sutra di alam terbawa oleh arus deras akibat curah
hujan yang cukup tinggi (Fajri danHutabarat 2014).Hal ini mengakibatkan
kelangkaan cacing sutra pada musim penghujan sehingga menghambat produksi
pembenihan ikan Lele.Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani
cacing sutra di Dramaga Bogor, harga cacing sutra meningkat dari Rp14.000/l
menjadi Rp 16.000/l pada musim hujan.Oleh karena itu, ketergantungan pada
cacing sutra dalam kegiatan pembenihan ikan lele harus dikurangi.Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti pakan alami dengan pakan
buatan.Pakan buatan merupakan substitusi pakan alami yang dapat digunakan
karena nilai nutrisi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan larva.Namun salah
satu kelemahan dari pakan buatan adalah tidak adanya enzim yang dibutuhkan
larva untuk mencerna pakan buatan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Fauji (2014) dan Nurhayati (2014), pemberian
kombinasi pakan buatan dan cacing sutra (3:1) pada larva ikan lele Clarias sp.
mulai umur 4 hari masing-masing sampai 24 dan 34 hari, menghasilkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang sama dengan perlakuan pakan hanya
cacing sutra. Namun, ketika larva ikan hanya diberi pakan buatan, kelangsungan
hidup dan pertumbuhannya lebih rendah dari perlakuan cacing sutra
saja.Rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lele yang hanya

diberi pakan buatan diduga berkorelasi dengan rendahnya aktivitas enzim
pencernaan larva lele.
Menurut Kuncoro (2006) aktifitas protease pada larva lele baru terdeteksi
saat larva umur 2 hari setelah menetas, aktivitasnya semakin meningkat sejalan
dengan berkembangnya pencernaan larva.Peningkatan aktivitas enzim tertinggi
pada umur 7 hari.Oleh karena itu, agar pemberian pakan buatan dapat dicerna oleh
larva, perlu ditambahkan enzim bersama pakan buatan tersebut.Salah satu bahan
penghasil enzim yang bisa ditambahkan bersama pakan buatan adalah
probiotik.Menurut Verschuere et al.(2000) probiotik merupakan suplemen pakan
yang menguntungkan. Probiotik mempengaruhi inang dengan cara meningkatkan
keseimbangan usus untuk meningkatkan kecernaan. Probiotik menghasilkan
beberapa enzim exogenous untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease,
lipase dan selulase yang akan membantu enzim endogenuous di inang untuk
menghidrolisis nutrien pakan. Pemberian pakan buatan bersama probiotik
diharapkan dapat mengurangi penggunaan cacing dalam budidaya larva lele.Oleh
karena itu pada penelitian ini dilakukan dilakukan penambahan probiotik untuk
membantu meningkatkan daya cerna pakan buatan.

2
Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kombinasi
pemberian cacing sutra dan pakan buatan ditambah probiotik dalam budidaya
larva ikan lele Clarias sp.

METODE
Pemeliharaan Larva
Larva ikan lelehari ke-1 (d1) berukuran 0,5±0,03 cm ditebar ke dalam 15
wadah plastik berdiameter 40 cm yang diisi air setinggi 15 cm.Penebaran larva
dilakukan pada pukul 20.00 WIB dengan kepadatan 40 ekor/l. Sebelum larva
ditebar, air diberi klorin sebanyak 30 ppm lalu diaerasi selama 48 jam. Larva
dipelihara sampai berumur 15 hari. Selama masa budidaya, larva diberi pakan
sesuai dengan perlakuannya dan dilakukan pergantian air secara periodik.
Pergantian air mulai dilakukan saat larva berumur dua hari, yakni bersamaan
dengan pemberian pakan pertama. Penyiponan dan pergantian air dilakukan satu
kali sehari sebanyak 10% dari total volume air. Pengecekan suhu dan oksigen
terlarutdilakukan dua kali setiap hari yaitu pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00
WIB. Kondisi kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1Kualitas air media budidaya selama pemeliharaan
Parameter
Ph
Oksigen
terlarut
(mg/l)
Suhu (0C)

Perlakuan
PB + Pr
PB
+C
-

C

PB + C

-

-

4-7,1

4,2-6,9

4,3-7

25-31,2

25,8-31,5

25,8-30,5

Tandon
PB + Pr
-

7,8

4,1-7

4,4-7

7

25,5-31,3

25,3-30,8

28,2

Manajemen Pemberian Pakan
Pada saat berumur dua hari (d2), larva mulai diberi artemia dengan frekuensi
pemberian setiap 5 jam yaitu pukul 06.00-07.00 WIB, 10.00-11.00 WIB, 14.0015.00 WIB, 18.00-19.00 WIB dan 22.00-23.00 WIB.Pada umur d3 sampai d8,
larva diberi pakan sesuai dengan perlakuan (Tabel 2).Perlakuan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. PerlakuanC : pemberian pakan berupa cacing sutra.
b. Perlakuan PB + C : pemberian pakan buatan dan cacing sutra.
c. Perlakuan PB + Pr + C : pemberian pakan buatan dan cacing sutra, serta
probiotik.
d. Perlakuan PB : pemberian pakan buatan.

3
e.

