Analisis Tingkat Partisipasi Dan Taraf Hidup Penerima Program Umkm Pt Itp Di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP
PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT,
KLAPANUNGGAL, BOGOR
DWI YUNI ATIK
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat
Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut,
Klapanunggal, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Dwi Yuni Atik
NIM I34110012
ABSTRAK
DWI YUNI ATIK. Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima
Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor. Dibimbing oleh
FREDIAN TONNY NASDIAN.
CSR merupakan bentuk kontribusi perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tingkat partisipasi penerima program UMKM, efektivitas program UMKM, taraf
hidup penerima program UMKM, hubungan antara tingkat partisipasi dengan
efektivitas program UMKM, efektivitas program UMKM dengan taraf hidup
penerima program, dan tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima program
UMKM. Penelitian ini menggunakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi penerima program
UMKM tergolong non-participation, efektivitas program UMKM tergolong tinggi
dan taraf hidup penerima program UMKM mayoritas rendah. Terdapat hubungan
antara tingkat partisipasi dengan efektivitas program UMKM, kemudian juga
antara efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program. Selain
itu terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima
program UMKM.
Kata kunci: partisipasi, efektivitas program UMKM, taraf hidup, CSR
ABSTRACT
DWI YUNI ATIK. The Analysis of participation level and strandard of living of
the beneficaries of UMKM PT ITP program at Lulut Village, Klapanunggal,
Bogor. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN.
CSR is a kind of the company contribution to increase the welfare of the
society. This study tried to analyze the beneficaries’s participation level of
UMKM program, the effectiveness of the UMKM program, the beneficaries’s
standard of living of UMKM program, the correlation between the participation
level and the effectiveness of the UMKM program, the effectiveness of the
UMKM program with the standard of living of the program beneficiaries, and the
participation level with the standard of living of the UMKM program beneficiaries.
This study uses the combination of quantitative and qualitative approaches. The
results show the beneficaries participation level of UMKM program is classified
to non-participation, the effectiveness of UMKM program is relatively high, and
the standard of living of the UMKM program beneficaries is mostly low. There is
a correlation between the participation level with the effectiveness of the UMKM
program, and between the effectiveness of the UMKM program with the standard
of living of the program beneficiaries. There is also a correlation between the
participation level with standard of living of the UMKM program beneficaries.
Keywords: participation, UMKM program efectiveness, standard of living, CSR
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP
PENERIMA PROGRAM UMKM ITP DI DESA LULUT,
KLAPANUNGGAL, BOGOR
DWI YUNI ATIK
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup
Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor” ini
dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Sukirman dan Ibunda
Sarini atas doa, kasih sayang dan perjuangan untuk penulis, kakak tercinta Rini
Utami, serta kepada Adi Kurniawan atas dukungan dan doanya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Ir Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai
pembimbing yang dengan sabar membimbing, memberikan saran, masukan, dan
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan hingga penyelesaian laporan
skripsi ini. Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir
Murdianto, MS sebagai dosen penguji utama dan dosen uji petik, Martua Sihaloho,
Sp, MSi sebagai dosen penguji perwakilan departemen, serta Ir Sutisna Riyanto,
MS sebagai dosen uji petik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada PT
Indocement Tunggal Prakarsa yang telah memberikan kesempatan dan bantuan
kepada penulis untuk melakukan penelitian mengenai program CSR di salah satu
desa binaan. Pemerintah Desa Lulut beserta masyarakat Desa Lulut penerima
program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang telah membagi cerita,
pengalaman hidup serta ilmu kepada penulis. Tidak lupa ucapan terima kasih juga
penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman SKPM 48, terutama kepada Ike
Rosmanita, Indah Erina Priska, Maria Magdalena Bagariang, Fitri Hilmi
Hikmayanti, Nur Apriyani dan Qoyyimal Jauziyah atas semangat yang diberikan.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2015
Dwi Yuni Atik
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
7
7
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis Penelitian
14
Definisi Operasional
15
PENDEKATAN LAPANGAN
19
Metode Penelitian
19
Lokasi dan Waktu Penelitian
19
Teknik Pengambilan Responden dan Informan
20
Teknik Pengumpulan Data
21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
22
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, PROGRAM CSR DAN LOKASI
PENELITIAN
23
Profil Perusahaan
23
Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
27
Profil Desa Lulut
31
Ikhtisar
35
PROGRAM UMKM
37
Perencanaan
37
Pelaksanaan
38
Manfaat Program
39
Evaluasi
39
Ikhtisar
39
TINGKAT PARTISIPASI, EFEKTIVITAS PROGRAM UMKM, DAN
TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM
41
Tingkat Partisipasi Penerima Program
41
Efektivitas Program
46
Taraf Hidup Penerima Program UMKM di Desa Lulut
52
Ikhtisar
53
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI,
PROGRAM UMKM, DAN TARAF HIDUP
EFEKTIVITAS
55
Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program dengan Efektivitas
Program UMKM
55
Hubungan Efektivitas Program UMKM dengan Taraf Hidup Penerima
Program
56
Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program UMKM dengan Taraf
Hidup Penerima Program
58
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
59
61
Simpulan
61
Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
65
RIWAYAT HIDUP
85
DAFTAR TABEL
1
erbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program.
2
engukuran skor tingkat partisipasi
3
engukuran skor efektivitas program
4
endekatan penelitian
5
enis dan metode pengumpulan data
6
esa Lulut berdasarkan Dusun, RW, dan RT
7
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis
kelamin pada tahun 2009 dan 2013
P
10
P
15
P
16
P
20
J
21
D
32
J
32
8
J
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan
pendidikan tahun 2009 dan 2013
9
umlah dan persentase masyarakat Desa Lulut berdasarkan tingkat
kesejahteraan tahun 2005
32
J
33
10
J
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan etnis dan
jenis kelamin tahun 2009.
33
11
J
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan Agama
dan jenis kelamin tahun 2009
12
aju perubahan penggunaan lahan di Desa Lulut tahun 2008
13
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
tahun 2014
14
34
L
35
J
41
P
erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara
UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan
tingkat partisipasi tahun 2014
15
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan program, tahun 2014
16
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
42
J
43
J
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan program, tahun 2014
44
17
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap pengambilan manfaat program, tahun 2014
45
18
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap evaluasi program, tahun 2014
46
19
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program,
tahun 2014
47
20
P
erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara
UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan
efektivitas program UMKM tahun 2014
21
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat manfaat
program, tahun 2014
48
J
49
22
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat kesesuaian
program, tahun 2014
49
23
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat keberlanjutan
program, tahun 2014
50
24
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat
pemberdayaan, tahun 2014
51
25
S
kor taraf hidup dan kategori penerima program UMKM PT
Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tahun 2014
53
26
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan taraf hidup, tahun
2014
53
27
J
umlah dan persentase penerima prgram UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
dan efektivitas program tahun 2014
28
56
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program
dan taraf hidup tahun 2014
57
29
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
dan taraf hidup tahun 2014
58
DAFTAR GAMBAR
1
K
erangka pemikiran
14
truktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa
S
26
S
2
3
truktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal
Prakarsa Unit Citeureup
29
4
P
ersentase penerima program berdasarkan tingkat partisipasi dalam
program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa
Lulut tahun 2014.
42
5
P
ersentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal
Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program, tahun
2014
47
DAFTAR LAMPIRAN
1
adwal pelaksanaan penelitian
2
ketsa Desa Lulut
3
nggota penerima program UMKM di Desa Lulut
4
asil penghitungan skor taraf hidup penerima program UMKM PT
Indocement Tunggal Prakarsa
5
asil uji korelasi Rank Spearman
6
okumentasi
7
uesioner
8
anduan Pertanyaan Wawancara Mendalam
9
ulisan tematik
J
65
S
66
A
67
H
68
H
69
D
71
K
72
P
77
T
80
63
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia telah dimulai sejak masa pemerintahan
kolonial Belanda, ini tidak berselang lama dari revolusi industri yang terjadi di
Inggris pada akhir abad ke-19. Sejak saat itu mulai berdiri pabrik-pabrik di
Indonesia mulai dari pabrik yang berskala kecil, menengah, hingga berskala besar.
Beberapa dasawarsa silam, investasi pembangunan pabrik berskala besar masih
terkonsentrasi di kota-kota besar tempat pusat-pusat pemerintahan berada.
Belakangan ini, para investor mulai melirik daerah pedesaan untuk menanamkan
investasi. Hadirnya industri-industri tersebut berdampak pada perubahan
kehidupan masyarakat pedesaan. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan di sektor
pertanian yang selama ini telah menjadi tumpuan hidup masyarakat lokal bisa jadi
semakin sempit. Sebagai alternatif pilihan, masyarakat lokal mencoba untuk
menjadi karyawan di salah satu perusahan yang berdiri di daerahnya tersebut
dengan modal pendidikan yang rendah dan kemampuan industrial yang kurang
memadai. Keberadaan industri-industri di pedesaan seharusnya mampu menyerap
banyak tenaga kerja lokal, namun kenyataannya karyawan yang dipekerjakan
lebih banyak dan bahkan didominasi oleh masyarakat yang berasal dari luar
daerah yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari masyarakat setempat.
Posisi-posisi tinggi dalam perusahaan pun banyak diisi oleh masyarakat
pendatang. Hal ini berarti perusahaan telah gagal dalam menyerap tenaga kerja
lokal secara maksimal.
Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitar, perusahaan yang memanfaatkan kekayaan sumber daya
alam mempunyai kewajiban untuk memberdayakan masyarakat sekitar tersebut
melalui program Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility
(CSR). Sebagaimana yang terdapat pada Undang-undang no 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas Bab V pasal 74, perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan (UUPT 2007).
Berdasarkan aturan yang terdapat pada UU-PT tersebut berarti setiap
perusahaan wajib menganggarkan dana perusahaannya untuk mendanai kegiatankegiatan untuk pemberdayaan masyarakat. Adanya kegiatan pemberdayaan
masyarakat dari perusahaan ini diharapkan masyarakat yang tidak mampu
mengakses manfaat keberadaan perusahaan secara langsung -dalam hal
penyerapan tenaga kerja- bisa mendapatkan manfaat atas keberadaan perusahaan
secara tidak langsung melalui keikutsertaan mereka dalam program pemberdayaan
tersebut.
Berdasarkan UU no 5 tahun 1984 tentang Perindustrian (UU Perindustrian
1984) pembangunan industri di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mendorong adanya teknologi tepat guna, meningkatkan kemampuan masyarakat
golongan ekonomi lemah, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja, serta
meningkatkan pembangunan daerah. Berdasarkan UU tersebut berarti melalui
2
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, keberadaan perusahaan harus
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya masyarakat penerima
program. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Zainal yang dikutip dalam
Laporan akhir studi mengenai persepsi masyarakat desa binaan PT Indocement
Tunggal Prakarsa (ITP; IPB 2011), bahwa pertama, CSR merupakan komitmen
bisnis. Kedua, CSR berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi dan kualitas
kehidupan masyarakat. Ketiga, karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat luas, pemerintah dan keseluruhan merupakan dimensi-dimensi yang
harus diperhatikan dalam pelaksanaan CSR.
