TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat pengembangan usaha agribisnis perdesaan
8
Sistem Penunjang Keputusan SPK atau Decision Support System DSS merupakan sistem berbasis komputer yang mendukung pengambilan keputusan
dengan cara membantu pengambil keputusan dalam organisasi melalui informasi dan pemodelan hasil Sauter, 2010. SPK mengelola dan memproses
permasalahan tidak-terstruktur atau semi-terstruktur dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan Mohemad et al., 2010. Adapun menurut
McLeod 2005, DSS bertujuan untuk membantu manajer membuat keputusan memcahkan masalah semi terstruktur, mendukung penilaian manajer bukan
mencoba menggantikannya, dan meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan daripada efsiensi.
Menurut Levin et al. 2002, konfigurasi SPK terdiri dari sumber-sumber data internal; sumber-sumber data eksternal; landasan data bagi SPK; analisis
data; pembaharuan, sintesis, dan revisi ilmu manajemen; model dasar ilmu manajemen untuk menunjang keputusan; evaluasi model; penggambaran
dukungan keputusan dan kontrolnya; serta pembuat keputusan. Secara grafis, konfigurasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Konfigurasi sistem penunjang keputusan Sauter 2010 menyatakan SPK memberikan kesempatan untuk
meningkatkan pengumpulan data dan analisis proses yang terkait dengan pengambilan keputusan. Mengambil logika satu langkah lebih maju, SPK
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan daya tanggap pengambilan keputusan dan meningkatkan kesempatan untuk pengelolaan
perusahaan. Dengan kata lain, SPK memberi kemampuan kepada pembuat keputusan untuk mengeksplorasi bisnis intelijen dengan cara yang efektif dan
tepat waktu.
Sumber-sumber data internal
Akuntansi Perilaku
Keuangan Pemasaran
Operasi produksi
Sumber-sumber data eksternal
Analisis data Pembaharuan, sintesis,
dan revisi IMOR
Evaluasi model
Penggambaran dukungan keputusan dan kontrolnya
Landasan data bagi SPK
Model dasar IMOR untuk
menunjang keputusan
Pembuat keputusan
9
Terdapat tiga karakteristik dari SPK, yaitu mengakses data dari berbagai sumber; memfasilitasi pengembangan dan evaluasi model dalam proses pemilihan
alternatif, dalam arti memungkinkan pengguna mengubah besar jumlah data menjadi informasi yang membantu pengguna membuat keputusan yang baik; serta
menyediakan pengguna suatu interface yang baik dimana pengguna dapat dengan mudah bernavigasi dan berinteraksi Sauter, 2010.
Desain dasar SPK terdiri dari sistem dialog user interface, manajemen data, dan manajemen berbasis model Mohemad et al., 2010. Menurut Shim et
al. dalam Mohemad et al. 2010 ketiga komponen tersebut mempunyai fungsi berikut.
1. Subsistem dialog, berfungsi untuk mendukung komunikasi langsung antara
pembuat keputusan dengan sistem. 2. Manajemen data, termasuk didalamnya yaitu database yang berisi data yang
berhubungan dengan sistem dan pada umumnya diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data. Manajemen data
pun berfungsi untuk menyimpan dan mengakses data internal dan eksternal.
3. Manajemen model, berfungsi untuk mendukung sistem dengan kemampuan analisis data melalu formulasi data.
Sistem manajemen basis data SMBD melakukan tiga fungsi dasar, yaitu penyimpanan data dalam basis data, menerima data dari basis data, dan
pengendali basis data. SMBD harus bersifat interaktif dan luwes dalam arti mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data
Marimin, 2008.
Sistem manajemen basis model SMBM merupakan perangkat lunak yang mempunyai empat fungsi. Fungsi tersebut yaitu perancang model, perancang
format keluaran model laporan-laporan, memperbaharui dan merubah model, serta memanipulasi data Marimin, 2008.
Sistem manajemen dialog merupakan subsistem untuk berkomunikasi dengan pengguna. Tugas sistem ini yaitu untuk menerima masukan dan
memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna Marimin, 2008. Menurut Marimin 2008, selain ketiga sistem tersebut, terdapat sistem
pengolah problematika yang berfungsi sebagai koordinator dan pengendali. Sistem ini menerima input dari ketiga sistem lainnya dalam bentuk baku, serta
menyerahkan output ke sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Sistem ini berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya kerterkaitan
antara sistem. Secara grafis hubungan keempat sistem tersebut dalam membentuk struktur dasar SPK tersaji pada Gambar 3.
Pendekatan sistem yaitu metode pemecahan masalah yang tahapannya dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan diakhiri dengan suatu hasil sistem
operasi yang efektif dan efisien. Tahapan pendekatan sistem meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi, dan operasi sistem
tersebut Marimin, 2009.