Perlakuan PB + Pr : pemberian pakan buatan yang dicampur probiotik
Masing-masing pakan perlakuan diberikan dengan frekuensi 4 kali sehari
yaitu pukul 06.00-07.00 WIB, 11.00-12.00 WIB, 16.00-17.00 WIB dan 22.0023.00 WIB.Pada perlakuan PB + C, PB + Pr + C, PB dan PB + Pr pakan buatan
yang diberikanmemiliki dua ukuran. Pada larva umur d3 sampai larva umur d5,
pakan buatan Frippak 1 yang diberikan berukuran 200µm. Sedangkan pada larva
umur d6 sampai larva umur d8, pakan buatan Frippak 2 yang diberikan berukuran
300µm. Pada perlakuan PB + Pr + Cdan PB + Pr, probiotik merk Pro-F diberikan
sebanyak 0,5% dari total pakan buatan yang diberikan dengan cara dicampurkan
dengan pakan.Sebelum diberikan ke larva ikan, pakan buatan dicampur dengan
probiotik.Pada perlakuan PB + Cdan PB + Pr + C, cacing sutra diberikan pada
pukul 06.00 WIB, sedangkan pakan buatan diberikan pada pukul 11.00-12.00
WIB, 16.00-17.00 WIB dan 22.00-23.00 WIB.
Pada awal pemeliharaan, cacing sutra diberikan sebanyak 50% dari bobot
ikan. Pemberian cacing hari berikutnya dengan metode ad libitum, yaitu pakan
diberikan sekenyangnya.Pakan buatan Frippak diberikansebanyak 5% dari bobot
ikan.Pemberian Frippak dengan peningkatan 10% dari feeding ratehari
sebelumnya setiap 1 - 2 hari sekali.Pakan buatan Fengli 0 diberikan sebanyak 10%
dari bobot ikan. Pemberian Fengli hari berikutnya peningkatan feeding rate10%
hari sebelumnya setiap 1-2 hari sekali. Mulai d9, larva ikan di seluruh perlakuan
hanya diberi pakan fengli 0 sampai d14.Pakan diberikan dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali sehari yaitu 07.00 - 08.00, 14.00 - 15.00, dan 20.00 21.00. Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharan 14 hari dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan.
Umur (d)/ Pemberian pakan
1
2
3 4 5
6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
C
PB + C
PB + Pr + C
TP A
F
P Pa
PB
PB + Pr
Keterangan: TP = Tidak diberi pakan, A = Artemia, F =Fengli 0, C =
Pakan Cacing sutra, PB = Pakan Buatan, Pr = Probiotik, P = Puasa, Pa = panen.
Hasil analisa proksimat masing-masing pakan yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan pada Tabel 3.Kandungan protein pakan buatan yang
diberikan menurun seiring dengan besarnya ukuran pakan.

4
Tabel 3 Hasil analisis proksimat masing-masing pakan (%)
Pakan
Artemia
Cacing
Frippak 1
Frippak 2
Fengli 0

Protein
8,29
9,47
53,21
43,34
36,14

Air
83,86
79,86
5,38
6,15
11,19

Panen
Panen dilakukan setelah larva berumur d16, setelah dilakukan puasa
selama 24 jam pada larva berumur d15. Panen dilakukan pada pukul 07.00 WIB.
Larva dipisahkan dengan menggunakan alat grading yang biasa digunakan petani
lele dengan masing-masing diameter lubang grading yaitu ukuran S (kecil) 0,3 cm,
ukuran M (sedang) 0,4 cm, dan ukuran L (besar) 0,5 cm. Sedangkan ikan yang
lebih besar dari ukuran L dikatagorikan ukuran jumper. Jumlah larva dihitung
sesuai ukuran untuk menentukan kelangsungan hidup larva.Setelah itu panjang
dan bobot larva dihitung dengan mengambil sampel sebanyak 30 ekor larva dari
setiap ulangan pada akhir penelitian.Larva lele sebanyak 100 ekor tiap perlakuan
diambil untuk uji analisis protein dan analisis kualitas air.

Parameter Uji
Panjang rataan benih ikan Lele
Panjang rata-rata merupakan panjang yang diukur dari ujung kepala sampai
ujung ekor menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.01 cm.Rumus yang
digunakan sebagai berikut :

( )

=
(
)
Bobot rataan benih ikan Lele
Bobot rata-rata merupakan masa rataan yang dihitung menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram. Rumus yang digunakan sebagai
berikut :
( )
=
(
)
Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup merupakan persentase antara jumlah ikan yang hidup
dengan jumlah ikan awal tebar. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
(
)
100
(%) =
(
)
Protein efisiensi rasio
Retensi protein merupakan perbandingan nilai antara pertambahan berat
tumbuh (dalam gram berat basah) dengan jumlah protein yang dikonsumsi (dalam
gram berat basah). Rumus yang digunakan sebagai berikut (Steffens 1989) :

5


=



( )

(
)
Koefisien Keragaman panjang
Koefisien keragaman panjang dinyatakan dengan rumus Steel dan Torrie
(1980):

100
(%) =


Analisis Usaha
Analisis usaha yang dihitung berupa penjualan ikan akhir berdasarkan
ukuran dan biaya pakan yang dikeluarkan selama pemeliharaan.Sehingga
didapatkan selisih penjualan ikan dan biaya pakan.

