Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L) Terhadap Performa Dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis.

PENGARUH PEMBERIAN BIOMASSA UBI JALAR (Ipomoea
batatas L) TERHADAP PERFORMA DAN STATUS NUTRISI
DOMBA EKOR TIPIS

DHONY PRATAMA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh
Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) terhadap Performa dan Status
Nutrisi Domba Ekor Tipis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Dhony Pratama
D24110074

ABSTRAK
DHONY PRATAMA. Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea batatas
L) terhadap Performa dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis. Dibimbing oleh
ASEP SUDARMAN dan SRI SUHARTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur performa dan status nutrisi ternak
domba Ekor Tipis (Javanesse Thin-Tailed) yang diberi pakan biomassa ubi jalar
(Ipomoea batatas). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (4 x 3)
dengan 12 ekor domba umur 9-12 bulan dan rata-rata bobot awal 14.34 ± 1.32 kg
yang ditempatkan pada kandang metabolis. Perlakuan penelitian yaitu P0 (100%
rumput gajah), P1 (70% rumput gajah + 30% konsentrat), P2 (50% rumput gajah
+ 50% daun ubi), dan P3 (70% daun ubi + 30% umbi ubi jalar). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan P3 tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi

bahan kering, konsumsi bahan organik, IOFC, kadar trigliserida dan kadar
albumin, namun meningkatkan kecernaan bahan kering dan organik, pertambahan
bobot badan, effisiensi pakan dan kadar glukosa. Perlakuan P1 memiliki PBBH
dan effisiensi pakan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2. Pemberian
100% rumput gajah (P0) belum dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak domba
sehingga pertumbuhan domba sangat rendah. Penggunaan biomassa ubi jalar putih
dapat dijadikan solusi pakan alternatif pada peternakan rakyat saat ini.
Kata kunci: domba, efisiensi pakan, pakan ubi jalar, performa

ABSTRACT
DHONY PRATAMA. Feeding Biomass Sweet Potato (Ipomoea babatas L) on
Performance and Nutritional Status of Thin Tailed Sheep. Supervised by ASEP
SUDARMAN dan SRI SUHARTI.
This experiment was done to measure the performance and nutritional
status of Javanesse thin tailed sheep fed biomass white sweet potato. Randomized
block design (4 x 3) was used as experimental design using 12 sheep of 9-12
months old with average body weight of 14.34 ± 1.32 kg. They were placed in
metabolic cage. The treatments were P0 (100% of napier grass), P1 (70% napier
grass + 30% concentrate), P2 (50% napier grass + 50% sweet potato leaves), and
P3 (70% sweet potato leaves + 30% sweet potato tubers). The results showed that

the P3 treatment did not significantly affect consumption of dry and organic
matter, income overfeed cost, blood triglycerides and albumin. The P3 treatment
had higher feed digestibility, body weight gain, feed efficiency, and blood
glucose. Feeding sheep with 100% napier grass (P0) did not fulfill their nutrient
requirement for proper growth. The P1 treatment has daily gain and feed effciency
higher than P2 treatment. Biomass sweet potato has a good potential to be used as
local feed source.
Keywords : feed effieciency, performance, sheep, sweet potato feed

PENGARUH PEMBERIAN BIOMASSA UBI JALAR (Ipomoea
batatas L) TERHADAP PERFORMA DAN STATUS NUTRISI
DOMBA EKOR TIPIS

DHONY PRATAMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)
terhadap Perfonna dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis
Nama
NRP

: Dhony Pratama
: D24110074

Disetujui oleh

」ヲm@

Dr Sri Suharti, SPt MSi


Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc

Pembimbing II

Pembimbing I

..�

Tanggal Lulus: (

2

�=11 2075

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini dengan judul Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L) terhadap Performa dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.

