4.1.3. Proses Produksi PT. Wilmar Nabati Indonesia Dumai
PT. Wilmar Nabati Indonesia Dumai adalah perusahaan yang mengolah CPO menjadi minyak goreng. Proses produksi di PT. Wilmar Nabati Indonesia Dumai
antara lain Proses Konversi Olein dan Stearin. Proses pemurnian CPO Crude Palm Oil menjadi Olein dan Stearin dilakukan dengan dua tahap proses utama yaitu
Refinery Section dan Fractionation Section. 1.1. Refinery Section
Proses refinery merupakan proses pemurnian minyak sawit crude palm oil CPO untuk meghilangkan free fatty acid FFA, bau, serta menurunkan warna,
sehingga memenuhi syarat mutu gunanya. a. Pretreatment Section
Perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan terhadap pemurnian minyak kelapa sawit CPO yaitu mempersiapkan bahan baku yang akan dikelola menjadi
minyak goreng. CPO dari storage tank dipompakan dengan menggunakan pompa sentrifugal menuju HE E.600A dan E.600B, dimana pada alat ini terjadi co-current,
karena di dalamnya terjadi perpindahan panas antara CPO dan RBDPO, sehingga alat ini sering disebut heat exchanger economizer. CPO masuk berkisar 40 – 50
C menuju E.600A, dan keluar pada suhu 78 – 80
C, lalu masuk ke E.600B dan keluar pada suhu 105
C. RBDPO yang berasal dari P.716 penampungan RBDPO masuk menuju E.600B pada suhu 105
C dan keluar pada suhu 128 C kemudian masuk menuju ke
E.600A dan keluar pada suhu 100 C lalu menuju T.706 sebagai tempat penyimpanan
RBDPO untuk dikelola pada proses Fraksinasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Degumming Section Degumming merupakan suatu proses pemisahan kotoran, logam – logam, dan
getah atau lendir yang terdiri dari phospatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin tanpa mengurangi asam lemak bebas dalam minyak. Pada prinsipnya proses
degumming adalah proses pembentukan dan pengaktifan flok – flok dari zat tersebut di atas yang bereaksi dengan asam phosporit H
3
PO
4
, sehingga flok – flok yang terbentuk cukup besar untuk dipisahkan dari minyak. Proses degumming yang paling
banyak digunakan adalah proses degumming dengan phosporic acid H
3
PO
4
dan citrid acid. Pengaruh yang timbul dari asam tersebut adalah penggumpalan dan
pengendapan zat – zat seperti phospatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin yang terdapat pada minyak.
CPO dari E.601 dialirkan ke mixer M.680 yang berjenis knife mixer. Di dalam mixer ini terjadi pencampuran phosporic acid dengan penggunaan 0,03 – 0,045 dan
citric acid dengan penggunaan 100 – 200 ppm ke dalam minyak CPO panas secara teratur, pencampuran ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu dengan mixer M.680
ABC dan mixer M.686. Di dalam mixer M.686 terjadi pengadukan secara sempurna antara phosporic acid, citric acid dan crude palmoil secara homogen, dimana knife
yang bersilang berjajar ke bawah di bagian tengah mixer. Hal ini bertujuan agar diperoleh hasil campuran yang homogen. Operasi berlangsung pada tekanan 1 atm.
Hasil dari proses ini adalah degumming palm oil DPO, yaitu minyak sawit yang bebas gum dan selanjutnya dialirkan ke dalam bleacher tank untuk proses pemucatan.
Universitas Sumatera Utara
c. Bleaching Section Setelah phosporic acid dan CPO bercampur secara homogen, kemudian
campuran ini selanjutnya dialirkan ke bleacher tank B.610 yang bekerja pada tekanan vacuum 40 Torr agar uap air dan udara yang terkandung dalam CPO dapat ditarik
oleh sistem vacuum PT.611. CPO yang berada dalam bleacher bercampur dengan bleaching earth tanah pemucat yang berasal dari BT.661 ditarik ke atas oleh EP.661
A menuju ke bleacher tank melalui valve V.660A1 dan V.660A2 selama 20 detik, kemudian campuran tersebut turun ke B.610. Pencampuran beacher earth dengan
CPO dibantu dengan spurging steam bertekanan 0.7 – 1.5 Bar dan temperatur 175 – 180
