Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara
UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
PENGARUH LABELI SASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELI AN PRODUK MAKANAN DALAM KEMASAN ( SNACK MEREK CHI TATO)
PADA MAHASI SWA FAKULTAS HUKUM UNI VERSI TAS MUHAMMADI YAH SUMATERA UTARA
SKRI PSI
Oleh:
RAMADHAN RANGKUTI 070521193 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
ABSTRAK
Ramadhan Rangluti (2010) Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara. Dibawah bimbingan Dra. Yeni Absah, SE, Msi sebagai dosen pembimbing, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE,Msi sebagai ketua departemen manajemen, Dra. Endang Sulistya Rini, SE, Msi sebagai dosen penguji I dan Fadli, SE,Msi sebagaidosen penguji II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal terhadap
keputusan pembelian produk makanan dalam kemasan pada mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara serta untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal
produk makanan dalam kemasan dalam benak mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Teknik pengumpulan data yaitu dengan penyebaran angket/kuesioner dan
wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif dan kuantitatif. Data
primer diperoleh dari kuesioner/daftarpernyataan dan diolah dengan menggunakan SPSS
15.0. teknik pengambilan sample yaitu dengan accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Labelisasi halal berpengaruh signifikan
dengan nilai signifikan 0,000 akan tetapi memiliki kontribusi yang kecil karena menghasilkan
nila R square 0,221 atau 22,1 %.
(3)
KATA PENGENTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin peneliti panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas
berkat rahmat dan hidayahnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang diberi judul
Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan
(snack merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera
Utara. Tidak lupa peneliti mengucapkan salawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad
SAW.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan dalam penyajiannya karena kemempuan yang masih terbatas. Untuk itu peneliti
akan dengan rendah hati menerima saran-saran dan petunjuk yang bersifat membangun yang
ditujukan untuk lebih menyembpurnakan skripsi ini. Harapan peneliti agar penelititan ini
dapat berguna baik bagi peneliti sendiri maupun pihak lain yang berhubungan dengan
permasalahan skripsi ini.
Penelitian ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Sumatera Utara tahun
akademik 2009/2010. Oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih dengan
setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Drs.Jhon Tafbu ritonga, M.Ec selaku Dekan FE USU
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE,Msi sebagai ketua departemen
manajemen FE USU.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku sekertaris departemen manajemen FE
(4)
4. Ibu Dra. Yeni Absah, SE, Msi sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan menyumbangkan pikiran untuk kesempurnaan
skripsi.
5. Ibu Dra. Endang Sulistya Rini, SE, Msi sebagai dosen penguji I yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun.
6. Bapak Fadli, SE,Msi sebagaidosen penguji II yang telah memberikan saran
dan kritik yang membangun.
7. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh staff dan Pegawai FE USU yang telah
banyak membantu dan mendidik peneliti.
8. Orang tua tercinta Chirul Q. Rangkuti, SE dan Julia Tresna Santy
9. Adik tersayang Chairunnisa Rangkuti
10. Sheilla Septrie Ananda Tanjung
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Kerangka Konseptual ... 6
D. Hipotesis ... 7
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7
F. Metode Penelitian ... 9
1. Batasan Operasional... 9
2. Definisi Operasional Variabel...9
3. Skala Pengukuran Variabel...11
4. Tempat Dan Waktu Penelitian...11
5. Poplasi Dan Sampel...12
6. Jenis Dan Sumber Data...13
7. Teknik Pengumpulan Data...14
8. Uji Validitas Dan Reliabilitas ...14
9. Metode Analisis Data ...15
BAB II URAIAN TEORITIS ... 18
A. Penelitian Terdahulu ... 18
B. Perilaku Konsumen ... 19
1. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen...20
2. Pengaruh kebudayaan dalam Perilaku Konsumen...22
3. Proses Keputusan Pembelian Konsumen...23
4. Klasifikasi Peran Pembelian...24
5. Perilaku Pembelian...25
6. Klasifikasi Pengambilan Keputusan Konsumen...28
7. Tipe Konsumen Dalam Mengambil Keputusan...30
C. Labelisasi (Labelling) ... 31
1. Pengertian Label...33
2. Pengertian Halal...34
3. Labelisasi Halal...35
BAB III PROFIL PERUSAHAAN...36
A. Profil Chitato...36
B. Macam-macam Rasa Chitato ...36
C. Label Halal LPPOM MUI...38
(6)
2. Prosedur Sertifikasi Halal...39
3. Prosedur Perpanjangan Sertifikat Halal...41
4. Tata Cara Pemeriksaan (Audit)...41
5. Sistem Pengawasan...42
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...43
A. Analisis Deskriptif...43
1. Deskriptif Responden ...43
2. Deskriptif Variabel...45
B. Uji Validitas dan Reablitas...48
1. Uji Validitas...48
2. Uji Reliabilitas...49
C. Uji Asumsi Klasik...50
1. Uji Normalitas Data...50
2. Uji Heteroskedastisitas...51
D. Analisis Regresi Linier Sederhana...52
1. Uji t...53
2. Pengujian Koefisien Determinan (R2) ...54
E. Pembahasan...55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...58
A. Kesimpulan...58
B. Saran ...59
DAFTAR PUSTAKA KUESIONER
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Snack Berlabel Halal MUI ... ..3
Tabel 1.2 Definisi Operasional Variabel ... 10
Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert... 11
Tabel 2.1Empat Jenis Perilaku Pembelian ... 26
Table 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan ... 44
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian ... 44
Tabel 4.4 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Labelisasi Halal (X) ... 45
Tabel 4.5 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Pemebelian (Y) .. 46
Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel X (Labelisasi Halal) ... 48
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Y (Keputusan Pembelian) ... 48
Tabel 4.8 Uji Reabilitas ... 49
Tabel 4.9 Coeffisientsa... 49
Tabel 4.10 Model Summary ... 53
(8)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1Kerangka Konseptual ... 7
Gambar 2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian ... 22
Gambar 2.2 Pengertian Produk ... 32
Gambar 2.3 Konsep Produk Total ... 33
Gambar 3.1 Jenis-jenis Chitato ... 37
Gambar 3.2 Logo label halal LPPOM MUI ... 38
Gambar 4.1 Kurva Normalitas ... 50
Gambar 4.2 Normal Plot of Regression ... 51
(9)
ABSTRAK
Ramadhan Rangluti (2010) Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara. Dibawah bimbingan Dra. Yeni Absah, SE, Msi sebagai dosen pembimbing, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE,Msi sebagai ketua departemen manajemen, Dra. Endang Sulistya Rini, SE, Msi sebagai dosen penguji I dan Fadli, SE,Msi sebagaidosen penguji II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal terhadap
keputusan pembelian produk makanan dalam kemasan pada mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara serta untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal
produk makanan dalam kemasan dalam benak mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Teknik pengumpulan data yaitu dengan penyebaran angket/kuesioner dan
wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif dan kuantitatif. Data
primer diperoleh dari kuesioner/daftarpernyataan dan diolah dengan menggunakan SPSS
15.0. teknik pengambilan sample yaitu dengan accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Labelisasi halal berpengaruh signifikan
dengan nilai signifikan 0,000 akan tetapi memiliki kontribusi yang kecil karena menghasilkan
nila R square 0,221 atau 22,1 %.
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang
produk yang akan digunakan. Informasi tentang produk dapat diperoleh melalui beberapa
sumber, antara lain sumber personal (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial
(iklan, tenaga penjual, dealer, kemasan, displai), sumber publik (media massa, organisasi
rating konsumen), dan sumber percobaan (meneliti, menggunakan produk). Dalam sebuah
kemasan terdapat informasi mengenai bentuk fisik produk, label dan sisipan (instruksi detail
dan informasi keamanan untuk produk yang komplek atau berbahaya yang terkandung dalam
obat atau mainan) yang dapat digunakan konsumen untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam mengenai suatu produk tertentu yang ingin digunakannya.
Label merupakan bagian dari kemasan dan mengandung suatu informasi tentang
produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label konsumen dapat menemukan informasi
mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan
alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah yang
bersangkutan; tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, klaim nutrisi terutama untuk produk
kesehatan, petunjuk penggunaan, dan keterangan lain untuk kondisi spesial dan cara
penggunaan, serta keterangan tentang halal.
Jumlah Umat Islam sekarang ini sangat besar dan tersebar di seluruh dunia.
Indonesia, adalah negara yang memiliki jumlah Umat Islam yang terbesar dari pada
negara-negara lain di dunia. Populasi yang demikian besar dari Umat Islam membuat
Umat Islam menjadi pasar yang demikian potensial untuk dimasuki. Hal ini tentu akan
menjadi fenomena yang patut diperhatikan oleh para pemasar khususnya di Indonesia
(11)
Pemahaman yang semakin baik tentang agama makin membuat Umat Islam menjadi
semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi. Khusus di Indonesia, Umat
Islam dilindungi oleh lembaga yang secara khusus bertugas untuk mengaudit
produk-produk yang dikonsumsi oleh Umat Islam di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga
Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan – Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara
memberikan sertifikat halal sehingga produk yang telah memiliki sertifikat halal tersebut
dapat memberi label halal pada produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan
kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh
ajaran agama Islam, atau produk tersebut telah menjadi kategori produk halal dan tidak
mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh Umat Islam.
Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya
berdasarkan ketentuan Syariat yang menjadi tolok ukur untuk
Umat Islam adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan
masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan
keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (high involvement). Dengan
begitu akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat
adanya proses pemilihan tersebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan
kehalalan sebagai parameter utamanya. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada
produk makanan untuk memasuki pasar umat Muslim. Tabel 1.1 menunjukkan
produk-produk makanan dalam kemasan kategori snack yang telah diberi label halal oleh
(12)
Tabel 1.1
Snack Berlabel Halal MUI
NO MEREK SNACK
1 ABC Mie Remes Pelangi rasa Burger,Spaghetti, Pop Corn, Krim
Bawang Amerika
2
Anak Mas, Krip-Krip, You & Mie
3 Calbee Megumi snack Udang Rasa Lada Hitam, Rumput Laut,
Original, Sweet Potato Pellet
4
Cheese snack, Serena, Snack Chocolate, Crackers, Orange
5
Chippy Snek, Guritoz Snek Jagung
6 Chitato, Cheetos, Teny Net, Jetz Sweet, Salty, Sauce, Chiki Potato,
Tradia Crackers
7
Mie Snack
8
Mie Snack Kremezz Rasa Ayam Panggang & Jagung Bakar
9
Monde Pola Snack
10
Nissin Golden Horn Keju
11
Oishi Pinottsu, Potatos, Pillows Crackers, Cheese Barrel
12
Peppitas Snek Rasa Keju Pedas, Rasa Dendeng Pedas
13
Piattos Snek Kentang Rasa BBQ, Keju, Sapi Panggang
14 Royco Soupy Snax Corn a'Licious, Crazy O'Loda, Lemony
Shrimp,Soto Delight, Spicy Beef, yummy Mushroom
15
Sea Crunch Snek
16
Snek Kentang rasa Keju, BBQ, Kentang Asli
17
Spuds Salt & Pepper (Potato Chips)
18
(13)
Znez rasa (Ayam, Chilli BBQ, Jagung Bakar, Keju)
19 Choco Bis, Bella Chocolate, Cho Cho Wafer Stick Peanut, Choc
Cho Black & white (Balls), Choc Meises
20
Choco Wafer, Eterna, rocky, Cho-cho, Bella Wafer, Bella Meses
21
Corn Cripspy, Rice Crispy, Brown Rice Crispy
22
Hola Hole, Mailit
23 Krupuk Noodle, Tenny Net Rasa Ayam, Cheetos Corn, Chiki Stick,
Yoyo, Lays, Chiki Balls
Sumber:
Chitato merupakan salah satu jenis makanan ringan dalam kemasan yang telah sangat
dikenal di Indonesia cukup lama hingga sekarang ini. Chitato baru saja melakukan re
launch atau berganti kemasan dengan bentuk kemasan yang baru yang lebih menarik.
Chitato juga melakukan pembaharuan dalam hal rasa, antara lain rasa sapi panggang, rasa
asli, rasa keju supreme, rasa ayam bumbu, dan rasa sapi bumbu bakar. Dalam hal ini
chitato harus memperhatikan proses pembuatan produknya agar terhindar dari hal-hal
yang dapat menyebabkan produknya menjadi tidak halal. Oleh karena dengan rasa baru
yang dimiliki chitato yaitu
menggunakan ayam dan sapi akan sangat riskan terhadap risiko ketidak halalan produk,
terkait dengan proses penyembelihan hewan tersebut serta zat-zat lain yang dapat
menyebabkan produknya menjadi tidak halal.
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FH UMSU) yang
mayoritas mahasiswanya beragama Islam dapat menjadi perwakilan dari komunitas
Muslim yang menjadi konsumen produk tersebut. Mahasiswa adalah komunitas kritis yang
(14)
informasi adalah komunitas yang bisa memilah-milah produk-produk yang mereka
konsumsi berdasarkan informasi yang mereka peroleh.
Agar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas serta disertai bukti ilmiah mengenai
bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap suatu
produk tertentu, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah. Untuk itu akan dilakukan
penelitian dengan menjadikan mahasiswa FH UMSU sebagai studied population, karena
mahasiswa FH UMSU dapat memahami tentang hukum yang berlaku mengenai labelisasi
halal.
Penulis memberikan judul pada penelitian ini adalah “Pengaruh Labelisasi Halal
terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack merek Chitato)
Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara”.
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk Chitato
pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara?
2. Bagaimana tanggapan Umat Islam yaitu mahasiswa di Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara mengenai labelisasi halal pada
(15)
C. Kerangka Konseptual
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Dengan kata lain merupakan faktor yang paling utama dalam perilaku
pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut Wallendorf dan Reilly dalam
Setiadi(2003:333) kebudayaan adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan
secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu.
Masih menurut Setiadi (2003:338) simbol-simbol kebudayaan dapat berupa sesuatu yang
tidak kasat mata (seperti : sikap, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, dan agama) atau sesuatu
yang kasat mata (peralatan, perumahan, produk, hasil seni).
Berdasarkan uraian tersebut, maka di buat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Setiadi (2003)
D. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis
penelitian ini adalah : “Labelisasi halal memiliki pengaruh positif terhadap keputusan
pembelian produk makanan dalam kemasan pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara”. Labelisasi Halal
(X)
Keputusan Pembelian (Y)
(16)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk
makanan dalam kemasan pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
b. Mengetahui pengaruh labelisasi halal produk makanan dalam kemasan dalam
benak mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Manfaat bagi perusahaan adalah mengetahui tanggapan konsumen mengenai
labelisasi halal pada produknya dan mengetahui bagaimana pengaruh labelisasi
halal terhadap keputusan pembelian konsumen. Informasi tersebut diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha melabelisasikan
produknya dengan label halal dimasa yang akan datang
b. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi semua
pihak yang berminat terhadap bidang manajemen pemasaran terutama yang berkaitan
dengan retailing, perilaku konsumen, dan komunikasi pemasaran serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan menyusun dalam bidang manajemen
pemasaran, yaitu yang berkaitan dengan retailing, perilaku konsumen, dan
komunikasi pemasaran, khususnya mengenai pengaruh labelisasi halal terhadap
keputusan pembelian konsumen
(17)
Menambah khasanah pengetahuan penulis mengenai manajemen pemasaran,
khususnya mengenai perilaku konsumen.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Yang akan diteliti adalah labelisasi halal sebagai variabel bebas atau
independen (variable X), serta keputusan konsumen sebagai variabel terikat (variabel
Y).
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas (X)
Labelisasi Halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan
produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk
halal. Dengan indikator sebagai berikut:
1) Proses Pembuatan
2) Bahan baku utama
3) Bahan pembantu
4) Efek
Diukur dengan Skala Likert, dengan skor 1-5. Dimana semakin tinggi angka
skor menunjukkan semakin yakin konsumen tentang kehalalan produk.
b. Variabel Terikat (Y)
Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen untuk membeli suatu produk
makanan kemasan berdasarkan ada atau tidaknya label halal pada kemasan produk
tersebut. Indikatornya adalah:
1) Tingkat keyakinan
(18)
3) Minat
4) pengenalan
5) Kualitas produk
Di ukur dengan Skala Likert, dengan skor 1-5. Dimana semakin tinggi angka skor
menunjukkan semakin yakin konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.
Adapun definisi operasional variabelnya juga dapat dilihat lebih jelas pada Tabel
1.2 :
Tabel 1.2
Operasionalisasi Variabel
3. Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan skala likert yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi yang dijabarkan menjadi indikator
variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2007:86).
Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel Skala
Ukur
Labelisasi Halal (Var X)
Adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa
produk yang dimaksud berstatus sebagai produk
halal.
1. Proses pembuatan 2. Bahan baku utama 3. Bahan pembantu 4. Efek Skala Likert Keputusan Pembelian (Var Y) keputusan konsumen untuk membeli suatu produk makanan kemasan
berdasarkan ada atau tidaknya label halal pada kemasan produk tersebut.
1. Tingkat keyakinan 2. Kepercayaan 3. Minat
4. pengenalan 5. Kualitas produk
Skala
(19)
Tabel 1.3
Instrumen Skala Likert
Sumber: (Sugiyono,2007:86)
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Fakulltas Hukum Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Kapten Muchtar Basri No.3 Medan. Waktu
penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Juli 2010.