Selain itu, pelaksanaan CSR oleh perusahaan juga harus memperhatikan
prinsip Triple Bottom Line milik John Elkington yang dikutip oleh Hadi seperti
dikutip oleh Saputra (2012). Prinsip Triple Bottom Line ini terdiri dari profit,
people dan planet. Menurut pendekatan ini, perusahaan yang baik tidak hanya
mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi juga harus berkontribusi positif
terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan menjaga kelestarian lingkungan
hidup (planet). Akan tetapi kenyataannya banyak perusahaan yang melaksanakan
program CSR-nya hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban atau untuk
menjaga citra perusahaannya saja. Lebih parahnya lagi setelah terjadi konflik
dengan masyarakat lokal, perusahaan baru melaksanakan program CSR.
Akibatnya, banyak program pemberdayaan dilaksanakan tanpa persiapan dan
perencanaan yang matang. Banyak program yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan tidak jarang pula program hanya bersifat top-down dalam arti
masyarakat hanya melaksanakan program yang sudah “jadi”. Hal ini berarti
masyarakat tidak dilibatkan untuk berpartisipasi penuh dalam keseluruhan
rangkaian program, meliputi perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksanaan,
hasil, dan evaluasi. Pelaksanaan program CSR yang tidak melibatkan partisipasi
aktif dari masyarakatnya akan mengakibatkan program tersebut tidak dapat
berkelanjutan dan terlebih akan sulit untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
tersebut. Misalnya saja PT Freeport Indonesia. Menurut hasil penelitian Anatan
(2009), perusahaan ini menggunakan tanah adat untuk pertambangan sehingga hal
ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan justru menghancurkan perekonomian
rakyat.
PT Indocement Tunggal Prakarsa. merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan, salah satu perusahaannya terletak di Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor. Sebagai perusahaan yang memanfaatkan sumber
daya alam untuk produksinya, PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki
beberapa desa binaan yang wajib diberdayakan melalui program-program CSRnya. Salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah Desa Lulut
yang terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Berdasarkan
laporan akhir studi mengenai persepsi masyarakat desa binaan PT Indocement
Tunggal Prakarsa tahun (ITP; IPB 2011), penetrasi industri PT Indocement
Tunggal Prakarsa selain menyebabkan peningkatan reit pertumbuhan penduduk,
juga menggeser rumah tangga pertanian di 12 komunitas desa binaan termasuk
Desa Lulut akibat konversi lahan pertanian di daerah tersebut. Hal ini tentunya
berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat khususnya rumah
tangga petani. Berangkat dari kondisi tersebut, keberadaan program CSR menjadi
sangat penting dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat lokal secara aktif
untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan. Terlebih
3
disaat terjadinya konflik diantara PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan
masyarakat desa binaan, termasuk Desa Lulut. Disaat terjadi konflik atau pasca
konflik, CSR memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan
keharmonisan hubungan diantara perusahaan dan masyarakat. CSR juga berfungsi
untuk mencegah terjadinya konflik diantara perusahaan dan masyarakat. Hal ini
dapat dilaksanakan melalui pemberian kesempatan masyarakat untuk terlibat
dalam setiap kegiatan atau pun program yang dilaksanakan oleh perusahaan.
Melalui partisipasi aktif, akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) pada diri
masyarakat sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan
efektif dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Maka dari itu, menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai sejauh mana
tingkat partisipasi penerima program UMKM CSR PT Indocement Tunggal
Prakarsa mampu meningkatkan taraf hidup penerima program UMKM di
Desa Lulut?
Masalah Penelitian
Program Corporate Social Responsibility merupakan wujud tanggung jawab
perusahaan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat di sekitar daerah operasi perusahaan melalui kegiatan-kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Salah satu program CSR yang dilaksanakan oleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa adalah program UMKM. Setiap
program
pemberdayaan masyarakat, termasuk program UMKM, seharusnya melibatkan
masyarakat lokal secara aktif dalam setiap tahapan program mulai dari tahap
perencanaan sampai tahap evaluasi program. Pada setiap tahapan program
tersebut perlu dilihat bagaimana tingkat partisipasi penerima program
UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut? Selanjutnya dari
pelakasanaan program CSR ini dapat dianalisis bagaimana efektivitas program
UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa? Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa keberadaan CSR adalah untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat desa binaan khususnya program UMKM yang diadakan untuk tujuan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Maka dari itu perlu dianalisis mengenai
bagaimana taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal
Prakarsa di Desa Lulut?
Program CSR sudah seharusnya melibatkan masyarakat lokal secara aktif
dalam setiap tahapan program, namun dalam kenyataannya tidak sedikit yang
melibatkan masyarakat hanya sebagai formalitas saja, sehingga program yang
dijalankan kurang efektif dan sesuai. Menurut Irwanto dan Prabowo (2010),
partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penentu efektivitas program CSR
yang dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga menjadi menarik untuk mengkaji
sejauh mana hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan
efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa
Lulut?
Keberhasilan pelaksanaan suatu program CSR berhubungan dengan kondisi
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang terlibat secara langsung dalam
proses pelaksanaan program. Hubungan efektivitas program CSR dengan kondisi
masyarakat ini sangat luas cakupannya, salah satunya yaitu bidang ekonomi yang
hubungannya dengan taraf hidup masyarakat. Melihat kondisi perokonomian
4
masyarakat Desa Lulut saat ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan PT
Indocement Tunggal Prakarsa karena hadirnya perusahaan ini telah menyebabkan
perubahan mata pencaharian masyarakat yang awalnya mayoritas berada pada
sektor pertanian, kini harus beralih ke sektor industri dan jasa karena konversi
lahan pertanian yang terjadi (ITP; IPB 2012). Hal ini tentunya menyebabkan
perubahan pula pada kondisi taraf hidup masyarakat Desa Lulut, kemudian
melalui program CSR inilah tugas perusahaan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat Desa Lulut. Sehingga pertanyaan yang diajukan yaitu sejauh mana
hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa
dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut? Selanjutnya
melalui pemberian ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam program
pemberdayaan yang diadakan oleh CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa pada
akhirnya diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang terlibat.
Pertanyaan terakhir yang diajukan pada penelitian ini yaitu sejauh mana
hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup
penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa
Lulut?
Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam program UMKM
CSR di Desa Lulut ini bertujuan untuk menganalisis lebih mendalam mengenai:
1. Tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal
Prakarsa di Desa Lulut.
2. Efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa.
3. Taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di
Desa Lulut.
4. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program
UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.
5. Hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa
dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut.
6. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima
program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk banyak pihak, diantara lain:
1. Akademisi
Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai
hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR dengan taraf
hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain
itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian
ilmu pengetahuan mengenai CSR dan taraf hidup.
2. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun dan mengambil keputusan
berkaitan dengan program CSR yang dilaksanakan agar sesuai dengan
5
kebutuhan masyarakat dan dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan
taraf hidup masyarakat khususnya penerima program CSR.
3. Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
masyarakat mengenai program CSR yang beroperasi di daerah sekitar tempat
tinggal mereka. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
digunakan masyarakat untuk lebih memahami keterlibatan dan peran mereka
dalam program pemberdayaan tersebut.
6
7
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
Partisipasi
1. Definisi Partisipasi
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor yang penting untuk
diperhatikan. Menurut Arnstein (1969), partisipasi masyarakat merupakan istilah
kategoris untuk kekuasaan warga negara yang merupakan redistribusi kekuasaan
yang memungkinkan warga negara miskin ikut dalam proses politik dan ekonomi.
Ikut serta dalam proses politik ini meliputi proses pengambilan keputusan,
menetapkan tujuan dan kebijakan, melaksanakan program dan merasakan manfaat.
Sedangkan Uphoff et al. (1979) menganggap partisipasi adalah sebuah istilah
deskriptif yang menjelaskan keterlibatan banyak orang dalam situasi atau aksi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka seperti pendapatan, rasa aman,
dan penghargan diri. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dibedakan bahwa
dalam memahami konsep partisipasi, Arnstein menekankan pada redistribusi
kekuasaan kepada masyarakat miskin dalam proses politik dan ekonomi,
sedangkan Uphoff et al. menekankan pada keterlibatan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Akan tetapi, dari dua pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya dengan partisipasi dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang salah satunya dapat diukur dari kondisi taraf hidup
masyarakat.
2. Tingkatan Partisipasi
Keterlibatan masing-masing stakeholder dalam sebuah program CSR
memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Menurut Kaho seperti yang dikutip oleh
Kali (2011), partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat tahap, yaitu
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, partisipasi dalam proses
pelaksanaan, partisipasi dalam pengambilan manfaat, serta partisipasi saat
evaluasi. Tingkatan partisipasi menurut Kaho ini hampir sama dengan pandangan
Uphoff et al. (1979) yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi
dalam implementasi, partisipasi dalam pemanfaatan, dan partisipasi dalam
evaluasi.
1. Pengambilan keputusan (decision-making) atau tahap perencanaan
Jenis partisipasi ini berpusat pada penggalian ide, perumusan pilihan,
melakukan evaluasi pilihan-pilihan tersebut, dan pengambilan keputusan dari
pilihan-pilihan tersebut, serta perumusan strategi untuk melaksanakan pilihan
yang telah ditetapkan.
2. Implementasi (implementation)
Masyarakat pedesaan dapat berpartisipasi dalam aspek pelaksanaan
proyek melalui tiga cara, yaitu: kontribusi sumber daya, administrasi dan
koordinasi, dan kegiatan program pendaftaran. Kontribusi sumber daya dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti penyediaan tenaga kerja, uang tunai,
barang-barang material, dan informasi. Semua masukan tersebut penting
8
untuk proyek-proyek yang berusaha untuk menggabungkan sumber daya
lokal dalam pelaksanaannya. Partisipasi dalam administrasi dan koordinasi
proyek merupakan cara dimana masyarakat dapat berpartisipasi sebagai
karyawan lokal, atau sebagai anggota dari berbagai proyek penasehat atau
pengambilan keputusan. Kemudian bentuk partisipasi dalam implementasi
yang paling umum adalah dengan mendaftar dalam program.
3. Pengambilan manfaat (benefits)
Partisipasi masyarakat untuk mendaftar ke dalam suatu proyek dapat
menghasilkan paling tidak tiga manfaat yang mungkin, yaitu manfaat material,
sosial, dan pribadi. Partisipasi dalam mendapatkan manfaat merupakan tujuan
yang diinginkan, hal ini dapat terwujud melalui partisipasi dalam
pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi. Manfaat material pada
dasarnya berupa barang-barang privat (private goods), misalnya peningkatan
konsumsi, pendapatan, ataupun kepemilikan aset. Sedangkan manfaat sosial
pada dasarnya adalah barang publik (public goods), misalnya pelayanan
fasilitas seperti sekolah, klinik kesehatan, sistem irigasi, atau pembangunan
jalan. Manfaat pribadi biasanya adalah yang paling diinginkan, namun
seringkali tidak dapat tercapai karena manfaat ini cenderung hanya dapat
dirasakan oleh anggota kelompok atau sektor yang mempunyai lebih banyak
kekuatan sosial dan politik.