Bogor, September 2015

Dhony Pratama

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Materi
Ternak

Kandang dan Peralatan
Pakan
Prosedur Penelitian
Persiapan dan Pemeliharaan Domba
Koleksi Feses
Analisis Trigliserida
Analisis Glukosa
Analisis Albumin
Peubah yang diamati
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi Nutrien Ransum
Kecernaan Bahan Kering dan Organik
Pertambahan Bobot Badan Harian
Status Nutrisi Domba
Income Over Feed Cost (IOFC)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
xi
1
2
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
5
5
6

7
7
9
10
11
13
14
15
15
15
16
18

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

7
8

Komponen Pakan dan Kandungan Nutriennya (% BK)
Komposisi Nutrien Ransum Tiap Perlakuan (% BK)
Rataan konsumsi nutrien pakan perhari selama 84 hari
Rataan Kecernaan Bahan Kering dan Organik
Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba
Rataan Status Nutrisi Darah Domba
Rataan Perhitungan Income Over Feed Cost Berdasarkan Harga
Pakan Saat Penelitian
Rataan Perhitungan Income Over Feed Cost Berdasarkan Harga
Pakan yang Diasumsikan pada Peternakan Rakyat

3
3
8
10
11
13

14
15

DAFTAR GAMBAR
1
2

Kurva pertumbuhan domba selama 12 minggu
Efisiensi penggunaan pakan domba selama penelitian

11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering
Uji Duncan konsumsi bahan kering
Hasil analisis ragam konsumsi protein kasar
Uji Duncan konsumsi protein kasar
Hasil analisis ragam serat kasar
Uji Duncan konsumsi serat kasar
Hasil analisis ragam konsumsi lemak kasar
Uji Duncan konsumsi lemak kasar
Hasil analisis ragam konsumsi BETN
Uji Duncan konsumsi BETN
Hasil analisis ragam konsumsi bahan oraganik
Uji Duncan konsumsi bahan organik
Hasil analisis ragam konsumsi TDN
Uji Duncan konsumsi TDN
Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering
Uji Duncan kecernaan bahan kering
Hasil analisis ragam kecernaan bahan organik
Uji Duncan kecernaan bahan organik
Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan harian
Uji Duncan pertambahan bobot badan harian
Hasil analisis ragam IOFC tabel 7
Uji Duncan IOFC tabel 7
Hasil analisis ragam IOFC tabel 8
Uji Duncan IOFC tabel 8
Hasil analisis ragam effisiensi pakan
Uji Duncan IOFC effisiensi pakan