Analisis Kimia
Analisis kimia yang dilakukan terdiri dari analisis proksimat ikan d0, ikan
umur 15 hari (d15) dan pakan yang digunakan selama penelitian. Analisis ini
meliputi uji protein dan air mengikuti Takeuchi (1988) seperti tercantum di
Lampiran 1.

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan lima
perlakuan dan tiga ulangan. Untuk menganalisis data digunakanSAS (Statistical
Analysis System), serta dilakukan uji lanjut untuk beda nyata menggunakan uji
Duncan. Parameter yang dianalisis statistik secara kuantitatif adalah tingkat
kelangsungan hidup, protein efisiensi rasio, koefisien keragaman panjang,
komposisi ikan akhir, panjang rataan dan bobot rataan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Banyaknya jumlah pakan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 4.Berdasarkan metode pemberian pakan didapatkan jumlah pakan dari
lima jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan 14 hari. Larva ikan di
Perlakuan Cmemperolehpakan paling banyak, sedangkan larva ikan di Perlakuan
PB dan PB + Pr memperoleh pakan paling sedikit.

6
Tabel 4 Jumlah pemberian pakan naupli artemia, cacing sutradan pakan buatan
selama pemeliharaan 14 hari (g)
Perlakuan
Artemia
C
1,22
PB + C
1,22
PB + Pr + C 1,22
PB
1,22
PB + Pr
1,22

Cacing
213,19
91,04
91,04

Frippak-1

Frippak-2

0,27
0,27
0,36
0,36

0,36
0,36
0,48
0,48

Fengli 0
2,02
3,19
3,19
4,27
4,79

Jumlah
216,43
96,09
95,09
6,34
6,86

Jumlah protein yang dikonsumsi ikan lele selama pemeliharaan 15 hari
disajikan pada Tabel 5. Jumlah protein yang dikonsumsi di Perlakuan C lebih
tinggi dibandingkan perlakuan lain. Pada perlakuan yang hanya menggunakan
pakan buatan, konsumsi proteinnya paling sedikit.
Tabel 5 Jumlah protein bobot basah yang dikonsumsi larva lele selama
pemeliharaan 14 hari (g)
Perlakuan
C
PB + C
PB + Pr + C
PB
PB + Pr

Artemia
0,101
0,101
0,101
0,101
0,101

Cacing
20,188
8,621
8,621

Frippak-1

Frippak-2

0,146
0,146
0,195
0,195

0,159
0,159
0,211
0,211

Fengli 0
0,731
1,153
1,153
1,543
1,730

Jumlah
21,020
10,981
10,180
2,051
2,237

Kelangsungan hidup, protein efisiensi rasio dan koefisien keragaman
panjang larva ikan lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada Tabel 6. Nilai
kelangsungan hidup pada semua perlakuan berbeda nyata. Ikan di Perlakuan C
yaitu pemberian pakan cacing sutra memiliki nilai kelangsungan hidup lebih besar
dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan PB, yaitu pemberian pakan buatan
memiliki nilai kelangsungan hidup paling kecil. Kelangsungan hidup perlakuan
yang diberi probiotik memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding perlakuan yang
tanpa diberikan probioik, seperti Perlakuan PB + C dibanding Perlakuan PB + Pr
+ C dan Perlakuan PB dibanding Perlakuan PB + Pr .Nilai protein efisiensi rasio
pada Perlakuan PB + Pr + C dan PB tidak berbeda nyata dengan Perlakuan C dan
PB + C. Perlakuan PB + Pr berbeda nyata dibandingkan dengan semua
perlakuan.Koefisien keragaman panjang perlakun PB + C, PB + Pr + C, PB + Pr
tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan C dan PB.Sedangkan
perlakuan C berbeda nyata dibanding perlakuan PB.

7
Tabel 6 Hasil pengukuran parameter kelangsungan hidup (%), protein efisiensi
rasio dan koefisien keragaman panjang (%) ikan akhir selama pemeliharaan
KKP (%)
KH (%)
PER
a
b
17,2±1,4b
C
95,0±3,26
5,7±0,53
18,4±2,2ab
PB + C
84,7±1,51c
3,4±0,16c
20,1±0,6ab
PB + Pr + C
88,6±1,93b
3,8±0,25cb
28,7±8,2a
PB
73,4±1,99e
4.9±0,60cb
22,3±8,8ab
PB + Pr
79,2±0,93d
8,0±2,11a
Huruf superscrift yang sama di setiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).
`
Persentase akhir larva ikan lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada
Tabel 7. Ikan Perlakuan C yaitu pemberian pakan cacing sutra tidak ada yang
memiliki ukuran kategori jumper. Panjang ikan yang mencapai ukuran jumper di
semua perlakuan tidak berbeda nyata. Ikan di Perlakuan C hanya memiliki dua
ukuran, yakni M dan S, dan dominan di ukuran M. Sedangkan ikan di perlakun
lain, lebih dari 95% masih berukuran S, sisanya M dan jumper.
Perlakuan