4. Evaluasi (evaluation)
Partisipasi langsung atau tidak langsung dapat terjadi dengan evaluasi
proyek-berpusat. Kemungkinan besar masyarakat setempat atau pemimpin
lokal tidak akan berpartisipasi dalam mengevaluasi proyek, kecuali evaluasi
secara khusus diatur dalam desain proyek. Aparat pemerintah mungkin akan
dilibatkan dalam mengulas anggaran tahunan proyek, namun pada level lokal
tidak ada yang dilibatkan.
Berbeda dengan pendapat tersebut, Arnstein (1969) menganalisis tingkatan
partisipasi masyarakat dengan menggunakan tipologi delapan tingkat partisipasi
yang diatur dalam pola anak tangga dengan masing-masing anak tangga tersebut
menggambarkan tingkat kekuasaan masyarakat dalam menentukan hasil akhir.
Delapan anak yangga tersebut secara berurutan dari bawah ke atas yaitu
manipulation, therapy, informing, consultation, placation, partnership, delegated
power, dan citizen control. Delapan anak tangga ini menggambarkan tipologi
tingkatan partisipasi sebagai berikut:
1. Nonparticipation (tidak ada partisipasi)
Tipologi yang pertama ini ditempati oleh dua anak tangga terbawah
yaitu manipulasi (manipulation) dan terapi (therapy). Dua tingkat nonpartisipasi ini telah didesain oleh beberapa orang untuk menggantikan
partisipasi yang sesungguhnya. Tujuan sebenarnya bukan untuk memberi
kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan atau pelaksanaan
program, tetapi hanya sekedar sosialisasi agar masayarakat tidak marah.
2. Degrees of tokenism (derajat penghargaan)
Tingkat partisipasi yang menggambarkan adanya tingkat penghargaan
adalah tingkat partisipasi pada anak tangga informasi (informing), konsultasi
(consultation), dan placation. Tingkat informasi dan konsultasi, telah
memungkinkan masyarakat miskin untuk mendengar dan didengar, namun
mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk memastikan bahwa pandangan
9
mereka akan diperhatikan oleh mereka yang berkuasa. Ketika partisipasi
dibatasi pada tahap ini maka tidak ada jaminan bagi masyarakat miskin dan
masyarakat yang tidak punya kekuasaan untuk bisa mengubah keputusan.
Tangga placation menggambarkan penghargaan pada tingkatan yang lebih
tinggi. Tingkatan ini memungkinkan masyarakat miskin untuk menasehati
atau berpendapat, namun keputusan tetap menjadi hak pemegang kekuasaan
(powerholder).
3. Degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat)
Tipologi tertinggi ini terdapat tiga anak tangga yaitu partnership,
delegated power, dan citizen control. Anak tangga 6, Partnership,
memungkinkan masyarakat untuk bernegosiasi dan terlibat tawar-menawar
dengan pemegang kekuasaan tradisional. Anak tangga paling atas, yaitu
delegasi kewenangan (anak tangga 7) dan kontrol masyarakat (anak tangga 8)
memungkinkan warga negara miskin memperoleh kesempatan paling besar
dalam pengambilan keputusan.
Arnstein menjelaskan partisipasi ke dalam tipologi yang sifatnya bertingkat
(hirearkhi) berdasarkan seberapa besar kekuasaan masyarakat untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan, sedangkan Uphoff et al. menjelaskan
partisipasi ke dalam tahapan program, mulai dari tahap pengambilan keputusan
hingga pada tahap evaluasi. Keduanya sama-sama dapat digunakan untuk
menganalisis seberapa besar partisipasi masyarakat dalam sebuah program
pembangunan, khususnya pada program CSR suatu perusahaan. Penelitian ini,
penulis menggunakan analisis partisipasi dengan memadukan dari kedua pendapat
tersebut. Penulis menggunakan analisis partisipasi dari Uphoff et al. untuk
menganalisis pada proses mana saja partisipasi masyarakat dilibatkan dalam
program CSR. Kemudian pada setiap proses tersebut dianalisis sejauh mana
sejauh mana masyarakat dilibatkan untuk berpartisipasi dalam program CSR
dengan melihat pada tipologi delepan tingkat partisipasi dari Arnstein yang
meliputi nonparticipation (tidak ada partisipasi), degrees of tokenism (derajat
penghargaan), dan degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat).
penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.
Corporate Social Responsibility
1. Definisi Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud komitmen
perusahaan kepada masyarakat yang berada di sekitar operasi perusahaan. Anatan
(2009) menjelaskan konsep CSR menurut The World Business Council for
Sustainable Development, yaitu CSR merupakan komitmen perusahaan untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan komunitas secara
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Kemudian menurut
Nuryana yang dikutip oleh Anugrah (2013), CSR adalah sebuah pendekatan
dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan
prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
10
Tabel 1 Perbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program.
Tingkat
partisipasi
Nonparticipation
Degrees of
tokenism
Degrees
citizen
power
of
Tahap
pengambilan
keputusan
Masyarakat tidak
dilibatkan dalam
pengambilan
keputusan
atau
hanya
sekedar
diminta
hadir
dalam
perencanaan
program
tapi
tidak
diberi
kesempatan untuk
memberi
pendapat.
Masyarakat
mempunyai
kesempatan untuk
mendengar,
didengar, bahkan
menasehati dan
berpendapat pada
proses
perencanaan,
namun
pengambilan
keputusan tetap
berada di tangan
pemegang
kekuasaan.
Masyarakat
bernegosiasi dan
terlibat
tawarmenawar dengan
pemegang
kekuasaan, atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam
pengambilan
keputusan
saat
perencanaan
program.
Tahap implementasi
Tahap
evaluasi
Masyarakat
tidak
dilibatkan
dalam
pelaksanaan program
atau hanya sekedar
diminta hadir dalam
pelaksanaan program
namun pelaksanaan
tetap
dilaksanakan
oleh
pemegang
kekuasaan.
Tahap
pengambilan
manfaat
Masyarakat
tidak
ikut
menikmati
manfaat/hasil,
atau
pengambilan
manfaat hanya
sekedar
agar
masyarakat
tidak marah.
Masyarakat
mempunyai
kesempatan
untuk
berkontribusi dalam
pelaksanaan program,
namun kontribusinya
masih sangat dibatasi
(hanya
sekedar
melaksanakan
intruksi
dari
pemegang
kekuasaan).
Masyarakat
mendapat
kesempatan
untuk
memanfaatkan
namun masih
terbatas,
manfaat
terbesar masih
berada di pihak
pemegang
kekuasaan.
Masyarakat
mempunyai
kesempatan
untuk
mendengar,
didengar,
bahkan
menasehati dan
berpendapat
pada
proses
evaruasi.
Masyarakat
bernegosiasi
dan
terlibat
tawarmenawar
dengan
pemegang kekuasaan
sehingga masyarakat
dapat mempengaruhi
pelaksanaan program,
atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam
pelaksanaan program.
Manfaat yang
dirasakan oleh
masyarakat
seimbang
dengan manfaat
yang dirasakan
oleh pemegang
kekuasaan, atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam
pengambilan
manfaat.
Masyarakat
bernegosiasi
dan
terlibat
tawar-menawar
dengan
pemegang
kekuasaan, atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam proses
evaluasi.
Masyarakat
tidak dilibatkan
dalam evaluasi
program atau
hanya sekedar
untuk
formalitas saja
Sumber: Arnstein (1969) dan Uphoff et al. (1979)
Konsep CSR seringkali dihubungkan dengan konsep-konsep pemberdayaan
karena perkembangan konsep CSR berkaitan dengan konsep-konsep
pemberdayaan. Pardosi (2011) berpendapat bahwa dalam memahami CSR tidak
dapat dilepaskan dari pemahaman tentang konsep Community Development (CD)
karena pendekatan pelaksanaan pembangunan yang ada pada CD dapat juga
diterapkan dalam program CSR. Penjelasan konsep CD ini, Pardosi menggunakan
11
penjelasan prinsip-prinsip CD dari Ife, antara lain pembangunan terintegrasi,
penghargaan akan hak-hak azasi manusia, keberlanjutan harus memperhatikan
keberlangsungan lingkungan, pemberdayaan merupakan tujuan pembangunan
masyarakat, meningkatkan rasa percaya diri, proses terintegrasi, kooperatif,
memaksimalkan partisipasi masyarakat dengan tujuan setiap orang dapat terlibat
secara aktif sesuai kesanggupan masing-masing, sesuai kebutuhan, serta
menjauhkan dari kejahatan. Sementara itu, van Marrewijk (2009) menjelaskan
konsep CSR menggunakan konsep Corporate Sustainability (CS). van Marrewijk
menganggap konsep CSR dapat disamakan dengan konsep CS, yaitu memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Definisi pembangunan berkelanjutan juga
dijelaskan oleh The Brundtland Comission seperti dikutip Rahmatullah (2011)
yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan mereka.
Berkaitan dengan dua konsep yang dapat dapat disamakan atau dapat
digunakan untuk menjelaskan konsep CSR tersebut, CSR seharusnya tidak
dipandang dari satu sisi saja, CD saja atau CS saja, melainkan harus menggunakan
kedua konsep tersebut secara bersamaan karena sebenarnya CSR berkaitan dengan
keduanya. Saat implementasi, program CSR harus dilaksanakan menggunakan
prinsip-prinsip Community Development agar program yang diberikan efektif dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu program CSR yang dilaksanakan
haruslah mempertimbangkan keberlanjutan program (Corporate Sustainability)
sehingga setelah perusahaan selesai melaksanakan programnya masyarakat tetap
dapat merasakan manfaat yang diberikan dari program tersebut.
Berkaitan dengan konsep CSR, Hadi menjelaskan mengenai konsep Triple
Bottom Line milik John Elkington yang dikutip dalam Saputra (2012). Prinsip
Triple Bottom Line ini terdiri dari profit, people dan planet. Menurut pendekatan
ini, perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit),
tetapi juga harus memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan
masyarakat (people) dan peduli terhadap kelestarian lingkungan (planet). Carroll
seperti dikutip Solihin (2009) menjelaskan komponen-komponen tanggung jawab
sosial perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu pertama, economic
responsibilities yang berkaitan dengan tugas menghasilkan barang dan jasa untuk
masyarakat secara menguntungkan. Kedua, legal responsibilities, masyarakat
berharap perusahaan menjalankan bisnis dengan mentaati hukum dan peraturan
yang berlaku. Ketiga, ethical responsibilities, masyarakat berharap perusahaan
menjalankan bisnis secara etis. Keempat, masyarakat mengharapkan keberadaan
perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka melalui berbagai program
yang bersifat filantropis.