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang beragama Islam angkatan 2005/2006
sampai dengan 2009/2010 yang pernah mengkonsumsi Chitato.
b. Sampel
Jawaban Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Kurang setuju 3
Tidak setuju 2
(20)
Oleh karena jumlah populasi tidak diketahui maka pengambilan jumlah
sampel dilakukan dengan menggunakan rumus (Supramono, 2003:62):
Dimana :
n = Jumlah Sampel
Zα = Nilai standard normal yang besarnya tergantung α Bila α = 0,05 Z = 1,96
Bila α = 0,01 Z = 1,67 p = estimasi proporsi populasi
q = 1-p
d = penyimpangan yang ditolerir.
Dengan demikian jumlah sampel adalah:
n = 195,92= 196 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan accidental
sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di tempat penelitian dapat
digunakan sebagai sampel bila dipandang orang tersebut cocok sebagai data
(Ginting dan Situmorang, 2008:141).
(Zα)2
(p)(q)
d2 n =
(1.96)2(0,85)(0,15)
(0,05)2 n =
(21)
6. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dan hasil
kuesioner yang disebarkan kepada responden.
b. Data Sekunder, yaitu data yan telah ada dan tersusun secara sistematis serta
merupakan hasil penelitan atau rangkuman dari dokumen-dokumen perusahaan
serta literature lain seperti buku, majalah, surat kabar, makalah, dan situs web.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data mengenai objek penelitian, maka digunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Teknik wawancara (interview), yaitu dengan bertanya jawab atau wawancara
langsung kepada konsumen produk yang menjadi objek penelitian.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data primer yang dlakukan melalui
penyebaran kuesioner kepad sejumlah sampel responden yang dianggap mewakili
seluruh populasi.
c. Penelitian kepustakaan (library reseach)
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengumpulan bahan-bahan
melalui buku-buku bacaan, catatan kuliah, literatur lainnya yang berhubungan dengan
topik penulisan ini. Tujuan penelitian kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data
(22)
8. Uji Validitas dan Reabilitas
a. Uji Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang ingin
di ukur. Uji validitas untuk mengukur ketepatan alat ukur melakukan tugas mencapai
sasarannya.
Kriteria dalam menentukan validitas kuesioner adalah sebagai berikut:
1) Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid.
2) Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid.
b. Uji Reabilitas
Merupakan tingkat kehandalan suatu instrumen penelitian. Instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur
objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,2007:105). Uji
reabilitas akan menunjukkan konsistensi jawaban responden dari pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner. Pertanyaan yang telah valid ditentukan reabilitasnya dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Jika r alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut
reliabel.
2) Jika r alpha negatif dan lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tersebut
tidak reliabel.
Uji validitas dan reabilitas akan dilaksanakan pada 30 orang Mahasiswa Fakultas
(23)
9. Metode Analisis Data
a. Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yaitu metode penganalisisan data yang mengumpulkan,
mengklasifikasikan, menganalisa, dan menginterpretasikan data sehingga memberi
gambaran menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi (Sugiyono,2007:110)
b. Regresi Linear Sederhana
Digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dimana jumlah variabel bebas da
variabel terikat tidak lebih dari satu. Peneliti menggunakan program SPSS 15.0 untuk
mendapatkan hasil yang terarah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Keputusan pembelian konsumen (variable dependen)
a= konstanta
b= Koefisien regresi sederhana
X= Labelisasi Halal
c. Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana maka terlebih dahulu perlu
dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi linier sederhana
layak digunakan atau tidak. Beberapa persyaratan asumsi klasik harus dipenuhi:
1. Uji Normalitas Data
Pengujian ini dilakukan untuk melihat model regresi, apakah variabel
(24)
2. Heteroskedastisitas
Digunakan untuk menguji model regresi apakah terjadi ketidaksamaan atau
perbedaan varians dari residual pengamatan yang lain. Jika varians residual dari
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model yang paing baik apabila tidak terjadi
heteroskedastisitas.
d. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien determinasi (R2) semakin
besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y
dimana 0<R2<1. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat
dikatakan bahwa bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel
terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh
(25)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
M. Agung Wibisono (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara
Persepsi Konsumen Muslim Terhadap Labelisasi Halal Makanan Kaleng Dengan
Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Konsumen Muslim di Surabaya”. Penelitian
bertujuan untuk meneliti hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi
halal makanan kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen Muslim di
Surabaya. Diduga terdapat hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi
halal makanan kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen muslim di
Surabaya. Hasil korelasi kedua variabel menunjukkan hubungan yang positif sebesar 0,191
dengan signifikansi 0,000, dengan demikian hipotesis kerja yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi halal makanan kaleng dengan
pengambilan keputusan pembelian konsumen muslim di Surabaya diterima.
Yayat Supriadi (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan
Labelisasi Halal Terhadap Hasil Penjualan Produk Industri Makanan dan Dampaknya Pada
Ketahanan Perusahaan”. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis bagaimana bentuk kebijakan pemerintah tentang labelisasi halal terhadap
produk industri makanan di Indonesia, selain itu juga untuk melihat berapa besar pengaruh
kebijakan labelisasi halal, kualitas produksi makanan, dan harga produksi makanan terhadap
hasil penjualan produk industri makanan, serta untuk mengestimasi berapa besar dampak
labelisasi halal pada industri makanan terhadap ketahanan perusahaan. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik kualitatif dan metode
(26)
industri produk makanan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil penjualan produk
industri makanan di Indonesia pada saat ini dengan R2 sebesar 0,836 yaitu mempengaruhi
sebesar 83,6%.
B. Perilaku Konsumen
Semakin meningkatnya persaingan bisnis mendorong produsen untuk lebih berorientasi
pada konsumen atau pelanggan. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan pengetahuan
mengenai konsumen terutama mnegenai perilakunya. Schiffman dan Kanuk (1997:6)
menerangkan tentang definisi perilaku konsumen sebagai berikut :”The behavior that
consumers display in searching for purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas which they expect to satisfy their needs”(“Perilaku yang ditunjukkan oleh
konsumen dalam pencariannya untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang
produk, jasa dan ide yang mereka kira dapat memenuhi kebutuhan mereka”). Sedangkan The
American Marketing Association (Setiadi, 2003:3) mendefinisikan perilaku konsumen adalah
interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia
melakukan pertukaran dalam hidup mereka.
Dengan kata lain perilaku konsumen meliputi bagaimana aktivitas dinamis individu,
kelompok, dan organisasi memilih, membeli,menukar, memakai, atau membuang barang,
jasa, dan gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.
Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan bukan hal yang sederhana.
Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun dapat bertindak
sebalinya. Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang merubah mereka pada menit-menit
terakhir. Karenanya pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi serta perilaku
(27)
1. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Keputusan pembelian dari konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor
penting. Faktor-faktor ini penting untuk diketahui bagi pemasar agar dapat menentukan
strategi yang akan diterapkan. Seperti yang dikemukakan Engel(1994:46) berpendapat
bahwa konsumen dapat dipengaruhi perilakunya menurut kehendak pihak yang
berkepentingan. Selanjutnya Engel juga menyebutkan sedikitnya ada 3 faktor yang menjadi
deteminan variasi penentu keputusan konsumen. 3 faktor ini yang menjadi pengaruh yang
mendasari pada perilaku konsumen. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Pengaruh Lingkungan.
Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks dimana keputusan mereka
dipengaruhi oleh 1. Budaya, 2. Kelas Sosial, 3. Pengaruh Pribadi, 4. Keluarga, dan 5.
Situasi.
b. Perbedaan dan Pengaruh Individual.
Konsumen juga dipengaruhi faktor internal yang menggerak dan mempengaruhi
perilaku mereka. Faktor internal ini sangat mungkin berbeda antar individu sehingga
akan mengahsilakan keputusan dan perilaku yang berbeda pula. Faktor-faktor tersebut
adalah 1. Sumber daya konsumen, 2. motivasi dan Keterlibatan, 3. Pengetahuan, 4.
Sikap, dan, 5. Kepribadian, gaya hidup, dan demografi.
c. Proses Psikologis.
Proses psikologis dari konsumen akan membawa mereka pada proses berikut yaitu
pengolahan Informasi, pembelajaran dan, perubahan Sikap/Perilaku, yang kesemuanya
(28)
Senada dengan Engel, Kotler (2008:159) menyebutkan setidaknya ada 4 faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : faktor budaya, sosial, kepribadian, dan kejiwaan.
Masing-masing dari faktor-faktor tersebut memiliki subfaktor yang menjadi elemen
pembentuknya.
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Sumber: prinsip-prinsip pemasaran, Kotler (2008:160)
Penelitian pada faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen ini akan dapat
menghasilkan petunjuk bagaimana meraih dan melayani konsumen secara lebih efektif.
2. Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Dengan kata lain merupakan faktor yang paling utama dalam perilaku
pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut Wallendorf dan Reilly dalam
Setiadi(2003:333) kebudayaan adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan
secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu.