Menurut Marimin 2009, metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisa yang meliputi analisa kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi
masalah, pembentukan alternative sistem, determinasi dari realisasi fisik, sosial politik, serta penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Secara ringkas,
tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
10
Gambar 3. Struktur dasar SPK
Gambar 4. Tahapan pendekatan sistem Manetsch dan Park dalam Febriani, 2003
Data Model
Pengguna Sistem Pengolahan Problematik
Sistem Pengolahan Dialog Sistem Manajemen Basis Data
SMBD Sistem Manajemen Basis Model
SMBM
SELESAI MULAI
ANALISA KEBUTUHAN FORMULASI
PERMASALAHAN IDENTIFIKASI SISTEM
PERMODELAN SISTEM PEMBUATAN
PROGRAM KOMPUTER VERIFIKASI MODEL
IMPLEMENTASI EVALUASI PERIODIK
SESUAI
SESUAI
11
Pada Gambar 4 terlihat bahwa analisa kebutuhan merupakan langkah awal pengkajian dari suatu sistem. Analisa ini akan dinyatakan dalam kebutuhan-
kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisa kebutuhan selalu menyangkut
interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem Marimin, 2009.
C. Model Penilaian Menurut Marimin 2008, terdapat empat model penilaian, yaitu
menggunakan nilai numerik, menggunakan skala ordinal, menggunakan nilai perbandingan berpasangan, dan menggunakan preferensi fuzzy.
1. Penilaian dengan skala ordinal
Skala ordinal digunakan untuk penilaian dengan kriteria kompleks dan melibatkan persepsi, misalnya untuk kemudahan operasional, rasa kopi, dan
suasana kerja.
2. Perbandingan berpasangan menggunakan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik atau Analytic Hierarchy Process AHP, merupakan
penilaian dengan perbandingan berpasangan. AHP membandingkan suatu kondisi tertentu dengan kondisi lainnya Marimin, 2008.
Menurut Triantaphyllou dan Mann 1995, AHP merupakan pendekatan pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan pengambilan keputusan yang kompleks. AHP menggunakan multi-level struktur hirarki dari tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan alternatif-
alternatif. Data diperoleh melalui perbandingan berpasangan. Perbandingan ini digunakan untuk memperoleh bobot kepentingan dari kriteria keputusan
dan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif berkaitan dengan masing-maing kriteria keputusan.
Dalam Marimin 2008, ide dasar prinsip kerja AHP, yaitu. a. Penyusunan hirarki
Hirarki merupakan struktur yang terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Persoalan yang akan diselesaikan tujuan diuraikan menjadi unsur-
unsurnya, yaitu kriteria dan alternatifnya. Selanjutnya ketiga hal tersebut disusun menjadi struktur hierarki.
b. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut
Saaty dalam Marimin 2008 untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 merupakan skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan
definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty, disajikan dalam Tabel 1.
c. Penentuan prioritas Peringkat relatif dari seluruh alternatif ditetntukan berdasarkan hasil
pengolahan nilai-nilai perbandingan relatif. d. Konsistensi logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
12
Tabel 1. Skala perbandingan Saaty
Nilai Keterangan
1 Kriteriaalternatif A sama penting dengan kriteriaalternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 A mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai berdekatan
D. Pengambilan Keputusan Pada prinsipnya terdapat dua basis dalam pengambilan keputusan, yaitu
pengambilan keputusan berdasarkan intuisi dan pengambilan keputusan rasional, berdasarkan hasil analisis keputusan Mangkusubroto dan Trisnadi, 1985 dalam
Marimin, 2008. Skema pengambilan dengan intuisi dan analisis disajikan pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Skema pengambilan keputusan dengan intuisi
Gambar 6. Skema pengambilan keputusan dengan analisis
13
Pengambilan keputusan dengan intuisi sangat dipengaruhi oleh intuisi seseorang atau dengan kata lain, intuisi seseorang mengambil peran yang besar.
Dalam pengambilan keputusan secara intuisi, logika bahwa suatu keputusan telah diambil, tidak dapat diperiksa secara logis. Pengambilan keputusan dengan
analisis dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain dengan teknik perbandingan indeks kinerja Comparative Performance Index, CPI, Metoda
Bayes, dan Metoda Perbandingan Eksponensial Marimin, 2008.
