PENGARUH PERSEPSI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK POP MIE (Studi Kasus: Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

(1)

vii

PENGARUH PERSEPSI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN PRODUK POP MIE

(Studi Kasus: Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Oleh

Hairul Umam 09610355

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

xv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Hairul Umam

Tempat Tanggal Lahir : Denpasar 16 February 1990

NIM : 09610355

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Skripsi dengan judul PENGARUH PERSEPSI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK POP MIE(Studi Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang) adalah hasil karya saya dan dalam Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain. Baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata didalam Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia SKRIPSI ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Skripsi ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


(10)

xvi

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Puji syukur Alhamdulillah, atas segala nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan kepada seluruh makhluk-Nya yang ada di alam semesta ini. Dengan ridho-Nya, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW sebagai Murabbi pilihan, uswatun hasanah bagi siapapun yang merindukan-Nya.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr.Muhadjir Effendy MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk dapat menyelesaikan program sarjana Ekonomi di kampus putih tercinta.

2. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menimba ilmu.

3. Dr. Marsudi, M.M. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra.Aniek Rumijati ,M.M. selaku dosen wali penulis yang terus memberikan motivasi untuk penulis demi terselesaikannya skripsi ini.


(11)

xvii

5. Drs.Eko Handayanto.M.M. selaku dosen pembimbing I atas dorongan, bimbingan, dan masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs.Dicky Wisnu UR,MM. selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, masukkan, dan saran-saran pada penulis dari awal penyusunan sehingga selesainya skripsi ini.

7. Para Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Malang yang telah memberikan ilmu penulis mengikuti pendidikan dengan baik.

8. Ayahanda dan Ibunda (Nisman & Laila) tercinta, terima kasih atas bantuan materi dan do’anya

9. serta kakakku Nur Hidayati, Syahrudin, Firdaus, Muri Mudrika, Baiti Azizah yang selalu memberikan dukungan, semangat dan do’a sehingga penulis dapat melalui semua ini dengan baik.

10.ZuaFasihuni Kekasih tercinta yang telah menemani mendo’akan memberikan Semangat dan Motivasi serta dorongan sehingga terselesaikannya skripsi ini, saya ucapkan banyak terimakasih.

11.Seluruh teman-teman angkatan 2009,”Tamtama ali mufi Hendra,, Komandan Suyanto,bayu, Azaruddin ,Ali Wafa,”dan seluruh rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

12.Sahabat Kost; bang Wafi(Sfc), bang jhon(Jts), rajaz, FL salim 08, Herman andega, Ady (Die ligh), Gopal dan teman-teman lainnya) terima kasih atas dukungannya dan persahabatan selama di bumi Arema (Ongis Nade).


(12)

xviii

13.SeluruhtemantemanO2Pool&Café,MasIwan,mbalia,niken,devi,aris,riris,elis mmba siska, terima kasih atas dukungannya dan persahabatan selama di bumi Arema (Ongis Nade).

14.Kepada semua orang yang tidak dapat disebutkan satu-satu terima kasih atas bantuannya selama pengerjaan karya ini hingga selesai.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Billahi Fii Sabiilil Haq Fastabiqul Khairat

Malang,


(13)

vii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

SURAT PERNYATAAN... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusann Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 8

2.1 Landasan Penelitian Terdahulu... 8

2.2 Landasan teori ... 8

2.2.1 Perilaku Konsumen dan Faktor keputusan pembelian ... 8

2.2.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen ... 13

2.2.3 Klasifikasi Pengambilan Keputusan Konsumen………… 17

2.3 Label Produk ... 29

2.4 Pengertian Halal... 20

2.5 Teori Persepsi……… 21

2.5.1 Terjadinya stimulasi alat indera (sensory stimultan).. 24

2.5.2 Stimulasi terhadap alat indera diatur... 24

2.5.3 Stimulasi terhadap alat indera ditafsirkan-dievaluasi... 25

2.5.4 Faktor Fungsional……… 26


(14)

viii

2.5.6 Perilaku Konsumen……… 28

2.6 Persepsi Halal……… . 30

2.7 Kerangka Pikir……….. . . 30

2.8 Hipotesis……… 31

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1 Lokasi penelitian ... 32

3.2 Jenis Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel………. ... 33

3.4 Variabel Penelitian... 34

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 34

3.5.1 Variabel Bebas (X)……….. .. 34

3.5.2 Variabel Terikat (Y)………. .. 34

3.6 Data dan Sumber Data ... 36

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.8 Teknik Analisis Data………. .... 37

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif ... 37

3.9 Regresi Linier Sederha……….. 37

3.10 Uji Asumsi Klasik……… . 38

3.10.1 Uji Normalitas Data………. .. 38

3.10.2 Heteroskedastisitas……… . 39

3.11 Uji Validitas dan Reliabilitas……….. ... 39

3.11.1 Validitas……… . . 39

3.11.2 Uji Reliabilitas……… 39

3.12 Koefisien Determinasi (R)……… 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Karakteristik Responden ... 41

4.1.1 Jenis Kelamin Responden ... 41

4.1.2 Tingkat Usia Responden ... 42


(15)

ix

4.2 Hasil Uji Instrumen... 43

4.2.1 Uji Validitas ... 44

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 45

4.3 Diskripsi Jawaban Responden ... 46

4.3.1 Variabel Persepsi Halal(X) ... 46

4.3.2 Variabel Keputusan Pembelian(Y) ... 51

4.3.3 Hasil Analisis Pengaruh Persepsi Halal Terhadap Keputusan Pembelian produk Pop Mie……….. ... 57

4.4.4 Hasil Uji Hipotesis……… . 59

4.4.5 Pembahasan Hasil Penelitian……… . 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

5.5.1 Bagi Perusahaan……….. ... 61

5.5.2 Bagi Peneliti Selanjutnya……… ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian

Konsumen ... 11

Gambar 2.2 Pengertian Produk ... 19

Gambar 2.3 Proses pembentukan Persepsi……….. .... 24

Gambar 4.1 Kurva Uji F ... 59


(17)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Empat Jenis Perilaku Pembelian ... 16

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 35

Tabel 3.1 Instrumen Skala Likert ... 36

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan……… 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Validasi ... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 46

Tabel 4.6 Diskripsi jawaban Responden mengenai Variabel Persepsi Halal (X) ... 47

Tabel 4.7 Diskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 52

Tabel 4.8 Hasil Analisis Pengaruh Persepsi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Pop Mie ... 57

Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Pada Memikirkan Untuk Keluar ... 64

Tabel 4.19 Penilaian Variabel Trunover Intention ... 85

Tabel 4.20 Hasil Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhada Trunover Intention CV Mega Karya ... 66


(18)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Reliability

Lampiran 3 Skor Jawaban Responden Variabel Keputusan Persepsi Halal Lampiran 4 Skor Jawaban Responden Variabel Keputusan Pembelian Lampiran 5 Hasil Uji Validitas


(19)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Berman, Barry dan Joel R. Evans.1998. Retail Manajemen. Prentice Hal. New Jersey.