Tabel 7 Hasil pengukuran parameter persentasi ikan pada akhir pemeliharaan
Perlakuan
Ukuran Jumper
Ukuran M
Ukuran S
a
C
72,5 ± 9,96
27,5 ± 9,96b
a
b
PB + C
0,2 ± 0,09
4,3 ± 1,05
95,5 ± 1,11a
PB + Pr + C
0,3 ± 0,01a
0,8 ± 1,23b
98,9 ± 1,23a
PB
0,2 ± 0,28a
0,4 ± 0,43b
99,5 ± 0,29a
a
b
PB + Pr
0,1 ± 0,19
2,5 ± 3,97
97,4 ± 3,81a
Huruf superscrift yang sama disetiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).
Panjang akhir larva ikan lele selama pemelihaaan 15 hari disajikan pada
Tabel 8. Ikan ukuran M di semua perlakuan memiliki panjang yang sama.
Sedangkan ikan ukuran S di Perlakuan C memiliki ukuran paling panjang.Ikan
Perlakuan C yaitu pemberian pakan hanya cacing sutra tidak ada yang memiliki
ukuran kategori jumper. Panjang ikan yang mencapai ukuran jumper dan besar
(M) di semua perlakuan tidak berbeda nyata. Namun, ikan ukuran kategori kecil
(S) di perlakuan yang diberi pakan cacing lebih panjang dari ikan di empat
perlakuan lainnya. Ikan M di Perlakuan PB, memiliki ukuran yang paling kecil.
Pemberian probiotik pada pakan buatan (Perlakuan PB + Pr + C dan PB + Pr)
dapat meningkatkan ukuran ikan S dibanding tanpa suplemen probiotik.

8
Tabel 8 Rataan panjang (cm) ikan lele di akhir penelitian
Perlakuan
Ukuran jumper
Ukuran M
Ukuran S
a
C
2,5±0,1
1,9±0,0a
PB + C
3,4±0,1a
2,3±0,0a
1,7±0,0b
a
a
PB + Pr + C
3,2±0,1
2,4±1,4
1,8±0,0ab
PB
3,6±2,1a
2,2±1,3a
1,4±0,0c
a
a
PB + Pr
3,4±1,9
2,2±1,2
1,5±0,1c
Huruf superscrift yang sama disetiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).
Bobot akhir larva lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada Tabel 9.
Ikan Perlakuan C, yaitu pemberian pakan hanya cacing sutra, tidak ada yang
memiliki ukuran kategori jumper. Bobot ikan yang mencapai ukuran jumper di
semua perlakuan tidak berbeda nyata. Pada katagori ukuran M, ikan Perlakuan C
lebih berat dibanding dengan empat perlakuan lain yang bobotnya sama. Sama
halnya dengan ukuran M, ikan ukuran S di Perlakuan C lebih berat dari perlakuan
lainnya.Pemberian probiotik pada pakan buatan (Perlakuan PB + Pr + C dan PB +
Pr) dapat meningkatkan bobot ikan ukuran S dibanding tanpa suplemen probiotik.
Tabel 9 Bobot rataan (g) ikan lele di akhir penelitian
Perlakuan
Ukuran jumper
Ukuran M
Ukuran S
a
C
0,21±0,02
0,07±0,01a
PB + C
0,44±0,03a
0,13±0,02b
0,05±0,00b
a
b
PB + Pr + C
0,37±0,03
0,17±0,10
0,06±0,00ab
PB
0,39±0,23a
0,12±0,07b
0,02±0,00d
PB + Pr
0,44±0,25a
0,11±0,07b
0,03±0,01c
Huruf superscrift yang sama disetiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).
Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan probiotik
dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama pemeliharaan 15 hari disajikan
pada Tabel 10 dan rincian pendapatan dan pengeluaran di Lampiran 3. Penjualan
di perlakuan C lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain sehingga selisih biaya
pakan dengan penjualan memiliki nilai yang paling tinggi juga. Diikuti oleh
perlakuan tanpa pemberin cacing (Perlakuan PB dan PB + Pr).Sedangkan
perlakuan PB + C dan PB + Pr + C memiliki penjualan yang sama dengan
perlakuan tanpa cacing sutra namun biaya pakan lebih tinggi dibanding perlakuan
tanpa cacing sutra sehingga didapatkan selisih biaya pakan dengan penjualan yang
rendah.

9
Tabel 10 Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan
probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama pemeliharaan
15
Perlakuan

Jumah Ikan
(ekor)