2. Efektivitas Program CSR
Efektivitas program CSR merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan
program CSR yang dapat diketahui dengan menggunakan beberapa indikator
penilaian. Menurut Pardosi (2011), salah satu parameter penting untuk menilai
keberhasilan program CSR adalah seberapa sinkron program CSR dengan
program pembangunan yang dirumuskan oleh pemerintah. Akan tetapi menurut
Prayogo dan Hilarius (2012) untuk mengukur tingkat keberhasilan korporasi
12
dalam upaya pengentasan kemiskinan sangat sulit untuk dilakukan apabila
menggunakan indikator makro seperti indeks kemiskinan atau indeks
pembangunan seperti yang digunakan oleh Worldbank, United Nation, ataupun
Amartya Sen. Pengukuran tingkat keberhasilan peran korporasi dalam
pengentasan kemiskinan harus dilihat dalam indikator mikro, yaitu dengan
melihat program pengentasan kemiskinan itu sendiri. Prayogo dan Hilarius (2012)
menggunakan enam aspek penilaian efektivitas program CSR, aspek tersebut
meliputi:
a. Aspek manfaat: tingkat manfaat program terhadap pemenuhan kebutuhan dan
peningkatan akses pelayanan pelayanan para penerima program berdasarkan
tingkat kebutuhannya.
b. Aspek kesesuaian: tingkat kesesuaian program terhadap pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan
kemampuan dan potensi lokal.
c. Aspek keberlanjutan: tingkat keberlanjutan program dapat dilakukan oleh
penerima program jika bantuan selesai atau dihentikan, baik keberlanjutan
secara substansial (program) maupun secara manajemen.
d. Aspek dampak: besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang
ditularkan oleh program.
e. Aspek pemberdayaan: seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan
penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi atau
majanemen.
f. Aspek partisipasi: seberapa besar tingkat keterlibatan masyarakat lokal dalam
program.
PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki indikator tersendiri dalam
menilai efektivitas program CSR yang dilaksanakannya yang melihat dari sisi
tingkat kepuasan masyarakat. Tingkat kepuasan masyarakat dinilai berdasarkan
tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pelaksanaan program CSR yang dibagi ke
dalam delapan unsur penilaian, yaitu sosialisasi sebelum implementasi program
CSR, proses implementasi program CSR, sumberdaya staf CSR, jadwal dan jenis
program CSR, pendanaan program CSR, unsur penunjang program CSR, dampak
program CSR, dan keamanan di lingkungan PT ITP. Tingkat kepuasan
masyarakat dihitung berdasarkan besarnya harapan masyarakat (tingkat
kepentingan) dengan kenyataan yang terjadi (tingkat kinerja) dalam
pengimplementasian program CSR (ITP; IPB 2011). Penulis menggunakan
pendapat Prayogo dan Hilarius (2012) dalam menganalisis efektivitas program
UMKM dan tidak menggunakan indikator efektivitas program yang dimiliki oleh
PT Indocement Tunggal Prakarsa karena menurut penulis indikator efektivitas
program CSR dari Prayogo dan Hilarius (2012) lebih mudah digunakan untuk
menganalisis efektivitas program UMKM dibanding dengan indikator yang
dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa. Selain itu, penulis tidak
menemukan penjelasan yang lebih rinci mengenai cara pengukuran efektivitas
program CSR yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa, sehingga
penulis memutuskan untuk menggunakan indikator efektivitas program menurut
Prayogo dan Hilarius (2012).
Berdasarkan enam indikator untuk menilai efektivitas program CSR yang
dikemukakan oleh Prayogo dan Hilarius (2012) tersebut, penelitian ini hanya
menggunakan empat indikator yang meliputi aspek manfaat, aspek kesesuaian,
13
aspek keberlanjutan, dan aspek pemberdayaan. Aspek dampak tidak digunakaan
karena akibat positif dari adanya program sudah tercakup ke dalam aspek manfaat.
Kemudian, aspek partisipasi dalam penelitian ini juga tidak digunakan untuk
menilai efektivitas program CSR karena berdasarkan hasil studi literatur, aspek
partisipasi merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas program CSR.
Seperti yang dijelaskan oleh Irwanto dan Prabowo (2010) bahwa efektivitas
program CSR dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu latar belakang pendidikan
responden, kemampuan responden dalam mengerjakan proses daur ulang,
partisipasi responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan
masyarakat sekitar, pencarian informasi tentang perlombaan, hubungan baik
dengan perusahaan, dan peran aktif dari organisasi masyarakat.
Taraf Hidup
Salah satu tujuan diadakannya program CSR untuk masyarakat sekitar
perusahaan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan
tersebut. Owolabi dan Olu-Owolabi yang dikutip oleh Azimi (2013) menjelaskan
mengenai kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia.
Kriteria tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup
hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak, harus dilaksanakan dan dipenuhi
sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga
kelangsungan hidup.
Pembahasan taraf hidup pada beberapa hasil penelitian sebelumnya
berkaitan dengan variabel kesejahteraan dan variabel kemiskinan. Penelitian
Lestari (2010) melihat taraf hidup menggunakan indikator kesejahteraan dari
beberapa sumber yang berbeda, salah satunya yaitu BPS yang menjelaskan
indikator kesejahteraan yang terdiri dari kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan,
serta sosial dan budaya. Berdasarkan indikator tersebut, Lestari (2010) mengukur
taraf hidup menggunakan indikator tingkat pendapatan, kondisi tempat tinggal,
tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pemilikan aset. Selanjutnya
Sugiharto (2007) menganalisis taraf hidup menggunakan indikator BPS yaitu
pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, fasilitas tempat tinggal,
kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan
mendapat fasilitas transportasi serta kemudahan akses pendidikan. Berdasarkan
berbagai indikator di atas, indikator yang digunakan untuk menganalisis taraf
hidup masyarakat dalam penelitian ini yaitu pendapatan keluarga, pengeluaran
keluarga, kondisi fasilitas tempat tinggal (yang terdiri dari jenis rumah, status
rumah, sumber air bersih, daya listrik yang digunakan, bahan bakar yang
digunakan untuk memasak sehari-hari, sumber air bersih, dan kepemilikan barang
elektronik), kesehatan keluarga, pendidikan keluarga, dan kepemilikan alat
transportasi.
Kerangka Pemikiran
Program UMKM merupakan salah satu program CSR PT Indocement
Tunggal Prakarsa yang termasuk ke dalam program pilar ekonomi. Tujuan dari
program ini salah satunya adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa
binaan khususnya penerima program UMKM. Taraf hidup masyarakat merupakan
14
Gambar 1 Kerangka pemikiran
suatu kondisi yang dapat menggambarkan bagaimana kualitas hidup suatu
masyarakat dilihat dari sisi ekonomi. Taraf hidup ini diukur menggunakan
beberapa indikator yang kemudian menggolongkan masyarakat ke dalam kategori
apakah taraf hidup rendah, sedang, atau tinggi. Taraf hidup tinggi berarti
masyarakat telah mampu mengakses sumber daya yang ada sehingga mereka
sejahtera. Sebaliknya, taraf hidup rendah berarti masyarakat tidak mampu
mengakses sumber daya sehingga mereka tidak sejahtera. Seperti yang dapat
dilihat pada gambar berikut, efektivitas program CSR dan tingkat partisipasi
masyarakat berhubungan dengan tingkat kemiskinan masyarakat.
Efektifitas program UMKM, yang merupakan salah satu program CSR PT
Indocement Tunggal Prakarsa, merupakan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan
dari implementasi program CSR yang dapat diukur dari nilai aspek manfaat, aspek
kesesuaian, aspek keberlanjutan, serta aspek pemberdayaan (Prayogo dan Hilarius
2012). Efektivitas program CSR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
meliputi latar belakang pendidikan responden, kemampuan responden, partisipasi
responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan masyarakat sekitar,
pencarian informasi, hubungan baik dengan perusahaan, dan peran aktif dari
organisasi masyarakat (Irwanto dan Prabowo 2010). Berdasarkan beberapa faktor
tersebut terdapat faktor partisipasi yang menentukan efektivitas program CSR.
Tingkat partisipasi penerima program adalah tingkatan keikutsertaan
penerima program UMKM dalam tahap-tahap pelaksanaan program UMKM.
Peserta program dapat berpartisipasi pada proses pengambilan keputusan
(perencanaan), implementasi, pengambilan manfaat, serta dalam proses evaluasi
(Uphoff et al. 1979). Empat proses tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
pada proses mana saja peserta program telah dilibatkan untuk berpartisipasi,
sedangkan untuk mengetahui sejauh mana tingkatan partisipasi peserta program
pada setiap proses tersebut, dapat digunakan analisis tipologi tingkatan partisipasi
(Arnstein 1969) yang sifatnya hirearkhi dari nonparticipation (tidak ada
partisipasi), degrees of tokenism (derajat penghargaan), hingga degrees of citizen
power (derajat kekuasaan masyarakat).
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka
hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:
15
1. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka
semakin tinggi efektivitas program UMKM.
2. Semakin tinggi efektivitas program UMKM maka semakin tinggi taraf
hidup penerima program UMKM.
3. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka
semakin tinggi taraf hidup penerima program UMKM.
Definisi Operasional
1. Tingkat Partisipasi
Tingkat partisipasi adalah persepsi atau penilaian responden
terhadap keterlibatan mereka dalam program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa. Tingkatan partisipasi yang dicapai penerima program
diukur menggunakan tangga partisipasi Arnstein dari yang terendah
sampai tingkat partisipasi tertinggi berturut-turut yaitu non-participation,
degrees of tokenism, dan citizen control. Tingkatan partisipasi dilihat pada
masing-masing tahapan program yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, dan tahap evaluasi. Setiap
tahapan program terdiri dari tiga pernyataan dan masing-masing
pertanyaan mewakili satu tingkatan partisipasi. Setiap pernyataan memiliki
dua variasi jawaban, yaitu “tidak” dengan skor 1 dan “ya” dengan skor 2.
Tabel 2 Pengukuran skor tingkat partisipasi
No
Partisipasi masyarakat
1
2
Tahap perencanaan
Tahap pelaksanaan
Tahap
pengambilan
manfaat
Tahap evaluasi
Skor tingkat partisipasi
keseluruhan
3
4
Tangga partisipasi Arnstein (1969)
NonCitizen
Tokenism
partisipation
Control
(sedang=2)
(rendah=1)
(tinggi=3)
3 dan 4
5
6
3 dan 4
5
6
3 dan 4
5
6
3 dan 4
5
6
4 sd 6
7 s/d 9
10 s/d 12
2. Efektivitas Program
Efektivitas program UMKM merupakan tingkat keberhasilan
pelaksanaan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang
dapat diketahui dengan menggunakan empat aspek penilaian responden,
yaitu berdasarkan penilaian responden mengenai tingkat manfaat program
yang dirasakan responden terhadap pemenuhan ekonomi responden,
penilaian responden mengenai tingkat kesesuaian program dengan
kebutuhan responden dan potensi respo
PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT,
KLAPANUNGGAL, BOGOR
DWI YUNI ATIK
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat
Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut,
Klapanunggal, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Dwi Yuni Atik
NIM I34110012
ABSTRAK
DWI YUNI ATIK. Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima
Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor. Dibimbing oleh
FREDIAN TONNY NASDIAN.
