Karakteristik Merkuri TINJAUAN PUSTAKA 1. Keadaan di Lokasi PESK Talawaan-Tatelu

Menurut WHO 2000 secara umum merkuri memiliki 3 bentuk kimia yang berpengaruh pada pengendapannya, yaitu: 1 Merkuri metal atau unsur merkuri Hg merupakan logam berwarna putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan. 2 Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan dengan elemen lain seperti klorin Cl, sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri. Senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih atau kristal, kecuali merkuri sulfida HgS yang biasa disebut Sinabar adalah berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. 3 Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bertemu dengan karbon atau organomerkuri. Banyak jenis organomerkuri, tetapi yang paling populer adalah metilmerkuri dikenal dengan monometilmercuri CH 3 -Hg-COOH. Pada waktu yang lampau, senyawa organomerkuri yang dikenal adalah fenilmerkuri yang digunakan dalam beberapa produk komersial. Organomerkuri lainnya adalah dimetilmerkuri CH 3 -Hg-CH 3 yang juga digunakan sebagai standar referensi tes kimia. Merkuri termasuk logam yang sangat toksik pada organisme maka pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menetapkan kriteria mutu untuk setiap kelas air dan dimana kadar merkuri maksimum yang diziinkan untuk berada dalam badan air yaitu pada kualitas air golongan I adalah air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan dimasak sampai 100 o C terlebih dahulu sebesar 0.001 mgl ppm, pada kualitas air golongan II adalah air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum sebesar 0.001 mgl, pada kualitas air golongan III adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan sebesar 0.002 mgl, dan pada kualitas air golongan IV adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air sebesar 0.005 mgl. Diagnosa toksisitas merkuri tidak dapat dilakukan dengan tes biokimia, tapi dengan diagnosis analisis kadar Hg dalam darah, urin, dan rambut. Konsentrasi maksimum Hg dalam darah 10- 20 μgl, dalam urin sebesar 50 μgl, dan dalam rambut sebesar 1-2 mgkg CETEM, 2004. Dampak positif merkuri adalah: 1 Merkuri metal atau unsur merkuri Hg dapat digunakan untuk bahan pembuat themometer, barometer. Merkuri metal banyak digunakan untuk produksi gas khlorin dan kaustik soda serta pemurnian emas. Juga digunakan untuk pembuatan baterai, dan saklar listrik. Untuk bahan penambal gigi biasanya mengandung merkuri metal 50. Estimasi yang dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa sekitar 3 dari total konsumsi merkuri digunakan untuk dental amalgam. 2 Senyawa merkuri anorganik digunakan sebagai fungisida. Garam- garam merkuri anorganik termasuk amoniak merkurik klorida dan merkuri iodide digunakan untuk cream pemutih kulit. Merkuri chlorida HgCl 2 adalah sebagai antiseptik atau disinfektan. Merkuri klorida digunakan sebagai katalis, industri baterai kering, dan fungisida dalam pengawetan kayu. Merkuri asetat digunakan untuk sintesa senyawa organomerkuri, sebagai katalis dalam reaksi-reaksi polimerisasi organik dan sebagai reagen dalam kimia analisa. Senyawa-senyawanya banyak digunakan sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat, antiseptik, baterai kering, photografi, di pabrik kayu dan pabrik tekstil. 3 Senyawa merkuri organik, metil merkuri dan fenil merkuri ada dalam bentuk garam-garamnya seperti metal merkuri klorida dan fenil merkuri asetat. Sampai tahun 1970-an metil merkuri dan etil merkuri digunakan untuk mengawetkan biji-bijian dan infeksi fungi. Ketika diketahui adanya efek negatif terhadap kesehatan dari bahan berbahaya metil merkuri dan etil merkuri, maka penggunaan selanjutnya sebagai fungisida biji-bijian dilarang. Sabun dan krem yang mengandung merkuri telah digunakan dalam waktu yang lama oleh masyarakat kulit hitam di beberapa wilayah untuk pemutih kulit WHO, 2000. Dampak negatif pada lingkungan yang terkontaminasi merkuri sangat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Jalur utama pajanan metilmerkuri pada manusia adalah melalui konsumsi ikan Barkay, 2005. Merkuri terakumulasi dalam mikroorganisme yang hidup di air sungai, danau, dan laut melalui proses metabolisme. Bahan-bahan mengandung merkuri yang terbuang ke dalam sungai atau laut dimakan oleh mikroorganisme tersebut dan secara kimiawi terubah menjadi senyawa metilmerkuri. Mikroorganisme dimakan ikan sehingga metilmerkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Berdasarkan penelitian, konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam tubuh ikan diperkirakan 40-50 ribu kali lipat dibandingkan konsentrasi merkuri dalam air yang terkontaminasi Stwertka, 1998. Pengaruh toksisitas merkuri terhadap ikan dan biota perairan dapat bersifat lethal dan sublethal. Pengaruh lethal menyebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sub lethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk berkembangbiak, pertumbuhan dan sebagainya. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap serta terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme air Alfian, 2006. Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan tanah, udara dan air yang tidak menguntungkan merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb. sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula Susilo, 2003. Oleh karena itu usaha pengolahan emas dengan menggunakan merkuri tidak boleh membuang limbahnya ke dalam aliran sungai sehingga tidak terjadi kontaminasi pada lingkungan disekitarnya, dan limbah yang mengandung merkuri harus ditempatkan secara khusus serta ditangani secara hati-hati Darmono, 2006.