Engel, James F. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid 1.Binarupa Aksara: Jakarta.

Ginting, Paham dan Syafrizal Helmi Situmorang. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. USU Press : Medan

Kotler, Philip. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Kusumaningrum (2012) dengan judul penelitian yaitu Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Dalam dalam Kemasan (Studi Kasus Di Masyarakat Kecamatan Lowokwaru Kota Malang).

Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian

Kuantitatif (Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial),

Yogyakarta : Gaya Media, 2011.

Schiffman, Leon G. dan Leslie Kanuk. 1997. Consumer Behaviour. Edisi ketujuh. Prentice Hall:Jakarta

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana : Jakarta

Setiadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen: Persepektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, Dan Keinginan Konsumen.edisi revisi. Jakarta: Kencana Situmorang, Syafrizal Helmi. Doli M Ja’far Dalimunthe. Iskandar Muda. Muslich

Lufti. Syahyunan 2008. Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS). USU Press : Medan

Stanton, J. William, 1996, Prinsip Pemasaran, Edisi ke tujuh. Jilid 1 Erlangga:Jakarta

Stanton, J. William. Walker Bruce J dan Etzel Michael J 2004, Marketing, Edisi kesebelas. Jilid 1 Erlangga:Jakarta


(20)

xiv

Sukardi, 2009, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, PT Bumi Aksara Supramono dan Haryanto. 2003. Desain Proposal Studi Pemasaran

Andi:Yogyakarta

Supriadi, Yayat. 2005. Pengaruh Kebijakan Labelisasi Halal Terhadap Hasil Penjualan Produk Industri Makanan dan Dampaknya Pada Ketahanan Perusahaan. Sripsi. Departemen Manajemen. Universitas Indonesia.

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Andi-Offset. Yogyakarta Umar, Husein, Research Methods in Finance and Banking, Jakarta: PT.Gramedia

Pustaka Utama, 2000. .


(21)

1 BAB I P

PEENNDDAAHHUULLUUAANN 1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya yang mayoritas memeluk agama Islam, pola konsumsinya juga secara mutlak tidak boleh terlepas dari aturan Islam. Yakni barang yang dikonsumsi harus bebas dari hal-hal yang tergolong haram. Konsumen memberikan persepsi terhadap suatu barang yang tidak sama, ada sebagian konsumen yang memberikan persepsi positif, dan sebagian lagi memberikan persepsi negatif. Bagi sebuah perusahaan yang bertanggung jawab atas suatu permasalahan merebut pangsa pasar konsumen ini, tentu memberikan akibat kepada perusahaan tersebut untuk lebih baik dan bisa memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi bagi suatu perusahaan yang hanya semata-mata berorientasi kepada pasar dan melupakan ketentuan yang ada di tengah-tengah masyarakat maka terkadang produksi yang dilakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tidak banyak konsumen yang mengetahui tentang halal dan tidaknya produk-produk yang diperjual belikan dipasaran. Umat Islam menghendaki agar produk yang dipasarkan untuk dikonsumsi secara masal dijamin kehalalan dan kesuciannya, sehingga dari kepercayaan yang dianut memberikan akibat kepada seluruh tatanan dan berlangsungnya kehidupan masyarakat yang beragama Islam itu sendiri, termasuk dalam mengkonsumsi makanan dan minuman maupun bidang-bidang yang berhubungan dengan dua


(22)

2

hal tersebut di atas.

Dalam setiap produksi makanan maupun minuman yang disertai dengan adanya kemasan-kemasan lainnya yang menunjang sektor produk tersebut memberikan jaminan dan keamanan dari apa yang akan dikonsumsi, Dalam hal ini yaitu pada produk Pop Mie, dengan banyak kegunaan dalam mengkonsumsinya. Pop Mie banyak ditemui diberbagai penjuru dunia, salah satunya di Indonesia yang sudah banyak beredar di pasar, supermarket, toko, dan warung – warung kecil yang menyediakan produk Pop Mie dalam kemasan. Kebiasaan mengkonsumsi Pop Mie sebagai bahan makanan pengganti nasi bagi sebagian masyarakat merupakan hal yang sudah wajar untuk dikonsumsi, namun ada beberapa persepsi masyarakat mengenai Pop Mie adalah tidak baik untuk dikonsumsi terlalu banyak. Ada pula yang bertanya tentang apa saja kandungan yang terdapat dalam produk Pop Mie tersebut. Namun persepsi itu hanyalah sebuah ungkapan belaka dengan hanya melihat tampilan kemasan yang menjadikan produk Pop Mie laku dipasaran, seperti contoh dengan adanya desain kemasan yang menarik dan sudah lengkap masalah kandungannya. sudah terdaftar di LPOM dan menjadikan standar untuk makanan atau minuman layak untuk dikonsumsi.

Melihat kasus-kasus besar yang berkaitan dengan kehalalan produk telah terjadi di Indonesia dan telah merugikan banyak pihak, serta menimbulkan keresahan masyarakat. Belajar dari kasus yang terjadi yaitu pada tahun 1988 dengan adanya isu tentang lemak babi dan penyedap kandungan MSG pada suatu produk. maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) berusaha berperan untuk


(23)

3

menentramkan umat Islam dalam masalah kehalalan produk dengan cara mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPOM MUI).