18
18
18
18
18
19
19
19
19
19
20
20
20
20
20
21
21
21
21
21
22
22
22
22
23
23

1

PENDAHULUAN
Potensi peternakan domba di Indonesia saat ini sangat menjanjikan untuk
terus dikembangkan, hal ini berkaitan dengan peningkatan konsumsi daging
domba sebesar 128 ribu ton pada tahun 2009 dan meningkat sebesar 7.84% pada
tahun 2011 (BPS 2011). Prospek tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh para
peternak domba untuk meningkatkan pendapatannya, karena permintaan domba
juga tiap tahunnya terus meningkat dengan harga jual yang tinggi pada hari raya
Idul Adha dan aqiqah. Kendala pengelolaan usaha domba saat ini di Indonesia
yaitu masih berupa peternakan rakyat dengan skala pemeliharaan ternak relatif
kecil yakni sekitar 3 - 8 ekor setiap kepala keluarga (Handewi et al. 1996).
Kendala yang dihadapi sebagian besar peternak di Indonesia saat ini adalah
kurangnya pengetahuan pemeliharaan domba, rendahnya kualitas pakan dan
ketersediaan hijauan pakan yang fluktuatif. Harga pakan komersial (konsentrat)
yang mahal menyebabkan biaya produksi ternak domba menjadi tinggi. Hal ini
menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah dan tidak ekonomis. Oleh
karena itu, harus dicari solusi dari permasalahan yang ada dengan mencari pakan
alternatif yang murah, mudah didapat namun memiliki kualitas yang baik.
Bagi peternak di Bogor salah satu solusi pakan alternatif yang dapat
digunakan adalah biomassa ubi jalar putih. Tanaman ini disenangi petani untuk
ditanam karena mudah pengelolaannya relatif tahan terhadap kekeringan,
disamping itu dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tahun 2014 di
Indonesia produksi ubi jalar sebesar 2.382.025 ton tahun-1 dan Jawa Barat 471.737
ton tahun-1 dan di Bogor pada tahun 2013 produksi ubi jalar sebesar 82.935 ton
tahun-1 (BPS 2014).
Daun dan batang ubi jalar dapat digunakan sebagai sumber protein karena
mengandung protein kasar sebesar 19.29% BK (Sutardi 1979) dan umbinya
digunakan sebagai sumber energi karena mengandung TDN sebesar 83.9% BK
sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Kearl (1982) kebutuhan
protein minimal untuk domba dengan bobot 10–20 kg dengan pertambahan bobot
badan 0 – 100 g hari-1 berkisar 26-72 g atau 4.62-7.61 g kg-1 BB0.75.
Onwueme (1978) menyatakan, bahwa umbi ubi jalar mengandung
antitripsin, suatu zat antinutrisi yang dapat menghambat kecernaan protein.
Namun masalah ini dapat diatasi dengan pengeringan sinar matahari, tekanan uap
panas tinggi (80°C) dan pemanasan. Yeh (1982) menambahkan, bahwa
kandungan asam amino metionin dan sistin dalam umbi ubi jalar relatif rendah.
Selain itu, daun ubi jalar yang merupakan limbah pertanian sudah banyak
digunakan oleh para peternak. Pemberian daunnya saja belum dapat memenuhi
nutrisi (energi) dari kebutuhan domba, untuk itu perlu adanya tambahan pakan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut yaitu penggunaan umbinya yang
mengandung energi cukup tinggi. Lebih jauh umbi yang biasa dijual ke pasaran
cukup murah harganya sekitar Rp 1.000,00–Rp 1.400,00. Ensminger et al. (1990)
menyatakan, bahwa ternak yang jarang diberikan pakan konsentrat mengakibatkan
pakan yang dikonsumsi belum memenuhi standar kebutuhan nutrien untuk hidup
pokok dan pertumbuhan sehingga menyebabkan produktivitas yang rendah.
Pemanfaatan daun dan umbi tersebut adalah untuk saling melengkapi kebutuhan
nutrisi domba serta meningkatkan keuntungan dari peternak sebagai pakan

2

penggemukan terhadap performa domba agar tercapai efisiensi produksi. Daya
guna pakan untuk mendukung domba dengan performa baik, dapat tercermin dari
status nutrisi didalam darah domba tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur performa dan status nutrisi domba
ekor tipis (Javanesse Thin-Tailed) yang diberi pakan biomassa ubi jalar (Ipomoea
batatas) yang meliputi daun dan umbi ubi jalar sebagai pengganti konsentrat.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan November 2014
sampai dengan bulan Februari 2015. Pemeliharaan domba dilaksanakan di
Laboratorium lapang (Kandang A), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB. Analisis sampel dilaksanakan di Laboratorium
Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat, IPB dan dan Laboratorim Klinik “YASA”.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 12 domba jantan Ekor Tipis dengan umur
berkisar 8-9 bulan dengan bobot awal rata-rata 14.34 ± 1.32 kg.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 kandang individu
yang dilengkapi dengan tempat pakan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian
antara lain ember air minum yang terbuat dari bahan plastik, timbangan digital
kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba, timbangan digital untuk
pakan dan sisa pakan. Peralatan yang digunakan untuk analisis sampel pakan
antara lain oven 60oC.
Pakan
Domba diberi pakan berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum) umur
potong ± 35 hari, konsentrat, daun dan umbi ubi jalar putih. Pemberian pakan
(BK) dihitung 3.5% dari bobot badan domba. Air minum diberikan secara ad
libitum. Pakan yang digunakan dan komposisi nutrien ransum perlakuan selama
penelitian disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

3

Tabel 1 Komponen nutrien bahan pakan (% BK)
Bahan
Pakan
Rumput
Gajah
Konsentrat
Daun Ubi
Jalar
Umbi Ubi
Jalar