Dalam Marimin 2008 disebutkan bahwa CPI merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan atas peringkat dari berbagai alternatif i
berdasarkan beberapa criteria j. Formula yang digunakan dalam teknik CPI, yaitu
dimana
Prosedur penyelesaian CPI dimulai dari identifikasi kriteria tren positif semakin tinggi nilaianya semakin baik dan tren negatif semakin rendah nilainya
semakin baik. Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara
proporsional lebih tinggi. Adapun untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi
secara proporsional lebih rendah. Perhitungan selanjutnya mengikuti prosedur Bayes.
Metode Bayes merupakan salah satu teknis yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif
14
dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pembuatan keputusan dengan Metode Bayes dilakukan melalui upaya pengkuantifikasian kemungkinan
terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 dan 1. Persamaan Bayes sebagai berikut Marimin, 2008.
Dalam Marimin 2008 disebutkan bahwa metode perbandingan eksponensial MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan
prioritas alternatiuf keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan
rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Formula yang digunakan untk perhitungan skor, sebagai berikut
dimana dimana:
15
E. Analisa Kelayakan Usaha Analisa kelayakan usaha dilakukan melalui analisa finansial dan analisa
kepekaan. Analisa finansial meliputi Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, dan Net Benefit-Cost Ratio Net BC.
1. Net Present Value NPV
NPV merupakan metode yang dengan cara membandingkan nilai sekarang dari arus kas masuk bersih dengan nilai sekarang dari biaya
pengeluaran suatu investasi Suliyanto, 2010 atau dengan kata lain merupakan selisih antara present value dari penerimaan dengan present value
dari pengeluaran Shinta dan Ainiyah, 2010. Suatu usaha dikatakan beruntung apabila nilai NPV positif.
NPV dihitung dengan menggunakan persamaan Shinta dan Ainiyah, 2010.
di mana
B
t
: penerimaan usahatani pada tahun ke-t C
t
: biaya usahatani pada tahun ke-t i : tingkat suku bunga yang berlaku
t : tahun ke-t 0,1,2,3, dst
2. Internal Rate of Return IRR Analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat bunga yang
menghasilkan NPV sama dengan nol Shinta dan Ainiyah, 2010. Persamaan yang digunakan untuk menghitung IRR, yaitu
di mana
B
t
: penerimaan usahatani pada tahun ke-t C
t
: biaya usahatani pada tahun ke-t t : tahun ke-t 1,2,3, dst
3. Net Benefit-Cost Ratio Net BC Analisa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
perbandingan penerimaan dengan tingkat biaya yang digunakan Shinta, A dan Ainiyah, R., 2010. Persamaan yang digunakan untuk menghitung Net
BC, yaitu
NPV =
t t
t
i 1
C -
B
n
t 1 t
t t
IRR C
B 1
= 0
n
t 1
t t
t
i C
B 1
n
t 1
t t
t
i C
B 1
Untuk semua NPV
B-C
positif Untuk semua NPV
B-C
negatif Net BC =
16
di mana B
t
: penerimaan usahatani pada tahun ke-t C
t
: biaya usahatani pada tahun ke-t i : tingkat suku bunga yang berlaku
t : tahun ke-t 0,1,2,3, dst
F. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam atau dikenal juga sebagai wawancara tidak
terstruktur, yaitu jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dalam rangka mendapatkan pengertian atau pemahaman yang lengkap
dari sudut pandang responden, wawancara ini pun dapat digunakan untuk menelusuri area-area yang menarik untuk penelitian lebih lanjut. Jenis wawancara
ini, menggunakan pertanyaan terbuka kepada responden, dan menelurusi lebih jauh apabila diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti.
Wawancara ini sering menggunakan data kualitatif, sehingga disebut juga sebagai wawancara kualitatif Berry, 1999.
Wawancara mendalam berguna ketika diperlukan informasi rinci tentang pikiran seseorang dan perilaku atau diinginkan untuk mengekplorasi isu-isu baru
secara mendalam. Wawancara ini seringkali digunakan untuk menyediakan konteks bagi data lain seperti data hasiloutcome dan memberikan gambaran
lebih lengkap tentang apa dan kenapa sesuatu terjadi dalam suatu program Boyce dan Neale, 2006.
Proses dalam melaksanakan wawancara mendalam mengikuti proses umum yang sama dengan penelitian lainnya, yaitu perencanaan, penyiapan instrumen,
pengumpulan data, analisa data, dan penyebaran temuan. Perencanaan dimulai dari identifikasi stakeholder yang akan terlibat, identifikasi informasi yang
dibutuhkan dan dari siapa informasi tersebut diperoleh, serta menyusun daftar stakeholder yang akan diwawancarai. Penyiapan instrument berupa instruksi yang
diikuti pada setiap wawancara, untuk memastikan konsistensi antar wawancara, sehingga meningkatkan kehandalan dari temuan yang diperoleh Boyce dan
Neale, 2006.