Berbagai pendapat tentang produk halal, semakin memperkuat indikasi semangat bersyari’at Islam. Menurut hasil polling yang diselenggarakan oleh situsmindohalal.com, Yayasan Halalan Thoyyiban dan LPOM MUI akhir tahun

2002, 77,6% responden menjadikan jaminan kehalalan sebagai pertimbangan

pertama dalam berbelanja produk (makanan, minuman, obat dan kosmetik). Mereka (93,9%) setuju bila pada setiap kemasan produk bersertifikat halal, wajib dicantumkan label dan nomor bersertifikat halal. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 8 ayat (1) huruf f menyatakan bahwa: pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut. Label halal dalam prakteknya di dalam suatu kemasan produk berfungsi ganda. Selain sebagai media informasi bagi konsumen, maka label halal juga merupakan iklan dari produk tersebut, khususnya tentang pertanyaan apakah produk tersebut layak dikonsumsi atau tidak.

Stanton dalam Setiadi (2010:88) menyebutkan persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang dipertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan) yang diterima melalui lima indra. Stimuli merupakan setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Sedangkan menurut Sunarto (2003:50), persepsi adalah proses dimana


(24)

4

individu diekspose untuk menerima informasi, memperhatikan, dan memahaminya. Persepsi konsumen terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh proses penerimaan citra (image) dari produk tersebut pada waktu konsumen pertama kali

Halal itu sendiri merupakan sesuatu yang diperbolehkan menurut ajaran Islam. Seperti yang telah terkandung dalam firman Allah swt. “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah berikankan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. Sedangkan yang dimaksud dengan makanan halal menurut Himpunan Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah makanan yang dibolehkan memakannya menurut ajaran Islam. Adapun syarat-syarat produk makanan halal menurut syari’at Islam antara lain adalah sebagai berikut:

1. Halal zatnya artinya halal dari hukum asalnya misalkan sayuran. 2. Halal cara memperolehnya artinya cara memperolehnya sesuai dengan

syari’at Islam misalkan tidak dengan mencuri.

3. Halal dalam memprosesnya, misalkan proses menyembelih binatang dengan syari’at Islam misalkan dengan membaca basmalah.

Sebagaimana dikemukakan uraian di atas, masalah kehalalan produk yang akan dikonsumsi merupakan persoalan yang sangat besar, sehingga apa yang akan dikonsumsi itu benar-benar halal dan tidak tercampur sedikitpun dengan barang haram. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara pasti, sertifikat halal sebagai bukti penetapan fatwa halal bagi suatu produk yang dikeluarkan oleh MUI dan merupakan sesuatu yang mutlak


(25)

5

diperlukan keberadaanya. Persepsi halal dapat mempengaruhi minat konsumen dalam membeli barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Pengetahuan konsumen didefinisikan sebagai sejumlah pengalaman dengan informasi tentang produk atau jasa tertentu yang dimiliki seseorang. Dengan meningkatkan pengetahuan individu konsumen, memungkinkan bagi konsumen tersebut berpikir kembali tentang produk – produk sama yang beredar dipasaran. Konsumen akan lebih selektif untuk memilih produk yang dianggap paling sesuai dengan pengetahuannya dan apa yang telah dialami sebelumnya.

Pengambilan keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang yang ditawarkan. Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui berbagai factor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Proses ini merupakan penyeleseian masalah dalam membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pembuatan keputusan konsumen itu sendiri terdiri atas proses merasakan dan mengevaluasi informasi terhadap merek produk, mempertimbangkan bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada akhirnya memutuskan merek apa yang akan dibeli. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi keputusan konsumen. Faktor pertama konsumen individual, yakni pilihan untuk membeli dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. kedua yaitu pengaruh dari lingkungan yang ada di sekelilingnya. Ketiga yaitu


(26)

6

stimuli pemasaran atau strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan dalam menarik minat konsumen atas barang yang ditawarkan.

Melihat kenyataan yang terjadi sekarang, banyak persaingan antar pengusaha dalam membuat makanan atau produk mereka bisa memenangkan pangsa pasar serta dapat bertahan untuk tetap dapat dikonsumsi banyak konsumen dan menghasilkan keuntungan yang besar sehingga bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi minat beli konsumen dalam membeli suatu produk. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai “Pengaruh Persepsi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Pop Mie”.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi halal pada produk Pop Mie?

2. Apakah persepsi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk Pop Mie?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pengaruh persepsi halal pada produk Pop Mie dalam benak konsumen.

b. Mengetahui pengaruh persepsi halal terhadap keputusan pembelian produk Pop Mie.


(27)

7

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik itu yang bersifat teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai acuan penelitian selanjutnya yang mempunyai kesamaan dengan tema penelitian yang diajukan.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengetahui persepsi konsumen mengenai label halal pada produknya dan bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian dapat mempengaruhi konsumen. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengembangkan produknya dengan mencantumkan label halal dimasa yang akan datang.


(28)

8

BAB II T

TIINNJJAAUUAANN PPUUSSTTAAKKAA DDAANN HHIIPPOOTTEESSIISS

2.1 Landasan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2012) dengan judul penelitian yaitu Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Dalam dalam Kemasan (Studi Kasus Di Masyarakat Kecamatan Lowokwaru Kota Malang). Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk makanan Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dengan menggunakan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk makanan dalam kemasan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Alfi (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian”. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana pengaruh Kebijakan Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian. Hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan label halal terhadap keputusan pembelian.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perilaku Konsumen dan Faktor Keputusan Pembelian

Semakin meningkatnya persaingan bisnis mendorong produsen untuk lebih berorientasi pada konsumen atau pelanggan. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan pengetahuan mengenai konsumen terutama mnegenai perilakunya.


(29)

9

Schiffman dan Kanuk (1997:6) menerangkan tentang definisi perilaku konsumen sebagai berikut :”The behavior that consumers display in searching for purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas which they expect to satisfy their needs”(“Perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam pencariannya untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk, jasa dan ide yang mereka kira dapat memenuhi kebutuhan mereka”). Sedangkan The American Marketing Association (Setiadi, 2003:3) mendefinisikan perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan pertukaran dalam hidup mereka.

Dengan kata lain perilaku konsumen meliputi bagaimana aktivitas dinamis individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menukar, memakai, atau membuang barang, jasa, dan gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan bukan hal yang sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun dapat bertindak sebaliknya. Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang merubah mereka pada menit-menit terakhir. Karenanya pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi serta perilaku belanja dan pembelian pelanggan sasaran mereka.

