SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN KELAYAKAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN METODE AHP

Seminar Nasional Informatika 2014

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN KELAYAKAN PENERIMA
BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN METODE AHP
Ikbal Jamaludin1, Nono Sudarsono2, Ai Ika Mustika3
1,2

Jurusan Teknik Informatika
STMIK Tasikmalaya, Jl. RE Martadinata No. 272 A Tasikmalaya
e-mail : 1ikbaljamaludin@gmail.com, 2nonoznonzsudar@gmail.com, 3mustikaaiika89@gmail.com
3

Abstrak
Bantuan dana pembangunan rumah tidak layak huni (RUTILAHU) merupakan program pemerintah untuk
penanggulangan kemiskinan dari segi kebutuhan papan (tempat tinggal). Program tersebut telah dijalankan di
berbagai daerah, termasuk di Kelurahan Panyingkiran Kota Tasikmalaya. Dalam pemberian bantuan tersebut,
terlebih dahulu diperlukan penilaian indikator secara teliti dan terinci, agar menghasilkan suatu keputusan
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini akan dibuat sebuah sistem penunjang
keputusan (SPK) untuk memudahkan dalam pemilihan masyarakat yang layak medapatkan bantuan, serta
memanfaatkan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode keputusannya. Karena AHP adalah
sebuah hirarki fungsional yang memecahkan masalah kompleks dengan menstrukturkan suatu hirarki kriteria

(indikator), penilaian indikator dilakukan dengan perbandingan berpasangan berdasarkan kepentingan dari
masing-masing indikator tersebut. Jadi, penggunaan metode AHP sesuai dengan permasalahan RUTILAHU
yang sedang dihadapi, yaitu permasalahannya belum terstruktur dan penggunaan indikator belum begitu
terinci. Indikator yang akan dijadikan penghitungan adalah penghasilan, tanggungan, aset lain, luas rumah
dan jenis rumah. Penghitungan tersebut akan diimplementasikan pada bahasa pemrograman Visual Basic 6.0
dan database menggunakan Microsoft Access 2003. SPK ini bisa membantu pihak kelurahan dalam
melakukan penilaian calon penerima bantuan dana RUTILAHU, sehingga akan didapatkan suatu keputusan
terhadap masyarakat yang paling layak mendapatkan bantuan.
Kata Kunci : RUTILAHU, SPK, AHP dan Indikator
1. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah
Perekonomian yang sedang terjadi di
Indonesia tidak seimbang karena kesenjangan
ekonomi yang cukup jauh antara satu wilayah
dengan wilayah lain, hal ini terlihat jelas dari
penghasilan masyarakat yang belum merata dan
masalah kemiskinan yang terjadi baik dari segi
sandang, pangan maupun papan.

Masyarakat mempunyai hak untuk
mendapat sandang, pangan dan papan yang layak
demi terciptanya masyarakat yang sejahtera.
Apabila salah satunya masih ada yang belum
terpenuhi, maka kesejahteraan tidak akan
tercapai. Untuk terealisasinya hal tersebut,
pemerintah mengadakan berbagai program
penanggulangan kemiskinan, salah satunya
berupa bantuan dana sosial yang diberikan kepada
masyarakat miskin, seperti Program bantuan
untuk rumah tidak layak huni. Di Kelurahan
Panyingkiran
Kecamatan
Indihiang
Kota
Tasikmalaya, program tersebut diberi nama
RUTILAHU, bantuan ini diberikan kepada
masyarakat
miskin
untuk

merehabiitasi
rumahnya. Dalam pemilihan target harus teliti dan
dapat dipercaya agar bantuan bisa diterima oleh
masyarakat yang benar-benar memerlukan atau

276

tepat sasaran. Terlebih dahulu diperlukan data
kemiskinan yang akurat dan penggunaan
indikator penilaian harus benar-benar terkonsep
demi mendapatkan suatu keputusan yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
Di Kelurahan Panyingkiran penilaian
indikator yang digunakan belum begitu terinci
(detail) yaitu penilaian kondisi rumah hanya
dilihat dari banyaknya kerusakan tanpa
mempertimbangkan
jenis
rumah
dan

penghitungan kelayakan belum menggunakan
suatu metode keputusan, sehingga penilaian antar
calon penerima masih menggunakan prediksi atau
perkiraan. Hal tersebut, dikhawatirkan dapat
menimbulkan penilaian yang bersifat subjektif
dan kecemburuan sosial antar masyarakat
kemungkinan besar terjadi. Dari penilaian
kelayakan yang berjalan ditemukan berbagai
permasalahan seperti :
1. Proses penilaian terhadap
masyarakat
penerima bantuan dana pembangunan rumah
di Kelurahan Panyingkiran belum begitu detail
(rinci) hanya meliputi keadaan rumah,
penghasilan dan hak milik rumah. Cara
penilaian seperti ini bersifat subjektif, yang
dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi
masyarakat yang tidak menerima.