CSR merupakan bentuk kontribusi perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tingkat partisipasi penerima program UMKM, efektivitas program UMKM, taraf
hidup penerima program UMKM, hubungan antara tingkat partisipasi dengan
efektivitas program UMKM, efektivitas program UMKM dengan taraf hidup
penerima program, dan tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima program
UMKM. Penelitian ini menggunakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi penerima program
UMKM tergolong non-participation, efektivitas program UMKM tergolong tinggi
dan taraf hidup penerima program UMKM mayoritas rendah. Terdapat hubungan
antara tingkat partisipasi dengan efektivitas program UMKM, kemudian juga
antara efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program. Selain
itu terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima
program UMKM.
Kata kunci: partisipasi, efektivitas program UMKM, taraf hidup, CSR
ABSTRACT
DWI YUNI ATIK. The Analysis of participation level and strandard of living of
the beneficaries of UMKM PT ITP program at Lulut Village, Klapanunggal,
Bogor. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN.
CSR is a kind of the company contribution to increase the welfare of the
society. This study tried to analyze the beneficaries’s participation level of
UMKM program, the effectiveness of the UMKM program, the beneficaries’s
standard of living of UMKM program, the correlation between the participation
level and the effectiveness of the UMKM program, the effectiveness of the
UMKM program with the standard of living of the program beneficiaries, and the
participation level with the standard of living of the UMKM program beneficiaries.
This study uses the combination of quantitative and qualitative approaches. The
results show the beneficaries participation level of UMKM program is classified
to non-participation, the effectiveness of UMKM program is relatively high, and
the standard of living of the UMKM program beneficaries is mostly low. There is
a correlation between the participation level with the effectiveness of the UMKM
program, and between the effectiveness of the UMKM program with the standard
of living of the program beneficiaries. There is also a correlation between the
participation level with standard of living of the UMKM program beneficaries.
Keywords: participation, UMKM program efectiveness, standard of living, CSR
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP
PENERIMA PROGRAM UMKM ITP DI DESA LULUT,
KLAPANUNGGAL, BOGOR
DWI YUNI ATIK
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup
Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor” ini
dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Sukirman dan Ibunda
Sarini atas doa, kasih sayang dan perjuangan untuk penulis, kakak tercinta Rini
Utami, serta kepada Adi Kurniawan atas dukungan dan doanya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Ir Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai
pembimbing yang dengan sabar membimbing, memberikan saran, masukan, dan
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan hingga penyelesaian laporan
skripsi ini. Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir
Murdianto, MS sebagai dosen penguji utama dan dosen uji petik, Martua Sihaloho,
Sp, MSi sebagai dosen penguji perwakilan departemen, serta Ir Sutisna Riyanto,
MS sebagai dosen uji petik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada PT
Indocement Tunggal Prakarsa yang telah memberikan kesempatan dan bantuan
kepada penulis untuk melakukan penelitian mengenai program CSR di salah satu
desa binaan. Pemerintah Desa Lulut beserta masyarakat Desa Lulut penerima
program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang telah membagi cerita,
pengalaman hidup serta ilmu kepada penulis. Tidak lupa ucapan terima kasih juga
penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman SKPM 48, terutama kepada Ike
Rosmanita, Indah Erina Priska, Maria Magdalena Bagariang, Fitri Hilmi
Hikmayanti, Nur Apriyani dan Qoyyimal Jauziyah atas semangat yang diberikan.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2015
Dwi Yuni Atik
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
7
7
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis Penelitian
14
Definisi Operasional
15
PENDEKATAN LAPANGAN
19
Metode Penelitian
19
Lokasi dan Waktu Penelitian
19
Teknik Pengambilan Responden dan Informan
20
Teknik Pengumpulan Data
21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
22
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, PROGRAM CSR DAN LOKASI
PENELITIAN
23
Profil Perusahaan
23
Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
27
Profil Desa Lulut
31
Ikhtisar
35
PROGRAM UMKM
37
Perencanaan
37
Pelaksanaan
38
Manfaat Program
39
Evaluasi
39
Ikhtisar
39
TINGKAT PARTISIPASI, EFEKTIVITAS PROGRAM UMKM, DAN
TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM
41
Tingkat Partisipasi Penerima Program
41
Efektivitas Program
46
Taraf Hidup Penerima Program UMKM di Desa Lulut
52
Ikhtisar
53
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI,
PROGRAM UMKM, DAN TARAF HIDUP
EFEKTIVITAS
55
Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program dengan Efektivitas
Program UMKM
55
Hubungan Efektivitas Program UMKM dengan Taraf Hidup Penerima
Program
56
Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program UMKM dengan Taraf
Hidup Penerima Program
58
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
59
61
Simpulan
61
Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
65
RIWAYAT HIDUP
85
DAFTAR TABEL
1
erbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program.
2
engukuran skor tingkat partisipasi
3
engukuran skor efektivitas program
4
endekatan penelitian
5
enis dan metode pengumpulan data
6
esa Lulut berdasarkan Dusun, RW, dan RT
7
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis
kelamin pada tahun 2009 dan 2013
P
10
P
15
P
16
P
20
J
21
D
32
J
32
8
J
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan
pendidikan tahun 2009 dan 2013
9
umlah dan persentase masyarakat Desa Lulut berdasarkan tingkat
kesejahteraan tahun 2005
32
J
33
10
J
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan etnis dan
jenis kelamin tahun 2009.
33
11
J
umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan Agama
dan jenis kelamin tahun 2009
12
aju perubahan penggunaan lahan di Desa Lulut tahun 2008
13
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
tahun 2014
14
34
L
35
J
41
P
erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara
UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan
tingkat partisipasi tahun 2014
15
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan program, tahun 2014
16
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
42
J
43
J
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan program, tahun 2014
44
17
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap pengambilan manfaat program, tahun 2014
45
18
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
pada tahap evaluasi program, tahun 2014
46
19
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program,
tahun 2014
47
20
P
erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara
UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan
efektivitas program UMKM tahun 2014
21
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat manfaat
program, tahun 2014
48
J
49
22
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat kesesuaian
program, tahun 2014
49
23
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat keberlanjutan
program, tahun 2014
50
24
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat
pemberdayaan, tahun 2014
51
25
S
kor taraf hidup dan kategori penerima program UMKM PT
Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tahun 2014
53
26
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan taraf hidup, tahun
2014
53
27
J
umlah dan persentase penerima prgram UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
dan efektivitas program tahun 2014
28
56
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program
dan taraf hidup tahun 2014
57
29
J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi
dan taraf hidup tahun 2014
58
DAFTAR GAMBAR
1
K
erangka pemikiran
14
truktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa
S
26
S
2
3
truktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal
Prakarsa Unit Citeureup
29
4
P
ersentase penerima program berdasarkan tingkat partisipasi dalam
program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa
Lulut tahun 2014.
42
5
P
ersentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal
Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program, tahun
2014
47
DAFTAR LAMPIRAN
1
adwal pelaksanaan penelitian
2
ketsa Desa Lulut
3
nggota penerima program UMKM di Desa Lulut
4
asil penghitungan skor taraf hidup penerima program UMKM PT
Indocement Tunggal Prakarsa
5
asil uji korelasi Rank Spearman
6
okumentasi
7
uesioner
8
anduan Pertanyaan Wawancara Mendalam
9
ulisan tematik
J
65
S
66
A
67
H
68
H
69
D
71
K
72
P
77
T
80
63
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia telah dimulai sejak masa pemerintahan
kolonial Belanda, ini tidak berselang lama dari revolusi industri yang terjadi di
Inggris pada akhir abad ke-19. Sejak saat itu mulai berdiri pabrik-pabrik di
Indonesia mulai dari pabrik yang berskala kecil, menengah, hingga berskala besar.
Beberapa dasawarsa silam, investasi pembangunan pabrik berskala besar masih
terkonsentrasi di kota-kota besar tempat pusat-pusat pemerintahan berada.
Belakangan ini, para investor mulai melirik daerah pedesaan untuk menanamkan
investasi. Hadirnya industri-industri tersebut berdampak pada perubahan
kehidupan masyarakat pedesaan. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan di sektor
pertanian yang selama ini telah menjadi tumpuan hidup masyarakat lokal bisa jadi
semakin sempit. Sebagai alternatif pilihan, masyarakat lokal mencoba untuk
menjadi karyawan di salah satu perusahan yang berdiri di daerahnya tersebut
dengan modal pendidikan yang rendah dan kemampuan industrial yang kurang
memadai. Keberadaan industri-industri di pedesaan seharusnya mampu menyerap
banyak tenaga kerja lokal, namun kenyataannya karyawan yang dipekerjakan
lebih banyak dan bahkan didominasi oleh masyarakat yang berasal dari luar
daerah yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari masyarakat setempat.
Posisi-posisi tinggi dalam perusahaan pun banyak diisi oleh masyarakat
pendatang. Hal ini berarti perusahaan telah gagal dalam menyerap tenaga kerja
lokal secara maksimal.
Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitar, perusahaan yang memanfaatkan kekayaan sumber daya
alam mempunyai kewajiban untuk memberdayakan masyarakat sekitar tersebut
melalui program Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility
(CSR). Sebagaimana yang terdapat pada Undang-undang no 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas Bab V pasal 74, perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan (UUPT 2007).
Berdasarkan aturan yang terdapat pada UU-PT tersebut berarti setiap
perusahaan wajib menganggarkan dana perusahaannya untuk mendanai kegiatankegiatan untuk pemberdayaan masyarakat. Adanya kegiatan pemberdayaan
masyarakat dari perusahaan ini diharapkan masyarakat yang tidak mampu
mengakses manfaat keberadaan perusahaan secara langsung -dalam hal
penyerapan tenaga kerja- bisa mendapatkan manfaat atas keberadaan perusahaan
secara tidak langsung melalui keikutsertaan mereka dalam program pemberdayaan
tersebut.
Berdasarkan UU no 5 tahun 1984 tentang Perindustrian (UU Perindustrian
1984) pembangunan industri di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mendorong adanya teknologi tepat guna, meningkatkan kemampuan masyarakat
golongan ekonomi lemah, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja, serta
meningkatkan pembangunan daerah. Berdasarkan UU tersebut berarti melalui
2
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, keberadaan perusahaan harus
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya masyarakat penerima
program. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Zainal yang dikutip dalam
Laporan akhir studi mengenai persepsi masyarakat desa binaan PT Indocement
Tunggal Prakarsa (ITP; IPB 2011), bahwa pertama, CSR merupakan komitmen
bisnis. Kedua, CSR berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi dan kualitas
kehidupan masyarakat. Ketiga, karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat luas, pemerintah dan keseluruhan merupakan dimensi-dimensi yang
harus diperhatikan dalam pelaksanaan CSR.