Masih menurut Setiadi (2003:338) simbol-simbol kebudayaan dapat berupa sesuatu
yang tidak kasat mata (seperti : sikap, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, dan agama) atau
sesuatu yang kasat mata (peralatan, perumahan, produk, hasil seni). BUDAYA
- Budaya
- Sub Budaya
- Kelas Sosial
SOSI AL
- Kelompok Acuan
- Keluarga
- Peran dan Status
KEPRI BADI AN
- Usia dan tahap siklus hidup
- Pekerjaan
- Keadaan Ekonomi - Gaya Hidup
- Kepribadian dan Konsep diri
KEJI WAAN
- Motivasi - Persepsi - Pengetahuan - Keyakinan dan pendirian P E M B E L I
(29)
3. Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Salah satu keputusan yang penting diambil konsumen dan harus mendapat perhatian
yang besar dari para pemasar adalah keputusan pembelian konsumen. Pengambilan
keputusan konsumen menurut Setiadi (2003:415) adalah proses pengintergrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan
memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses ini adalah pilihan (choise) yang disajikan
secara kognitif sebagai keinginan berperilaku.
Menurut Kotler (2008:179) untuk sampai kepada keputusan pembelian konusumen
akan melewati 5 tahap yaitu :
a. Problem Recognition
Merupakan tahap dimana pembeli mengenali masalah atau kebutuhannya. Pembeli
mersakan perbedaan antara keadaan aktualnyadengan keadaan yang diinginkannya.
Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal seperti lapar dan haus yang
bila mencapai titik tertentu akan menjadi sebuah dorongan dan rangsangan ekternal.
Misalnya ketika melewati toko kue yang merangsang rasa laparnya.
b. Information Search
Setelah tergerak oleh stimuli konsumen berusaha mencari informasi lebih banyak
tentang hal yang dikenalinya sebagai kebutuhannya. Konsumen memperoleh info dari
sumber pribadi (keluagra, teman, tetangga, dan kenalan), komersial (iklan, tenaga
penjual, perantara, kemasan), publik (media massa, organisasi pembuat peringkat), dan
sumber pengalaman (pengkajian, pemakaian produk)
c. Alternative Evaluation
Merupakan tahapan dimana konsumen memperoleh informasi tentang suatu objek dan
(30)
alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang dingiinkan
dengan yang bisa diberiakn oleh pilihan produk yang tersedia.
d. Purchase Decision.
Merupakan tahapan dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan
transaksi pembelian atau pertukaran antara uanga atau janji untuk mebayar dengan hak
kepemilikan atau penggunaan suatu benda.
e. Post-purchase Behaior
Merupakan tahapan dimana konsumen akan mengalami dua kemungkinan yaitu
kepuasan dan ketidak-puasan terhadap pilihan yang diambilnya.
4. Klasifikasi Peran Pembelian.
Seseorang yang melakukan suatu transaksi pembelian suatu produk atau jasa bisa jadi
transaksinya bukan hanya ditujukan untuk dirinya pribadi. Seorang ibu pergi berbelanja ke
pasar tidak hanya membeli barang atau jasa untuk kebutuhan pribadinya saja, tetapi juga
untuk anggota keluarganya.
Pada saat yang bersamaan seseorang dapat memerankan beragam peran yang dapat
dilakukannya pada suatu proses pembelian. Peran pembelian yang dapat dilakukan seorang
individu dapat terbagi menjadi lima peran, Kotler (2008:157) yaitu:
a. Pencetus (initiator)
Seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa.
b. Pemberi Pengaruh (influencer)
Adalah individu yang memberikan saran atau pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian baik melaui tindakan atau
ucapannya
(31)
Seseorang yang memutuskan setiap komponen dari suatu keputusan pembelian,
apakah akan membeli, tidak membeli, bagamana membelinya, kapan, dimana akan
membeli.
d. Pembeli (buyer)
Adalah individu yang secara langsung melakukan transaksi pembelian yang
sesungguhnya
e. Pemakai (user)
Adalah orang yang paling langsung terlibat dalam mengkonsumsi atau menggunakan
produk atau jasa yang telah dibeli
5. Perilaku Pembelian
Dalam pengambilan keputusannya setiap konsumen dapat melakukan keputusan yang berbeda bergantung pada jenis pembelian yang dilakukannya. Keputusan yang mereka ambil
akan membawa pada perilku pembelian yang berbeda pula. Jenis produk yang mereka beli akan menentukan besarnya ketelibatan mereka dan peserta yang terlibat dalam proses pembeliannya. Assael dalam Kotler (2008:177) membedakan empat jenis perilaku pembelian
konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi merek Tabel 2.1
Empat Jenis Perilaku Pembelian
HIGH INVOLMENT LOW INVOLMENT
Significant Differences betwen Brands Complex Buying Behavior Variety-seeking Buying Behavior
Few Differences between Brands
Dissonace-reducing Buying Behavior
Habitual Buying Behavior
a. Complex Buying Behavior (perilaku pembelian yang rumit)
Konsumen yag terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit akan sangat terlibat dalam proses pembeliannya karena mereka menyadarai bahwa ada perbedaan yang signifikan
dari tiap merek dan resiko yang dihadapi cukup tinggi karena ketiadaan pengalaman sebelumnya dalam proses keputusan pembeliannya. Produk yang masuk dalam kategori
ini bisanya adalah produk yang mahal, jarang dibeli dan beresiko. Perilaku pembelian yang rumit terdiri atas tiga langkah, pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut, kedua, ia membangun pendiria tentang produk tersebut, ktiga,
ia membuat pilihan pembelian yang cermat. Komsumen akan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam perilaku pencarian informasi tentang produk.
b. Dissonance-reducing Buying Behavior (perilaku pembelian pengurang disonansi)
Konsumen yang telibat dalam perilaku pembelian pengurang disonansi akan sangat terlibat dalam proses pembeliannya namun melihat hanya ada sedikit perbedaan dalam
(32)
merek-merek produk sejenis. Keterlibatan tinggi didasari fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan beresiko. Konsumen mungkin bereaksi pada harga
yang baik atau kenyamanan dalam berbelanja. Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami disonansi/ketidaksesuiaan yang muncul dari pengamatan terhadap hal-hal yang mengganggu produk yang dibelinya atau kabar yang menyenangkang dari produk
yang lain. Konsuemn akan waspad terhadap informasi yang membenarkan keputusannya.
c. Variety-seeking Buying Behavior (perilaku pembelian pencari variasi)
Beberapa situasi pembelian ditandai oelh keterlibatan konsumen yang rendah namun terdapat perbedaan antar merek yang signifikan. Dalam situasi ini konsumen sering
melakukan perpindahan merek yang disebabkan ketidak puasan, rasa bosan atau sedekar mencari variasi. Produk yang masuk dalam kategori ini adalah produk minor
yang beresiko rendah seperti kue atau permen. d. Habitual Buying Behavior (perilaku pembelian karena kebiasaan)
Konsumen yang terlibat dalam perilaku pembelian kebiasaan akan memiliki keterlibatan yang rendah dalam proses pembeliannya merasa tidak terdapat perbedaan
yang signnifikan antar merek produk sejenis. Misalnya garam, konsuemn tetap akan mengambil merek yang sama bukan karena kesetiaan merek yang kuat, namun hanya
sebatas karena kebiasaan untuk mengambil garam dengan merek tersebut. 6. Klasifikasi Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses keputusan pembelian konsumen diterpakan secara berbeda pada setipa situasi.
Suatu situasi, misalnya saat pembelian mobil baru, mebutuhkan semua tahap dari proses
keputusan pembelian karena adanya kemungkiinan diterimanya resiko yang tinggi oleh
konsumen apapun golongannya. Sementara dalam situasi lain seperti pembelian permen,
memungkinkan konsuemn untuk melewatkan tahap tertentu dari proses keputusan pembelian.
Ada tiga macam proses pengambilan keputusan oleh konsumen (Berman dan Evan,
1998:223) yaitu:
a. Pengambilan Keputusan yang diperluas (extended decision making).
Tipe ini terjadi ketika seorang konsumen menggunakan semua tahapan proses
keputusan pembelian, namun konsumen dapat berhenti pada tahap manapun dari proses
keputusan pembelian. Konsuemn membutuhkan lebih banyak waktu dalam pencarian
informasi dan mengevaluasi alternatif. Karakteristik konsumen seperti umur,
pendidikan, pendapatan dan status pernikahan, memiliki pengaruh besar bagi
(33)
mahal, kompleks, dan konsumen memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali
pengalaman dengan produk tersebut, misalnya rumah baru, mobil pertama, atau
asuransi jiwa.
b. Pengambilan Keputusan yang Terbatas (limited decision making)
Pengambilan keputusan seperti ini berlaku apabila konsumen menjalani semua tahap
keputusan pembelian namun tidak menggunakan banyak waktu untuk setiap tahpnya.