C. Bleacher earth berfungsi untuk mengikat heavy metals Fe dan Cu, kotoran dan memucatkan warna.
Kapasitas CPO yang diolah sangat besar yaitu 2600 tonhari. Akibat besarnya kapasitas CPO yang akan diolah sementara waktu kontak bleacher earth dengan CPO
hanya berkisar 20 detik dan dapat mempengaruhi kualitas pemucatan, maka ditambah satu tangki lagi yaitu buffer tank T.611. Tangki ini juga bekerja pada tekanan
vacuum, dari bleacher section akan didapatkan bleacher earth. Uap air dan udara yang terkandung pada CPO ditarik oleh sistem vacuum PT.611. Agar tetap terjadi
pencampuran secara homogen dalam tangki ini maka diberi steam antara B.610 dan T.6111 berdasarkan prinsip bejana berhubungan. Minyak yang keluar dari B.610
inilah yang disebut bleacher palm oil BPO. Untuk memisahkan BPO dari bleaching earth dan gum – gum maka minyak
dialirkan melalui bagian bawah T.661 ke niagara filter F.691, F.692, F.693, F.694, F.695, F.696, F.697 dengan menggunakan pompa P.691, P.692, P.693, P.694, P.695,
Universitas Sumatera Utara
P.696, P.697 melalui valve V. 691P, V. 692P, V. 693P, V. 694P, V. 695P, V. 696P, V. 697P untuk dibersihkan, sehingga minyak bebas dari bleaching earth yang
mengandung partikel minyak, sehingga bleaching earth terjebak pada filter leaf tersebut. Lembaran filter filter leaf sebanyak 18 lembar disusun secara vertikal agar
pemisahan efektif. Bleaching earth harus bersih dari filter setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Tetapi di dalam minyak masih terdapat
bleching earth yang belum terpisahkan. Selanjutnya bleacher palm oil yang berwarna merah darah dipompakan dari
niagara filter ke ricket fiter F.681 dan F.682, untuk menyaring bleaching earth yang masih terkandung dalam BPO. Minyak yang telah diperoleh dialirkan ke dalam
bleaching oil tank T.770 sebagai penyimpan sementara sebelum proses lebih lanjut dengan temperatur 115
C. d. Deodorisasi
CPO yang telah mengalami proses degumming pengikat gum atau lendir dan pemucatan warna bleaching maka CPO disebut bleaching palm oil BPO. BPO
akan diproses lagi untuk mendapatkan refined bleached deodorized palm oil RBDPO atau sering disebut RPO. Agar diproses penghilangan zat penyebab rasa
dan bau yang tidak disukai dalam minyak berlangsung dengan baik, minyak yang akan mengalami deodorisasi sudah bersih dari bleaching earth. Proses deodorisasi
adalah sistem destilasi proses di bawah vacuum yang tujuannya untuk mengeluarkan free fatty acid FFA, aldehid, keton, alkohol dan bleaching color yang tidak dapat
dikeluarkan pada proses bleaching.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahapan pretripper BPO dari proses bleaching dipanaskan pada heat exchanger E.701 dari temperatur 110
o
C menjadi 130
o
C dengan menggunakan sumber panas dari steam. Dalam proses deodorization diatur agar terjadi waktu
tinggal residence time yang lama, kondisi vacuum, fasilitas spurging steam untuk pengadukan dan suhu yang tinggi untuk menghilangkan free fatty acid serta bau yang
masih ada pada minyak tersebut. 1.2. Dry Fractination Station
Fraksinasi adalah proses pemisahan minyak menjadi dua fraksi fraksi olein dan fraksi stearin berdasarkan sifat fisiknya atau berdasarkan perbedaan titik beku.
Proses pemisahan minyak di PT. Wilmar Nabati Indonesia menggunakan sistem fraksinasi tanpa bahan pelarut atau lebih di kenal dengan istilah dry fractination.
Pada proses Fraksinasi terjadi pemisahan yaitu: - Refined bleached deodorized palm oil RBDPO menjadi refined bleached
deodorized olein RBDOL dan refined bleached deodorized stearin RBDST.
- RBDST menjadi soft stearin 1 dan hard stearin 1. - RBDOL menjadi super olein dan stearin.
- RBDST 25 + soft stearin 1 75 menjadi soft stearin 2 dan hard stearin 2.