C
PB + C
PB + Pr + C
PB
PB + Pr

716
633
668
553
597

Penjualan
(Rp)
37.275
12.069
12.235
12.814
14.083

Biaya pakan
(Rp)
4.351
2.751
2.763
1.351
1.379

Selisih Biaya
Pakan dengan
Penjualan (Rp)
32.924
9.319
9.472
11.462
12.704

Pembahasan
Larva ikan lele yang dipelihara selama 15 hari pada perlakuan pemberian
pakan hanya cacing sutra memiliki nilai kelangsungan hidup tertinggi, yakni 95%.
Nilai ini lebih tinggi 12,2% dibandingkan perlakuan pemberian pakan buatan
dicampur cacing sutra dan lebih tinggi 29,5% dibandingkan pemberian hanya
pakan buatan. Perlakuan pemberian pakan hanya cacing sutra juga memiliki nilai
bobot dan nilai panjang yang lebih tinggi (Tabel 8 dan Tabel 9). Perlakuan
pemberian hanya pakan buatan memiliki nilai bobot dan nilai panjang yang lebih
rendah dibandingkan perlakuan lain. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil grading
(Tabel 7), Perlakuan pemberian pakan dengan cacing sutra didominasi ukuran
ikan M (72,5%) sedangkan perlakuan pemberian pakan buatan didominasi ukuran
ikan S (>95,5%).
Berdasarkan penelitian Anggraeni dan Abdulgani (2013) rata-rata laju
pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian ikan betutu yang
dipelihara selama 28 hari menghasilkan perlakuan dengan pemberian pakan
cacing sutra memiliki nilai yang lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan
perlakuan pemberian pakan cacing darah dan pemberian pakan ikan mas.
Sedangkan perlakuan pemberian pakan pelet memiliki nilai yang paling rendah
dan berbeda nyata dengan perlakuan lain. Laju pertumbuhan spesifik menjelaskan
bahwa ikan mampu memanfaatkan nutrien pakan untuk disimpan dalam tubuh
dan mengkonversinya menjadi energi.Energi digunakan untuk metabolisme dasar,
pergerakan, produksi organ seksual, pergantian sel-sel yang telah rusak dan
kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan.Pertumbuhan ikan erat kaitannya
dengan ketersediaan protein dalam pakan dan jumlah protein akan mempengaruhi
pertumbuhan ikan.
Menurut Subandiyono dan Elfitrasari (2013) pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh protein yang didapat dari pakan.Protein yang diperoleh dari
pakan akan digunakan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Protein pakan
dengan kecernaan yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh tubuh dengan tinggi
sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan.Kekurangan protein dapat mengurangi
tingkat pertumbuhan ikan.Berdasarkan hasil perhitungan nilai protein efisiensi
rasio pada penelitian ini diketahui bahwa nilai protein efisiensi rasio pada
perlakuan pemberian pakan cacing sutra dan pemberian pakan buatan tidak

10
berbeda nyata. Hal ini diduga asam amino yang terdapat pada pakan buatan sama
baik dengan asam amino yang terdapat pada cacing sutra dibandingkan dengan
perlakuan pemberian pakan cacing sutra dicampur pakan buatan (Tabel 6).Asam
amino bebas dihasilkan dari protein yang terhidrolisis.Asam amino tersebut
diserap oleh saluran usus dan didistribusikan oleh darah ke organ dan jaringan
untuk mensintesis protein baru.Asam amino digunakan oleh ikan untuk
membangun protein baru yaitu untuk pertumbuhan. Protein yang tidak memadai
dalam pakan dapat menghentikan dan mengurangi pertumbuhan ikan, namun
apabila berlebih protein akan dibuang oleh tubuh ( Halver dan Hardy 2002).
Nilai protein efisiensi rasio perlakuan pakan buatan ditambah probiotik
memiliki nilai yang paling tinggi. Penambahan probiotik pada perlakuan tiga dan
perlakuan lima juga menghasilkan kelangsungan hidup lebih tinggi 4,7% dan
7,9% dibanding perlakuan dua dan empat. Nilai panjang dan bobot ikan dengan
perlakuan penambahan probiotik juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa
probiotik (Tabel 8 dan 9).Hal ini diduga adanya peningkatan daya cerna larva ikan
lele denganpemberian probiotik pada pakan.Energi yang didapatkan untuk
pemeliharaan tubuh ikan diduga semakin tinggi sehingga kelangsungan hidup
semakin meningkat.Probiotik merupakan suplemen pakan yang menguntungkan
mempengaruhi inang dengan cara meningkatkan keseimbangan usus untuk
meningkatkan kecernaan (Verschuere et al. 2000). Jenis bakteri yang diberikan
pada penelitian ini adalah Bacillus.Menurut Aslamyah et al. (2009) salah satu
mikroba yang menguntungkan yang terdapat dalam pencernaan adalah Bacillus
sp. yang berperan dalam meningkatkan kecernaan nutrien pakan melalui enzim
eksogen yang disekresikan.
Pada penelitian Fauji (2014) dan Nurhayati (2014), pemberian kombinasi
pakan buatan dan cacing sutra (1:1) pada larva ikan lele Clarias sp. mulai umur 4
hari masing-masing sampai 24 dan 34 hari, menghasilkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup yang paling baik dibandingkan perlakuan pemberian pakan
hanya cacing sutra. Sedangkan pada penelitian ini perlakuan pemberian pakan
hanya cacing sutra menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang
paling baik dari perlakuan pemberian pakan kombinasi.Hal ini diduga karena
jumlah protein basah yang dikonsumsi larva ikan lele perlakuan pemberian pakan
hanya cacing sutra dua kali lebih banyak dibandingkan perlakuan pemberian
pakan buatan dicampur cacing sutra dan sepuluh kali lebih banyak dibandingkan
perlakuan pemberian hanya pakan buatan.Rendahnya jumlah konsumsi pakan
diduga diakibatkan frekuensi pemberian pakan yang dilakukan sebanyak empat
kali sehari.Berdasarkan penelitian Buscinar et al (2007) pemeliharaan ikan black
sea trout perlakuan frekuesi pakan tiga kali sehari menghasilkan pertumbuhan
lebih tinggi dibandingkan perlakuan frekuensi pemberian pakan satu kali dan dua
kali. Hal ini diduga tingginya pertumbuhan ditentukan oleh tingginya asupan
pakan yang masuk ke dalam tubuh.Sehingga perlu dilakukan peningkatanjumlah
frekuensi pemberian pakan agar jumlah konsumsi pakan meningkat dan
pertumbuhan larva akan meningkat.
Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra memiliki penjualan lebih
tinggi dibandingkan perlakuan lain karena jumlah dan ukuran ikan lebih besar
sehingga selisih biaya pakan dengan penjualan memiliki nilai yang paling tinggi
juga, diikuti oleh perlakuan tanpa pemberin cacing (Perlakuan PB dan PB + Pr).
Sedangkan perlakuan PB + C dan PB + Pr + C memiliki penjualan yang