Kategori produk yang dibeli adalah produk rutin, dengan resiko yang mungkin diterima
secara moderat dan konsumen dapat berbelanja kapan saja. Tahap keputusan dilalui
dibawah pengaruh pengalaman sebelumnya. Prioritas ditetapkan pada evaluasi
alternatif yang sudah diketahui dengan mengacu kepada keinginan dan standar
individu. Contoh produknya adalah mobil yang kedua, pakaian, hadiah, perjalanan
wisata. Selain pengalaman, pendapatan, tingkat kepentingan untuk membeli dan motif
sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
c. Pengambilan Keputusan yang rutin (routine decision making)
Terjadi apabila konsumen membeli sesuai kebiasaan dan melewatkan tahapan-tahapan
dalam proses keputusan pembelian. Konsumen ingin menggunakan waktu yang
tersingkat untuk berbelanja, membeli produknya dengan merek yang sama dan
seringkali ditoko yang sama. Kategori produknya adalah produk yang secara rutin
dibeli dan mengandung resiko yang kecil karena sudah ada pengalaman sebelumnya.
Tahap kunci pada tipe ini adalah pengenalan kebutuhan, manakala konsuemn
menyadari bahwa produknya dibutuhkan maka otomatis akan dilakukan pembelian.
Pencarian informasi, evalusi alternatif dan prilaku pasca pembelian sedikit dilakukan
dibandingkan pada keputusan pembelian terbatas. Langkah itu tidak dilakukan selama
(34)
7. Tipe Konsumen dalam Mengambil Keputusan
Menurut Schiffman dan Kanuk (1997:560) istilah model konsumen menunjuk kepada
cara pandang umum bagaimana dan mengapa individu berperilaku seperti yang
ditampilkannya. Terdapat empat pandangan mengenai hal ini yaitu:
a. Economic Man. Dalam persaingan sempurna, konsuemn sering digolongkan sebagai
economic man, yaitu seorang yang membuat keputusan secra rasional. Untuk bertindak
secara rasional harus sadar akan alternatif produk yang tersedia, harus mampu
mengurutkan dengan benar alternatif yang ada, menimbang keuntungan dan kerugian
produk yang akan dibeli dan ia harus dapat memsatikan bahwa produk yang ditawarkan
itu sebagai alternatif terbaik, meskipun terkadang tidak memiliki info yang cukup dan
akurat.
b. Passive Man. Sebagai lawan dari economic man, passive man digambarkan sebagai
konsumen yang patuh terhadap keinginan dan promosi dari pemasar, produsen dapat
menggunakan formula yang disingkat dengan AIDA (attention, interest, desire, dan
action)
c. Cognitive Man. Model ini memfokuskan pada proses konsumen dalam mencari dan
mengevaluasi merek. Model cognitive man merupakan gambaran konsumen yang lebih
realistis dan menggambarkan konsuemn yang berada diantara model economic man dan
model passive man, yaitu konsumen yang memiliki cukup pengetahuan dan oleh
karenanya tidak dapat mebuat keputusan yang tepat, tetapi meskipun demikian mereka
aktif mencari informasi dan berusaha membuat keputusan yang memuaskan.
d. Emotional Man. Pada kenyataannya, kita mungkin menghubungkan perasaan dan
emosi, prestise, harapan dan kesenangan dalam melakukan pembelian. Pada saat
melakukan pembelian secara emosional cenderung kurang memperhatiakn dan mencari
(35)
berarti emotional man mengambil keputusan secara irasional, pengambilan keputusan
itu juga rasional.
C. Labelisasi
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan bisa meliputi barang fisik
(tangible) atau meliputi barang jasa (intangibe) yang dapat memuaskan konsumennya.
Pengertian ini dapat diperjelas dari gambar berikut :
Gambar 2.2 Pengartian Produk
Sumber : Strategi Pemasaran , Tjiptono(1997:95)
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang
ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan keinginan
konsumen sesuai dengan kompetensi dan kapabilitas organisasi serta daya beli pasar. Selain
itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi barang,
kemasan, label, pelayananan dan jaminan.
PENCAPAI AN TUJUAN ORGANI SASI
PEMENUHAN
KOMPETENSI KAPASI TAS
DAYABELI
PRODUSEN PRODUK PASAR
Permint aan Penawaran
PEMENUHAN KEPUASAN
(36)
Gambar 2.3 Konsep Produk Total
Sumber : Strategi Pemasaran , Tjiptono(1997:96)
Dari konsep ini dapat ditarik kesimpulan bahwa label termasuk bagian pembentuk
produk secara utuh.
1. Pengertian Label
Menurut Stanton(1996:282) label adalah bagian sebuah produk yang membewa
informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan
bagian dari kemasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk.
Stanton (1996:282) membagi label kedalam 3 klasifikasi yaitu :
a. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan
b. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai
penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan, dan kinerja produk, serta
karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.
KEPUASAN PELANGGAN MEREK
PRODUK
KEMASAN BARANG
JAMI NAN PELAYANAN
(37)
c. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk (product’s
judged quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata. Misal buah-buahan dalam kaleng
diberi label kualitas A,B dan C
Kotler (2008:276) menyatakan bahwa label memiliki 3 fungsi utama yaitu:
a. mengidentifikasikan produk atau merek
b. menentukan kelas produk
c. menjelaskan produk yaitu siapa pembuatnya, kapan, dimana, apa isinya.
2. Pengertian Halal
Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI
No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah:
“…tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi
umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.”
Proses-proses yang menyertai dalam suatu produksi makanan atau minuman, agar
termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standard halal yang telah
ditentukan oleh agama Islam. Diantara standard-standard itu (www.halalmui.org) adalah:
a. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta tidak
menggunakan alkohol sebagai ingridient yang sengaja ditambahkan.
b. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara
syariat Islam.
c. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol.
d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan
tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya, tempat
tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari’at
(38)
3. Labelisasi Halal
labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan
produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal.
Mengacu pada klasifikasi label yang diberikan oleh Stanton, maka label halal masuk
dalam klasifikasi Descriptive Label yaitu label yang menginformasikan tentang konstruksi
atau pembuatan, ingridient atau bahan baku dan efek yang ditimbulkan (other characteristic)
(39)
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
A. Profil Chitato
Chitato merupakan produk snack yang diproduksi oleh PT. Indofood Sukses Makmur. PT. Indofood Sukses Makmur (INDF) adalah suatu perusahaan pengolahan multi makanan yang berpusat di Jakarta dan berdiri pada tanggal 14 Agustus 1990. Sejatinya pada awalnya PT. Indofood Sukses Makmur ialah perusahaan yang berbasis pada produksi mie instan dengan nama PT. Sarimi Asli Jaya. Selain mie instan, INDF juga merintis produk makanan olahan lainnya, yaitu snack foods sejak tahun 1983, yang memproduksi Chiki Snack.
Di tahun 1990 INDF menjalin joint venture dengan Pepsico Foods yang punya merek Frito-Lay dan kemudian membuat snack berbahan baku kentang, dengan merek-merek seperti Chitato, Cheetos dan Chikita.
Chitato yang memiliki motto life is never flat ini adalah snack yang berbahan dasar kentang segar, diiris bergelombang dan dibubuhi bumbu yang menggoda. Sebagai bahan makanan, kentang terbukti digemari oleh banyak orang. Di beberapa daerah di Indonesia pun ada yang menjadikannya sebagai makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Ia juga merupakan sumber karbohidrat yang penting.
B. Macam-Macam Rasa Chitato
Chitato telah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dulu, dan sudah menjadi idola untuk kelas snack hingga saat ini. Demi meningkatkan kualitas dan menambah daya tarik konsumen, Chitato baru saja melakukan re launch atau berganti kemasan dengan bentuk kemasan yang baru yang lebih menarik. Chitato juga melakukan pembaharuan dalam hal rasa, antara lain rasa sapi panggang, rasa asli, rasa keju supreme, rasa ayam bumbu, dan rasa sapi bumbu bakar.
Berikut bentu kemasan baru dan jenis-jenis rasa yang ditawarkan Chitato kepada konsumen dapat dilihat pada Gambar 3.1:
(40)
Chitato Rasa Ayam Barbeque
Terbaru dari Chitato. Paduan rasa ayam barbeque yang begitu kaya akan rasa, membuat lidahmu meminta Chitato rasa baru ini lagi...dan lagi....
Chitato Rasa Sapi Bumbu Bakar
Rasa Sapi Bumbu Bakar. Dengan paduan antara kentang asli berbalut ekstrak daging sapi yang begitu terasa di mulut, pasti akan menjadi favorit baru bagi penggemar Chitato selama ini
Chitato Rasa Keju
Kombinasi kentang dan keju yang pas ini akan membuat siapapun yang mencobanya terbuai dalam simfoni rasa a la Chitato.
Chitato Rasa Sapi Panggang
Membuka sebungkus Chitato Sapi Panggang serasa mengadakan barbecue di belakang rumah sendiri... yang pastinya lebih seru dinikmati bersama teman-teman sekampung!
Chitato Rasa Ayam Bumbu
Kalau soal rasa dan kerenyahan, tidak akan ada yang berani melawan varian Chitato yang satu ini. Pokoknya mantap!
Chitato Rasa Asli
Inilah persembahan Chitato bagi mereka yang menyukai segala sesuatu secara murni dan apa adanya, termasuk saat meraup kelezatan kentang yang benar-benar asli.