Selain itu, pelaksanaan CSR oleh perusahaan juga harus memperhatikan
prinsip Triple Bottom Line milik John Elkington yang dikutip oleh Hadi seperti
dikutip oleh Saputra (2012). Prinsip Triple Bottom Line ini terdiri dari profit,
people dan planet. Menurut pendekatan ini, perusahaan yang baik tidak hanya
mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi juga harus berkontribusi positif
terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan menjaga kelestarian lingkungan
hidup (planet). Akan tetapi kenyataannya banyak perusahaan yang melaksanakan
program CSR-nya hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban atau untuk
menjaga citra perusahaannya saja. Lebih parahnya lagi setelah terjadi konflik
dengan masyarakat lokal, perusahaan baru melaksanakan program CSR.
Akibatnya, banyak program pemberdayaan dilaksanakan tanpa persiapan dan
perencanaan yang matang. Banyak program yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan tidak jarang pula program hanya bersifat top-down dalam arti
masyarakat hanya melaksanakan program yang sudah “jadi”. Hal ini berarti
masyarakat tidak dilibatkan untuk berpartisipasi penuh dalam keseluruhan
rangkaian program, meliputi perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksanaan,
hasil, dan evaluasi. Pelaksanaan program CSR yang tidak melibatkan partisipasi
aktif dari masyarakatnya akan mengakibatkan program tersebut tidak dapat
berkelanjutan dan terlebih akan sulit untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
tersebut. Misalnya saja PT Freeport Indonesia. Menurut hasil penelitian Anatan
(2009), perusahaan ini menggunakan tanah adat untuk pertambangan sehingga hal
ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan justru menghancurkan perekonomian
rakyat.
PT Indocement Tunggal Prakarsa. merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan, salah satu perusahaannya terletak di Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor. Sebagai perusahaan yang memanfaatkan sumber
daya alam untuk produksinya, PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki
beberapa desa binaan yang wajib diberdayakan melalui program-program CSRnya. Salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah Desa Lulut
yang terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Berdasarkan
laporan akhir studi mengenai persepsi masyarakat desa binaan PT Indocement
Tunggal Prakarsa tahun (ITP; IPB 2011), penetrasi industri PT Indocement
Tunggal Prakarsa selain menyebabkan peningkatan reit pertumbuhan penduduk,
juga menggeser rumah tangga pertanian di 12 komunitas desa binaan termasuk
Desa Lulut akibat konversi lahan pertanian di daerah tersebut. Hal ini tentunya
berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat khususnya rumah
tangga petani. Berangkat dari kondisi tersebut, keberadaan program CSR menjadi
sangat penting dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat lokal secara aktif
untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan. Terlebih
3
disaat terjadinya konflik diantara PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan
masyarakat desa binaan, termasuk Desa Lulut. Disaat terjadi konflik atau pasca
konflik, CSR memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan
keharmonisan hubungan diantara perusahaan dan masyarakat. CSR juga berfungsi
untuk mencegah terjadinya konflik diantara perusahaan dan masyarakat. Hal ini
dapat dilaksanakan melalui pemberian kesempatan masyarakat untuk terlibat
dalam setiap kegiatan atau pun program yang dilaksanakan oleh perusahaan.
Melalui partisipasi aktif, akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) pada diri
masyarakat sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan
efektif dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Maka dari itu, menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai sejauh mana
tingkat partisipasi penerima program UMKM CSR PT Indocement Tunggal
Prakarsa mampu meningkatkan taraf hidup penerima program UMKM di
Desa Lulut?
Masalah Penelitian
Program Corporate Social Responsibility merupakan wujud tanggung jawab
perusahaan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat di sekitar daerah operasi perusahaan melalui kegiatan-kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Salah satu program CSR yang dilaksanakan oleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa adalah program UMKM. Setiap
program
pemberdayaan masyarakat, termasuk program UMKM, seharusnya melibatkan
masyarakat lokal secara aktif dalam setiap tahapan program mulai dari tahap
perencanaan sampai tahap evaluasi program. Pada setiap tahapan program
tersebut perlu dilihat bagaimana tingkat partisipasi penerima program
UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut? Selanjutnya dari
pelakasanaan program CSR ini dapat dianalisis bagaimana efektivitas program
UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa? Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa keberadaan CSR adalah untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat desa binaan khususnya program UMKM yang diadakan untuk tujuan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Maka dari itu perlu dianalisis mengenai
bagaimana taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal
Prakarsa di Desa Lulut?
Program CSR sudah seharusnya melibatkan masyarakat lokal secara aktif
dalam setiap tahapan program, namun dalam kenyataannya tidak sedikit yang
melibatkan masyarakat hanya sebagai formalitas saja, sehingga program yang
dijalankan kurang efektif dan sesuai. Menurut Irwanto dan Prabowo (2010),
partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penentu efektivitas program CSR
yang dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga menjadi menarik untuk mengkaji
sejauh mana hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan
efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa
Lulut?
Keberhasilan pelaksanaan suatu program CSR berhubungan dengan kondisi
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang terlibat secara langsung dalam
proses pelaksanaan program. Hubungan efektivitas program CSR dengan kondisi
masyarakat ini sangat luas cakupannya, salah satunya yaitu bidang ekonomi yang
hubungannya dengan taraf hidup masyarakat. Melihat kondisi perokonomian
4
masyarakat Desa Lulut saat ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan PT
Indocement Tunggal Prakarsa karena hadirnya perusahaan ini telah menyebabkan
perubahan mata pencaharian masyarakat yang awalnya mayoritas berada pada
sektor pertanian, kini harus beralih ke sektor industri dan jasa karena konversi
lahan pertanian yang terjadi (ITP; IPB 2012). Hal ini tentunya menyebabkan
perubahan pula pada kondisi taraf hidup masyarakat Desa Lulut, kemudian
melalui program CSR inilah tugas perusahaan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat Desa Lulut. Sehingga pertanyaan yang diajukan yaitu sejauh mana
hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa
dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut? Selanjutnya
melalui pemberian ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam program
pemberdayaan yang diadakan oleh CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa pada
akhirnya diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang terlibat.
Pertanyaan terakhir yang diajukan pada penelitian ini yaitu sejauh mana
hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup
penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa
Lulut?
Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam program UMKM
CSR di Desa Lulut ini bertujuan untuk menganalisis lebih mendalam mengenai:
1. Tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal
Prakarsa di Desa Lulut.
2. Efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa.
3. Taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di
Desa Lulut.
4. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program
UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.
5. Hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa
dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut.
6. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima
program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk banyak pihak, diantara lain:
1. Akademisi
Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai
hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR dengan taraf
hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain
itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian
ilmu pengetahuan mengenai CSR dan taraf hidup.
2. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun dan mengambil keputusan
berkaitan dengan program CSR yang dilaksanakan agar sesuai dengan
5
kebutuhan masyarakat dan dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan
taraf hidup masyarakat khususnya penerima program CSR.
3. Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
masyarakat mengenai program CSR yang beroperasi di daerah sekitar tempat
tinggal mereka. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
digunakan masyarakat untuk lebih memahami keterlibatan dan peran mereka
dalam program pemberdayaan tersebut.
6
7
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
Partisipasi
1. Definisi Partisipasi
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor yang penting untuk
diperhatikan. Menurut Arnstein (1969), partisipasi masyarakat merupakan istilah
kategoris untuk kekuasaan warga negara yang merupakan redistribusi kekuasaan
yang memungkinkan warga negara miskin ikut dalam proses politik dan ekonomi.
Ikut serta dalam proses politik ini meliputi proses pengambilan keputusan,
menetapkan tujuan dan kebijakan, melaksanakan program dan merasakan manfaat.
Sedangkan Uphoff et al. (1979) menganggap partisipasi adalah sebuah istilah
deskriptif yang menjelaskan keterlibatan banyak orang dalam situasi atau aksi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka seperti pendapatan, rasa aman,
dan penghargan diri. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dibedakan bahwa
dalam memahami konsep partisipasi, Arnstein menekankan pada redistribusi
kekuasaan kepada masyarakat miskin dalam proses politik dan ekonomi,
sedangkan Uphoff et al. menekankan pada keterlibatan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Akan tetapi, dari dua pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya dengan partisipasi dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang salah satunya dapat diukur dari kondisi taraf hidup
masyarakat.
2. Tingkatan Partisipasi
Keterlibatan masing-masing stakeholder dalam sebuah program CSR
memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Menurut Kaho seperti yang dikutip oleh
Kali (2011), partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat tahap, yaitu
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, partisipasi dalam proses
pelaksanaan, partisipasi dalam pengambilan manfaat, serta partisipasi saat
evaluasi. Tingkatan partisipasi menurut Kaho ini hampir sama dengan pandangan
Uphoff et al. (1979) yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi
dalam implementasi, partisipasi dalam pemanfaatan, dan partisipasi dalam
evaluasi.
1. Pengambilan keputusan (decision-making) atau tahap perencanaan
Jenis partisipasi ini berpusat pada penggalian ide, perumusan pilihan,
melakukan evaluasi pilihan-pilihan tersebut, dan pengambilan keputusan dari
pilihan-pilihan tersebut, serta perumusan strategi untuk melaksanakan pilihan
yang telah ditetapkan.
2. Implementasi (implementation)
Masyarakat pedesaan dapat berpartisipasi dalam aspek pelaksanaan
proyek melalui tiga cara, yaitu: kontribusi sumber daya, administrasi dan
koordinasi, dan kegiatan program pendaftaran. Kontribusi sumber daya dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti penyediaan tenaga kerja, uang tunai,
barang-barang material, dan informasi. Semua masukan tersebut penting
8
untuk proyek-proyek yang berusaha untuk menggabungkan sumber daya
lokal dalam pelaksanaannya. Partisipasi dalam administrasi dan koordinasi
proyek merupakan cara dimana masyarakat dapat berpartisipasi sebagai
karyawan lokal, atau sebagai anggota dari berbagai proyek penasehat atau
pengambilan keputusan. Kemudian bentuk partisipasi dalam implementasi
yang paling umum adalah dengan mendaftar dalam program.
3. Pengambilan manfaat (benefits)
Partisipasi masyarakat untuk mendaftar ke dalam suatu proyek dapat
menghasilkan paling tidak tiga manfaat yang mungkin, yaitu manfaat material,
sosial, dan pribadi. Partisipasi dalam mendapatkan manfaat merupakan tujuan
yang diinginkan, hal ini dapat terwujud melalui partisipasi dalam
pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi. Manfaat material pada
dasarnya berupa barang-barang privat (private goods), misalnya peningkatan
konsumsi, pendapatan, ataupun kepemilikan aset. Sedangkan manfaat sosial
pada dasarnya adalah barang publik (public goods), misalnya pelayanan
fasilitas seperti sekolah, klinik kesehatan, sistem irigasi, atau pembangunan
jalan. Manfaat pribadi biasanya adalah yang paling diinginkan, namun
seringkali tidak dapat tercapai karena manfaat ini cenderung hanya dapat
dirasakan oleh anggota kelompok atau sektor yang mempunyai lebih banyak
kekuatan sosial dan politik.