11
samadengan perlakuan tanpa cacing sutra namun biaya pakan lebih tinggi
dibandingkan perlakuan tanpa cacing sutra. Biaya pakan cacing sutra yang tinggi
sehingga didapatkan selisih biaya pakan dengan penjualan yang rendah.

KESIMPULAN
Pemberian pakan buatan dengan probiotik dapat meningkatkan protein
efisiensi rasio ikan, namun pakan cacing sutra harus tetap diberikan untuk
meningkatkan pertumbuhan larva ikan lele Clarias sp.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni MN, dan Abdulgani N. 2013. Pengaruh Pemberian pakan Alami dan
pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
pada Skala Laboratorium.Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(1):2337-3520
Aslamyah S, Aziz HY, Sriwulan, Wiryawan KG. 2009. Mikroflora Saluran
Pencernaan Ikan Gurame. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan)
19(1):66-73.
Buscinar N, Cakmak E, Cavdar Y, Aksungur N. 2007. The Effect of feeding
Frequency on Growth Performance and feed Conversion Rate of Black sea
Trout (Salmo trutta labrax Pallas, 1811). Journal of Fisheries and Aquatic
Sciences 7:13-17.
Fajri NW, Hutabarat J. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Ayam, Ampas tahu
dan tepung Tapioka Dalam Media Kultur Terhadap Biomassa, Populasi dan
Kandungan Nutrisi Cacing Sutra (Tubifex sp.).Journal of Aquaculture
Management and Technology 3(4):101-108.
Fauji H. 2014. Pemberian Kombinasi Pakan Buatan dan Cacing Sutera Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Pada Benih Ikan lele Clarias sp Umur
4 Hari. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Halver dan Hardi RW. 2002. Fish Nutrition Third Edition. New York: Academic
Press. Hlm: 143-151.
Kuncoro MD. 2006. Perkembangan Enzim Pencernaan Pertumbuhan Larva Ikan
Lele Dumbo, Clarias sp., Yang Dipelihara dalam Sistem pembenihan Indoor
dan Outdor Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati. 2014. Evaluasi Pemberian Kombinasi Cacing Sutra dan Pakan buatan
Terhadap Perkembangan Organ dan Enzim Pencernaan Untuk Pertumbuhan
Larva Ikan lele Dumbo (Clarias sp.). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Steel GD, Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. McgRAW-Hill
Inc.
Subandiyono N dan Elfitra T. 2013. Pengaruh Penggunaan Bromelin Terhadap
Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology 2(2):57-63.
Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutrition.In
Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Marinculture, JICA Textbook the General
Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. Hlm: 179-229.

12
Verschuler L, Rombaut G, Sorgeloos P, Vertreate W. 2000. Probiotic Bacteria as
Biological Control Agent oin Aquaculture. Microbiology And Molecular
Biology. 64(4):655-671

13

LAMPIRAN
Lampiran 1Prosedur analisa proksimat
A. Kadar Protein
Tahap Oksidasi
1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu
Kjedahl.
2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 1.5
gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.
3. 10 ml H2SO4 pekat ditimbahkan ke dalam labu Kjedahl dan kemudian labu
tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/ digestion pada suhu 400ºC selama
3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau
bening.
4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian
larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades
sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.
Tahap Destilasi
1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalan labu, sebelumnya labu diisi
setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia
lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.
2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indicator
methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara
dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.
3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong
yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30%
lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.
4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10
menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.
Tahap Titrasi
1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0.05 N
2. Volume hasil titrasi dicatat
3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko


% =

0.0007 ∗ x Vb − Vb x6.25 ∗∗ x20
100%
S

Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml)
Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml)
S = Bobot Sampel (gram)
* = Setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 gram Nitrogen
** = Faktor Nitrogen
C Kadar Air
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100 ºC selama 1 jam dan
kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)
2. Bahan ditimbang 2-3 gram.
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 110 ºC selama 4-6 jam
kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

14

% =

�1 −

− �2

Lampiran 2Anova dan hasil uji Duncan
1. Panjang Rataan Jumper
 ANOVA
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Perlakuan
3
Galat
8
Total
11