(Sumber
Gambar 3.1. Jenis-jenis Chitato
C. Label Halal LPPOM MUI
Sertifikasi Halal pada produk pangan, obat-obat, kosmetika dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin para konsumen. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal.
Sertifikat Halal adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at Islam. Sertifikat Halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Berikut Logo Label Halal yang berasal dari LPPOM MUI:
(41)
(Sumber:
Gambar 3.2. Logo Label Halal LPPOM MUI
1. Jaminan Halal dari Produsen
Masa berlaku Sertifikat Halal adalah 2 (dua) tahun, sehingga untuk menjaga konsistensi produksi selama berlakunya sertifikat, LPPOM MUI memberikan ketentuan bagi perusahaan sebagai berikut:
a. Sebelum produsen mengajukan sertifikat halal terlebih dahulu harus mempersiapkan
Sistem Jaminan Halal. Penjelasan rinci tentang Sistem Jaminan Halal dapat merujuk
kepada Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal yang dikeluarkan oleh LP
POM MUI.
b. Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang atau tim Auditor Halal Internal (AHI)
yang bertanggungjawab dalam menjamin pelaksanaan produksi halal.
c. Berkewajiban menandatangani kesediaan untuk diinpesksi secara mendadak tanpa
pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM MUI.
d. Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan Sistem Jaminan Halal.
2. Prosedur Sertifikasi Halal
Produsen yang menginginkan sertifikat halal mendaftarkan ke sekretariat LPPOM MUI dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Industri Pengolahan
(42)
dan/atau yang memiliki merek/brand yang sama
2) Produsen harus mendaftarkan seluruh lokasi produksi termasuk maklon dan pabrik
pengemasan
3) Ketentuan untuk tempat maklon harus dilakukan di perusahaan yang sudah
mempunyai produk bersertifikat halal atau yang bersedia disertifikasi
halal
b. Restoran dan Katering
1) Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh menu yang dijual termasuk
produk-produk titipan, kue ulang tahun serta menu musiman.
2) Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh gerai, dapur serta gudang.
c. Rumah Potong Hewan
1) Produsen harus mendaftarkan seluruh tempat penyembelihan yang berada dalam satu
perusahaan yang sama
d. Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal bagi produknya, harus
mengisi Borang yang telah disediakan. Borang tersebut berisi informasi tentang data
perusahaan, jenis dan nama produk serta bahan-bahan yang digunakan
e. Barang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan ke sekretariat
LP POM MUI untuk diperiksa kelengkapannya, dan bila belum memadai perusahaan
harus melengkapi sesuai dengan ketentuan.
f. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. Tim Auditor
LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan/audit ke lokasi produsen dan pada saat
audit, perusahaan harus dalam keadaan memproduksi produk yang disertifikasi.
g. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium (bila diperlukan) dievaluasi dalam
Rapat Auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum memenuhi persyaratan
diberitahukan kepada perusahaan melalui audit memorandum. Jika telah memenuhi
(43)
Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya.
h. Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI dalam Sidang Komisi
Fatwa Mui pada waktu yang telah ditentukan.
i. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum
memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan, dan hasilnya akan disampaikan
kepada produsen pemohon sertifikasi halal.
j. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah ditetapkan status
kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.
k. Sertifikat Halal berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan fatwa.
l. Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir, produsen harus mengajukan
perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan LPPOM MUI.
3. Prosedur Perpanjangan Sertifikat Halal
a. Produsen harus mendaftar kembali dan mengisi borang yang disediakan.
b. Pengisian borang disesuaikan dengan perkembangan terakhir produk.
c. Produsen berkewajiban melengkapi kembali daftar bahan baku, matrik produk versus
bahan serta spesifikasi, sertifikat halal dan bagan alir proses terbaru.
d. Prosedur pemeriksaan dilakukan seperti pada pendaftaran produk baru.
e. Perusahaan harus sudah mempunyai manual Sistem Jaminan Halal sesuai dengan
ketentuan prosedur sertifikasi halal di atas.
4. Tata Cara Pemeriksaan (Audit)
Pemeriksaan (audit) produk halal mencakup:
a. Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk (Sistem Jaminan Halal).
(44)
komposisi dan proses pembuatannya dan/atau sertifikat halal pendukungnya, dokumen
pengadaan dan penyimpanan bahan, formula produksi serta dokumen pelaksanaan
produksi halal secara keseluruhan.
c. Observasi lapangan yang mencakup proses produksi secara keseluruhan mulai dari
penerimaan bahan, produksi, pengemasan dan penggudangan serta penyajian untuk
restoran/catering/outlet.
d. Keabsahan dokumen dan kesesuaian secara fisik untuk setiap bahan harus terpenuhi.
e. Pengambilan contoh dilakukan untuk bahan yang dinilai perlu.
5. Sistem Pengawasan
a. Perusahaan wajib mengimplementasikan Sistem Jaminan Halal sepanjang
berlakunya Sertifikat Halal
b. Perusahaan berkewajiban menyerahkan laporan audit internal setiap 6 (enam)
bulan sekali setelah terbitnya Sertifikat Halal.
c. Perubahan bahan, proses produksi dan lainnya perusahaan wajib melaporkan
(45)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu menggunakan
analisis deskriptif dan statistik regresi linier sederhana. Metode analisis deskriptif dalam
penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer yang
menunjukkan bagaimana tanggapan konsumen muslim terhadap labelisasi halal. Analisis
linier sederhana digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh labelisasi halal terhadap
keputusan pembelian dengan menggunakan bantuan program software SPSS 15.0.
A. ANALISIS DESKRIPTIF
1. Deskriptif Responden
Analisa deskriptif responden dengan data frekuensi digunakan untuk mengetahui
seberapa banyak responden menyatakan hal yang sama terhadap suatu obyek pernyataan.
Berikut adalah hasil perhitungannya:
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut
ini:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 95 orang 48%
Perempuan 101 orang 52%
Total 196 orang 100%
(46)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 95
orang (48%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 101 orang (52%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan
Karakteristik responden berdasarkan angkatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan
Angkatan Jumlah Persentase
2009 52 orang 26,5%
2008 54 orang 27,5%
2007 48 orang 24,5%
2006 42 orang 21,5%
Total 196 orang 100%
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden angkatan 2009 berjumlah 52 orang (26,5%),
angkatan 2008 berjumlah 54 orang (27,5%), angkatan 2007 berjumlah 48 orang (24,5%), dan
angkatan 2006 berjumlah 42 orang (21,5%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian
Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian dapat dilihat pada tabel 4.3
(47)
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian Per Bulan
Jumlah Pembelian Responden Persentase
1-4 125 63,83
5-9 25 12,77
10-14 6 3,19
15-19 19 9,57
>20 21 10,64
Total 196 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Chhitato merupakan makanan dalam kemasan yang
cukup digemari di kalangan mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pembelian yang
cukup banyak perbulannya, diantaranya sebanyak 9,57% responden melakukan pembelian
sebanyak 15 sampai 19 bungkus, bahkan ada yang mencapai 10,64% dari responden
melakukan pembelian lebih dari 20 bungkus per bulannya.
2. Deskriptif Variabel
Penelitian ini akan dijelaskan secara deskriptif hasil dari penelitian Pengaruh
Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack
merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara,
dengan tanggapan responden sebagai berikut:
Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
Angka 2 = Tidak Setuju (TS)
Angka 3 = Kurang Setuju (KS)
Angka 4 = Setuju (S)
(48)
a. Deskriptif Variabel Bebas (Labelisasi Halal)
Tabel 4.4
Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Labelisasi Halal (X) Item
Pernyataan
STS(1) TS(2) KS(3) S(4) SS(5)
F % F % F % F % F %
1 0 0 2 1,0 13 6,6 121 61,7 60 30,6
2 1 0,5 1 0,5 20 10,2 127 64,8 47 24,0
3 0 0 4 2,0 28 14,3 134 68,4 30 15,3
4 9 4,6 10 5,1 67 34,2 87 44,4 23 11,7
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa keberadaan label halal tidak serta merta membuat
konsumen merasa percaya dan yakin terhadap kehalalan produk Chitato, hal ini ditunjukkan
oleh frekuensi jawaban-jawaban responden cukup banyak yang menyatakan kurang setuju,
tidak setuju, bahkan ada yang menyatakan sangat tidak setuju. Diantaranya mengenai
pernyataan tentang keyakinan pada proses pembuatan Chitato dari variabel labelisasi halal
diketahui bahwa terdapat total 15 responden (7,6%) yang menjawab kurang setuju dan tidak
setuju. Pada pernyataan tentang kepercayaan pada bahan utama dalam Chitato dari variabel
labelisasi halal diketahui bahwa terdapat total 22 responden (11,2%) yang menyatakan
kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pernyataan tentang keyakinan pada
bahan-bahan pembantu dalam produk Chitato dari variabel labelisasi halal diketahui bahwa
terdapat total 32 responden (16,3%) yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju.