Pada fraksinasi ini minyak RBDPO produk dari refiney plant yang masih mengandung dua fraksi yaitu fraksi olein RBDOL dan fraksi stearin RBDST di
pisahkan berdasarkan sifat fisiknya, fraksi olein mempunyai titik beku lebih rendah dan fraksi stearin dengan titik beku lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Proses dry fractination meliputi tiga tahap yaitu: a. Tahapan Persiapan dan Kondisi Minyak
Minyak RBDPO dari tanki timbun R.102 dipompa oleh feed pump P.202 masuk ke cristalizer tank CR.401, CR.402, CR.403, CR.404, CR.405, CR.406,
CR.407, CR.408, CR.409, CR. 410, CR.411, CR.412, CR.413, CR.414, CR.415, CR.416, CR.417, CR 418, CR.419, CR420,CR.21, CR.422.
Cristalizer tank ini merupakan kapasitas sebesar 40 ton. Apabila suhu RBDPO belum mencapai 65 – 68
o
C, RBDPO akan dipanaskan terlebih dahulu untuk menaikkan suhu dengan menggunakan heat exchanger ini dilengkapi dengan
peneumatic control valve yang berfungsi untuk mengatur secara otomatis masuk tidaknya steam. Apabila temperatur RBDPO telah mencapai 65
o
C, maka valve akan membuka dan steam akan masuk untuk menaikkan temperatur RBDPO tersebut.
b. Crystalization Section Minyak RBDPO dari E.201 langsung dipompakan ke crystalizer tank. Tahap
kristalisasi adalah tahap pembentukan kristal – kristal stearin karena perbedaan titik beku. Pengkristalan ini dilakukan dengan cara mendinginkan minyak secara bertahap
dalam beberapa segmen temperatur. Segmen temperatur yang dimaksud adalah perubahan temperatur pada media pendinginan yang digunakan untuk mendinginkan
minyak di dalam crystalizer. Media pendingin yang digunakan adalah air dan dibedakan menjadi cooling
water dan chilled water. Cooling water di gunakan untuk mendinginkan minyak hingga temperaturnya menjadi 45
o
C. Kemudian didinginkan lagi dengan chilled water hingga tempratur minyak menjadi 25
o
C. Jadi pergantian antara cooling water
Universitas Sumatera Utara
dengan chilled water terjadi pada saat temperatur minyak 45
o
C. Temperatur cooling water dari cooling tower berkisar antara 29 – 30
o
C, sedangkan temperatur chilled water dari balanced tank chiller berkisar antara 12 – 17
o
C. Minyak masuk dan keluar dari bawah tanki, sedangkan air pendingin masuk tanki melalui bawah tanki dan
keluar melaui bagian atas tanki. Pada crystalizer ini terdapat double coil, yaitu tempat media pendingin
dialirkan dengan tujuan agar air pendingin tersebut tidak bercampur dengan minyak RBDPO. Prinsip double coil ini adalah 2 aliran masuk dan 2 aliran keluar. Air
tersebut tidak langung memenuhi coil tersebut melainkan sedikit demi sedikit agar rasio suhu antara air dan minyak RBDPO sesuai dengan pengaturan temperatur. Di
dalam crystalizer ini terdapat control valve, yaitu untuk mengatur aliran coil agar delta T tercapai atau perbandingan suhu air dan suhu minyak sesuai dengan
pengaturan temperatur. Sistem pendingin pada cristalizer di PT. Wilmar Nabati Indonesia
dikendalikan secara otomatis oleh program logic control PLC. Laju alir pendingin diatur oleh modulating control valve MCV. Pergantian air pendingin yaitu dari
cooling water menjadi chilled water, diatur dengan penemuatic control valve PCV untuk memerintahkan control valve terbuka atau tertutup dengan dengan persentase
tertentu sesuai dengan yang diatur. Minyak keluar dari bagian bawah crystalizer tidak lagi berbentuk liquid, tetapi sudah berbentuk bubur yang terdiri dari kristal – kristal
stearin dan olein.
Universitas Sumatera Utara
c. Filtration Section Proses penyaringan adalah proses pemisahan fraksi stearin yang telah
mengkristal dan fraksi olein yang masih berwujud cair. Proses ini menggunakan membrane filter press yang terdiri dari 84 buah plate, dimana setiap plate dilengkapi
dengan plate chamber, plate membrane, filter cloth, dan rubber membran. stearin dan olein tersebut akan mengalami dua kali proses penyaringan sehingga akan
dihasilkan stearin yang benar-benar halus dan olein yang benar-benar jernih.
4.1.4. Sumber Daya Manusia PT. Wilmar Nabati Indonesia Dumai