Grup
A
A
A
A

Jumlah
Kuadran
9.77244433
16.57796267
26.35040700

Uji Lanjut
Nilai tengah
3.423
3.232
2.398
1.133

Kuadran
F-hit
Tengah
3.25748144 1.57
2.07224533

Ulangan
3
3
3
3

Probabilitas
0.270

Perlakuan
PB + C
PB + Pr + C
PB
PB + Pr

2. Bobot Rataan Jumper
 ANOVA
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Perlakuan
3
Galat
8
Total
11

Grup
A
A
A
A

Uji Lanjut
Nilai tengah
0.4383
0.3750
0.2590
0.1450

Jumlah
Kuadran
0.8492
2.1796
3.0289

Kuadran
Tengah
0.2831
0.2725

Ulangan
3
3
3
3

F-hit

Probabilitas

1.04

0.426

Perlakuan
PB + C
PB + Pr + C
PB
PB + Pr

15
3. Panjang Rataan Ukuran M
 ANOVA
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Perlakuan
4
Galat
10
Total
14

Grup
A
A
A
A
A

Uji Lanjut
Nilai tengah
2.5140
2.3037
1.5850
1.4390
0.7217

4.

Kuadran
Tengah
0.2750
0.4203

Ulangan
3
3
3
3
3

F-hit

Probabilitas

0.65

0.637

Perlakuan
C
PB + C
PB + Pr + C
PB + Pr
PB

Bobot Rataan Ukuran M


Sumber
Ragam
Perlakuan
Galat
Total

Grup
A
B
B
B
B
5.

ANOVA
Derajat
Bebas
4
10
14

Jumlah
Kuadran
0.0028681
0.0009603
0.0038284

Uji Lanjut
Nilai tengah
0.20967
0.13133
0.11100
0.07467
0.03967

Kuadran
F-hit
Tengah
0.0007170 7.47
0.0000960

Ulangan
3
3
3
3
3

Probabilitas
0.005

Perlakuan
C
PB + C
PB + Pr + C
PB + Pr
PB

Panjang Rataan Ukuran S


Sumber
Ragam
Perlakuan
Galat
Total

Jumlah
Kuadran
1.09999
4.2034
5.3034

ANOVA
Derajat
Bebas
4
10
14

Jumlah
Kuadran
0.50021573
0.02944267
0.52965840

Kuadran
F-hit
Tengah
0.12505393 42.47
0.00294427

Probabilitas
0.0001

16

B
B

 Uji Lanjut
Grup
Nilai tengah
A
1.87467
A
1.78133
1.74900
C
1.48067
C
1.40333
6.




ANOVA
Derajat
Bebas
4
10
14

A
A

B
B
C
C
7.

Jumlah
Kuadran
0.00473107
0.00024067
0.00497173

Kuadran
F-hit
Tengah
0.00118277 49.15
0.00002407

Probabilitas
0.0001

Uji Lanjut

Grup

Nilai tengah
0.068333
0.059000
0.053333
0.031333
0.017333

Ulangan
3
3
3
3
3

Perlakuan
C
PB + Pr + C
PB + C
PB + Pr
PB

Kelangsungan Hidup


Sumber
Ragam
Perlakuan
Galat
Total

Grup

C
D

Perlakuan
C
PB + Pr + C
PB + C
PB + Pr
PB

Bobot Rataan Ukuran S

Sumber
Ragam
Perlakuan
Galat
Total

E

Ulangan
3
3
3
3
3

ANOVA
Derajat
Bebas
4
10
14

Jumlah
Kuadran
835.54
47.81
883.35

Uji Lanjut
Nilai tengah
A
95.004
B
88.638
84.660
79.178
73.254

Kuadran
Tengah
208.88
4.78

Ulangan
3
3
3
3
3

F-hit

Probabilitas

43.69

0.0001

Perlakuan
C
PB + Pr + C
PB + C
PB + Pr
PB

17
8. Protein Efisiensi Ratio
 Kruskal-Wallis test on Protein Efisiensi Ratio
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadran
F-hit
Ragam
Bebas
Kuadran
Tengah
Perlakuan
4
40.768
10.192
9.8
Galat
10
10.398
1.039
Total
14
51.167

Probabilitas
0.0017



Uji Lanjut
Grup
A
B
B
B

C
C
C

Nilai tengah
5.2153
3.1323
3.5154
4.8955
8.0243

Ulangan
3
3
3
3
3

Perlakuan
PB + Pr
C
PB
PB + Pr + C
PB + C

9. Persentasi Jumper Ikan Akhir
 ANOVA
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Perlakuan
3
Galat
8
Total
11

Grup
A
A
A
A

Uji Lanjut
Nilai tengah
0.2993
0.2393
0.2093
0.1117

Jumlah
Kuadran
0.8352
1.5109
2.3462

Kuadran
Tengah
0.2784
0.1889

Ulangan
3
3
3
3

F-hit

Probabilitas

1.47

0.293

Perlakuan
PB + C + Pr
PB
PB + C
PB + Pr

10. Persentasi Ukuran M Ikan Akhir
 ANOVA
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Perlakuan
4
Galat
10
Total
14