Keputusan pembelian dari konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting. Faktor-faktor ini penting untuk diketahui bagi pemasar agar dapat menentukan strategi yang akan diterapkan. Seperti yang dikemukakan Engel(1994:46) berpendapat bahwa konsumen dapat dipengaruhi perilakunya


(30)

10

menurut kehendak pihak yang berkepentingan. Selanjutnya Engel juga menyebutkan sedikitnya ada 3 faktor yang menjadi deteminan variasi penentu keputusan konsumen. 3 faktor ini yang menjadi pengaruh yang mendasari pada perilaku konsumen. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Pengaruh Lingkungan.

Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks dimana keputusan mereka dipengaruhi oleh:1. Budaya, 2. Kelas Sosial, 3. Pengaruh Pribadi, 4. Keluarga, dan 5. Situasi.

b. Perbedaan dan Pengaruh Individual.

Konsumen juga dipengaruhi faktor internal yang menggerak dan mempengaruhi perilaku mereka. Faktor internal ini sangat mungkin berbeda antar individu sehingga akan mengahsilkan keputusan dan perilaku yang berbeda pula. Faktor-faktor tersebut adalah 1. Sumber daya konsumen, 2. motivasi dan Keterlibatan, 3. Pengetahuan, 4. Sikap, dan, 5. Kepribadian, gaya hidup, dan demografi.

c. Proses Psikologis.

Proses psikologis dari konsumen akan membawa mereka pada proses berikut yaitu pengolahan Informasi, pembelajaran dan, perubahan Sikap/Perilaku, yang kesemuanya akan memberikan dampak pada penentuan keputusan mereka.

Senada dengan Engel, Kotler (2008:159) menyebutkan setidaknya ada 4 faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : faktor budaya, sosial, kepribadian, dan kejiwaan. Masing-masing dari faktor-faktor tersebut memiliki subfaktor yang menjadi elemen pembentuknya.


(31)

11

Gambar 2.1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen

Sumber: prinsip-prinsip pemasaran, Kotler (2008:160)

Adanya faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, Menurut Schiffman dan Kanuk (1997:560) juga membahas tentang istilah model konsumen menunjuk kepada cara pandang umum bagaimana dan mengapa individu berperilaku seperti yang ditampilkannya. Terdapat empat pandangan mengenai hal ini yaitu:

a. Sudut Pandang Ekonomis (Economic Man)

Dalam persaingan sempurna, konsuemn sering digolongkan sebagai economic man, yaitu seorang yang membuat keputusan secra rasional. Untuk bertindak secara rasional harus sadar akan alternatif produk yang tersedia, harus mampu mengurutkan dengan benar alternatif yang ada, menimbang keuntungan dan kerugian produk yang akan dibeli dan ia harus dapat memsatikan bahwa


(32)

12

produk yang ditawarkan itu sebagai alternatif terbaik, meskipun terkadang tidak memiliki info yang cukup dan akurat.

b. Sudut Pandang Pasif (Passive Man)

Sebagai lawan dari economic man, passive man digambarkan sebagai konsumen yang patuh terhadap keinginan dan promosi dari pemasar, produsen dapat menggunakan formula yang disingkat dengan AIDA (attention, interest, desire, dan action)

c. Sudut Pandang Kognitif (Cognitive Man)

Model ini memfokuskan pada proses konsumen dalam mencari dan mengevaluasi merek. Model cognitive man merupakan gambaran konsumen yang lebih realistis dan menggambarkan konsuemn yang berada diantara model economic man dan model passive man, yaitu konsumen yang memiliki cukup pengetahuan dan oleh karenanya tidak dapat mebuat keputusan yang tepat, tetapi meskipun demikian mereka aktif mencari informasi dan berusaha membuat keputusan yang memuaskan.

d. Sudut Pandang Emosi (Emotional Man)

Pada kenyataannya, kita mungkin menghubungkan perasaan dan emosi, prestise, harapan dan kesenangan dalam melakukan pembelian. Pada saat melakukan pembelian secara emosional cenderung kurang memperhatiakn dan mencari informasi, lebih memperhatikan pada perasaan dan suasana hati, namun hal ini bukan berarti emotional man mengambil keputusan secara irasional, pengambilan keputusan itu juga rasional.


(33)

13

2.2.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Salah satu keputusan yang penting diambil konsumen dan harus mendapat perhatian yang besar dari para pemasar adalah keputusan pembelian konsumen. Pengambilan keputusan konsumen menurut Setiadi (2003:415) adalah proses pengintergrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses ini adalah pilihan (choise) yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku.

Menurut Kotler (2008:179) untuk sampai kepada keputusan pembelian konusumen akan melewati 5 tahap yaitu :

a. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)

Merupakan tahap dimana pembeli mengenali masalah atau kebutuhannya. Pembeli mersakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal seperti lapar dan haus yang bila mencapai titik tertentu akan menjadi sebuah dorongan dan rangsangan ekternal. Misalnya ketika melewati toko kue yang merangsang rasa laparnya.

b. Pencarian Informasi (Information Search)

Setelah tergerak oleh stimuli konsumen berusaha mencari informasi lebih banyak tentang hal yang dikenalinya sebagai kebutuhannya. Konsumen memperoleh info dari sumber pribadi (keluagra, teman, tetangga, dan kenalan), komersial (iklan, tenaga penjual, perantara, kemasan), publik (media massa,


(34)

14

organisasi pembuat peringkat), dan sumber pengalaman (pengkajian, pemakaian produk)

c. Mengevaluasi Alternatif (Alternative Evaluation)

Merupakan tahapan dimana konsumen memperoleh informasi tentang suatu objek dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini konsumen menyemmpitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang dingiinkan dengan yang bisa diberiakn oleh pilihan produk yang tersedia.

d. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)

Merupakan tahapan dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uanga atau janji untuk mebayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu benda.

e. Evaluasi Pasca-Pembelian (Post-Purchase Behavior)

Merupakan tahapan dimana konsumen akan mengalami dua kemungkinan yaitu kepuasan dan ketidak-puasan terhadap pilihan yang diambilnya.