Harga

BK

Abu

PK

LK

SK

BETN

TDN1

Rp
kg-1

---------------------------------%-----------------------------------

250

21.5

12.6

7.9

5.1

26.9

47.4

59.4*

2500

89.7

14.3

11.1

7.2

10.5

56.8

68.6**

1000

14.4

12.8

18.4

7.5

15.6

45.9

69.6*

3000

27.6

4.5

2.5

0.8

2.93

89.0

84.7**

Hasil analisa laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB 2015
1
Hasil perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1997)
*
TDN (%) = -26.865 + 1.334 (SK) + 6.598 (LK) + 1.423 (BeTN) + 0.967 (PK) – 0.002 (SK)2 –
0.67 (LK)2 – 0.024 (SK) (BeTN) – 0.055 (LK) (BeTN) – 0.146 (LK) (PK) + 0.039
(LK)2 (PK)
**
TDN (%) = 22.822 - 1.44 (SK) - 2.875 (LK) + 0.655 (BeTN) + 0.863 (PK) + 0.02 (SK)2 - 0.078
(LK)2 + 0.018 (SK) (LK) + 0.045 (LK) (BeTN) - 0.085 (LK) (PK) + 0.02 (LK)2 (PK)

Hasil analisis proksimat pada konsentrat yang digunakan memiliki kadar
protein kasar yang rendah yaitu sebesar 11.14% dan tidak sesuai dengan hasil
formulasi yang diharapkan yaitu sebesar 21%. Hal ini diduga karena terjadi
penurunan kualitas bahan baku pakan yang dibeli.
Tabel 2 Komposisi nutrien ransum tiap perlakuan (% BK)
Perlakuan
Nutrien
P0
P1
P2
BK (%)
21.56
42.01
18.02
Abu (%)
12.61
13.12
12.72
PK (%)
7.97
8.87
13.19
LK (%)
5.10
5.75
6.345
SK (%)
26.9
22.00
21.28
BETN (%)
47.42
50.24
46.70
TDN (%)
59.47
60.20
62.29
2
TDN (%)
64.92
66.51
65.28

P3
18.44
10.35
13.66
5.57
11.84
58.91
74.16
77.35

Keterangan : BK = bahan kering; PK = protein kasar; LK = lemak kasar; SK = serat kasar; BETN
= bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN = total digestible nutrient; P0 = 100% rumput gajah; P1 =
70% rumput gajah + 30% konsentrat; P2 = 50% rumput gajah + 50% daun ubi; P3 = 70% daun ubi
+ 30% umbi
2
Hasil perhitungan TDN menurut Lofgreen (1951)
TDN (%) = (BO ransum x (0.01 + 0.000125 x (LK (%) dari BO))) x Kecernaan BO (%)