Seminar Nasional Informatika 2014


2. Tidak adanya metode penghitungan serta
indikator-indikator
yang
pasti
dalam
pengambilan keputusan dan belum tersedianya
alat (aplikasi) khusus untuk mendukung
penilaian tersebut.
3. Data yang diperoleh masih diproses di buku
catatan,
sehingga
untuk
melakukan
perhitungan kelayakannya membutuhkan
waktu yang lama dan memungkinkan
terjadinya kehilangan data serta proses
pencarian data akan mengalami kesulitan.
Permasalahan di atas, bisa diselesaikan
dengan memanfaatkan teknologi komputer untuk

membuat sebuah Sistem Penunjang Keputusan
(SPK) dan Salah satu alternatif penghitungan
prosesnya menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Karena pada dasarnya
SPK digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan dalam situasi yang semi terstruktur
atau situasi yang tidak terstruktur serta
penggunaan penilaian indikator yang kurang
jelas[1]. Sedangkan AHP merupakan sebuah
hirarki fungsional yang memecahkan masalah
kompleks dengan menstrukturkan suatu hirarki
kriteria (indikator), penilaian kriteria dilakukan
dengan perbandingan berpasangan berdasarkan
kepentingan dari masing-masing kriteria tersebut.
Hasil dari sistem yang dibangun ini diharapkan
bisa membantu pihak Kelurahan dalam menilai
kelayakan masyarakat yang berhak menerima
bantuan dana RUTILAHU secara obyektif.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Sistem Penunjang Keputusan

Menurut Keen dan Scoot Morton
(2006:15): “Sistem Penunjang Keputusan
merupakan
penggabungan
sumber-sumber
kecerdasan
individu
dengan
kemampuan
komponen
untuk
memperbaiki
kualitas
keputusan”. Sistem Penunjang Keputusan juga
merupakan sistem informasi berbasis komputer
untuk manajemen pengambilan keputusan yang
menangani masalah-masalah semistruktur[2].
Sistem penunjang keputusan berfungsi
dalam berbagai macam cara. Bisa digunakan
untuk mengatur informasi dari situasi-situasi

keputusan, berinteraksi dengan para pembuat
keputusan, mengembagkan horizon pembuat
keptusan, menyediakan informasi-informasi untuk
para pembuat keputusa, menambah struktur untuk
keputusan-keputusan tersebut, serta menggunakan
model pembuatan keputusan kriteria-ganda.
Model kriteria-ganda meliputi proses-proses
kekurangan, metode pembobotan dan metode
eliminasi sekuensial, yang semuanya sangat
sesuai untuk mengendalikan kerumitan dan sifat
semiterstruktur dari berbagai problem yang
didukung lewat SPK[3].

2.2. Analytical Hierarchy Process
Metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) merupakan metode untuk memecahkan
suatu-situasi yang kompleks tidak terstruktur ke
dalam beberapa komponen dalam susunan yang
hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang
pentingnya setiap variabel secara relatif, dan

menetapkan variabel mana yang memiliki
prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut.[4]
Adapun langkah-langkah dalam metode
AHP adalah sebagai berikut[1] :
1. Mendefinisakan masalah dan menentukan
solusi yang di inginkan, lalu menyusun hirarki
dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan
hirarki adalah dengan menetapkan tujuan yang
merupakan sasaran sistem secara keseluruhan
pada level teratas.
2. Membuat perbandingan matriks berpasangan
indikator yang digunakan, berdasarkan
kepentingan relatif dari masing-masing
indikator. Menurut Saaty (1988) untuk
berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah
skala
terbaik
untuk
mengekspresikan

pendapat. Adapun skala perbandingannya
adalah sebagai berikut :
Tabel. 1.Skala Dasar Penilaian
Perbandingan Berpasangan
Tingkat
Definisi
Kepentingan
Kedua
elemen
sama
1
pentingnya
Elemen yang satu sedikit
lebih penting dari pada
3
elemen yang lainnya
Elemen yang satu lebih
5
penting dari pada yang lain.
Satu elemen jelas lebih

mutlak penting dari pada
7
elemen lainnya
Satu elemen mutlak penting
9
dari pada elemen lainnya
Nilai-nilai antara dua nilai
2,4,6,8
pertimbanganyang
saling
berdekatan
Jika
suatusifat
(X)
dengan
Kebalikan dibandingkan
sifat(y), maka nilainya saling
nya
berkebalikan.
3. Membuat matriks nilai indikator.
Matriks ini diperoleh dengan rumus berikut :
Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom
lama / jumlah dari setiap kolom lama.
Untuk mencari nilai prioritas, jumlah dari
setiap baris pada kolom baru dibagi dengan
jumlah indikator yang digunakan.