Pada saat yang bersamaan seseorang dapat memerankan beragam peran yang dapat dilakukannya pada suatu proses pembelian. Peran pembelian yang dapat dilakukan seorang individu dapat terbagi menjadi lima peran, Kotler (2008:157) yaitu:

a. Pencetus (Initiator)

Seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produkatau jasa.


(35)

15

b. Pemberi Pengaruh (Influencer)

Adalah individu yang memberikan saran atau pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian baik melaui tindakan atau ucapannya.

c. Pengambil Keputusan (Decision Maker)

Seseorang yang memutuskan setiap komponen dari suatu keputusan pembelian, apakah akan membeli, tidak membeli, bagamana membelinya, kapan,

dimana akan membeli. d. Pembeli (Buyer)

Adalah individu yang secara langsung melakukan transaksi pembelian yang sesungguhnya

e. Pemakai (User)

Adalah orang yang paling langsung terlibat dalam mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang telah dibeli.

f. Perilaku Pembelian

Dalam pengambilan keputusannya setiap konsumen dapat melakukan keputusan yang berbeda bergantung pada jenis pembelian yang dilakukannya. Keputusan yang mereka ambil akan membawa pada perilku pembelian yang berbeda pula. Jenis produk yang mereka beli akan menentukan besarnya ketelibatan mereka dan peserta yang terlibat dalam proses pembeliannya. Assael dalam Kotler (2008:177) membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi merek.


(36)

16

Tabel 2.2

Empat Jenis Perilaku Pembelian

a. Perilaku Pembelian Yang Rumit (Complex Buying Behavior)

Konsumen yag terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit akan sangat terlibat dalam proses pembeliannya karena mereka menyadarai bahwa ada perbedaan yang signifikan dari tiap merek dan resiko yang dihadapi cukup tinggi karena ketiadaan pengalaman sebelumnya dalam proses keputusan pembeliannya. Produk yang masuk dalam kategori ini biasanya adalah produk yang mahal, jarang dibeli dan beresiko. Perilaku pembelian yang rumit terdiri atas tiga langkah, pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut, kedua, membangun pendirian tentang produk tersebut, ketiga, membuat pilihan pembelian yang cermat. Komsumen akan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam perilaku pencarian informasi tentang produk.

b. Perilaku Pembelian Pengurang Disonansi (Dissonance-reducing Buying Behavior)

Konsumen yang telibat dalam perilaku pembelian pengurang disonansi akan sangat terlibat dalam proses pembeliannya namun melihat hanya ada sedikit perbedaandalam merek-merek produk sejenis. Keterlibatan tinggi didasari fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan beresiko. Konsumen


(37)

17

mungkin bereaksi pada harga yang baik atau kenyamanan dalam berbelanja. Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami disonansi/ketidaksesuiaan yang muncul dari pengamatan terhadap hal-hal yang mengganggu produk yang dibelinya atau kabar yang menyenangkan dari produk yang lain. Konsumen akan waspada terhadap informasi yang membenarkan keputusannya.

c. Perilaku Pembelian Pencari Variasi (Variety-seeking Buying Behavior) Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun terdapat perbedaan antar merek yang signifikan. Dalam situasi ini konsumen sering melakukan perpindahan merek yang disebabkan ketidakpuasan, rasa bosan atau sekedar mencari variasi. Produk yang masuk dalam kategori ini adalah produk minor yang beresiko rendah seperti kue atau permen.

d. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan (Habitual Buying Behavior)

Konsumen yang terlibat dalam perilaku pembelian kebiasaan akan memiliki keterlibatan yang rendah dalam proses pembeliannya merasa tidak terdapat perbedaan yang signnifikan antar merek produk sejenis. Misalnya garam, konsumen tetap akan mengambil merek yang sama bukan karena kesetiaan merek yang kuat, namun hanya sebatas karena kebiasaan untuk mengambil garam dengan merek tersebut.

2.2.3 Klasifikasi Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses keputusan pembelian konsumen diterpakan secara berbeda pada setipa situasi. Suatu situasi, misalnya saat pembelian mobil baru, mebutuhkan semua tahap dari proses keputusan pembelian karena adanya kemungkinan diterimanya resiko yang tinggi oleh konsumen apapun golongannya. Sementara dalam situasi


(38)

18

lain seperti pembelian permen, memungkinkan konsuemn untuk melewatkan tahap tertentu dari proses keputusan pembelian.

Ada tiga macam proses pengambilan keputusan oleh konsumen (Berman dan Evan, 1998:223) yaitu:

a. Pengambilan Keputusan yang diperluas (Extended Decision Making). Tipe ini terjadi ketika seorang konsumen menggunakan semua tahapan proses keputusan pembelian, namun konsumen dapat berhenti pada tahap manapun dari proses keputusan pembelian. Konsuemn membutuhkan lebih banyak waktu dalam pencarian informasi dan mengevaluasi alternatif. Karakteristik konsumen seperti umur, pendidikan, pendapatan dan status pernikahan, memiliki pengaruh besar bagi pengambilan keputusan dalam tipe ini. Kategori produk yang dibeli adalah produk yang mahal, kompleks, dan konsumen memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali pengalaman dengan produk tersebut, misalnya rumah baru, mobil pertama, atau asuransi jiwa.

b. Pengambilan Keputusan yang Terbatas (Limited Decision Making) Pengambilan keputusan seperti ini berlaku apabila konsumen menjalani semua tahap keputusan pembelian namun tidak menggunakan banyak waktu untuk setiap tahapnya. Kategori produk yang dibeli adalah produk rutin, dengan resiko yang mungkin diterima secara moderat dan konsumen dapat berbelanja kapan saja. Tahap keputusan dilalui dibawah pengaruh pengalaman sebelumnya. Prioritas ditetapkan pada evaluasi alternatif yang sudah diketahui dengan mengacu kepada keinginan dan standar individu. Contoh produknya adalah mobil yang kedua, pakaian, hadiah, perjalanan wisata. Selain pengalaman, pendapatan, tingkat kepentingan untuk membeli dan motif sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

c. Pengambilan Keputusan yang rutin (Routine Decision Making)

Terjadi apabila konsumen membeli sesuai kebiasaan dan melewatkan tahapan-tahapan dalam proses keputusan pembelian. Konsumen ingin menggunakan waktu yang tersingkat untuk berbelanja, membeli produknya dengan merek yang sama dan seringkali ditoko yang sama. Kategori produknya


(39)

19

adalah produk yang secara rutin dibeli dan mengandung resiko yang kecil karena sudah ada pengalaman sebelumnya. Tahap kunci pada tipe ini adalah pengenalan kebutuhan, manakala konsumen menyadari bahwa produknya dibutuhkan maka otomatis akan dilakukan pembelian. Pencarian informasi, evalusi alternatif dan prilaku pasca pembelian sedikit dilakukan dibandingkan pada keputusan pembelian terbatas. Langkah itu tidak dilakukan selama konsumen merasa puas. Contoh produknya adalah koran atau jasa cukur rambut.