4

Prosedur Penelitian
Persiapan dan Pemeliharaan Domba
Domba yang baru datang sebanyak 12 ekor ditimbang bobot badan
awalnya untuk mengetahui jumlah pakan yang diberikan dan dilakukan
pengelompokkan. Setelah itu domba di tempatkan pada kandang metabolik dan
diberikan obat cacing. Setiap kelompok terdiri dari tiga ekor domba. Metode
pengacakan dilakukan dengan pengundian terhadap domba pada tiap-tiap
kelompok. Hasil pengacakan dimasukan ke dalam empat macam perlakuan.
Kemudian domba dimasukan kedalam kandang perlakuan sesuai hasil pengundian
untuk masa adaptasi selama 14 hari.
Ransum diberikan sebanyak 3.5% bahan kering dari bobot badan. Setelah
itu, penimbangan pemberian dan sisa pakan dihitung setiap hari, kemudian satu
minggu sekali dilakukan penimbangan bobot badan domba. Penambahan jumlah
pemberian pakan setiap hari ditentukan dari estimasi pertambahan bobot badan
harian yang didapatkan dari hasil rataan pertambahan bobot badan harian domba
pada penimbangan minggu sebelumnya. Pemberian pakan dilakukan pada pagi
hari pada pukul 06.30 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB, serta air minum
diberikan secara ad libitum.
Koleksi Feses
Koleksi feses dilakukan untuk mengetahui jumlah feses, kandungan bahan
kering, dan bahan organik dari tiap perlakuan. Koleksi feses dilakukan pada
minggu ke-11 masa pemeliharan selama 7 hari berturut-turut. Penampungan feses
dilakukan dengan memasang kain kasa dibagian bawah kandang. Feses yang telah
terkumpul kemudian ditimbang dan diambil sampel sebanyak 10% dari total feses
tiap ekor setiap hari. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah
diberi label kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Sampel yang telah
dijemur matahari lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60oC selama 48
jam. Sampel dikompositkan sesuai perlakuaan dan digiling untuk dianalisa bahan
kering dan bahan organik.
Pengambilan Darah
Pengambilan darah dilakukan menggunakan syringe sebanyak 3-5 ml
melalui vena jugularis. Bagian yang diambil darahnya dicukur sedikit dan
dibersihkan dengan kapas beralkohol. Darah yang telah diambil kemudian
dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi antikoagulan EDTA dan tabung
yang tidak berisi antikoagulan, ditutup rapat dan diberi kode perlakuan. Serum
dan sampel darah dimasukkan ke dalam kotak pedingin dan dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis. Sampel darah yang telah diperoleh disentrifuge
selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm untuk diambil plasma. Plasma yang
telah diperoleh dianalisis kadar trigliserida, glukosa dan albumin dengan
menggunakan alat microlab 300 berdasarkan reaksi enzimatik dengan metoda KIT
(merk. DyaSis).
Analisis Trigliserida
Analisis kadar trigliserida darah dilakukan dengan metode GPO-PAP
menggunakan KIT nomor katalog 116392 dan diukur dengan spektrofotometer.

5

Disiapkan tabung blanko berisi 10 μl aquades dan 1000 μl reagen kit. Tabung
standar berisi 10 μl standar trigliserida dan 1 ml (1000 μl) reagen kit dan tabung
sampel berisi 10 μl plasma dan 1000 μl reagen kit. Campuran kemudian
dihomogenkan dengan vortex, diinkubasi pada suhu 20-25°C selama 10 menit.
Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 500 nm dalam waktu satu jam dengan
sperktrofotometer.
Analisis Glukosa
Analisis kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan KIT nomor
katalog 112192 dan diukur dengan spektrofotometer. Sebanyak 10 μl serum darah
dimasukan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml (1000 μl) reagen
dan dihomogenkan dengan menggunakan Vortex. Campuran ini dibiarkan selama
10 menit dalam suhu kamar (20-25ºC), kemudian absorbansinya dibaca dengan
menggunakan spektrofotometer. Untuk pengukuran ini, disiapkan juga larutan
standar. Pembacaan absorbansi sampel dan standar dilakukan pada panjang
gelombang 500 nm.
Analisis Albumin
Analisis kadar albumin diukur dengan menggunakan alat
spektrofotometer. Sebanyak 10 μl serum darah dimasukan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 1ml (1000 μl) reagen dan dihomogenkan dengan
menggunakan Vortex. Campuran ini dibiarkan selama 10 menit dalam suhu kamar
(20-25ºC),
kemudian
absorbansinya
dibaca
dengan
menggunakan
spektrofotometer. Untuk ini, disiapkan juga larutan standar. Pembacaan
absorbansi sampel dan standar dilakukan pada panjang gelombang 546 nm.
Peubah yang Diamati
Konsumsi Bahan Kering (g hari-1)
Konsumsi Bahan Kering diperoleh dari perkalian antara konsumsi pakan
segar domba perhari dikali dengan persentase bahan kering (BK) ransum.
Konsumsi bahan kering (g hari-1) = Konsumsi ransum segar (g) x BK ransum (%)
Konsumsi Nutrien (BO, PK, LK, SK, BETN dan TDN)
Perhitungan konsumsi nutrien ransum (%) yaitu dengan cara perkalian
antara konsumsi bahan kering dengan persentase nutrien dalam ransum.
Konsumsi nutrien (g hari-1) = konsumsi bahan kering (g) x nutrien ransum (%)
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pertambahan Bobot Badan Harian diperoleh dari hasil penimbangan bobot
hidup domba yaitu bobot akhir dikurangi bobot awal dibagi lamanya
pemeliharaan.
PBBH (gram ekor-1 hari-1) = Bobot badan akhir – Bobot badan awal
Lama penggemukan