Jumlah
Kuadran
0.8091
3.1837
3.9928

Kuadran
Tengah
0.2023
0.3184

F-hit

Probabilitas

0.64

0.649

18

Grup
A
B
B
B
B

Uji Lanjut
Nilai tengah
72.453
4.249
2.539
0.786
0.248

Ulangan
3
3
3
3
3

Perlakuan
C
PB + C
PB + Pr
PB + Pr + C
PB

11. Persentasi Ukuran S Ikan Akhir
 ANOVA
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Perlakuan
4
Galat
10
Total
14

Grup
A
A
A
A
B

Uji Lanjut
Nilai tengah
99.513
98.914
97.350
95.541
27.547

Jumlah
Kuadran
3.1094
7.6505
10.7600

Kuadran
Tengah
0.7774
0.7651

Ulangan
3
3
3
3
3

F-hit

Probabilitas

1.02

0.444

Perlakuan
PB
PB + Pr + C
PB + Pr
PB + C
C

12. Koefisien Keragaman Panjang
 ANOVA
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Perlakuan
4
Galat
10
Total
14

Grup
B
B
B
B

A
A
A
A

Uji Lanjut
Nilai tengah
99.513
98.914
97.350
95.541
27.547

Jumlah
Kuadran
243,1733
307,5046
552,6779

Kuadran
Tengah
61,2933
30,7504

Ulangan
3
3
3
3
3

F-hit

Probabilitas

1.99

0.1716

Perlakuan
PB
PB + Pr
PB + Pr + C
PB + C
C

19
Lampiran 3Analisis Usaha

Perlakua
n

C

PB + C
PB + Pr
+C
PB

PB + Pr



Perlakuan

C

Harga Jual Ikan
Size

Persentasi
(%)

ΣPanen

Σikan

J
M
S
J
M
S
J
M
S
J
M
S
J
M
S

0
72
28
0
4
96
0
1
99
0
0
100
0
3
97

761
761
761
553
553
553
597
597
597
633
633
633
668
668
668

0
551
210
1
24
528
2
5
591
2
2
630
1
17
650

Harga
(Rp)
80
60
20
80
60
20
80
60
20
80
60
20
80
60
20

Total
Harga
(Rp)
0
33082
4193
93
1410
10567
143
282
11810
121
94
12598
60
1017
13006

Pendapatan
(Rp)

37275

12069

12235

12814

14083

Biaya Pakan
Jenis
Pakan

Artemia
Cacing
Sutra
Fengli
PB + C
Artemia
Cacing
sutra
Frippak 1
Frippak 2
Fengli 0
PB + Pr + Artemia
C
Cacing
sutra
Frippak 1
Frippak 2
Fengli 0
Probiotik

Harga/gra
m (Rp)
1059
16

Jumlah
Pakan
(gram)
0.55
233

20
1059
16

2.022741
0.55
99.5

40
582
1592

800
800
20
1059
16

0.2749
0.3659
3.19084
0.55
99.5

220
293
64
582
1592

800
800
20
625

0.2749
0.3659
3.19084
0.0191582

TotalHarga
(Rp)
582
3728

220
293
64
12

Pengeluara
n (Rp)
4351

2751

2763

20

PB

PB + Pr

Pro-F
Artemia
Fripppak
1
Frippak 2
Fengli 0
Artemia
Fripppak
1
Frippak 2
Fengli 0
Probiotik
Pro-F

1059
800

0.55
0.3665

582
293

800
20
1059
800

0.48781073
4.2699
0.55
0.3665

390
85
582
293

800
20
625

0.48781073
4.7863
0.02820305

390
96
18

1351

1379

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Februari 1993 yang dilahirkan
dari ayahanda Toni Sanjoyo dan ibunda Pupu Maspuroh.Penulis merupakan anak
ke tiga dari tiga bersaudara dengan kaka bernama Shandy Purwanto dan Dicky
Sucipto. Penulis bersekolah di SDN Babakan Asem dari tahun 1999 sampai 2005,
SMPN 3 Bogor dari tahun 2005 sampai 2008 dan SMAN 3 Bogor dari tahun 2008
sampai 2011. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi Ujian
Talenta Masuk (UTM) yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Teknologi
Pembuatan dan Pemberian Pakan tahun 2013 dan mata kuliah Teknologi Produksi
Plankton Bentos dan Alga tahun 2015. Penulis pernah menjadi panitia acara
Bazzar Ikan Akuakultur tahun 2013, Porikan FPIK IPB tahun 2013, Spectaqua
BDP IPB tahun 2014 dan SixUniversity Initiative Japan Indonesia- Service

Learning Program (SUIJI-SLP) tahun 2015. Penulis tergabung dalam Mega
Entrepreneur Asrama TPB IPB Club tahun 2011-2012, Himpunan
Mahasiswa Akuakultur di divisi kewirausahaan tahun 2012-2013 dan divisi
public relation tahun 2013-2014, IPB goes to field pada tahun 2013, Six
University Initiative Japan Indonesia- Service Learning Program (SUIJISLP) tahun 2015 dan Bina Cinta Lingkungan tahun 2015. Penulis juga
pernah melakukan praktek magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya
Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi terkait budidaya Lele tahun 2013 dan
praktek lapang di PT Surya Windu Kartika Banyuwangi terkait pembesaran
udang vanamei tahun 2014.
Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut
Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul
“Kombinasi Cacing Sutra dan pakan Buatan yang Ditambah Probiotik
Pada pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp.”