2.2Label Produk

Menurut Kotler (2008:419), menyatakan bahwa :“Pemberian label produk berkaitan dengan kemasan. Label merupakan bagian dari produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan produsen. Label bisa juga merupakan tanda pengenal yang dicantumkan pada produk.. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula tanda pengenal yang dicantumkan pada produk.

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan bisa meliputi barang fisik (tangible) atau meliputi barang jasa

(intangibe) yang dapat memuaskan konsumennya. Pengertian ini dapat diperjelas


(40)

20

Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan keinginan konsumen sesuai dengan kompetensi dan kapabilitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan, label, pelayananan dan jaminan.

Sedangkan Kotler (2008:276) menyatakan bahwa label memiliki 3 fungsi utama yaitu:

1. mengidentifikasikan produk atau merek 2. menentukan kelas produk

3. menjelaskan produk yaitu siapa pembuatnya, kapan, dimana, apa isinya.

2.3 Pengertian Halal

Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah: “tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.” Proses-proses yang menyertai dalam suatu produksi makanan atau minuman, agar termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standard halal yang telah ditentukan oleh agama Islam. Diantara standard-standard itu (www.halalmui.org) adalah:


(41)

21

a. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta tidak menggunakan alkohol sebagai ingridient yang sengaja ditambahkan.

b. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam.

c. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol.

d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari’at Islam. 2.4 Teori Persepsi

Kegiatan Individu bisa memahami kata – kata, suara, dan gambar yang ditangkap dalam suatu pesan merupakan suatu proses pemaknaan atau mempersepsi. Sedangkan persepsi adalah hasil dari proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan mengintepretasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang berarti mengenal dunia jadi seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak dan memilih. (Wibowo, 2006:27)

Berdasarkan pendapata tersebut dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan–hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Berelson dan Steiner dalam buku Teori Komunikasi, Sejarah , dan Terapan didalam media massa diungkapkan bahwa proses yang kompleks, dimana orang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan respons terhadap suatu rangsangan ke dalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan


(42)

22

aktivitas aktif yang melibatkan pembelajaran, pembaharuan cara pandang, dan pengaruh timbal balik dalam pengamatan.

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana cara seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Mengapa orang – orang memandang situasi – situasi yang sama secara berbeda?. Hal ini karena semua belajar melalui arus informasi yang melewati kelima indera, yaitu indera pendengaran, indera pencium, indera penglihat, indera peraba, dan indera pengecap. Namun masing-masing personal menerima, mengatur, dan menginterpretasikan informasi tersebut dengan cara masing –masing.

Setiap individu diciptakan berbeda. Persepsi masing–masing individu terhadap rangsangan yang diterimanya tentunya juga akan berbeda–beda. Persepsi sebenarnya inti dari komunikasi, disebut demikian karena jika persepsi tidak akurat kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Mulyana, 2007:180). Bagaimana kita berkomunikasi diawali dengan proses persepsi. Ketika kita menyampaikan sesuatu kepada seseorang pada awalnya kita telah memiliki persepsi sendiri tentang sesuatu dan seseorang tersebut.

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris yaitu perception dan dari bahasa latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi ialah penglihatan, yakni bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memangdang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).


(43)

23

Sementara itu Walgito dalam Wibowo (2006:29) mengatakan bahwa persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan juga mengolah segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Lebih lanjut, Walgito mengatakan bahwa persepsi itu merupakan proses yang terintegrasi atau menyeluruh dari individu yang bersangkutan, maka apa yang ada dalam diri individu, berupa pengetahuan, pengalaman – pengalaman, sikap – sikap dan sebagainya akan ikut aktif dalam menentukan persepsi individu yang bersangkutan.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa proses persepsi tidak terjadi begitu saja, dan beberapa proses yang mempengaruhinya. Menurut Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr. (2005: 85-89), persepsi dipengaruhi oleh faktor psikologis, yaitu

1. Asumsi – asumsi yang didasarkan pada pengalaman – pengalaman masa lalu (yang sering terjadi pada tingkat bawah sadar)

2. Harapan – harapan budaya 3. Motivasi (kebutuhan) 4. Suasana hati (mood) 5. Sikap

Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di “luar sana”. Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita, proses terjadinya dapat diilustrasikan melalui bagan berikut ini :


(44)

24

Gambar 2.3 Proses Pembentukan Persepsi (sumber : De Vito, 2007 : 75-76)

Berikut adalah penjelasan bagan diatas mengenai proses terjadinya persepsinya (De Vito, 2007 : 75 – 76):

2.5.1 Terjadinya stimulasi alat indera (sensory stimultan)

Pada tahap pertama, alat indera distimulasi (dirangsang). Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat ketika berjabat tangan. Meskipun kita memiliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya. Kita akan menangkap apa yang bermakna bagi kita dan tidak menangkap apa yang kelihatannya tidak bermakna.

2.5.2 Stimulasi terhadap alat indera diatur.

Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximity), atau kemiripan: orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain dipersepsikan bersama – sama, atau sebagai satu kesatuan (unit). Prinsip lain adalah kelengkapan (closure): kita memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang lengkap. Kemiripan atau kelengkapan hanyalah dua

Stimulasi alat indera dievaluasi -ditafsirkan Stimulasi alat indera diatur Terjadinya stimulasi alat indera


(45)

25

diantara banyak prinsip pengaturan yang akan kita singgung. Dalam membanyangkan prinsip – prinsip ini, hendaklah kita ingat bahwa apa yang kita persepsikan, juga kita tata ke dalam suatu pola yang bermakna bagi kita. Pola ini belum tentu benar atau logis dari suatu segi obyektif tertentu.