Pernyataan tentang kepercayaan terhadap efek dari produk Chitato dari variabel labelisasi
halal diketahui bahwa terdapat total 86 responden (43,9%) yang menyatakan kurang setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Keadaan ini bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan
(49)
b. Deskriptif Variabel Terikat (Keputusan Pembelian)
Tabel 4.5
Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Pembelian (Y) Item
Pernyataan
STS(1) TS(2) KS(3) S(4) SS(5)
F % F % F % F % F %
1 0 0 5 2,6 22 11,2 138 70,4 31 15,8
2 0 0 3 1,5 30 15,3 126 64,3 37 18,9
3 0 0 3 1,5 17 8,7 137 69,9 39 19,9
4 0 0 5 2,6 25 12,8 140 71,4 26 13,3
5 0 0 4 2,0 30 15,3 136 69,4 26 13,3
Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keberadaan label halal tidak selalu menjadi alasan yang
utama dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen. Hal ini ditunjukkan dalam
jawaban-jawaban responden pada setiap item pernyataan. Pada item pernyatan 1, Frekuensi
jawaban responden pada pernyataan tentang keyakinan terhadap labelisasi halal dari variabel
keputusan pembelian diketahui bahwa terdapat cukup banyak responden yang menjawab
kurang setuju dan tidak setuju yaitu total berjumlah 27 responden (13,8%). Pada item
pernyataan 2, tentang kepercayaan terhadap sertifikat halal MUI dari variabel keputusan
pembelian diketahui bahwa terdapat total 33 responden (16,8%) yang menyatakan kurang
setuju dan tidak setuju. Pada item pernyataan 3, tentang minat beli dari variabel keputusan
pembelian diketahui bahwa terdapat total 20 responden (10,2%) yang menyatakan kurang
setuju dan tidak setuju. Pada item pernyataan 4, mengenai pengetahuan konsumen tentang
labelisasi halal LPPOM MUI dari variabel keputusan pembelian diketahui bahwa terdapat
(50)
pernyataan 5, tentang kualitas label halal MUI dari variabel keputusan pembelian diketahui
bahwa terdapat total 34 responden (17,3%) yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.
Pada setiap item pernyataan pada Tabel 4.5, didapat cukup banyak jumlah responden
yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju. Hal ini bisa disebabkan oleh kecenderungan
sikap konsumen di Indonesia yang kurang memperhatikan label halal, terutama pada
produk-produk seperti snack, bumbu penyedap, permen, dan lain-lain yang dianggap halal karena
memiliki bahan utama yang halal tanpa memperhatikan kemungkinan-kemungkinan lain
yang dapat mempengaruhi kehalalan suatu produk.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Penelitian ini menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk mengukur kelayakan
instrumen penelitian. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 30 orang
responden yang berasal dari luar sampel yaitu mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara dengan bantuan SPSS 15.0.
1. Uji Validitas
Dengan menggunakan jumlah sampel responden (n) = 30, maka nilai r –tabel sebesar
0,361. Butir pernyataan dinyatakan valid apabila nilai r-hitung > r-tabel yang merupakan
nilai dari Corrected Item-Total Corelation > r-tabel (Situmorang, 2009 :43). Berikut ini
adalah hasil pengujiannya:
a. Uji Validitas Variabel Independen (X)
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel X (Labelisasi Halal) Butir Pernyataan corrected
Item-Total Corelation
Nilai r-tabel Keterangan
(51)
Butir 2 0,628 0,361 Valid
Butir 3 0,722 0,361 Valid
Butir 4 0,606 0,361 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Dengan SPSS 15.0 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, semua butir pernyataan variabel X mempunyai nilai
Corrected Item-Total Corelation > r-tabel (0,361) yang berarti bahwa semua pernyataan
tersebut adalah valid.
b. Uji Validitas Variabel Dependen (Y)
Tabel 4.7
Uji Validitas Variabel Y (Keputusan Konsumen) Butir Pernyataan corrected
Item-Total Corelation
Nilai r-tabel Keterangan
Butir 1 0,460 0,361 Valid
Butir 2 0,527 0,361 Valid
Butir 3 0,564 0,361 Valid
Butir 4 0,481 0,361 Valid
Butir 5 0,444 0,361 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Dengan SPSS 15.0 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.7, semua butir pernyataan variabel Y mempunyai nilai Corrected
Item-Total Corelation > r-tabel (0,361) yang berarti bahwa semua pernyataan tersebut adalah
valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh
instrumen pengukuran atau dengan kata lain tingkat kemampuan suatu instrumen pengukur
(52)
baik jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Situmorang, dkk, 2008:46). Untuk mengetahui
tingkat reliabilitas, penelitian ini menggunakan program komputer SPSS 15.0. Berikut ini
adalah tabel out put SPSS untuk uji reliabilitas:
Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Butir Pernyataan Variabel X
Cronbach’s Alpha Butir Pernyataan Variabel Y
Cronbach’s Alpha
Butir 1 0,720 Butir 1 0,704
Butir 2 0,704 Butir 2 0,666
Butir 3 0,658 Butir 3 0,652
Butir 4 0,786 Butir 4 0,679
Butir 5 0,692
Sumber : Hasil Pengolahan Dengan SPSS 15.0 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai Cronbach’s Alpha untuk seluruh butir pernyataan
yang nilainya lebih besar dari 0,60, yang artinya seluruh konstruk pernyataan adalah reliabel.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti
atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang
baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data
(53)
Gambar 4.1 : Kurva Normalitas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0
Pada grafik histogram pada Gambar 4.1 terlihat bahwa variabel keputusan pembelian
berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng kiri atau
menceng kanan.
Pada out put SPSS P-P Plot of Regression dapat dijelaskan bahwa data cenderung lurus
dan mengikuti garis diagonal sehingga data dalam penelitian ini cenderung berdistribusi
normal, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 berikut ini:
Regression Standardized Residual-2024
-4
-6
Frequency
60
40
20
0
(54)
Gambar 4.2 :Normal Plot of Regression
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat
ketidaksamaan varians dari residual pengamatan yang lain. Untuk melihat apakah terjadi
heteroskedastisitas atau tidak dapat dilihat pada grafik Scatterplot berikut ini:
Observed Cum Prob0.60.40.21.00.8
0.0
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
(55)
Gambar 4.3 : Diagram Scatterplot
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0
Berdasarkan grafik Scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak
tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi sikap konsumen berdasarkan
masukan dari variabel independennya.
D. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Persamaan regresi linier
sederhana adalah:
Regression Standardized Predicted Value-3-4-2-1021
Regressi
on
Student
ized Residual
420
-2-4
-6
(56)
1. Uji T
Uji t dilakukan untuk menguji apakah hipotesis diajukan diterima atau ditolak. Jika
thitung > ttabel, maka H0 diterima danHa ditolak. Demikian sebaliknya jika thitung < ttabel, maka H0
ditolak dan Ha diterima.
Tabel 4.9
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12,243 1,053 11,629 ,000
Labelisasi_Halal ,488 ,066 ,470 7,409 ,000
a Dependent Variable: Keputusan_Pembelian
Sumber : Hasil Pengolahan Dengan SPSS 15.0 (data diolah)
Berdasarkan out put Coefficients SPSS maka variabel labelisasi halal berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, hal ini dapat terlihat dari nilai
signifikan (0,000) yang lebih kecil dari 0,05. Selain itu juga diperoleh persamaan regresi
linier sederhana dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = 12,243 + 0,488 X
(57)
a. Konstanta bernilai 12,243 artinya jika tidak ada variabel bebas atau labelisasi halal (X)
maka faktor keputusan pembelian adalah sebesar 12,243.
b. Labelisasi halal bertanda positif terhadap keputusan pembelian dengan koefisien regresi
sebesar 0,488 dan nilai thitung (7,409) > ttabel (1,65275) yang artinya apabila terjadi peningkatan
variabel labelisasi halal (X) setiap satu satuan maka keputusan pembelian (Y) akan
meningkat sebesar 0,488.
2. Pengujian Koefisien Determinan (R2)
Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Koefisien determinan (R2) berkisar antara nol sampai dengan satu (0≤ R2≤1). Hal ini berarti bila R2 = 0, menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dan bila R2 mendekati satu , menunjukkan semakin kuatnya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berdasarkan hasil out put SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model
Summaryb dan terdapat dua pilihan yang bisa dipakai, yaitu R Square dan Adjusted R Square.
Namun untuk regresi linier sederhana sebaiknya digunakan R Square, karena jumlah
variabelnya tidak lebih dari dua variabel.