4. Evaluasi (evaluation)
Partisipasi langsung atau tidak langsung dapat terjadi dengan evaluasi
proyek-berpusat. Kemungkinan besar masyarakat setempat atau pemimpin
lokal tidak akan berpartisipasi dalam mengevaluasi proyek, kecuali evaluasi
secara khusus diatur dalam desain proyek. Aparat pemerintah mungkin akan
dilibatkan dalam mengulas anggaran tahunan proyek, namun pada level lokal
tidak ada yang dilibatkan.
Berbeda dengan pendapat tersebut, Arnstein (1969) menganalisis tingkatan
partisipasi masyarakat dengan menggunakan tipologi delapan tingkat partisipasi
yang diatur dalam pola anak tangga dengan masing-masing anak tangga tersebut
menggambarkan tingkat kekuasaan masyarakat dalam menentukan hasil akhir.
Delapan anak yangga tersebut secara berurutan dari bawah ke atas yaitu
manipulation, therapy, informing, consultation, placation, partnership, delegated
power, dan citizen control. Delapan anak tangga ini menggambarkan tipologi
tingkatan partisipasi sebagai berikut:
1. Nonparticipation (tidak ada partisipasi)
Tipologi yang pertama ini ditempati oleh dua anak tangga terbawah
yaitu manipulasi (manipulation) dan terapi (therapy). Dua tingkat nonpartisipasi ini telah didesain oleh beberapa orang untuk menggantikan
partisipasi yang sesungguhnya. Tujuan sebenarnya bukan untuk memberi
kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan atau pelaksanaan
program, tetapi hanya sekedar sosialisasi agar masayarakat tidak marah.
2. Degrees of tokenism (derajat penghargaan)
Tingkat partisipasi yang menggambarkan adanya tingkat penghargaan
adalah tingkat partisipasi pada anak tangga informasi (informing), konsultasi
(consultation), dan placation. Tingkat informasi dan konsultasi, telah
memungkinkan masyarakat miskin untuk mendengar dan didengar, namun
mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk memastikan bahwa pandangan
9
mereka akan diperhatikan oleh mereka yang berkuasa. Ketika partisipasi
dibatasi pada tahap ini maka tidak ada jaminan bagi masyarakat miskin dan
masyarakat yang tidak punya kekuasaan untuk bisa mengubah keputusan.
Tangga placation menggambarkan penghargaan pada tingkatan yang lebih
tinggi. Tingkatan ini memungkinkan masyarakat miskin untuk menasehati
atau berpendapat, namun keputusan tetap menjadi hak pemegang kekuasaan
(powerholder).
3. Degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat)
Tipologi tertinggi ini terdapat tiga anak tangga yaitu partnership,
delegated power, dan citizen control. Anak tangga 6, Partnership,
memungkinkan masyarakat untuk bernegosiasi dan terlibat tawar-menawar
dengan pemegang kekuasaan tradisional. Anak tangga paling atas, yaitu
delegasi kewenangan (anak tangga 7) dan kontrol masyarakat (anak tangga 8)
memungkinkan warga negara miskin memperoleh kesempatan paling besar
dalam pengambilan keputusan.
Arnstein menjelaskan partisipasi ke dalam tipologi yang sifatnya bertingkat
(hirearkhi) berdasarkan seberapa besar kekuasaan masyarakat untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan, sedangkan Uphoff et al. menjelaskan
partisipasi ke dalam tahapan program, mulai dari tahap pengambilan keputusan
hingga pada tahap evaluasi. Keduanya sama-sama dapat digunakan untuk
menganalisis seberapa besar partisipasi masyarakat dalam sebuah program
pembangunan, khususnya pada program CSR suatu perusahaan. Penelitian ini,
penulis menggunakan analisis partisipasi dengan memadukan dari kedua pendapat
tersebut. Penulis menggunakan analisis partisipasi dari Uphoff et al. untuk
menganalisis pada proses mana saja partisipasi masyarakat dilibatkan dalam
program CSR. Kemudian pada setiap proses tersebut dianalisis sejauh mana
sejauh mana masyarakat dilibatkan untuk berpartisipasi dalam program CSR
dengan melihat pada tipologi delepan tingkat partisipasi dari Arnstein yang
meliputi nonparticipation (tidak ada partisipasi), degrees of tokenism (derajat
penghargaan), dan degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat).
penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.
Corporate Social Responsibility
1. Definisi Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud komitmen
perusahaan kepada masyarakat yang berada di sekitar operasi perusahaan. Anatan
(2009) menjelaskan konsep CSR menurut The World Business Council for
Sustainable Development, yaitu CSR merupakan komitmen perusahaan untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan komunitas secara
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Kemudian menurut
Nuryana yang dikutip oleh Anugrah (2013), CSR adalah sebuah pendekatan
dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan
prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
10
Tabel 1 Perbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program.
Tingkat
partisipasi
Nonparticipation
Degrees of
tokenism
Degrees
citizen
power
of
Tahap
pengambilan
keputusan
Masyarakat tidak
dilibatkan dalam
pengambilan
keputusan
atau
hanya
sekedar
diminta
hadir
dalam
perencanaan
program
tapi
tidak
diberi
kesempatan untuk
memberi
pendapat.
Masyarakat
mempunyai
kesempatan untuk
mendengar,
didengar, bahkan
menasehati dan
berpendapat pada
proses
perencanaan,
namun
pengambilan
keputusan tetap
berada di tangan
pemegang
kekuasaan.
Masyarakat
bernegosiasi dan
terlibat
tawarmenawar dengan
pemegang
kekuasaan, atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam
pengambilan
keputusan
saat
perencanaan
program.
Tahap implementasi
Tahap
evaluasi
Masyarakat
tidak
dilibatkan
dalam
pelaksanaan program
atau hanya sekedar
diminta hadir dalam
pelaksanaan program
namun pelaksanaan
tetap
dilaksanakan
oleh
pemegang
kekuasaan.
Tahap
pengambilan
manfaat
Masyarakat
tidak
ikut
menikmati
manfaat/hasil,
atau
pengambilan
manfaat hanya
sekedar
agar
masyarakat
tidak marah.
Masyarakat
mempunyai
kesempatan
untuk
berkontribusi dalam
pelaksanaan program,
namun kontribusinya
masih sangat dibatasi
(hanya
sekedar
melaksanakan
intruksi
dari
pemegang
kekuasaan).
Masyarakat
mendapat
kesempatan
untuk
memanfaatkan
namun masih
terbatas,
manfaat
terbesar masih
berada di pihak
pemegang
kekuasaan.
Masyarakat
mempunyai
kesempatan
untuk
mendengar,
didengar,
bahkan
menasehati dan
berpendapat
pada
proses
evaruasi.
Masyarakat
bernegosiasi
dan
terlibat
tawarmenawar
dengan
pemegang kekuasaan
sehingga masyarakat
dapat mempengaruhi
pelaksanaan program,
atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam
pelaksanaan program.
Manfaat yang
dirasakan oleh
masyarakat
seimbang
dengan manfaat
yang dirasakan
oleh pemegang
kekuasaan, atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam
pengambilan
manfaat.
Masyarakat
bernegosiasi
dan
terlibat
tawar-menawar
dengan
pemegang
kekuasaan, atau
masyarakat
memperoleh
kesempatan
paling
besar
dalam proses
evaluasi.
Masyarakat
tidak dilibatkan
dalam evaluasi
program atau
hanya sekedar
untuk
formalitas saja
Sumber: Arnstein (1969) dan Uphoff et al. (1979)
Konsep CSR seringkali dihubungkan dengan konsep-konsep pemberdayaan
karena perkembangan konsep CSR berkaitan dengan konsep-konsep
pemberdayaan. Pardosi (2011) berpendapat bahwa dalam memahami CSR tidak
dapat dilepaskan dari pemahaman tentang konsep Community Development (CD)
karena pendekatan pelaksanaan pembangunan yang ada pada CD dapat juga
diterapkan dalam program CSR. Penjelasan konsep CD ini, Pardosi menggunakan
11
penjelasan prinsip-prinsip CD dari Ife, antara lain pembangunan terintegrasi,
penghargaan akan hak-hak azasi manusia, keberlanjutan harus memperhatikan
keberlangsungan lingkungan, pemberdayaan merupakan tujuan pembangunan
masyarakat, meningkatkan rasa percaya diri, proses terintegrasi, kooperatif,
memaksimalkan partisipasi masyarakat dengan tujuan setiap orang dapat terlibat
secara aktif sesuai kesanggupan masing-masing, sesuai kebutuhan, serta
menjauhkan dari kejahatan. Sementara itu, van Marrewijk (2009) menjelaskan
konsep CSR menggunakan konsep Corporate Sustainability (CS). van Marrewijk
menganggap konsep CSR dapat disamakan dengan konsep CS, yaitu memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Definisi pembangunan berkelanjutan juga
dijelaskan oleh The Brundtland Comission seperti dikutip Rahmatullah (2011)
yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan mereka.
Berkaitan dengan dua konsep yang dapat dapat disamakan atau dapat
digunakan untuk menjelaskan konsep CSR tersebut, CSR seharusnya tidak
dipandang dari satu sisi saja, CD saja atau CS saja, melainkan harus menggunakan
kedua konsep tersebut secara bersamaan karena sebenarnya CSR berkaitan dengan
keduanya. Saat implementasi, program CSR harus dilaksanakan menggunakan
prinsip-prinsip Community Development agar program yang diberikan efektif dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu program CSR yang dilaksanakan
haruslah mempertimbangkan keberlanjutan program (Corporate Sustainability)
sehingga setelah perusahaan selesai melaksanakan programnya masyarakat tetap
dapat merasakan manfaat yang diberikan dari program tersebut.
Berkaitan dengan konsep CSR, Hadi menjelaskan mengenai konsep Triple
Bottom Line milik John Elkington yang dikutip dalam Saputra (2012). Prinsip
Triple Bottom Line ini terdiri dari profit, people dan planet. Menurut pendekatan
ini, perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit),
tetapi juga harus memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan
masyarakat (people) dan peduli terhadap kelestarian lingkungan (planet). Carroll
seperti dikutip Solihin (2009) menjelaskan komponen-komponen tanggung jawab
sosial perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu pertama, economic
responsibilities yang berkaitan dengan tugas menghasilkan barang dan jasa untuk
masyarakat secara menguntungkan. Kedua, legal responsibilities, masyarakat
berharap perusahaan menjalankan bisnis dengan mentaati hukum dan peraturan
yang berlaku. Ketiga, ethical responsibilities, masyarakat berharap perusahaan
menjalankan bisnis secara etis. Keempat, masyarakat mengharapkan keberadaan
perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka melalui berbagai program
yang bersifat filantropis.