2.5.3 Stimulasi terhadap alat indera ditafsirkan-dievaluasi

Langkah ketiga dalam proses perceptual adalah penafsiran – evaluasi. Kita menggabungkan dua istilah ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran – evaluasi kita tidak semata – mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, system nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita. Hendaklah jelas dari pengaruh diatas bahwa ada banyak peluang bagi penafsiran. Walaupun kita semua menerima sebuah pesan, cara masing – masing orang menafsirkan – mengevaluasinya tidaklah sama. Penafsiran-evaluasi ini juga akan berbeda bagi satu orang yang sama dari waktu ke waktu. De Vito (2007:77-88), merupakan proses-proses yang mempengaruhi persepsi antara lain:

a. Teori Kepribadian Implicit mengacu pada teori kepribadian individual yang diyakini seseorang dan yang mempengaruhi bagaimana persepsinya kepada orang lain.

b.Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila anda membuat ramalan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena anda membuat ramalan itu dan bertindak seakan-akan ramalan itu benar.


(46)

26

c.Asentuasi persetual membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang ingin kita lihat.

d.Primasi – Resensi mengacu pada pengaruh relative stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya. Jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya, kita mengalami efek primasi. Jika yang muncul kemudian memberikan pengaruh yang lebih besar, kita mengalami efek resensi.

e.Konsistensi mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang memungkinkan kita mencapai keseimbangan atau kenyamanan psikologis di antara berbagai sikap dan hubungan antara mereka.

f.Stereotype mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan mempertahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi anggota kelompok tersebut, dengan mengabaikan karakter individual yang unik.

g.Atribusi mengacu pada proses dengan nama kita mencoba memahami perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain serta motivasi perilaku ini. Dalam proses ini kita menggunakan tiga macam data: konsesus, konsistensi dan keberadaan.

David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) dalam Rakhmat (2007:51) menyebutkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh factor personal dan factor situasional. Dalam hal ini disebut sebagai faktor fungsional dan faktor structural. 2.5.4 Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor – faktor personal. Yang


(47)

27

menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi kerakteristik orang yang memberikan respon pada stimui tersebut. Dalam suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan gambar – gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok mahasiswa yang lapar daripada mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama pada kedua kelompok. Jelas perbedaan itu bermula pada kondisi biologis mahasiswa (Rakhmat,2007:56)

Dari eksperimen diatas, Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama yaitu persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek–objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Krech dan Crutchfield juga memberikan contoh bahwa kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya berpengaruh terhadap persepsi (Rakhmat:2007:56)

2.5.5 Faktor Struktural

Faktor – faktor Struktural berasal semata – mata dari sifat stimuli fisik dari efek–efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer dan Koffka, merumuskan prinsip–prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip ini kemudian tekenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, maka kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian–bagiannya, lalu mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan (Rakhmat:2007:58). Artinya jika


(48)

28

kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta – fakta yang terpisah; namun kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, serta dalam masalah yang dihadapinya. Jadi kita harus melihat dari keseluruhan aspek yang mendukungnya.

Dari persepsi ini, Krech dan Cruthfield melahirkan dalil persepsi kedua: medan perspetual kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

Hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutcfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga: sifat – sifat perceptual dan kognitif dari substruktur yang ditentukan pada umumnya oleh sifat – sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras (Rakhmat:2007:59).

2.5.6 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan aktivitas yang dilakukan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap suatu produk, dimana perilaku konsumen juga dapat mencemrinkan suatu pertimbangan konsumen sebelum menetapkan keputusan pembelian terhadap suatu produk. Menurut Kotler dan Keller (2009:166) “Perilaku kosumen adalah studi tentang bagaimana individu,


(49)

29

kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”.

Perilaku konsumen merupakan suatu aktifitas yang dilakukan masing masing individu dalam mengkonsumsi produk atau jasa sesuai tingkat kebutuhan masing-masing konsumen. Sebelum mengetahui mengenai perilaku konsumen maka akan dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengapa prilaku konsumen harus di pelajari, sedangkan Sutisna (2003:4) menyatakan bahwa terdapat 2 alasan mengapa prilaku konsumen harus dipelajari, yaitu:

1. Memahami konsumen akan menuntun pasar pada kebijakan pemasar yang tepat dan efisien.

2. Perkembangan perdagangan pada saat ini menunjukkan lebih banyak produk yang ditawarkan dari permintaan. Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi konsumen.

Menurut Swasta dan Irawan (2003:10) bahwa: “prilaku konsumen kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat di dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut”. Menurut Kotler dan Amstrong (2001; 199) prilaku konsumen adalah prilaku pembelian akhir konsumen individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk di konsumsi pribadi.

Dari definisi-definisi diatas dilihat ada dua hal penting dari prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan


(50)

barang-30

barang dan jasa secara ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu

2.6 Persepsi Halal

Dalam proses terciptanya keputusan pembelian, persepsi halal konsumen atas produk merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan. Persepsi merupakan tahap dimana informasi yang diterima oleh konsumen diolah sedemikian rupa selanjutnya informasi tersebut disimpan didalam memori dan akhirnya tercipta sebuah interpretasi tentang sebuah produk. Persepsi dari hasil olahan informasi tersebut akan mempengaruhi perubahan tatanan psikologi konsumen akan sebuah produk. Persepsi halal merupakan tanggapan terhadap suatu objek, yang dijadikan sebagai penguat dalam memberikan acuan terhadap segala sesuatu yang akan dijadikan penentu dalam mengambil keputusan, mengenai produk yang akan dikonsumsi dapat memberikan jaminan.

2.7 Kerangka Pikir

Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Dengan kata lain merupakan faktor yang paling utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut Wallendorf dan Reilly dalam Setiadi(2003:333), kebudayaan adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka di buat kerangka konseptual sebagai berikut:


(51)

31

2.8 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah : “Persepsi halal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Produk Pop Mie.

