Penggantian bobot Testing Metode Resilient Backpropagation

33

2.3.5. Perhitungan Error

Perhitungan error bertujuan untuk pengukuran keakurasian jaringan dalam mengenali pola yang diberikan. Ada tiga macam perhitungan error yang sering digunakan, yaitu Mean Square Error MSE, Mean Absolute Error MAE dan Mean Absolute Percentage Error MAPE. MSE merupakan error rata –rata kuadrat dari selisih antara output jaringan dengan output target. Tujuan utama adalah memperoleh nilai errorsekecil-kecilnya dengan secara iterative mengganti nilai bobot yang terhubung pada semua neuron pada jaringan. Untuk mengetahui seberapa banyak bobot yang diganti, setiap iterasi memerlukan perhitungan error yang berasosiasi dengan setiap neuron pada output dan hidden layer. Rumus perhitungan MSE adalah sebagai berikut Bayata et al, 2011: �� = 1 − 2 =1 28 Keterangan: = nilai output target = nilai output jaringan N = jumlah output dari neuron MAE merupakan perhitungan error hasil absolute dari selisih antara nilai hasil system dengan nilai aktual. Rumus perhitungan MAE adalah sebagai berikut: �� = 1 | − | =1 29 MAPE hampir sama dengan MAE, hanya hasilnya dinyatakan dalam persentase. Rumus perhitungan MAPE adalah sebagai berikut: ��� = 1 | − | =1 x 100 30

2.3.6. Penggantian bobot

Penggantian bobot jaringan dilakukan jika error yang dihasilkan oleh jaringan tidak lebih kecil sama dengan ≤ nilai error yang telah ditetapkan. Bobot baru didapat Universitas Sumatera Utara 34 dengan menjumlahkan bobot yang lama dengan ∆ . Rumus untuk mengganti bobot adalah sebagai berikut: ∆ = η ∗ δ i ∗ 31 Keterangan: η = learning rate δ i = error yang berasosiasi dengan neuron yang dihitung = nilai error dari neuron yang dihitung Berikut adalah rumus penggantian bobot tanpa momentum: + 1 = + ∆ 32 ∆ = − �� � 33 + 1 = + ∆ 34 ∆ = − �� � 35 Rumus penggantian bobot menggunakan momentum: + 1 = + ∆ + η ∆w jk − 1 36 ∆ = − �� � 37 + 1 = + ∆ + η ∆v ij − 1 38 ∆ = − �� � 39

2.3.7. Testing

Pada proses testing JST hanya akan diterapkan tahap propagasi maju. Setelah training selesai dilakukan, maka bobot-bobot yang terpilih akan digunakan untuk menginisialisasi bobot pada proses testing JST. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Masukkan nilai input dari data testing. 2. Lakukan perhitungan neuron-neuron pada hidden layer dengan rumus: Universitas Sumatera Utara 35 = + . =1 40 3. Hitung hasil output dari masing-masing hidden layer dengan menerapkan kembali fungsi aktivasi. = 41 = 1 1+ − _ 42 Sinyal tersebut kemudian akan diteruskan kesemua neuron pada lapisan berikutnya yaitu output layer. 4. Setiap neuron pada output layer Yk, k=1,..,5 menjumlahkan sinyal-sinyal output beserta bobotnya: = + . =1 43 5. Menerapkan kembali fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output = _ 44 = 1 1+ − _ 45

2.3.8. Metode Resilient Backpropagation

Resilient backpropagation Rprop dikembangkan oleh Martin Riedmiller dan Heinrich Braun pada tahun 1992. Metode ini adalah salah satu modifikasi dari proses standard Backpropagation yang digunakan untuk mempercapat laju pembelajaran pada pelatihan jaringan syaraf tiruan Backpropagation. Rprop dikembangkan untuk menghindari perubahan gradien yang terlalu kecil selama proses update dengan fungsi aktivasi sigmoid, yang menyebabkan pembentukan jaringan menjadi lambat. Dalam proses update weight, Rprop memiliki faktor delta, dimana nilai delta akan mengikuti arah perubahan weight. Jika perubahan weight kecil, nilai delta akan membesar, sebaliknya, ketika perubahan weight aktif, nilai delta akan mengecil. Universitas Sumatera Utara 36 Rprop melaksanakan dua tahap pembelajaran yaitu tahap maju forward untuk mendapatkan error output dan tahap mundur backward untuk mengubah nilai bobot-bobot. Proses pembelajaran pada algoritma RPROP diawalai dengan definisi masalah, yaitu menentukan matriks masukan P dan matriks target T. kemudian dilakukan proses inisialisasi yaitu menentukan bentuk jaringan, MaxEpoch, Target_Error, delta_dec, delta_inc, delta0, deltamax, dan menetapkan nilai-nilai bobot sinaptik vij dan wjk secara acak. Besarnya perubahan setiap bobot ditentukan oleh suatu faktor yang diatur pada parameter yang disebut delt_inc dan delt_dec. Apabila gradien fungsi error berubah tanda dari satu iterasi ke iterasi berikutnya, maka bobot akan berkurang sebesar delt_dec. Sebaliknya apabila gradien error tidak berubah tanda dari satu iterasi ke iterasi berikutnya, maka bobot akan berkurang sebesar delt_inc. Apabila gradien error sama dengan 0 maka perubahan sama dengan perubahan bobot sebelumnya. Pada awal iterasi, besarnya perubahan bobot diinisalisasikan dengan parameter delta0. Besarnya perubahan tidak boleh melebihi batas maksimum yang terdapat pada parameter deltamax, apabila perubahan bobot melebihi batas maksimum perubahan bobot, maka perubahan bobot akan ditentukan sama dengan maksimum perubahan bobot. Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Rancangan Sistem

Rancangan sistem terdiri dari preprocessing data yaitu tahap normalisasi data kedalam range [0-1]. Kemudian dilakukan pemilihan arsitektur yang tepat pada jaringan saraf tiruan untuk mendapatkan hasil prediksi yang optimal. Setelah arsitektur jaringan ditentukan maka dilakukan proses training, dimana sistem akan dilatih sehingga dapat mengenali pola pasangan data input dan data target. Testing dilakukan untuk mengetahui apakah sistem mampu memberikan hasil yang benar terhadap pasangan data input dan target yang belum pernah dilatih kedalam sistem. Sedangkan pada tahap postprocessing dilakukan denormalisasi dari data yang telah dinormalisasi untuk menjadi nilai output dari jaringan. Gambar 3.1 adalah rancangan umum dari sistem yang akan dibangun pada penelitian ini, yaitu: Mulai Preprocessing Arsitektur JST Training P1 Universitas Sumatera Utara