2. Efektivitas Program CSR
Efektivitas program CSR merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan
program CSR yang dapat diketahui dengan menggunakan beberapa indikator
penilaian. Menurut Pardosi (2011), salah satu parameter penting untuk menilai
keberhasilan program CSR adalah seberapa sinkron program CSR dengan
program pembangunan yang dirumuskan oleh pemerintah. Akan tetapi menurut
Prayogo dan Hilarius (2012) untuk mengukur tingkat keberhasilan korporasi
12
dalam upaya pengentasan kemiskinan sangat sulit untuk dilakukan apabila
menggunakan indikator makro seperti indeks kemiskinan atau indeks
pembangunan seperti yang digunakan oleh Worldbank, United Nation, ataupun
Amartya Sen. Pengukuran tingkat keberhasilan peran korporasi dalam
pengentasan kemiskinan harus dilihat dalam indikator mikro, yaitu dengan
melihat program pengentasan kemiskinan itu sendiri. Prayogo dan Hilarius (2012)
menggunakan enam aspek penilaian efektivitas program CSR, aspek tersebut
meliputi:
a. Aspek manfaat: tingkat manfaat program terhadap pemenuhan kebutuhan dan
peningkatan akses pelayanan pelayanan para penerima program berdasarkan
tingkat kebutuhannya.
b. Aspek kesesuaian: tingkat kesesuaian program terhadap pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan
kemampuan dan potensi lokal.
c. Aspek keberlanjutan: tingkat keberlanjutan program dapat dilakukan oleh
penerima program jika bantuan selesai atau dihentikan, baik keberlanjutan
secara substansial (program) maupun secara manajemen.
d. Aspek dampak: besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang
ditularkan oleh program.
e. Aspek pemberdayaan: seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan
penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi atau
majanemen.
f. Aspek partisipasi: seberapa besar tingkat keterlibatan masyarakat lokal dalam
program.
PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki indikator tersendiri dalam
menilai efektivitas program CSR yang dilaksanakannya yang melihat dari sisi
tingkat kepuasan masyarakat. Tingkat kepuasan masyarakat dinilai berdasarkan
tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pelaksanaan program CSR yang dibagi ke
dalam delapan unsur penilaian, yaitu sosialisasi sebelum implementasi program
CSR, proses implementasi program CSR, sumberdaya staf CSR, jadwal dan jenis
program CSR, pendanaan program CSR, unsur penunjang program CSR, dampak
program CSR, dan keamanan di lingkungan PT ITP. Tingkat kepuasan
masyarakat dihitung berdasarkan besarnya harapan masyarakat (tingkat
kepentingan) dengan kenyataan yang terjadi (tingkat kinerja) dalam
pengimplementasian program CSR (ITP; IPB 2011). Penulis menggunakan
pendapat Prayogo dan Hilarius (2012) dalam menganalisis efektivitas program
UMKM dan tidak menggunakan indikator efektivitas program yang dimiliki oleh
PT Indocement Tunggal Prakarsa karena menurut penulis indikator efektivitas
program CSR dari Prayogo dan Hilarius (2012) lebih mudah digunakan untuk
menganalisis efektivitas program UMKM dibanding dengan indikator yang
dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa. Selain itu, penulis tidak
menemukan penjelasan yang lebih rinci mengenai cara pengukuran efektivitas
program CSR yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa, sehingga
penulis memutuskan untuk menggunakan indikator efektivitas program menurut
Prayogo dan Hilarius (2012).
Berdasarkan enam indikator untuk menilai efektivitas program CSR yang
dikemukakan oleh Prayogo dan Hilarius (2012) tersebut, penelitian ini hanya
menggunakan empat indikator yang meliputi aspek manfaat, aspek kesesuaian,
13
aspek keberlanjutan, dan aspek pemberdayaan. Aspek dampak tidak digunakaan
karena akibat positif dari adanya program sudah tercakup ke dalam aspek manfaat.
Kemudian, aspek partisipasi dalam penelitian ini juga tidak digunakan untuk
menilai efektivitas program CSR karena berdasarkan hasil studi literatur, aspek
partisipasi merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas program CSR.
Seperti yang dijelaskan oleh Irwanto dan Prabowo (2010) bahwa efektivitas
program CSR dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu latar belakang pendidikan
responden, kemampuan responden dalam mengerjakan proses daur ulang,
partisipasi responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan
masyarakat sekitar, pencarian informasi tentang perlombaan, hubungan baik
dengan perusahaan, dan peran aktif dari organisasi masyarakat.
Taraf Hidup
Salah satu tujuan diadakannya program CSR untuk masyarakat sekitar
perusahaan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan
tersebut. Owolabi dan Olu-Owolabi yang dikutip oleh Azimi (2013) menjelaskan
mengenai kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia.
Kriteria tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup
hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak, harus dilaksanakan dan dipenuhi
sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga
kelangsungan hidup.
Pembahasan taraf hidup pada beberapa hasil penelitian sebelumnya
berkaitan dengan variabel kesejahteraan dan variabel kemiskinan. Penelitian
Lestari (2010) melihat taraf hidup menggunakan indikator kesejahteraan dari
beberapa sumber yang berbeda, salah satunya yaitu BPS yang menjelaskan
indikator kesejahteraan yang terdiri dari kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan,
serta sosial dan budaya. Berdasarkan indikator tersebut, Lestari (2010) mengukur
taraf hidup menggunakan indikator tingkat pendapatan, kondisi tempat tinggal,
tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pemilikan aset. Selanjutnya
Sugiharto (2007) menganalisis taraf hidup menggunakan indikator BPS yaitu
pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, fasilitas tempat tinggal,
kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan
mendapat fasilitas transportasi serta kemudahan akses pendidikan. Berdasarkan
berbagai indikator di atas, indikator yang digunakan untuk menganalisis taraf
hidup masyarakat dalam penelitian ini yaitu pendapatan keluarga, pengeluaran
keluarga, kondisi fasilitas tempat tinggal (yang terdiri dari jenis rumah, status
rumah, sumber air bersih, daya listrik yang digunakan, bahan bakar yang
digunakan untuk memasak sehari-hari, sumber air bersih, dan kepemilikan barang
elektronik), kesehatan keluarga, pendidikan keluarga, dan kepemilikan alat
transportasi.
Kerangka Pemikiran
Program UMKM merupakan salah satu program CSR PT Indocement
Tunggal Prakarsa yang termasuk ke dalam program pilar ekonomi. Tujuan dari
program ini salah satunya adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa
binaan khususnya penerima program UMKM. Taraf hidup masyarakat merupakan
14
Gambar 1 Kerangka pemikiran
suatu kondisi yang dapat menggambarkan bagaimana kualitas hidup suatu
masyarakat dilihat dari sisi ekonomi. Taraf hidup ini diukur menggunakan
beberapa indikator yang kemudian menggolongkan masyarakat ke dalam kategori
apakah taraf hidup rendah, sedang, atau tinggi. Taraf hidup tinggi berarti
masyarakat telah mampu mengakses sumber daya yang ada sehingga mereka
sejahtera. Sebaliknya, taraf hidup rendah berarti masyarakat tidak mampu
mengakses sumber daya sehingga mereka tidak sejahtera. Seperti yang dapat
dilihat pada gambar berikut, efektivitas program CSR dan tingkat partisipasi
masyarakat berhubungan dengan tingkat kemiskinan masyarakat.
Efektifitas program UMKM, yang merupakan salah satu program CSR PT
Indocement Tunggal Prakarsa, merupakan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan
dari implementasi program CSR yang dapat diukur dari nilai aspek manfaat, aspek
kesesuaian, aspek keberlanjutan, serta aspek pemberdayaan (Prayogo dan Hilarius
2012). Efektivitas program CSR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
meliputi latar belakang pendidikan responden, kemampuan responden, partisipasi
responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan masyarakat sekitar,
pencarian informasi, hubungan baik dengan perusahaan, dan peran aktif dari
organisasi masyarakat (Irwanto dan Prabowo 2010). Berdasarkan beberapa faktor
tersebut terdapat faktor partisipasi yang menentukan efektivitas program CSR.
Tingkat partisipasi penerima program adalah tingkatan keikutsertaan
penerima program UMKM dalam tahap-tahap pelaksanaan program UMKM.
Peserta program dapat berpartisipasi pada proses pengambilan keputusan
(perencanaan), implementasi, pengambilan manfaat, serta dalam proses evaluasi
(Uphoff et al. 1979). Empat proses tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
pada proses mana saja peserta program telah dilibatkan untuk berpartisipasi,
sedangkan untuk mengetahui sejauh mana tingkatan partisipasi peserta program
pada setiap proses tersebut, dapat digunakan analisis tipologi tingkatan partisipasi
(Arnstein 1969) yang sifatnya hirearkhi dari nonparticipation (tidak ada
partisipasi), degrees of tokenism (derajat penghargaan), hingga degrees of citizen
power (derajat kekuasaan masyarakat).
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka
hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:
15
1. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka
semakin tinggi efektivitas program UMKM.
2. Semakin tinggi efektivitas program UMKM maka semakin tinggi taraf
hidup penerima program UMKM.
3. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka
semakin tinggi taraf hidup penerima program UMKM.
Definisi Operasional
1. Tingkat Partisipasi
Tingkat partisipasi adalah persepsi atau penilaian responden
terhadap keterlibatan mereka dalam program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa. Tingkatan partisipasi yang dicapai penerima program
diukur menggunakan tangga partisipasi Arnstein dari yang terendah
sampai tingkat partisipasi tertinggi berturut-turut yaitu non-participation,
degrees of tokenism, dan citizen control. Tingkatan partisipasi dilihat pada
masing-masing tahapan program yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, dan tahap evaluasi. Setiap
tahapan program terdiri dari tiga pernyataan dan masing-masing
pertanyaan mewakili satu tingkatan partisipasi. Setiap pernyataan memiliki
dua variasi jawaban, yaitu “tidak” dengan skor 1 dan “ya” dengan skor 2.
Tabel 2 Pengukuran skor tingkat partisipasi
No
Partisipasi masyarakat
1
2
Tahap perencanaan
Tahap pelaksanaan
Tahap
pengambilan
manfaat
Tahap evaluasi
Skor tingkat partisipasi
keseluruhan
3
4
Tangga partisipasi Arnstein (1969)
NonCitizen
Tokenism
partisipation
Control
(sedang=2)
(rendah=1)
(tinggi=3)
3 dan 4
5
6
3 dan 4
5
6
3 dan 4
5
6
3 dan 4
5
6
4 sd 6
7 s/d 9
10 s/d 12
2. Efektivitas Program
Efektivitas program UMKM merupakan tingkat keberhasilan
pelaksanaan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang
dapat diketahui dengan menggunakan empat aspek penilaian responden,
yaitu berdasarkan penilaian responden mengenai tingkat manfaat program
yang dirasakan responden terhadap pemenuhan ekonomi responden,
penilaian responden mengenai tingkat kesesuaian program dengan
kebutuhan responden dan potensi respo