Tabel 4.10 Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,470(a) ,221 ,217 1,94016
a Predictors: (Constant), Labelisasi_Halal
(58)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0
Berdasarkan hasil analisis regresi, diketahui nilai R sebesar 0,470 yang berarti
hubungan labelisasi halal pada Chitato terhadap keputusan pembelian konsumen sebesar
47%, artinya mempunyai hubungan yang cukup erat (Tabel 4.10). Semakin besar nilai R
berarti hubungan semakin erat. Berikut ini disajikan tabel untuk memastikan hubungan antar
variabel, yaitu:
Tabel 4.11
Tabel Hubungan Antar Variabel
Nilai Interpretasi
0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat
0,2 – 0,39 Tidak Erat
0,4 – 0,59 Cukup Erat
0,6 – 0,79 Erat
0,8 – 0,99 Sangat Erat
Sumber: Situmorang,dkk (2008:113)
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa angka R2 atau determinan sebesar 0,221 yang berarti
bahwa kontribusi labelisasi halal dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen pada
produk Chitato cukup kecil, yaitu hanya sebesar 22,1% dan sisanya 77,9% kontribusinya
diberikan oleh faktor-faktor lain seperti harga, rasa, iklan promosi, kemasan, dan lain-lain.
(59)
Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, khususnya
konsumen Muslim, karena adanya aturan-aturan dalam agama Islam yang mengharuskan
untuk mengkonsumsi produk yang halal sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M. Agung Wibisono (2007)
yang menyatakan bahwa labelisasi halal berhubungan terhadap keputusan pembelian
konsumen dan penelitian yang dilakukan oleh Yayat Supriadi (2005) yang menyatakan
bahwa labelisasi halal berpengaruh signifikan terhadap hasil penjualan produk makanan di
Indonesia. Berdasarkan hasil regresi linier sederhana dan uji t yang dilakukan, penelitian ini
juga menghasilkan jawaban yang hampir sama yaitu labelisasi halal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini terjadi karena semakin banyak dan
semakin kritisnya umat Muslim yang ada di Indonesia yang sangat membutuhkan jaminan
akan kehalalan suatu produk. Disamping itu hal ini juga dapat disebabkan terkait adanya
beberapa jenis produk yang telah lama dikonsumsi berupa produk penyedap, makanan
kemasan, dan lain-lain yang terbukti tidak halal dan mengandung zat yang berbahaya bagi
kesehatan, membuat konsumen Muslim semakin waspada dalam mengkonsumsi produk
pilihannya.
Akan tetapi hasil R2 yang diperoleh menunjukkan walaupun labelisasi halal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, tetapi labelisasi
halal hanya memberikan kontribusi yang cukup kecil terhadap keputusan pembelian
konsumen yakni sebesar 22,1% dan selebihnya sebesar 77,9% diberikan kontribusinya oleh
faktor-faktor lain seperti harga, rasa, iklan promosi, kemasan, dan lain-lain. Hasil ini sejalan
dengan pendapat dari Bapak Andi Buchori selaku Direktur Bank Muamalat Indonesia yang
menyatakan bahwa “Labelisasi halal yang tertera pada produk makanan, minuman dan
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil dari analisis dan pembahasan terhadap data yang diperoleh dari penelitian Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara maka diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis data dengan menggunakan metode analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa labelisasi halal pada snack merek Chitato berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian konsumen.
2. Berdasarkan identifikasi determinasi diketahui bahwa nilai R Square sebesar 0,221 berarti menjelaskan bahwa kontribusi labelisasi halal dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen pada produk chitato cukup kecil, yaitu hanya sebesar 22,1% dan sisanya 77,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini, seperti harga, rasa, iklan promosi, kemasan, dan lain-lain.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Nilai R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 22,1% menjelaskan bahwa kontribusi labelisasi halal dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen pada produk chitato cukup kecil, hal ini mungkin disebabkan masih kurang kritisnya konsumen Muslim di Medan khususnya pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dalam memperhatikan kehalalan suatu produk makanan, terutama makanan ringan atau snack yang sering tidak diperhatikan keberadaan label halalnya oleh konsumen.
(2)
2. Sebaiknya para konsumen Muslim lebih meningkatkan pengetahuan tentang label halal serta lebih memperhatikan keberadaan label halal dari LPPOM MUI baik untuk produk makanan maupun produk-produk lainnya.
3. Diharapkan kepada para produsen terutama produsen makanan yang halal namun belum memiliki label halal untuk mendaftarkan produknya ke LPPOM MUI agar mendapatkan sertifikasi halal.
4. LPPOM MUI sebaiknya menetapkan ukuran standard dan letak yang seharusnya dari logo label halal tersebut, sehingga tidak menyulitkan konsumen dalam melihat ataupun mencari keberadaan label halal tersebut.
5. LPPOM MUI sebaiknya mewajibkan para produsen yang mengatakan bahwa produknya halal untuk diperiksa dan diberi label halal yang sah dari LPPOM MUI. 6. Bagi Chitato agar tetap mempertahankan kualitas kehalalan produknya serta tetap
mensertifikasikan produknya pada LPPOM MUI.
7. Bagi peneliti selanjutnya apabila ingin mengangkat fenomena yang sama, maka disarankan agar menambah variabel lain yang mungkin berhubungan dan berpengaruh terhadap fenomena tersebut.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Barry dan Joel R. Evans.1998. Retail Manajemen. Prentice Hal. New Jersey. Engel, James F. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid 1.Binarupa Aksara: Jakarta. Ginting, Paham dan Syafrizal Helmi Situmorang. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. USU Press : Medan
Kotler, Philip. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 1. Erlangga: Jakarta. Schiffman, Leon G. dan Leslie Kanuk. 1997. Consumer Behaviour. Edisi ketujuh. Prentice Hall:Jakarta
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Kencana : Jakarta
Situmorang, Syafrizal Helmi. Doli M Ja’far Dalimunthe. Iskandar Muda. Muslich Lufti. Syahyunan 2008. Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS). USU Press : Medan
Supriadi, Yayat. 2005. Pengaruh Kebijakan Labelisasi Halal Terhadap Hasil Penjualan Produk Industri Makanan dan Dampaknya Pada Ketahanan Perusahaan. Sripsi. Departemen Manajemen. Universitas Indonesia.
Stanton, J. William, 1996, Prinsip Pemasaran, Edisi ke tujuh. Jilid 1 Erlangga:Jakarta Sugiyono. 2007. Metodologi penelitian Bisnis. Alfabeta:Bandung
Supramono dan Haryanto. 2003. Desain Proposal Studi Pemasaran Andi:Yogyakarta Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Andi-Offset. Yogyakarta Wibisono, M. Agung. 2007. Hubungan Antara persepsi Konsumen Muslim Terhadap Labelisasi Halal Makanan Kaleng Dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Konsumen Muslim Di Surabaya. Skripsi. Departemen Manajemen. Universitas Airlangga. Surabaya.
Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Diakses tanggal 11 April 2010 pukul 09.00 WIB.
(4)
Kepada Yth Responden di tempat
Bismillahi Rahmannirrahiim
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan Hormat,
Dalam kesempatan ini , perkenankan saya memperkenalkan diri : Nama : Ramadhan Rangkut i
Status : Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara NIM : 070521193
Pada saat ini tengah mengadakan penelitian mengenai Labelisasi Halal pada produk makanan dalam kemasan (snack merek Chitato). Untuk itu dengan segala kerendahan hati memohon kepada Saudara/i agar dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya. Manfaat dari pengisian kuesioner ini tidak hanya membantu diri saya pribadi dalam penyelesaian penelitian, namun juga dapat menjadi masukan untuk pihak yang berkepentingan dan masyarakat umum yang terkait dengan masalah labelisasi halal.
Demikian penjelasan saya, atas segala bantuan dan perhatiaannya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hormat Saya
(5)
PROFIL RESPONDEN Isilah dengan checklist ( √ )
• Jenis Kelamin
Wanita Pria
• Angkatan
2005/2006 2009/2010
2006/2007 2007/2008
• Frekuensi Pembelian Produk Chitato Sebulan (dalam unit)
1 – 4 15 - 19
5 - 9 >20
10 - 14
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju
(6)
LABELISASI HALAL
KEPUTUSAN PEMBELIAN
No Pernyataan SS S KS TS STS
1 Keyakinan saya terhadap labelisasi halal pada Chitato, membuat saya memutuskan untuk membeli.
2 Saya percaya bahwa sertifikat halal MUI telah di periksa untuk setiap jenis rasa pada Chitato dan bukan hanya untuk mereknya saja secara general.
3 Saya berminat membeli produk chitato karena memiliki label halal.
4 Pengetahuan saya tentang labelisasi halal dari LPPOM MUI, membuat saya memutuskan untuk membeli Chitato.
5 Kualitas yang baik dari labelisasi halal LPPOM MUI yang tertera pada kemasan Chitato mempengaruhi saya untuk membeli produk tersebut.
1 Dengan labelisasi halal saya yakin bahwa proses pembuatan Chitato adalah halal.
2 Dengan labelisasi halal saya percaya bahwa bahan utama yang digunakan dalam produksi Chitato adalah halal.
3 Dengan labelisasi halal saya yakin bahwa bahan-bahan pembantu yang digunakan dalam produksi Chitato adalah halal.
4 Dengan labelisasi halal saya percaya bahwa efek produk tersebut tidak meyebabkan kerusakan tubuh (organ) atau menggangu kesehatan setelah mengkonsumsi produk tersebut.