PERSEPSI HALAL

KEPUTUSAN

PEMBELIAN


(1)

c.Asentuasi persetual membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang ingin kita lihat.

d.Primasi – Resensi mengacu pada pengaruh relative stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya. Jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya, kita mengalami efek primasi. Jika yang muncul kemudian memberikan pengaruh yang lebih besar, kita mengalami efek resensi.

e.Konsistensi mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang memungkinkan kita mencapai keseimbangan atau kenyamanan psikologis di antara berbagai sikap dan hubungan antara mereka.

f.Stereotype mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan mempertahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi anggota kelompok tersebut, dengan mengabaikan karakter individual yang unik.

g.Atribusi mengacu pada proses dengan nama kita mencoba memahami perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain serta motivasi perilaku ini. Dalam proses ini kita menggunakan tiga macam data: konsesus, konsistensi dan keberadaan.

David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) dalam Rakhmat (2007:51) menyebutkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh factor personal dan factor situasional. Dalam hal ini disebut sebagai faktor fungsional dan faktor structural. 2.5.4 Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor – faktor personal. Yang


(2)

menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi kerakteristik orang yang memberikan respon pada stimui tersebut. Dalam suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan gambar – gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok mahasiswa yang lapar daripada mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama pada kedua kelompok. Jelas perbedaan itu bermula pada kondisi biologis mahasiswa (Rakhmat,2007:56)

Dari eksperimen diatas, Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama yaitu persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek–objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Krech dan Crutchfield juga memberikan contoh bahwa kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya berpengaruh terhadap persepsi (Rakhmat:2007:56)

2.5.5 Faktor Struktural

Faktor – faktor Struktural berasal semata – mata dari sifat stimuli fisik dari efek–efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer dan Koffka, merumuskan prinsip–prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip ini kemudian tekenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, maka kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian–bagiannya, lalu mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan (Rakhmat:2007:58). Artinya jika


(3)

kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta – fakta yang terpisah; namun kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, serta dalam masalah yang dihadapinya. Jadi kita harus melihat dari keseluruhan aspek yang mendukungnya.

Dari persepsi ini, Krech dan Cruthfield melahirkan dalil persepsi kedua: medan perspetual kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

Hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutcfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga: sifat – sifat perceptual dan kognitif dari substruktur yang ditentukan pada umumnya oleh sifat – sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras (Rakhmat:2007:59).

2.5.6 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan aktivitas yang dilakukan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap suatu produk, dimana perilaku konsumen juga dapat mencemrinkan suatu pertimbangan konsumen sebelum menetapkan keputusan pembelian terhadap suatu produk. Menurut Kotler dan Keller (2009:166) “Perilaku kosumen adalah studi tentang bagaimana individu,


(4)

kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”.

Perilaku konsumen merupakan suatu aktifitas yang dilakukan masing masing individu dalam mengkonsumsi produk atau jasa sesuai tingkat kebutuhan masing-masing konsumen. Sebelum mengetahui mengenai perilaku konsumen maka akan dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengapa prilaku konsumen harus di pelajari, sedangkan Sutisna (2003:4) menyatakan bahwa terdapat 2 alasan mengapa prilaku konsumen harus dipelajari, yaitu:

1. Memahami konsumen akan menuntun pasar pada kebijakan pemasar yang tepat dan efisien.

2. Perkembangan perdagangan pada saat ini menunjukkan lebih banyak produk yang ditawarkan dari permintaan. Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi konsumen.

Menurut Swasta dan Irawan (2003:10) bahwa: “prilaku konsumen kegiatan -kegiatan individu yang secara langsung terlibat di dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut”. Menurut Kotler dan Amstrong (2001; 199) prilaku konsumen adalah prilaku pembelian akhir konsumen individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk di konsumsi pribadi.

Dari definisi-definisi diatas dilihat ada dua hal penting dari prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan


(5)

barang-barang dan jasa secara ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu

2.6 Persepsi Halal

Dalam proses terciptanya keputusan pembelian, persepsi halal konsumen atas produk merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan. Persepsi merupakan tahap dimana informasi yang diterima oleh konsumen diolah sedemikian rupa selanjutnya informasi tersebut disimpan didalam memori dan akhirnya tercipta sebuah interpretasi tentang sebuah produk. Persepsi dari hasil olahan informasi tersebut akan mempengaruhi perubahan tatanan psikologi konsumen akan sebuah produk. Persepsi halal merupakan tanggapan terhadap suatu objek, yang dijadikan sebagai penguat dalam memberikan acuan terhadap segala sesuatu yang akan dijadikan penentu dalam mengambil keputusan, mengenai produk yang akan dikonsumsi dapat memberikan jaminan.

2.7 Kerangka Pikir

Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Dengan kata lain merupakan faktor yang paling utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut Wallendorf dan Reilly dalam Setiadi(2003:333), kebudayaan adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka di buat kerangka konseptual sebagai berikut:


(6)

2.8 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah : “Persepsi halal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Produk Pop Mie.

PERSEPSI HALAL

KEPUTUSAN

PEMBELIAN


Dokumen yang terkait

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

18 227 92

Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara

19 155 66

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN REFERENSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PRODUK HONDA BEAT (STUDI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG)

1 10 23

PENGARUH LABELISASI HALAL MUI PADA PRODUK MAKANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MAHASISWA EKONOMI & Pengaruh Labelisasi Halal Mui Pada Produk Makanan Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016.

2 11 15

PENGARUH LABELISASI HALAL MUI PADA PRODUK MAKANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MAHASISWA EKONOMI & Pengaruh Labelisasi Halal Mui Pada Produk Makanan Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Labelisasi Halal Mui Pada Produk Makanan Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016.

0 2 5

PENGARUH LABEL HALAL DAN LABEL KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP Pengaruh Label Halal Dan Label Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Di 4 Kabupaten Kota Kabupaten Sukoharjo.

0 1 13

PENGARUH LABEL HALAL DAN LABEL KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP Pengaruh Label Halal Dan Label Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Di 4 Kabupaten Kota Kabupaten Sukoharjo.

1 1 16

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 2 16

PENGARUH CITRA MEREK, KUALITAS PRODUK, DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK MIE SEDAAP (Studi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto) - repository perpustakaan

0 0 14