Sejarah Terbentuknya Pujakesuma Sejarah Datangnya Orang Jawa di Sumatera

permanen, berbarengan dengan itu, secara cultural mereka telah menjadi bagian dari Kota

2.2. Sejarah Terbentuknya Pujakesuma

Paguyuban Pujakesuma adalah paguyuban yang berdiri pada tanggal 10 Juli 1980. Sebelum berdirinya paguyuban ini, paguyuban ini adalah sebuah sanggar dan perkumpulan seni dan budaya jawa yang berdanama IKJ Ikatan Kesenian Jawa yang didirikan oleh Letkol Sukardi. Dengan seiring perkambangan waktu maka pada Tahun 1979-an IKJ diubah namanya menjadi Paguyuban Pujakesuma Putera Jawa Kelahiran SumateraKeberadaan Sumatera, paguyuban ini pada awalnya didirikan oleh Bapak Danu. Ia merupakan tokoh kesenian Jawa pada masa itu, kemudian Paguyuban diresmikan pada Tahun 1980. Berdasarkan keputusan yang ditetapkan pada masa itu, paguyuban ini berdiri sebagai wadah berkumpulnya orang-orang yang berketurunan Jawa, keturunan jawa meliputi seluruh Pulau Jawa baik apakah seorang tersebut berasa dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan juga DKI Jakarta. Dalam musyawarah mereka, mereka menjelaskan bahwa yang terpenting adalah orang Jawa yang lahir di Sumatera atau berada di sumatera maupun diluar pulau jawa. Selain itu, Paguyuban ini juga bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi dan social masyarakat Jawa di Sumatera Utara. Paguyuban Pujaksuma merupakan sebuah organisai yang murni tanpa mengharapkan pamrih, paguyuban ini bertujuan mengembangkan nilai-nilai budaya dan leluhur yang baik. Seperti kata-kata yang memiliki nilai filosofi seperti “Sepi Ing pemreh Rame Ing Universitas Sumatera Utara Gawe 14 Karena bagitu terus tanpa perkembangan, dapat disimpulkan bahwa untuk memperbaiki tingkat kehidupan mereka harus dimulai dengan memperbaiki kesejahteraan, dan tidak mungkin meningkatkan taraf hidup tanpa perbaikan ekonomi. Untuk itu menurut Danu Wakil Sekretaris Generasi Muda Pujakesuma Sumatera Utara, berbagai kegiatan ekonomi juga telah dirintis dalam Pujakesma, salah satunya Koperasi Kesuma Bangsa yang memiliki berbgaia kegiatan usaha” ”, motto ini sudah tertanam dalam Paguyuban Pujakesuam sebagai lendasan bertindak mereka. Sesuai dengan latar belakang ekonomi yang mendasari kedatagan sebagian besar etbis Jawa di Sumatera, disamping Budaya, kemiskinan merupakan satu keprihatinan utama. Seperti diketahui bahwa orang Jawa yang berada di Sumatera pada umunya berada di perkebunan, sehingga banyak ditemui dalam masyarakat kalau orang tuanya buruh perkebunan, anak, cucu, hingga cicitnya pun menjadi buruh. 15 Sejak Kasim Siyo mulai memimpin Pujakesuma pada tahun 1997, kegiatan Pujakesuma waktu itu sebenarnya sedang lesu, banyak anggota yang merasa enggan. Pada masa orde baru Pujakesuma telah disalahgunakan untuk kepentingan salah satu partai poitik. Karenanya dalam kepenguruasannya, diputuskan bahwa Pujakesuma tidak akan berpolitik, tetapi kembali pada asalnya sebagai paguyuban, untuk mengembangkan kebudayaan Jawa serta kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. 14 moto ini memiliki arti bahwa tidak mengharapkan pamrih atau imbalan tetapi banyak berbuat untuk kepentingan umum dengan tidak mementingkan kepentingan pribadi dan lebih mengutamakan sifat gotong royong. 15 Sihaloho, 2006:440 Universitas Sumatera Utara Setelah keluar dari politik praktis, kegiatan ini mulai kembali bergairah. Seperti memperoleh gairah hidupnya kembali, kerinduan masyarakat Jawa perantuan mendapat tempatnya di Pujakesuma. “sekalipun demikian, masih banyak juga yang traum, takut dibawa-bawa ke politik lagi, sehingga masih banyak yang belum terlibat” 16 a. Rukun : rukun itu damai, tak banyak berselisihbertengkar

2.3 Visi dan Misi Paguyuban Pujakesuma