277

Seminar Nasional Informatika 2014

Khusus untuk sub indikator terdapat sub
prioritas, dimana rumusnya adalah prioritas
dibagi prioritas tertinggi.
4. Penghitungan rasio konsistensi.
Penghitungan ini digunakan untuk mengetahui
apakah penilaian perbandingan kriteria
bersifat konsisten atau tidak. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan prioritas
bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi
prioritas bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan.
d. Hasil dari langkah 3 dibagi jumlah elemen,
dan akan didapat λ maks.
e. Indeks Konsistensi.
(CI) = (λmaks-n) / (n-1)
f. Rasio Konsistensi.
(CR) = CI/ RI
Di mana RI adalah indeks random
konsistensi. Jika CR ≤ 0.1, hasil
perhitungan data dapat dibenarkan.
Tabel. 2. Nilai RI
Ukuran Matriks
Nilai RI
1,2
0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
11
1,51
12
1,48
13
1,56
14
1,57
15
1,59
2.3. Metode Perancangan Perangkat Lunak
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode SDLC (System Development
Life Cycle).
Dalam rekayasa sistem dan rekayasa
perangkat lunak, SDLC berupa suatu proses
pembuatan sistem serta model dan metodologi
yang digunakan untuk mengembangkan sistemsistem tersebut. Dalam rekayasa perangkat lunak,
konsep SDLC mendasari berbagai jenis
metodologi yang membentuk suatu kerangka
kerja untuk perencanaan dan pengendalian
pembuatan sistem informasi, yaitu proses
pengembangan perangkat lunak[6].
Tahapan kerangka kerja SDLC adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap ini Menyangkut study tentang
kebutuhan pengguna (User Spesification),

278

2.

3.

4.

5.

6.

studi-studi kelayakan baik secara teknis
maupun secara teknologi.
Tahap Analisis (Analysis)
Yaitu tahap untuk berusaha mengenali
permasalahan yang muncul pada pengguna,
komponen sistem/perangkat lunak, objek dan
sebagainya.
Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini, perancang mencoba mencari
solusi permasalahan yang didapat dari tahap
analisis. diantaranya :
a. Tahap
perancangan
yang
lebih
menekankan pada platform apa hasil dari
tahap
analisis
kelak
akan
diimplementasikan.
b. Tahap
perancangan
dimana
kita
melakukan penghalusan
(refinement)
kelas-kelas yang didapat pada tahap
analisis, menambahkan dan memodifikasi
kelas-kelas yang akan mengefisienkan
serta mengefektifkan sistem yang akan
dikembangkan.
Tahap implementasi
Tahap
implementasi
ialah
tahap
mengimplementasikan perancangan sistem ke
situasi nyata (pemilihan perangkat keras dan
penyusunan perangkat lunak aplikasi).
Tahap Pengujian (Testing)
Dapat digunakan untuk menentukan apakah
sistem atau perangkat lunak yang dibuat sudah
sesuai dengan kebutuhan pengguna atau
belum.
Tahap pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan atau perawatan,
mulai melakukan pengoperasian sistem dan
melakukan perbaikan-perbaikan kecil (jika
diperlukan).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penghitungan Indikator menggunakan
Metode AHP
Sebelum melakukan proses penghitungan
kelayakan, terlebih dahulu menentukan indikator,
diantaranya :
1. Penghasilan (P), Sub indikatornya :
a. P < Rp.550.000 (A)
b. P = Rp.550.000 - Rp.1.250.000 (B)
c. P > Rp.1.250.000 (C)
2. Tanggungan (T), Sub indikatornya :
a. T > P (A)
b. T = P (B)
c. T < P (C)
3. Aset lain (As), Sub indikatornya :
a. As < Rp.1.000.000 (A)
b. As= Rp.1.000.000- Rp.3.000.000 (B)
c. As > Rp.3.000.000 (C)
4. Luas rumah (L), Sub indikatornya :
a. L < 7m2/orang (A)
b. L = 7m2/orang - 12 m2/orang (B)

Seminar Nasional Informatika 2014
c. L > 12m2/orang (C)
5. Jenis rumah (Jr), Sub Indikatornya :
a. Panggung (A)
b. DudukJendela (B)
c. Gedong (C)
6. Ketentuan untuk sub indikator ke2 pada
indikator jenis rumah :
a. RB (Rusak Berat) >70%
b. R (Rusak ) = 40,1%-70%
c. RR (Rusak Ringan) = 1%-40%
d. TR (Tidak Rusak) 0,55
b. Dipertimbangkan = Ʃ point 0,45-0,55
c. Tidak layak = Ʃ point