2.3. Bioremediasi Menggunakan Bakteri

Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi terapan, karena mikrob telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dalam mereduksi senyawa organik dan bahan beracun. Pada lingkungan tercemar merkuri banyak ditemukan komunitas bakteri pereduksi merkuri. Bakteri dapat digunakan untuk mereduksi logam merkuri dengan cara mentransformasikan logam berat tersebut melalui proses oksidasi, reduksi, metilasi, dan dimetilasi. Sifat kontinyu dari bakteri yang tahan Hg 2+ yaitu yang dapat mereduksi Hg 2+ menjadi Hg dengan merkuri reduktase serta menguapkan Hg dari limbah yang terkontaminasi Gadd, 1992; Misra, 1992. Nakamura et al. 1990 menemukan bakteri aerob dan aerob fakultatif yang dapat mereduksi Hg 2+ menjadi Hg dengan mekanisme detoksifikasi antara lain: Bacillus sp., Pseudomonas sp., Corynebacterium sp., Micrococcus sp. dan Vibrio sp. dari pantai Minamata, Jepang. Beberapa bakteri aerobik dan fakultatif dapat mengkatalisasi proses reduksi Hg 2+ menjadi Hg seperti Bacillus, Pseudomonas, Corynebacterium, Micrococcus dan Vibrio Blake et al., 1993. Sadhukhan et al. 1997 menemukan bakteri resisten merkuri dari genus Bacillus, Escherichia, Klebsiella, Micrococcus, Pseudomonas, Salmonella, Streptococcus, Staphylococcus, Shigella, and Sarcina yang diisolasi dari tambak ikan di Calcutta, India. Handayani 2001 menemukan bakteri pereduksi merkuri Pseudomonas sp. dan Flavobacterium sp. asal Pongkor dan Ekosistem Air Hitam Kalimantan Tengah. Petrova et al. 2002 menemukan bakteri Gram positif Micrococcos, Exiguobacterium, Arthrobacter dan Bacillus dan bakteri Gram negatif Pseudomonas, Acinotobacter, Myxobacteriales, dan Plesiomonas yang diisolasi dari sedimen permafrost di Kolyma dan Canada. Sulastri 2002 menemukan bakteri pereduksi merkuri yaitu Escherichia coli, Aeromonas cavidae, Hafnia alvei, Citrobacter frundii, Pseudomonas psedomallei, dan Enterobacter agglomerans dari Ekosistem Air Hitam Kalimantan Tengah yang mampu tumbuh pada konsentrasi 320 ppm HgCl 2 dan bakteri Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512 memiliki aktivitas cukup tinggi dalam mereduksi merkuri dibandingkan isolat Flavobacterium sp. Zulkifli 2002 memperoleh bakteri pereduksi merkuri yang mampu tumbuh pada media LB dengan konsentrasi sampai 1000 ppm HgCl 2 yaitu ICBB 2813, ICBB 2820, ICBB 1508, dan ICBB 1512. Nofiani 2004 menemukan bakteri Gram negatif yang resisten terhadap merkuri yaitu