6

Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan didapatkan dari perbandingan antara pertambahan bobot
badan harian dengan konsumsi bahan kering.
Efisiensi Pakan = PBBH (g ekor-1 hari-1)
Konsumsi BK (g ekor-1 hari-1)
Kecernaan Bahan Kering(KBK) dan Bahan Organik (KBO)
Koefisien dihitung dari selisih antara zat makanan yang dikonsumsi dengan
zat makanan yang dibuang bersama feses.
KBK (%) = (Konsumsi BK - BK Feses) x 100%
Konsumsi BK
KBO (%) = (Konsumsi BO - BO Feses) x 100%
Konsumsi BO
Trigliserida Darah
Kadar trigliserida darah diperoleh dengan cara meghitung nilai absorbansi
yang terbaca dispektrofotometri dengan panjang gelombang 500nm. Kemudian,
dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar trigliserida (mg dL-1) = Absorbansi Sampel x konsentrasi standar trgliserida
Absorbansi Standar
Glukosa Darah
Kadar glukosa darah diperoleh dengan cara menghitung nilai absorbansi
yang terbaca dispektofotometri dengan panjang gelombang 500nm. Kemudian,
dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar glukosa (mg dL-1) = Absorbansi Sampel x konsentrasi standar glukosa
Absorbansi Standar
Albumin Darah
Kadar albumin darah diperoleh dengan cara menghitung nilai absorbansi
yang terbaca dispektofotometri dengan panjang gelombang 500nm. Kemudian,
dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar Albumin (g dL-1) = Absorbansi sampel x konsentrasi standar albumin
Absorbansi standar
Analisis Income Over Feed Cost (IOFC)
Analisis Income Over Feed Cost dihitung dari pendapataan yang diperoleh
setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharan.
IOFC (Rp) = (Harga jual – Harga beli) – Biaya pakan

7

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) dengan empat perlakuan dan tiga kolompok. Rancangan acak kelompok
digunakan karena bobot badan domba memiliki nilai koefisien variasi sebesar
10.27 (diatas 10) dan pengelompokan ditentukan berdasarkan bobot badan domba.
Perlakuan ransum yang diberikan antara lain :
P0 = 100% rumput gajah
P1 = 70% rumput gajah + 30% konsentrat
P2 = 50% rumput gajah + 50% daun ubi
P3 = 70% daun ubi + 30% umbi
Model matematika rancangan acak kelompok (RAK) menurut (Steel dan
Torrie 1993) sebagai berikut :
Yij =  + τi + βj + εij
Keterangan :
Yij
: Nilai pengamatan pada perlakuan padi ke-i dan kelompok ke-j

: Nilai rataan umum perlakuan
τi
: Pengaruh perlakuan ke-i
βj
: Pengaruh kelompok ke-j
εij
: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Data yang diperolah diuji dengan Analysis of Variance (ANOVA), apabila
diperoleh hasil berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Lanjut Duncan. Instrumen
tabulasi dan pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Microsoft Excel
dan SPSS versi 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering
Anilisis statistik tidak dilakukan pada perlakuan P0, karena terdapat satu
domba yang mati didalam kelompok tersebut sehingga jumlah ulangan tinggal
dua. Konsumsi bahan kering pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang
berkisar 498.99 – 633.22 g ekor-1 hari-1 telah memenuhi kebutuhan BK domba
berdasarkan NRC (1985) yaitu dengan bobot badan domba antara 10-20 kg
memerlukan BK sebanyak 500-1000 g ekor-1 hari-1.
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh menurunkan
konsumsi bahan kering (P